• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.Tinjauan Tentang Metode Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam ilmu pelajaran medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :

1) Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

12

2) Menurut Trianto (2010: 90), model pembelajran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik.

Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Problem Based Learning diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berfikir kritis. Kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pecarian dan pengolahan informasi.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) sebagai konteks bagi peserta didik untuk memotivasi, mengidentifikasi dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah serta sekaligus membangun pengetahuan yang benar-benar bermakna.

b. Tujuan Problem Based Learning

Tujuan utama Problem Based Learning bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Menurut Trianto (2010: 94) tujuan Problem Based Learning adalah sebagai berikut.

13

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri.

c. Prinsip-prinsip Problem Based Learning

Prinsip utama Problem Based Learning adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.

Problem Based Learning mendorong kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu, di mana dan bagaimana mencari informasi itu, bagaimana mengatur informasi bahwa dalam kerangka konseptual yang bermakna.

Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik ( ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih

14

lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.

Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam PBL pusat pembelajaran adalah peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik). d. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Pada dasarnya, Problem Based Learning diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut.

15

Tabel 2.1.

Tahapan-tahapan Pembelajaran Problem Based Learning

Fase Peran Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan maslah tersebut.

Fase 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4

Mengembangakan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sudjana (1996: 93) kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

16

2) Kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan. 3) Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh siswa. 4) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber.

5) Interaksi social antar peserta lebih berkembang.

6) Siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan dan membiasakan siswa berfikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.

Menurut Sudjana (1996: 93) kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

1) Menuntut sumber-sumber dan saran belajar yang cukup.

2) Kegiatan belajar siswa bias membawa resiko yang merugikan jika tidak dikendalikan oleh guru.

3) Siswa cenderung untuk menerima jawaban atau dugaan sementara apabila masalah tidak berbobot.

2.1.2.Tinjauan Hasil Pembelajaran a. Belajar

1. Pengertian Belajar

Berikut pengertian belajar menurut beberapa para ahli.

a) Menurut Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

17

b) Menurut Syaiful Bahri yang mengutip dari Howard L. Kingskey (2011: 13) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

c) Nana Sudjana (2010: 28) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang yang ditandai dengan adanya suatu perubahan baru pada diri seseorang.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam peserta didik. Faktor intern dikelompokan menjadi 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

18

Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis

Meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Dibedakan menjadi dua yaitu jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

19 3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keadaan peserta didik dengan masyarakat.

b. Mengajar

1. Pengertian Mengajar

Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar dijelaskan Slameto (2010) sebagai berikut :

a) Waini Rasyidin dalam Slameto (2010: 34) mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar dan bukan menentukan proses belajar. b) Mursell dalam Slameto (2010: 33) menggambarkan mengajar sebagai

"mengorganisasikan belajar", sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa, sehingga tugas pelajar adalah memahami hubungan pengetahuan itu sebagai kesatuan, dan dalam hal ini guru hanya organisator.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan, bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan belajar, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang kita harapkan.

20 2. Prinsip-prinsip Mengajar

Menurut Slameto (2010: 35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni:

a) Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.

b) Aktivitas

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

c) Apersepsi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya.

d) Peragaan

Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya.

21 e) Repetisi

Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. f) Korelasi

Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri. g) Konsentrasi

Hubungan antara mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam.

h) Sosialisasi

Dalam perkembangannya, siswa perlu bergaul dengan teman-teman yang lain. Disamping itu, siswa sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan.

i) Individualisasi

Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka

22

berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan tersebut. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

j) Evaluasi

Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evalusai dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi, serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga adapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak dengan tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.

c. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku individu kearah

23

yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan.

Menurut Erman Suherman (2003: 7) bahwa : “pembelajaran adalah merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi suasana agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Menurut Dedeng dalam Sugiyanto (2008: 1), “Daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru”. Sedangkan menurut Gino, dkk (1998: 30) kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

a) Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. b) Guru adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. c) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik dan afektif.

d) Isi pelajaran atau materi adalah segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

e) Metode yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

24

f) Media yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

g) Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.

2. Ciri-ciri Pembelajaran

Ciri-ciri dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000: 25) antara lain:

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan yang menarik dan menantang bagi siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

f) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

25 d. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Arikunto (2010: 8) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur”.

Sementara itu Abdurrahman (2003: 37-38) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah malalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah diterapkan terlebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Menurut Agus Suprijono (2010: 5-6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertullis.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.

c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

26

d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar menurut Dalyono (2007: 55) disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar da nada pula dari luar dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi dalam Rusman (2012: 124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal :

a) Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

2) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa psikologis meliputi

27

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.

b) Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang dirancanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, saran dan guru. Menurut Djamarah (2006:105) untuk mengetahui apakah proses belajar dikatakan berhasil, ada indikator yang digunakan yaitu “daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara kelompok maupun secara individual dan perilaku yang digariskan dalam tujuan instruksional khusus (TIK) sudah dicapai siswa secara kelompok maupun secara individu”.

28

Menurut Benyamin S Bloom (1956: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah menerima pembelajaran. Berikut adalah pemaparan hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dokumen terkait