• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Sepengetahuan penulis terdapat hasil penelitian terdahulu yang mendekati dengan judul penelitian penulis yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang penulis temukan terdapat pada skripsi Indar Melani Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua Paada Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun 2013. Mahasiswa FISIP Univeristas Hasanuddin Makasar 2014. Penilitian ini memliki kesamaan dengan penulis yaitu menggunakan teori perilaku pemilih berdasarkan 3 pendekatan yakni pendekatan psikologis, sosiologis, rasional, untuk teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi sedangkan penulis menggunakan kuisioner atau angket. Data yang di ambil dalam penelitian ini yaitu pemilih pemula yang berjumlah 2.391 di ambil 14 orang untuk di wawancarai sedangkan penulis mengumpulkan angket berdasarkan dari segala umur yang telah terdaftar di DPT dengan jumlah angket yang kembali 135. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sedangkan penulis menggunakan analisis kuantitatif. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini hanya untuk melihat kecenderungan pemilih pemula diantara pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional. Dan hasil penelitian ini mengungkapkan

bahwa pemilh pemula lebih cenderung ke pendekatan psikologis, karena pemilih pemula banyak di pengaruhi oleh kesamaan daerah dengan kandidat, dorongan keluarga, dan ikut-ikutan lingkungan sekitar, sedangkan dalam penelitian penulis untuk mencari pengaruh yang diberikan publikasi lembaga survei terhadap perilaku pemilih dan hasilnya tidak ditemukan hubungan antara publikasi lembaga survei terhadap perilaku pemilih.

2. Penelitian yang hampir sama juga terdapat pada penelitian M. Nursalim Malay, Pengaruh Citra Kandidat, Identifikasi Partai, dan, Efektivitas Kampanye Terhadap Perilaku Memilih dalam Pilgub Lampung 2014, (Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Raden Intan Lampung 2014). Penelitian ini sama-sama menggunakan teori periaku pemilih yaitu pendekatan sosiologis, psikologis, dan rasional. Penelitian ini menggunakan teknik sampel proporsi dan penulis menggunakan purposive random sampling. Teknik pengumpulan data sama-sama menggunak metode angket atau kuisioner dengan teknik analis kuantitatif. Data dari penelitian ini menggunak seluruh mahasiswa UIN Raden Intan Lampung sebagai sampel ssementara penulis menggunakan pemilih di kecamatan Pringsewu sebagai sampel. Dari temuan penelitian ini didapatkan hasil yaitu citra kandidat dan efektifitas kampanya memiliki pengaruh pada perilaku pemilih sedengankan identifikasi partai tidak memliki pengaruh, sementara temuan penulis yaitu tidak terdapat hubungan antara publikasi lembaga survei terhadap perilaku

pemilih. Penilitian ini menggunakan 3 variabel bebas dan satu variabel terikat, sementara penulis menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. B. Fungsi, Peranan Pers dan Pengaruhnya

Kebebasan pers di Indonesia mulai bisa dirasakan setelah tumbangnya rezim orde baru pada 21 mei 1998. Selama 32 tahun pemerintahan Soeharto, kehidupan media boleh dikata mengalami pasang surut dalam hubunganya dengan pemerintah, terutama untuk mengatur para wartawan BM.

Untuk menangani pembinaan media di Indonesia, pemerintah telah mensahkan Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, yang antara lain mengatur Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban, dan Perananan Pers, sebagaimana yang termaktub dalam Bab II Pasal 2,3,4,5,6. Selain itu juga diatur tentang fungsi Dewan Pers ( pasal 15).

Pers nasional memiliki fungsi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3 ayat 1 yaitu “pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Informasi yang dulunya rahasia, sekarang telah menjadi makanan publik, bahkan saat ini kita bisa mengakses informasi sangat cepat padahal dulunya sangat sulit. Media yang memiliki cakupan sangat luas yaitu seperti, televisi, radio, koran, majalah, dan internet. Masing-masing media ini memiliki distribusi luas dan mengantarkan informasi yang mudah dijangkau dan diakses oleh publik.

Sebegitu pentingnya fungi media massa, sehingga muncul pendapat adanya kesamaan fungsi media massa dan Al-Qur’an. Dalam buku Invasi Media Melanda Kehidupan Umat, ditemukan banyak kesamaan fungsionalis antara Al-Qur’an dengan fungsi media yang jarang diperhatikan oleh umat Islam, yaitu sebagai; sebagai sumber informasi, sebagai sarana edukasi, sebagai sumber hiburan, sebagai alat promosi, sebagai inspirasi gaya hidup, sebagai pengarah opini publik, sebagai rujukan

hukum.13

Media massa menjalankan fungsi untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Melalui media, masyarakat dapat menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah. Lewat media pula berbagai inovasi atau pembaharuan bisa dilaksanakan masyarakat. Berbagai keinginan, aspirasi, pendapat, sikap perasaan manusia bisa disebarluaskan melalui pers.

Selain menyebarkan informasi media massa juga memiliki kewajiban untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi, sesuai yang tertera dan pasal 4. Peranan pers juga diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 yaitu sebagai berikut.

1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supermasi

hukum, dan hak asasi manusia serta menghormati kebhinekaan

13Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi, anatara Fundamentalis dan Sekularisme (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2015) cet.ke1 h.240-242.

3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar.

4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan sasaran terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan umum.

5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran umum.

Menurut Wilbur Schramm, tak bisa dipungkiri pula bagi masyarakat, pers bisa dianggap sebagai pengamat, forum dan guru. Artinya, setiap hari memberikan laporan, ulasan, mengenai kejadian, menyediakan tempat (forum) bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis dan turut mewariskan nilai-nilai ke masyarakat dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, pers mangamati kejadian dan melaporkanya kepada masyarakat, menjadi diskusi serta mendidik masyarakat kearah

kemajuan.14

Media massa yang merupakan unsur dalam sistem komunikasi, pers di Indonesia memiliki beberapa arti penting, yakni:

1. Menjadi salah satu unsur sistem komunikasi. Tidak bekerjanya unsur yang

satu ini akan mempengaruhi kinerja sistem komunikasi. Berbagai informasi yang terjadi tidak bisa disebarkan secara cepat dan luas. Kita tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada surat kabar yang terbit selama satu

14Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet.ke-6, h.69.

minggu, misalnya mereka melakukan aksi boikot, tentu akan mempengaruhi kinerja sistem komunikasi dalam satu kebulatan utuh dan padu.

2. Tujuan pers juga menjadi tujuan system komunikasi itu sendiri. Jika system

komunikasi mempunyai tujuan mengurangi ketidakpastian dalam pembuatan keputusan, maka melalui pers semua itu bisa diatasi;

3. Pers adalah unsure pengolah data, peristiwa, ide atau gabungan ketiganya

menjadi sebuah keluaran atau output kedalam sistem komunikasi. Artinya,

berbagai informasi yang diolah lewat media menjadi hasil yang berguna bagi

proses keluaran atau output sistem komunikasi.

Membangun image politik atau citra yang baik dalam masyarakat media massa dapat diartikan sebagai suatu langkah yang memiliki peran dan fungsi untuk mengumpulkan sekaligus mendistribusikan informasi dari dan kemasyarakat. Komunikasi politik tidak dapat dilakukan oleh partai politik sendirian, efektivitas komunikasi politik membutuhkan peran serta media massa, karena merekalah salah satu profesi penting yang memiliki perangkat dan kemampuan berkomunikasi yang luas kepada masyarakat. Komunikasi politik kerapkali terjadi secara tidak langsung

melalui pemberitaan yang dilakukan oleh media massa.15

Fungsi utama media massa bukanlah untuk memperingatkan, menginstruksikan dan membuat khalayak tercengang, tetapi memberitahu. Setelah

15Firmanzah , Marketing Politik, Anara Pemahaman dan Realitas ( Yayasan Pustaka Obor Indonesia ; Jakarta 2012) h.265.

memberitahu khalayak, terserah khalayak untuk memanfaatkan sebuah berita. Media massa dalam mewartakan kehidupan politik harus bersifat netral tidak menggiring opini publik.

Media massa yang selalu mewartakan proses politik yang terjadi di Indonesia acauan masyarakat dalam mengenal dinamika politik yang terjadi setiap harinya. McQuail memandang peran media massa terhadap masyarakat ada 6 yaitu sebagai berikut :

a. Media massa sebagai jendela terhadap peristiwa dan pengalaman

b. Media massa sebagai cermin yang ada di masayarakat dan di dunia

c. Media massa sebagai filter dari berbagai isu dan peristiwa yang terjadi

d. Media massa sebagai penunjuk jalan dan penerjemah terhadap

berbagai peristiwa yang terjadi

e. Media massa sebagai forum mempresentasikan informasi dan ide-ide

masyarakat

f. Media massa sebagai partner komunikasi interaktif.

Pemberitaan yang intensif akan dapat dengan mudah menciptakan

public-awarenes. Publik akan dapat dengan cepat mengetahui apa saja yang dilakukan partai politik. pada giliranya, hal ini akan dapat dengan mudah memengaruhi opini publik. Tak heran lagi, persepsi publik terhadap suatu partai politik atau seorang individu dapat dibentuk sesuai dengan pemberitaan yang ada. Mengingat media massa saat ini

memiliki kekuasaan yang luar biasa maka sebuah rezim dapat tumbang oleh media. Begitu pula sebaliknya, media punya jasa besar untuk mengangkat citra sesorang setinggi langit.

Program kerja dapat dibangun secara akurat dengan tidak melibatkan

masyarakat secara langsung. Hal ini dapat dilakukan melalui hasil polling dan analisis

media massa (seperti Koran, radio, TV dan internet. Meskipun tidak melibatkan interaksi fisik secara langsung , partai politik dapat menggunakan dan dan informasi seekunder, membaca dan menganalisis hasil publikasi dari riset yang dilakukan oleh lembaga independen, kemudian menyusun program pemecahanya juga dapat menjadi

strategis analisis lingkungan yang dapat memberikan hasil bagus. 16

Selain berfungsi dan berperan dalam memperoleh dan menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas namun media juga memiliki pengaruh dalam kehidupan politik masyarakat terlebih menjelang pemilu, pilkada. Pengaruh media massa dalam kehidupan politik dalam kehidupan politik merupakan kajian tersendiri dalam komunikasi politik. media memiliki kemampuan mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Media memiliki peran yang penting dalam menyampaikan program kerja, pesan politik pembentukan image partai atau kandidat. Saking hebatnya pengaruh media massa, sejumlah pihak memanfaatkanya untuk tujuan yang kurang patut untuk pembunuhan karakter sesorang dan menyebarkan isu-isu untuk menjatuhkan lawan politiknya.

16 Ibid, h.54.

Banyak analisis setuju dengan Cohen yang menulis, “Pers mungkin seringkali tidak berhasil mengatakan kepada orang-orang apa yang perlu dipikirkan, namun keberhasilanya memukau dalam mengatakan kepada para pembacanya tentang apa

yang perlu dipikirkan.17

Jika media mempengaruhi tentang orang-orang berpikir, apakah media juga mempengaruhi bagaimana cara mereka berpikir, yaitu sikap-sikap mereka terhadap suatu isu atau kandidat politik. pertanyaan ini telah dijawab dalam cara yang berbeda pada generasi yang berbeda. Studi awal tentang efek media pada kampanye 1940an dan 1950an (bereselon, Lazarsfeld, & McPhee, 1954; Lazarsfeld, Berelson, & Gaudet, 1944), menemukan bahwa keanggotaan partisan begitu sulit bagi begitu banyak orang sehingga efek media terhadap sikap-sikap mereka sangat kurang daripada diantisipasi. Sebaliknya, orang-orang memperhatikan informasi dalam media yang mendukung preferensi kandidat awal kampanye cenderung dipengaruhi oleh keluarga dan teman daripada oleh media. Studi berikutnya yang mencerminkan perubahan masyarakat, seperti kedatangan televisi, melemahnya keanggotan partisan secara umum, dan berkurangnya kepentingan keluarga besar dan komunitas sebagai pengaruh penting pada sikap-sikap politik, berpendapat bahwa media memiliki

dampak yang lebih kuat pada konten dan kompleksitas sikap-sikap publik.18

17 Martha L. Cottam dkk, Pengantar Psikologi Politik (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2012), cet.ke-1, h.246.

Glynn merangkum perspektif saat ini terhadap pengaruh media sebagai berikut; “sebagaian besar teori saat ini tentang pengaruh media dari pandangan para penonton, yang sebagian besar merupakan pemain aktif dalam memilih apa yang mereka dengar, tonton, atau baca, dan merespon sesuai itu. Akan tetapi, kita tidak menolak pemikiran bahwa pada waktu-waktu tertentu orang-orang cukup pasif atau reaktif dalam memerhatikan media atau dalam percakapan sehari-hari tentang masalah tersebut. Kemungkinan keterlibatan diri pendengar/penonton/pembaca (audience) dengan media yang lebih aktif atau lebih pasif ini telah mengarahkan banyak peneliti untuk mengamati efek media terhadap opini publik sebagai suatu

proses yang lebih Interaktif dan Transaksional. Karakteristik hubungan antara

pendengar/penonton/atau pembaca dan media mungkin berubah dan beralih sesuai dengan sifat pribadi, suasana hati, konteks, dan situasi yang berbeda-beda.

Media massa pada dasarnya merupakan salah satu sumber informasi bagi masyarakat awam. Namun tidak berarti bahwa media akan menjadi cermin realitas yang sesungguhnya. Sangat mungkin media menyajikan informasi hanya untuk ideologi atau kepentingan tertentu. Ada dua kepentingan yang bisa mengganggu netralitas media dan pemihakanya kepada rakyat banyak, yaitu kepentingan ekonomi dan kepentingan kekuasaan. Dua kepentingan itu bisa merusak orientasi media dan membuat media tidak lagi berbeperan sebagai ruang publik yang bebas kepentingan. Media massa bisa dirusak kepentingan kekuasaan ketika penguasa atau agen-agen

sosial tertentu memiliki otoritas untuk mengubah opini yang dibangun media.19 Objektivitas media sejatinya tidak ada, bagaimana pun media itu ada investornya, investornya juga memiliki ideologi yang akan diperjuangkan oleh media sesuai dengan kepentinganya baik kepentingan ekonomi maupun untuk mendapatkan kekuasaan.

Semakin gencarnya pemberitaan dan isu-isu politik yang ditimbulkan oleh media massa, dalam Al-Qur’an kita diingatkan untuk berhati-hati menerima

pemberitaan dan informasi yang beredar. Perlu adanya cross check terhadap

keakuratan data dan pemberitaanya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an dibawah ini :

“hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu”. (Al-Hujarat:6).

Besarnya pengaruh media massa terhadap masyarakat namun sebagai umat Islam harus berhati-hati dalam menerima informasi dan berita. Ayat diatas merupakan sebagai peringatan buat umat Islam.

19 Subhan Setowara & Soiman, Agama dan Politik Moral, (Malang, Intrans Publishing Kalimetro, 2013), cet.ke-1, h.136.

Dokumen terkait