• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 3 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 3 SEMARANG"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK

KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

SMK NEGERI 3 SEMARANG

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh

Budi Arianto NIM 5101410017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 29 Januari 2015

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Jangan pernah menyerah sebelum kita meraih apa yang sebenarnya ingin kita capai dan tetap semangat dan jujur.

Disetiap kesulitan itu pasti ada jalan menuju kemudahan. Walaupun jalan itu terlalu sempit untuk dilewati. Dan semua itu tergantung pada diri kita. Apakah mau tetap membiarkan jalan itu tetap sempit dengan kita tidak melakukan apa-apa atau membuat jalan itu menjadi lebar dan mudah untuk kita lewati.

Persembahan :

1. Bapak Bunari dan Ibu Sumarni tercinta atas dukungan dan doanya.

2. Kakak dan Adik tersayang Ani Budiarti dan Tri Ariani yang selalu menyemangati.

3. Teman – teman Pendidikan Teknik Bangunan Angkatan 2010

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Semarang” dalam rangka menyelesaikan pendidikan Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. Sucipto, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T., Ketua Prodi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.

5. Aris Widodo, S.Pd., M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 6. Drs. Supriyono, M.T., Dosen Penguji I yang memberikan kritik dan saran. 7. Triono Subagio, S.Pd., Dosen Penguji II yang memberikan kritik dan saran. 8. Drs. Samiran, M.T., selaku Kepala SMK N 3 Semarang yang telah memberikan

ijin untuk melakukan penelitian.

(7)

vii

10. Segenap Dosen Jurusan Teknik Sipil, atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan.

11. Sahabatku dan teman terbaikku Nur Hidayah, Irfan Arifin, Yusuf, Eddy, dan Rendi. Terimakasih telah menjadi sahabat terbaik untuk selamanya dan dukungan yang telah diberikan.

12. Sahabat-sahabatku keluarga besar PTB angkatan 2010 yang tak bisa terucapkan semuanya. Terimakasih atas segala kenangan dan perjalanan kuliah selama 4 tahun ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

13. Seluruh siswa kelas X TGB SMK N 3 Semarang yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

14. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penyusun terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Besar harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya.

Semarang, 29 Januari 2015 Penyusun,

(8)

viii ABSTRAK

Budi Arianto. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Semarang. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Aris Widodo, S.Pd., M.T.

Kata Kunci : Model pembelajaran Problem Based Learning

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam memasuki dunia kerja. SMK merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah di Indonesia yang dalam penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik sub materi gambar konstruksi geometris.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Experimental Design atau eksperimen semu. Desain eksperimen semu yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TGB SMK N 3 Semarang tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 72 siswa dengan membagi dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dengan batuan SPSS 16 for windows.

Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pengguanaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah psikomotrik, ditunjukkan pada presentase ketuntasan nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa sebesar 100% dengan rata-rata 82,40. Ditinjau dari rata-rata pada ranah kognitif diperoleh 78,47 berbanding 70,59, pada ranah afektif 79,17 berbanding 75,42, sedangkan pada ranah psikomotorik 82,40 berbanding 78,44. Ditinjau dari uji kesamaan dua rata-rata diperoleh ranah kognitif thitungdengan ttabel 3,569 > 1,994, ranah afektif thitung

(9)

ix ABSTRACT

Budi Arianto. 2014. Application of Problem-based Learning Model to Improve Learning outcomes in subjects engineering drawings class X architecture engineering SMK N 3 Semarang. Departement of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Semarang. Supervisior Aris Widodo, S.Pd., M.T.

Keywords : Problem-based Learning model

Vocational High School as an educational institution intended to prepare students to enter the workforce . Vocational High School is a mid-level vocational education in Indonesia that the implementation is intended to prepare students to enter the workforce in accordance with their expertise . Application of Problem Based Learning models aim to find out how much improvement of learning outcomes in the cognitive , affective , and psychomotor class X Architecture Engineering SMK 3 Semarang on the subjects of sub- materials engineering drawing geometric construction drawings

This study uses an experimental research. Experimental design used was a quasi-experimental design. Used a quasi-experimental design was a nonequivalent control group design. The subjects were students of class X engineering drawings SMK N 3 Semarang 2014/2015 school year, 72 student by dividing the two groups as the experimental group and control group. Methods of data collection using the method of documentation, testing, and observation. Data were analyzed using two similarity test average with SPSS 16 for windows.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

PERNYATAAN ……… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... v

KATA PENGANTAR ……….. vi

ABSTRAK ……… viii

ABSTRACT ……….. ix

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………..……… 1

1.2. Identifikasi Masalah ……..……… 6

1.3. Batasan Masalah ………..………. 6

1.4. Rumusan Masalah ………..………... 8

1.5. Tujuan Penelitian ………..……… 8

1.6. Manfaat Penelitian ………..……….. 9

BAB II LANDASAN TEORI……… 11

2.1. Tinjauan Pustaka …………..………. 11

2.1.1. Tinjauan Tentang Metode Problem Based Learning ……....………. 11

2.1.2. Tijauan Tentang Hasil Pembelajaran ……… 16

2.1.3. Mata Pelajaran Gambar Teknik ……… 33

2.2. Kerangka Berfikir ………..……… 34

2.3. Hipotesis ………..………. 37

BAB III METODE PENELITIAN ………... 39

(11)

xi

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian …..………. 40

3.3. Populasi dan Sampel ………..……… 40

3.4. Variabel Penelitian ………..……….. 41

3.5. Metode Pengumpulan Data ………..………. 42

3.6. Instrumen Penelitian ………..………... 44

3.7. Teknik Analisis Data ………...……….. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 56

4.1. Deskripsi Data ………..………. 56

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………….……… 56

4.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran ……..……… 57

4.1.3. Deskripsi Hasil Uji Soal ………..……… 61

4.1.4. Deskripsi Hasil Belajar ………. 63

4.2. Hasil Penelitian ………..……… 67

4.2.1. Uji Persyaratan Analisis ………..……… 67

4.2.2. Uji Hipotesis Penelitian ……… 71

4.3. Pembahasan ……….……….…. 77

BAB V PENUTUPAN ……….. 89

5.1. Kesimpulan ………..………. 89

5.2. Implikasi …………..………. 90

5.3. Keterbatasan Penelitian ………. 90

5.4. Saran ……….……… 91

DAFTAR PUSTAKA ……… 92

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahapan-tahapan Pembelajaran Problem Based Learning……… 15

3.1. Skema Penelitian ……….. 40

3.2. Kisi-kisi Instrumen Ranah Kognitif ……….. 45

3.3. Kriteria Indeks Kesukaran ……… 48

3.4. Tabel Interpretasi atau Penafsiran Daya Beda ……….. 49

3.5. Kisi-kisi Instrumen Ranah Afektif ……… 50

3.6. Rubrik Penilaian Ranah Afektif ……… 51

3.7. Lembar Penilaian Gambar ……… 52

4.1. Pertemuan Pada Kelas Eksperimen ……….. 59

4.2. Pertemuan Pada Kelas Kontrol ………. 61

4.3. Hasil Uji Instrumen Soal ……….. 62

4.4. Deskripsi Hasil Pretest……….. 63

4.5. Deskripsi Hasil Posttest ……… 64

4.6. Deskripsi Hasil Sikap (Afektif) ………. 65

4.7. Deskripsi Hasil Keterampilan (Psikomotorik) ………. 66

4.8. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ……….. 67

4.9. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ………. 68

4.10. Hasil Uji Homoginitas Pretest ………. 69

4.11. Hasil Uji Homoginitas Posttest ……… 70

4.12. Hasil Uji Homoginitas Afektif ………. 70

4.13. Hasil Uji Homoginitas Psikomotrik ………. 71

4.14. Hasil Uji t Pretest Ranah Kognitif ………... 72

4.15. Hasil Uji t Posttest Ranah Kognitif ………. 74

4.16. Hasil Uji t Ranah Afektif ……….. 75

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Kerangka Berfikir ………. 37

4.1. Histogram Hasil Belajar Kognitif ………. 77

4.2. Histogram Hasil Belajar Afektif ……… 80

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Siswa Kelas Eksperimen (TGB 1) ………. 95

2 Daftar Siswa Kelas Kontrol (TGB 2) ……… 97

3 Daftar Nilai Kelas TGB 2013/2014 ……….. 99

4 Instrumen Soal Uji Coba ……….. 106

5 Perhitungan Uji Validitas, Uji Reabilitas, Indeks Kesukaran dan Daya Beda ……….. 112

6 Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Beda ……… 115

7 Instrumen Pretest dan Posttest ………. 117

8 Instrumen Ranah Afektif ……….. 122

9 Instrumen Ranah Psikomotorik ……… 125

10 Hasil Data Penelitian ……… 130

11 Uji Analisis Data Penelitian ………. 133

12 Hasil Uji Analisis Data Penelitian ……… 138

13 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ……… 141

14 Silabus Gambar Teknik ………. 144

15 RPP Kelas Eksperimen ………. 149

16 RPP Kelas Kontrol ……… 163

17 Judgement Instrumen ……… 174

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan negara lain yang telah maju. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh pada kemajuan berbagai bidang. Di samping mengusahakan pendidikan yang berkualitas, pemerintah perlu melakukan pemerataan pendidikan dasar bagi setiap warga Negara Indonesia, agar mampu berperan serta dalam memajukan kehidupan bangsa.

(16)

2

Nana Sudjana (2005: 39) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri, misalnya kemampuan yang dimilikinya dan faktor lain berupa motivasi, sikap dan lain sebagainya. Sedangkan faktor yang datang dari luar diri siswa yakni lingkungan belajar. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kualitas pembelajaran.

Kualitas pendidikan yang baik sangat diperlukan dalam era globalisasi saat ini, tapi pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya berkualitas sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi yang optimal pada berlangsungnya proses pembelajaran.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam memasuki dunia kerja. SMK merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah di Indonesia yang dalam penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

(17)

3

gambar geometris sangat ditekankan pada cara siswa menggambar serta cara menggunakan pensil dan penggaris secara manual. Dalam cara membagi garis yang benar tanpa mengetahui berapa panjang garis yang akan dibagi tentu tidak bisa asal-asalan. Pada tugas menggambar garis sejajar juga diperlukan keterampilan siswa menggunakan penggaris. Penggunaan penggaris yang salah akan mempengaruhi hasil dari gambar yang kurang maksimal. Pada materi menggambar lingkaran dan menggambar segi n beraturan akan menambah pengetahuan siswa terhadap berbagai jenis garis dan fungsinya, terutama keterampilan siswa dalam menggunakan alat gambar jangka dan secara tidak sadar akan membuat kemampuan berfikir siswa bertambah.

(18)

4

Hasil nilai yang diperoleh siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang pada tahun ajaran 2013/2014 semester gasal dengan rata-rata nilai keterampilan 57,7 pada mata pelajaran gambar teknik. Dapat dilihat dari hasil nilai keterampilan kelas X TGB SMK Negeri 3 tahun ajaran 2013/2014 semester gasal, yaitu dari 36 siswa hanya 27,8% siswa yang memenuhi standart kelulusan, sedangkan 72,2% siswa belum memenuhi standart kelulusan. Dari data tersebut diduga masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi dan langkah-langkah dalam menggambar.

Pada hasil penelitian sebelumnya oleh Fajar Ika Kurniawati tahun 2010

yang mengusung judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Ilmu Bangunan Pada Siswa Kelas X TKB SMK Negeri 2 Surakarta ” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning mampu meningkatkan nilai ketuntasan siswa 3,83%. Sedangkan hasil penelitian oleh Meliyani tahun 2013 yang mengusung judul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMK” menyimpulkan bahwa

(19)

5

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik.

Menurut permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah mengkonstruki, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam proses belajar mengajar pusat pembelajaran adalah peserta didik, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik).

(20)

6

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik

Kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 3 Semarang”.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam proses pembelajaran dasar gambar teknik.

2. Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan suatu mata pelajaran tertentu. 3. Pada saat pembelajaran di kelas siswa masih terfokuskan pada guru sebagai

pemberi materi pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah pada beberapa hal sebagai berikut :

a. Model Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran dibatasi pada metode Problem Based Learning

(21)

7

Guru menyampaikan masalah kehidupan nyata yang berkaitan dengan pembelajaran kemudian siswa mendiskusikannya dan mempresentasikan hasil karya. Siswa dilatih untuk menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, dan memandirikan siswa. Sehingga perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural.

Tahapan pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 tahap. Tahap 1 : Mengorientasi siswa pada masalah, Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3 : Membingbing penyelidikan individual dan kelompok, Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.

b. Batasan Kompetensi Dasar

Pada penelitian ini, peneliti dibatasi oleh kompetensi dasar yang tertera dalam silabus mata pelajaran gambar teknik kelas X semester gasal. Kompetensi dasar yang digunakan oleh peneliti dalam penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning yaitu menyajikan gambar konstruksi geometris berdasarkan bentuk konstruksi sesuai prosedur pada sub materi gambar konstruksi geometris.

c. Proses dan Hasil Pembelajaran

(22)

8

pembelajaran yang dimaksud adalah pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

d. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang, dengan jumlah siswa untuk kelas X TGB 1 yaitu 36 anak yang terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 6 siswi perempuan. Sedangkan kelas X TGB 2 jumlah siswanya 36 anak yang terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 6 siswi perempuan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik kompetensi dasar menyajikan gambar konstruksi geometris dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ?

1.5 Tujuan Penelitian

(23)

9 1.6. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi siswa, model pembelajaran yang dikembangkan ini diharap siswa mampu :

1) Mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual.

2) Meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. 3) Belajar dalam suasana yang menyenangkan.

4) Sebagai peningkatan belajar siswa dalam bekerjasama.

b. Manfaat bagi Guru

1) Menambah wawasan guru untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

2) Guru lebih terampil dalam menggunakan metode belajar. 3) Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa.

c. Manfaat bagi Mahasiswa Peneliti

1) Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran.

2) Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan metode pembelajaran berbasis masalah.

(24)

10 d. Bagi sekolah

1) Diperoleh informasi mengenai model pembelajaran Problem Based Learning yang dapat dijadikan sebagai inovasi pembelajaran kedepannya.

(25)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.Tinjauan Tentang Metode Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam ilmu pelajaran medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :

(26)

12

2) Menurut Trianto (2010: 90), model pembelajran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik.

Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Problem Based Learning diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berfikir kritis. Kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pecarian dan pengolahan informasi.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) sebagai konteks bagi peserta didik untuk memotivasi, mengidentifikasi dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah serta sekaligus membangun pengetahuan yang benar-benar bermakna.

b. Tujuan Problem Based Learning

(27)

13

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri.

c. Prinsip-prinsip Problem Based Learning

Prinsip utama Problem Based Learning adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.

Problem Based Learning mendorong kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu, di mana dan bagaimana mencari informasi itu, bagaimana mengatur informasi bahwa dalam kerangka konseptual yang bermakna.

(28)

14

lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.

Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam PBL pusat pembelajaran adalah peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik).

d. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

(29)

15

Tabel 2.1.

Tahapan-tahapan Pembelajaran Problem Based Learning

Fase Peran Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan maslah tersebut.

Fase 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4

Mengembangakan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sudjana (1996: 93) kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

(30)

16

2) Kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan. 3) Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh siswa. 4) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber.

5) Interaksi social antar peserta lebih berkembang.

6) Siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan dan membiasakan siswa berfikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.

Menurut Sudjana (1996: 93) kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

1) Menuntut sumber-sumber dan saran belajar yang cukup.

2) Kegiatan belajar siswa bias membawa resiko yang merugikan jika tidak dikendalikan oleh guru.

3) Siswa cenderung untuk menerima jawaban atau dugaan sementara apabila masalah tidak berbobot.

2.1.2.Tinjauan Hasil Pembelajaran a. Belajar

1. Pengertian Belajar

Berikut pengertian belajar menurut beberapa para ahli.

(31)

17

b) Menurut Syaiful Bahri yang mengutip dari Howard L. Kingskey (2011: 13) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

c) Nana Sudjana (2010: 28) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang yang ditandai dengan adanya suatu perubahan baru pada diri seseorang.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam peserta didik. Faktor intern dikelompokan menjadi 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

(32)

18

Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis

Meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Dibedakan menjadi dua yaitu jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

(33)

19 3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keadaan peserta didik dengan masyarakat.

b. Mengajar

1. Pengertian Mengajar

Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar dijelaskan Slameto (2010) sebagai berikut :

a) Waini Rasyidin dalam Slameto (2010: 34) mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar dan bukan menentukan proses belajar. b) Mursell dalam Slameto (2010: 33) menggambarkan mengajar sebagai

"mengorganisasikan belajar", sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa, sehingga tugas pelajar adalah memahami hubungan pengetahuan itu sebagai kesatuan, dan dalam hal ini guru hanya organisator.

(34)

20 2. Prinsip-prinsip Mengajar

Menurut Slameto (2010: 35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni:

a) Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.

b) Aktivitas

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

c) Apersepsi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya.

d) Peragaan

(35)

21 e) Repetisi

Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. f) Korelasi

Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri. g) Konsentrasi

Hubungan antara mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam.

h) Sosialisasi

Dalam perkembangannya, siswa perlu bergaul dengan teman-teman yang lain. Disamping itu, siswa sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan.

i) Individualisasi

(36)

22

berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan tersebut. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

j) Evaluasi

Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evalusai dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi, serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga adapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak dengan tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.

c. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

(37)

23

yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan.

Menurut Erman Suherman (2003: 7) bahwa : “pembelajaran adalah

merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi suasana agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Menurut Dedeng dalam Sugiyanto (2008: 1), “Daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal,

pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru”.

Sedangkan menurut Gino, dkk (1998: 30) kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

a) Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. b) Guru adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. c) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik dan afektif.

d) Isi pelajaran atau materi adalah segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

(38)

24

f) Media yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

g) Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.

2. Ciri-ciri Pembelajaran

Ciri-ciri dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000: 25) antara lain:

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan yang menarik dan menantang bagi siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

(39)

25 d. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Arikunto (2010: 8) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil

akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur”.

Sementara itu Abdurrahman (2003: 37-38) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah malalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah diterapkan terlebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Menurut Agus Suprijono (2010: 5-6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertullis.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.

(40)

26

d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar menurut Dalyono (2007: 55) disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar da nada pula dari luar dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi dalam Rusman (2012: 124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal :

a) Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

2) Faktor Psikologis

(41)

27

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.

b) Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang dirancanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, saran dan guru. Menurut Djamarah (2006:105) untuk mengetahui apakah proses belajar dikatakan berhasil, ada indikator yang digunakan yaitu “daya serap

(42)

28

Menurut Benyamin S Bloom (1956: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah menerima pembelajaran. Berikut adalah pemaparan hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan. Selanjutnya, Anderson dan krathwohl dalam Ella Yulaelawati (2004: 72) menelaah taksonomi sebelumnya oleh Benyamin S Bloom agar lebih terkait dengan teori belajar yang relevan saat ini. Pada tahun 2001 mereka menggabungkan dimensi kognitif dengan pengetahuan. Perbaikan Anderson dan Krathwohl menggabungkan jenis pengetahuan yang akan dipelajari (dimensi pengetahuan/substansi) dan proses yang digunakan untuk belajar (kognitif). Sehingga menghasilkan teori ranah kognitif baru yang sudah direvisi. Berikut adalah jenjang ranah kognitif revisi (Anderson dan Krathwohl, 2010: 44).

a. Meningat

(43)

29 b. Memahami

Jenjang ini merupakan kemampuan mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termsauk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

c. Mengaplikasikan

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menerapkan dan menggunakan dan menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan informasi yang telah dipelajari ke dalam keadaan tertentu. d. Menganalisis

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk memecah-mecah materi menjadi bagian penelitinya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

e. Mengevaluasi

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar.

f. Mencipta

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk memadukan bagian bagian untuk membentuk sesuatu yang berhubungan atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

2. Ranah Afektif

(44)

30

penyesuaian. Krathwohl dalam Ella Yulaelawati (2004: 61) mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengukur perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Berikut adalah penjelasan jenjang ranah afektif.

a. Penerimaan (Receiving)

Jenjang ini merupakan kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan untuk menenggang atau bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan.

b. Menanggapi (Responding)

Jenjang ini merupakan kemampuan memberikan respon atau tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berberan serta berdasarkan penerimaan.

c. Penghargaan (Valuing)

(45)

31 d. Pengorganisasian (Organization)

Jenjang ini merupakan kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.

e. Karakterisasi (Charetization)

Jenjang ini merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya adalah perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor meliputi keterampilan dan kemampuan bertindak. Anita Harrow dalam Ella Yulaelawati (2004: 63) ranah psikomotor dimulai dengan gerakan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke gerakan syaraf otot yang lebih kompleks ke tingkatan tertinggi. Berikut Jenjang ranah psikomotorik menurut Dave (1967) dalam Chijioke (2013: 21).

a. Meniru (Imitation)

(46)

32 b. Menggunakan

Jenjang ini merupakan kemampuan melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti petunjuk dan berlatih tanpa bantuan visual dari orang lain.

c. Ketepatan (Precision)

Jenjang ini merupakan kemampuan bekerja dengan cepat dan tepat dengan sedikit kesalahan tanpa menggunakan petunjuk visual atau tertulis.

d. Merangkaikan (Artikulation)

Jenjang ini merupakan kemampuan menunjukan serangkaian gerakan yang akurat, sesuai prosedur, cepat dan tepat.

e. Naturalisasi (Naturalization)

Jenjang ini merupakan kemampuan melakukan gerakan secara sepontan atau otomatis. Memiliki performa tinggkat tinggi secara alami, mempunyai bakat alam tanpa perlu berpikir atau belajar banyak tentang hal itu.

(47)

33 2.1.3 Mata Pelajaran Gambar Teknik

Mata pelajaran gambar teknik merupakan salah satu mata pelajaran kejuruan yang ada pada jurusan Teknik Bangunan pada program keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB) di SMK Negeri 3 Semarang. Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan mempelajari tentang menyajikan gambar konstruksi geometris berdasarkan bentuk konstruksi sesuai prosedur.

Pada mata pelajaran gambar teknik kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang materi yang akan diajarkan yaitu tentang gambar kontruksi garis, konstruksi sudut, konstruksi lingkaran, konstruksi garis singgung, dan konstruksi gambar bidang.

Gambar teknik merupakan alat komunikasi yang mengandung maksud tertentu, perintah-perintah, atau informasi dari pembuat gambar (perencana) untuk disampaikan kepada pelaksana atau pekerja di lapangan dan bentuk gambar kerja dilengkapi dengan keterangan-keterangan berupa kode, symbol yang mempunyai satu arti, satu maksud dan satu tujuan. Sedangkan menggambar teknik adalah salah satu unsur pokok dalam perencanaan, selain itu juga suatu metode penuangan ide yang harus dapat dibaca oleh pihak-pihak lain yang terkait. Presisi, akurasi standarisasi gambar teknik merupakan syarat utama dalam menggambar dan bagi calon teknisi. Syarat tersebut bukan lagi merupakan aturan yang harus dipenuhi, tetapi sudah merupakan sikap dan perilaku dalam menghasilkan karya teknik.

(48)

34

akan terlihat dari hasil gambar yang sudah dibuat. Agar sebuah gambar dapat dan mudah dibaca, menggambar konstruksi garis harus benar. Cara penggunaan penggaris yang harus benar sudah menjadi syarat wajib ketika proses menggambar dan penggunaan pensil yang sesuai standart. Pada materi menggambar sebuah lingkaran dapat digambar menjadi segi n beraturan tuntutan yang harus dipenuhi yaitu cara penggunaan peralatan gambar jangka yang benar.

2.2 Kerangka Berfikir

Tujuan dalam pembelajaran penerapan gambar teknik adalah kompetensi pembelajaran bisa tercapai dan hasil belajar siswa meningkat dengan mendapatkan hasil yang optimal. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru pengampu mata pelajaran tersebut diperoleh informasi bahwa tujuan pembelajaran belum menunjukan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah dan siswa harus melakukan remidi. Pemahaman siswa mengenai materi juga kurang maksimal. Dalam proses pembelajaran penyampaikan materi masih menggunakan metode pembelajaran dengan ceramah, sehingga komunikasi selalu berjalan satu arah dan siswa cenderung pasif.

(49)

35

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah serangkaian aktifitas pembelajaran yang dirancang dengan menghadapkan siswa dalam suatu masalah tertentu dan diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan keterampilan berfikir kritis dan analisis sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan baru yang bermakna bagi dirinya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa aktif untuk mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Suatu pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok akan memberikan motivasi kepada individu untuk berkompetisi sehingga akan memberikan hasil belajar yang diinginkan.

Pada kegiatan praktik belajar mengajar didalam kelas banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa. Seringnya peran guru yang mendominasi proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas membuat siswa kurang bisa memahami materi yang disampaikan. Penggunaan metode pembelajaran konvensional yang diterapkan oleh guru membuat guru tersebut lebih memprioritaskan menghabiskan materi secara langsung. Sehingga menyebabkan hasil belajar siswa yang masih rendah, terutama pada mata pelajaran gambar teknik. Hal ini memberikan gagasan kepada peneliti untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

Perencanaan metode Problem Based Learning ini akan melibatkan siswa pada masalah yang dihadapi selama proses mengambar. Sehingga penerapan model

(50)

36

dikembangkan oleh guru agar suasana didalam kelas terlihat lebih menarik dan tidak membosankan. Sehingga ketika suasana suasana didalam kelas terasa menarik bagi siswa, maka hal ini akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa.

Pada saat proses pembelajaran siswa diminta untuk mengumpulkan informasi atau materi yang akan disampaikan yang menghadapkan siswa pada permasalahan yang ada. Beberapa siswa yang masih kurang paham dengan materi yang sudah dipelajari guru akan mengelompokkan menjadi beberapa kelompok. Hal ini akan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar didalam kelas. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal guru harus membuat evaluasi dan penilaian terhadap tugas yang sudah diselesaikan.

(51)
[image:51.595.115.505.104.591.2]

37

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir 2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian landasan teori diatas, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar dasar gambar teknik siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas X TGB di SMK Negeri 3 Semarang, maka dirumuskan suatu

Masalah Praktik Belajar Mengajar (PBM) Proses belajar mengajar yang masih didominasi

oleh peran guru

Metode pengajaran konvensional, guru memprioritaskan menghabiskan materi

Hasil belajar siswa yang masih rendah

Perencanaan metode Problem Based Learning Proses pembelajaran Problem Based Learning Evaluasi dan Perbaikan Pembelajaran yang menarik Hasil yang lebih baik Pembelajaran yang kurang

(52)

38

(53)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sedangkan desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Experimental Design atau desain eksperimen semu. Penelitian eksperimen dapat

diartikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung sebab akibat melalui langkah manipulasi, pengendalian dan pengamatan, dan desain eksperimen semu adalah suatu desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel–variabel dari luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010). Penggunaan eksperimen semu dalam panelitian ini dikarenakan subyek penelitiannya adalah manusia yang tidak dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif.

Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2009: 116). Langkah penelitian

(54)

40

biasa. Setelah diberi perlakuan (treatment) kedua kelompok diberi posttest untuk mengetahui keadaan akhir.

[image:54.595.142.475.221.414.2]

Skema penelitian yang dikutif dari Sugiyono (2009: 116) dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1. Skema Penelitian

Grup experimen  � X

Grup kontrol  � -

Keterangan :

O1 : Pretest Kelas Eksperimen

O2 : Posttest Kelas Eksperimen

O3 : Pretest Kelas Kontrol

O4 : Posttest Kelas Kontrol

X : Perlakuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMK Negeri 3 Semarang yang beralamatkan di Jl. Admodirono Raya No. 7A Kecamatan Semarang Selatan, Telepon: 024 8311538. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 dengan menyesuaikan jam pelajaran gambar teknik kelas X kompetensi keahlian teknik gambar bangunan tahun ajaran 2014/2015.

3.3 Populasi dan Sampel

(55)

41

gambar bangunan (TGB). Dalam kompetensi keahlian teknik gambar bangunan terdapat dua kelas yaitu kelas X TGB 1 dan kelas X TGB 2.

Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 siswa yang tebagi dari 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Sebelum menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perlu di uji coba dengan uji normalitas dan uji homoginitas. Kedua kelas memenuhi syarat uji normalitas dan uji homoginatas. Jika pada uji normalitas dikatakan normal berarti populasi dalam kelas A dan kelas B berditribusi normal dan dapat dikatakan homoginitas jika kedua kelas mempunyai varian yang sama atau homogen.

Penentuan kelompok dalam penelitian ini ditentukan dengan cara mengundi antara kelas A (X TGB 1) dan kelas B (X TGB 2) untuk menentukan kelompok kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kontrol. Dari hasil pengundian penentuan sampel maka didapat kelas A (X TGB 1) sebagai kelas eksperimen sebagai kelompok yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah sampel 36 siswa. Sedangkan kelas B (X TGB 2) sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah 36 siswa.

3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

(56)

42 b. Variabel terikat

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini merukapan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran gambar teknik.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar, yaitu data hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode tes dan metode non tes.

a. Metode Dokumentasi

Menurut Margono (2010: 181) teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Metode Tes

(57)

43

dianalis untuk kemudian ditarik kesimpulan terkait penelitian yang telah dilaksanakan.

c. Metode Non Tes

Penilaian non tes menurut Jihad dan Haris (2010: 69) merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Alat-alat non tes yang sering digunakan untuk melakukan penilaian menurut Purwanti (2008: 19) antara lain: pengamatan atau observasi, angket, analisa sampel kerja, analisis tugas, checklists dan rating scales, portofolio, komposisi dan presentasi, serta proyek individu dan

kelompok. Adapun teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi

Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan sikap siswa atau ranah afektif dalam pembelajaran gambar teknik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

2) Analisis Tugas

(58)

44

hasil gambar tersebut akan dinilai beberapa aspeknya antara lain garis, ukuran, konstruksi, tata letak, kebersihan, dan ketepatan gambar.

3.6 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 148) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

a. Instrumen Tes (Ranah Kognitif)

Dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif peneliti menggunakan instrumen tes berupa tes obyektif. Tes obyektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes, dimana kemungkinan jawaban atau respon disediakan oleh peneliti. Tipe tes yang digunakan oleh peneliti adalah multiple choice test. Alternatif kemungkinan jawaban peneliti terdapat 4

kemungkinan. Penskoran instrumen tes ini disesuaikan dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Dimana jika jawaban benar nilainya 1 dan jika jawaban salah atau tidak menjawab nilainya adalah 0. Jumlah soal instrumen tes adalah 20 butir soal. Pelaksanaan penggunaan instrumen tes dilakukan 2 kali yaitu ketika pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan ketika posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

(59)

45

kemudian setiap butir soal dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda.

[image:59.595.127.507.262.624.2]

Kisi-kisi instrumen tes aspek kognitif pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Ranah Kognitif

No Indikator Deskriptor Jumlah

Soal

No Soal

1 Digambar sebuah garis dapat digambar dalam beberapa bentuk

 Fungsi garis  Ciri-ciri garis  Perpotongan

antar garis  Simbol-simbol

garis

6 1, 2, 3, 4, 5, dan 6

2 Digambar sebuah garis sudut dapat dibentuk, dibagi menjadi beberapa

 Perbandingan sudut segitiga  Menggunakan

alat yang benar

2 7 dan 8

3 Digambar sebuah lingkaran dapat

digambar menjadi segi N beraturan

 Gambar garis singgung dan segi N geraturan

6 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 4 Digambar sebuah

garis singgung dapat digambar dengan mengunakan dua buah lingkaran

 Gambar elips 3 15, 16, dan 17

5 Digambar bentuk kubus secara aksometri, cabinet, militer

 Bentuk isometri dan dimetri

3 18, 19, dan 20

(60)

46 1) Uji Validitas Instrumen

Validasi soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan valid atau tidaknya suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hemdak diukur. Untuk mengetahui valiadi item soal menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

= � Σ − Σ Σ

√� Σ − Σ |� Σ − Σ

Dimana :

rxy = Koefisien korelasi suatu butir/item

N = Jumlah subyek X = skor suatu butir/item Y = skor total

Dasar pengambilan keputusan :

 Jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

 Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (dalam Suherman, 2003: 113) adalah sebagai berikut :

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 : validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy ≤ 0,90 : validitas tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy ≤ 0,70 : validitas sedang (cukup)

0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 : validitas rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 : validitas sangat rendah (sangat kurang)

(61)

47 2) Uji Reabilitas Instrumen

Reabilitas adalah kualitas yang menunjukkan dari suatu pengukuran yang dilakukan dan dihitung dengan menggunakan rumus koefisien reabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut.

= [�−k ] [ −∑ ��2

�2 ]

Dimana :

r11 = reabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ � = jumlah varian butir/item

�� = varian total

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reabilitas (r11) > 0,6 atau dengan

dibandingkan dengan r tabel (Product Moment). Jika nilai Koefisien Reabilitas Aplha Cronbach lebih besar dari r tabel, maka dikatakan reliabel, dan sebaliknya.

Penentuan kategori dari Reliabilitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian Reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956: 145) adalah sebagai berikut :

0,80 < r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 : reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 : reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah

(62)

48 3) Tingkat Kesukaran Butir Pertanyaan

Tingkat kesulitan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah butir pernyataan bagi peserta uji. Berikut rumus yang dipergunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :

� = ��

Dimana :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:62.595.137.512.466.574.2]

Klasifikasi indeks kesukaran soal menurut Suherman (2003: 170) dapat dilihat dalam tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3.

Kriteria Indek Kesukaran (IK)

4) Daya Pembeda Soal

Daya Beda butir pertanyaan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah. Untuk menghitung besarnya indeks daya beda butir soal, secara sederhana dapat dilakukan dengan rumus berikut :

Klasifikasi IK Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu mudah

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

(63)

49

�� = �� − � = � − �

Dimana :

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

� = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

� = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal dalam (Suherman, 2003: 161) dinyatakan pada tabel 3.4 sebagai berikut :

[image:63.595.136.484.464.581.2]

Tabel 3.4.

Tabel Interpretasi atau Penafsiran Daya Pembeda (DP)

b. Instrumen Non Tes (Ranah Afektif dan Ranah Psikomotorik)

1) Observasi (Ranah Afektif)

Lembar observasi afektif yang digunakan adalah rubrik penilaian observasi. Tujuan dari pembuatan lembar observasi ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah afektif, yaitu sikap siswa selama mengikuti

Daya Pembeda (DP) Interpretasi atau Penafsiran DP

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

(64)

50

pembelajaran gambar teknik. Bentuk lembar observasi yang digunakan berupa daftar penilaian skala 1 sampai 4 yang akan diisi oleh para observer pada saat kegiatan pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan cara check list. Dimana jika peserta didik melakukan tindakan sesuai indikator maka akan diberi tanda (V).

Lembar observasi yang digunakan dalam penilaian ini sudah terlebih dahulu di konsultasikan (expert judgement) pada dosen pembimbing bapak Aris Widodo, S.Pd., M.T., dan juga pada guru pengampu gambar teknik bapak Supriyadi S.pd di tempat penelitian.

[image:64.595.111.515.443.563.2]

Berikut adalah kisi–kisi dan rubrik penilaian ranah afektif yang dapat dilihat pada tabel 3.5 dan table 3.6 di bawah ini :

Tabel 3.5.

Kisi-kisi Instrumen Ranah Afektif

No Indikator Sub Indikator Kriteria Penilaian Ranah Afektif 1 Afektif Penerimaan Antusias siswa terhadap materi yang

disampaikan

2 Afektif Menanggapi Interaksi siswa dengan guru 3 Afektif Penghargaan Kepedulian sesama

4 Afektif Pengorganisasian Kerja sama

(65)
[image:65.595.120.512.150.675.2]

51 Tabel 3.6.

Rubrik Penilaian Ranah Afektif

No Kriteria Penilaian Butir Pertanyaan Skor 1 Antusias siswa

terhadap materi yang disampaikan

Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru

1 Siswa jarang sekali memperhatikan penjelasan guru

2 Siswa sering memperhatikan penjelasan guru

3 Siswa selalu memperhatikan penjelasan guru

4 2 Interaksi siswa

dengan guru

Siswa tidak bertanya pada guru 1 Siswa jarang bertanya pada guru 2 Siswa sering bertanya pada guru 3 Siswa selalu bertanya pada guru 4 3 Kepedulian sesama Siswa tidak pernah menanyakan kesulitan

teman sekelilingnya

1 Siswa jarang menanyakan kesulitan teman sekelilingnya

2 Siswa sering menanyakan kesulitan teman sekelilingnya

3 Siswa selalu menanyakan kesulitan teman sekelilingnya

4 4 Kerjasama Siswa tidak pernah bekerja sama dengan

teman sekelilingnya

1 Siswa jarang bekerja sama dengan teman sekelilingnya

2 Siswa sering bekerja sama dengan teman sekelilingnya

3 Siswa selalu bekerja sama dengan teman sekelilingnya

4 5

Mengerjakan tugas

Siswa tidak melaksanakan tugas yang diberikan

1 Siswa melaksanakan tugas dengan tidak benar

2 Siswa melaksanakan tugas mendekati benar

(66)

52 2) Analisis Tugas (Ranah Psikomotorik)

Dalam pengambilan data ranah psikomotorik ini menggunakan analisis tugas, yakni berupa gambar jobsheet yang digambar oleh siswa. Tujuan dari analisis tugas adalah untuk mengetahui kemampuan keterampilan masing-masing siswa.

[image:66.595.113.504.373.596.2]

Penilaian gambar siswa terdiri dari beberapa aspek yaitu persiapan, garis, ukuran, konstruksi, tata letak, kebersihan, dan ketepatan gambar. Berikut adalah lembar penilaian gambar siswa dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut :

Tabel 3.7.

Lembar Penilaian Gambar

No Aspek Penilaian Nilai

Max. Dicapai 1 Persiapan:

1.1 Alat gambar yang digunakan 10 2 Hasil Akhir:

a. Garis b. Ukuran c. Konstruksi

d. Tata letak gambar e. Kebersihan 15 15 20 15 10 3 Waktu:

3.1 Ketepatan 15

4 Total Skor 100

Sumber : Dokumen SMK N 3 Semarang 3.7 Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

(67)

53

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui mean, median, modus, dan mendeskripsikan karakteristik data serta efektifitas hasil penelitian guna menjawab permasalahan deskriptif.

b. Pengujian Prasyarat Analisis

Pengujian prasyarat analisis digunakan sebagai syarat pengujian hipotesis. Hasil dari pengujian prasyarat nantinya akan menentukan pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik atau statistik nonparametrik.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji normal atau tidaknya sebaran data yang dianalisis. Penyebaran data artinya bagaimana data tersebut tersebar anatara nilai paling tinggi sampai nilai paling rendah, serta variabelitas yang terd

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 2.1.
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dirasakan anak-anak usia prasekolah saat dilakukan tindakan pemasangan infus. yang dirawat di

Sugiyono (2011: 335) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan. Besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang,

497.500.000,- (Empat ratus sembilan puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) Tahun Anggaran 2016, maka bersama ini kami Kelompok Kerja Konstruksi Unit Layanan Pengadaan Barang /

[r]

Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap

Regulation of the land acquisition using a mixtureof general guide and list of public interest provision. Kriteria