• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUBLIKASI LEMBAGA SURVEI TERHADAP PERILAKU PEMILIH (Studi pada Pilkada Kabupaten Pringsewu 2017) - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PUBLIKASI LEMBAGA SURVEI TERHADAP PERILAKU PEMILIH (Studi pada Pilkada Kabupaten Pringsewu 2017) - Raden Intan Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUBLIKASI LEMBAGA SURVEI TERHADAP PERILAKU PEMILIH

(Studi pada Pilkada Kabupaten Pringsewu 2017)

Pembimbing I : Dr. Muhammad Aqil Irham, M.si Pembimbing II : Drs. M. Nursalim Malay, M.si

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S. Sos ) dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh

Beny Iswanto NPM. 1331040022

Jurusan : Pemikiran Politik Islam

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(2)

PENGARUH PUBLIKASI LEMBAGA SURVEI TERHADAP PERILAKU PEMILIH

(Studi pada Pilkada Kabupaten Pringsewu 2017)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S. Sos ) dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh

Beny Iswanto NPM. 1331040022

Jurusan : Pemikiran Politik Islam

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

Lahirnya lembaga survei tidak terlepas dari unsur demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Lembaga survei mengalami perkembangan yang sangat besar terlebih dalam menjelang pemilu, baik pemilu presiden, gubernur, bupati dan calon legislatif. Hasil dari lembaga survei dengan cepat dapat di publikasikan melalui media massa sehingga masyarakat dapat mengetahui setiap calon yang unggul dalam pilkada maupun suara elektabilitasnya mengalami peningkatan. Perilaku pemilih yang beragam sifat tentu banyak yang mempegaruhi pemilih agar memilih sesuai yang diinginkan oleh kandidat. Pengaruh yang di berikan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan perilaku. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah publikasi lemabaga survei berpengaruh terhadap perilaku pemilih? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh publikasi lembaga survei terhadap perilaku pemilih dan mengetahui jenis pemilih apa yang ada dalam pilkada Pringsewu 2017. Hipotesis yang diajukan yaitu tidak ada pengaruh antara publikasi lembaga survei terhadap perilaku pemilih.

Penelitian berusaha untuk menemukan pengaruh dari variabel bebas, yaitu publikasi lembaga survei. Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan data angket.. Teknik pada pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Random Sampling untuk menetapkan jumlah responden yang akan di jadikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria dan pertimbangan.

(4)

MOTTO

ﺎًﻣْﻮَﻗ اﻮُﺒﯿِﺼُﺗ ْنَأ اﻮُﻨﱠﯿَﺒَﺘَﻓ ٍﺈَﺒَﻨِﺑ ٌﻖِﺳﺎَﻓ ْﻢُﻛَءﺎَﺟ ْنِإ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﺎَﮭﱡﯾَأ ﺎَﯾ

ٍﺔَﻟﺎَﮭَﺟِﺑ

اوُﺣِﺑْﺻُﺗَﻓ

ٰﻰَﻠَﻋ

ﺎَﻣ

ْمُﺗْﻠَﻌَﻓ

نﯾِﻣِدﺎَﻧ

َ◌

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kepada orang-orang yang selalu memberikan motivasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu :

1. Bapak Sartono dan Ibu Rahmatun selaku kedua orang tua yang telah memberikan seuluh cinta dan kasihnya serta membesarkan dan mendidik penulis sampai akhirnya bisa menyelesaikan S1.

2. Kepada Adik-adik yang tercinta Azhari Anhar dan Eliza Sari yang telah memberikan senyum semngat dan motivasi lebih untuk penulis. Untuk Ani Yusnita yang selalu meberikan semangat selama penulis berkuliah daan menyelesaikan skripsi ini.

3. Untuk sahabat-sahabat PPI kelas A dan kelas B serta angkatan 2013 yang selalu menyemangati satu sama lainya selama penulis menempuh pendidikan dan belajar bersama sahabat-sahabat semuanya. Serta untuk adik-adik tingkat yang memberikan motivasi dan senyum semangatnya.

4. Untuk sahabat-sahabat senior dan junior OPLOZ FC/ USHULUDDIN FC yang selalu memberikan hiburan canda dan tawa, kemenangan dan kekalahan bersama, juara bersama. Semoga tetap LOYALITY MY TEAM

(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penelii dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa Allah SWT limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang kita tunggu syaf’at-Nya di akhir nanti.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis merasa perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag selaku rektor UIN Raden Intan Lampung beserta segenap Staf pimpinan dan segenap karyawan yang telah berkenan memberikan kesempatan dan bimbingan kepada peneliti selama studi.

2. Bapak Dr. H. Arsyad Sobby , Lc. M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Rden Intan Lampung beserta segenap Staf pimpinan dan segenap karyawan yang telah berkenan memberikan kesempatan dan bimbingan kepada peneliti selama studi.

(9)

4. Bapak Drs. M. Nursalim Malay, M.si selaku pembimbing II yang dengan sabar serta susah payah telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Nadirsah Hawari, M.A selaku ketua jurusan Pemikiran Politik Islam dan Ibu Tin Amali Fitri, S.Sos, M.si selaku sekertaris jurusan Pemikiran Politik Islam yang telah meberikan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pemikiran Politik Islam dan semua pengajar di Fakultas Ushuluddin yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung.

7. Semua masyarakat pekon Sidoharjo, Waluyo Jati, Pringsewu Selatan yang telah membantu membantu penyelesaian skripsi ini khusunya para responden yang dengan sungkan mengisi angket penelitian. 8. Sahabat-sahabat seperjuangan Pemikiran Politik Islam yang

memberikan sumbangsih pemikiranya untuk penyelesaian skripsi ini. 9. Terima kasih untuk kecerianya untuk sahabat-sahabat selama 4 tahun

(10)

Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Agustus 2017

(11)

DAFTAR ISI

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA ... A. Tinjauan Pustaka ... 11

B. Fungsi, Peran dan pengaruhnya terhadap masyarakat... 13

C. Lembaga Survei ... 21

D. Perilaku Memilih ... 31

E. Pengaruh Publikasi Lembaga Survei terhadap Perilaku Pemilih dalam Pilkada Pringsewu 2017 ... 41

(12)

G. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... A. IdentifikasiVariabelPenelitian... 44

B. DefinisiOperasionalVariabel ... 45

C. Populasi dan sampel ... 46

D. MetodePengumpulan Data... 47

E. Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 48

F. Teknik analisis Data ... 53

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... A. Gambaran Umum ... 55

B. Pelaksanaan Penelitian ... 59

C. Hasil Penelitian ... 63

D. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Uji validatas Instrumen variabel lembaga survei ... 50

Tabel 2 : Uji validitas instrument variabel perilaku pemilih ... 51

Tabel 3 : Validitas instrument lembaga survei ... 61

Tabel 4 : Validitas instrument perilaku pemilih ... 62

Tabel 5 : Tabulasi berdasarkan pekon dan jenis Kelamin ... 64

Tabel 6 : Tabulasi berdaarkan pekon dan umur ... 64

Tabel 7 : Tabulasi berdasarkan pilihan parpol ... 64

Tabel 8 : Tabulasi berdasarkan pilihan cabup dan cawabup ... 65

Tabel 9 : hasil uji normalitas ... 66

Tabel 10: hasil uji linieritas ... 66

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Susunan pertanyaan variabel lembaga survei dan perilaku pemmilih Lampiran B : Tabel uji validitas dan total skor aitem variabel lembaga survei dan

perilaku pemilih

Lampiran C : Uji scale varriabel lembaga survei Lampiran D : Uji scale variabel perilaku pemilih Lampiran E : Uji normalitas

Lampiran F : Uji Linieritas Lampiran G : Uji Corelations

Lampiran H : SK Pembimbing Penyusunan Skripsi Lampiran I : SK Perpanjangan Skirpsi

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Penegasan Judul

Menghindari kesalah pahaman dalam penjelasan variabel-variabel penelitian maka perlu dijelaskan terlebih dahulu maksud atau arti dari tiap variabel atau istilah yang terdapat pada judul. Judul penilitian ini adalah Pengaruh Publikasi Lembaga Survei terhadap Perilaku Pemilih (Studi Pilkada Kabupaten Pringsewu 2017).

Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Pengaruh ialah perbedaan antara apa yang di pikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh merupakan suatu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya yang kita inginkan. Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku.1 Yang di maksud penulis yaitu pengaruh lembaga

survei setelah mempublikasikan hasil surveinya terhadap pemilih. Pengaruh dari publikasi lembaga survei dapat mempengaruhi, pengetahuan sikap, dan perilaku. Setelah mengetahui hasil survei tersebut, perilaku pemilih menghasilkan suatu tindakan berupa, mengikuti hasil survei tersebut atau tidak mengikuti hasil survei tersebut.

(16)

Publikasi berarti tindakan penerbitan, dan juga mengacu pada setiap salinan2.

Publikasi yang di maksut yaitu publikasi yang diterbitkan oleh lembaga survei di berbagai media cetak atau internet dengan memprediksi suara elektabilitas dan popularitas calon bupati Kabupaten Pringsewu, dan berkeyakinan bahwa calon tersebut bisa memenangkan pilkada dengan tren yang terus menaik berdasarkan hasil survei.

Lembaga Survei adalah suatu badan penelitian dengan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan pendapat dari sampel yang representatif dari populasi yang menjadi target sasaran.3 Hasil dari lembaga survei ada yang

dipublikasikan kemasyarakat dan ada hasil survei yang hanya di konsumsi untuk partai politik dan kandidat atau calon. Hasil survei dilakukan kurang lebih selama tiga bulan sekali untuk mengetahui tren popularitas elektabilitas, kredibilitas dan kapabilitas calon, tak jarang hasil survei menjadi acuan untuk merekomendasi calon untuk maju dalam pilkada dan pemilu.

Perilaku pemilih menurut Ramlan Surbakti adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih dan tidak memilih didalam suatu pemilu.

2 https://id.wikipedia.org/wiki/Publikasi.

3 Hafied Cangra, Komunikasi Politik, Konsep,Teori dan Strategi (Rajawali Pers Jakarta 2009)

(17)

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan.4 Jadi perilaku pemilih yaitu suatu

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam menentukan atau memberikan suaranya dalam proses pemilihan umum. Menurut Nimmo ada empat tipe dalam pemberian suara di pemilihan umum, yaitu : tipe rasional, tipe reaktif, tipe responsif dan tipe aktif.5 Menurut Columbia dan Michigan Perilaku pemilih merupakan tingkah

laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok.

Penulis mempertegas dan membatasi pembahasan yang akan di teliti. Penulis akan mempelajari hasil publikasi yang di terbitkan sebelum pemilihan yaitu di bulan januari 2016 – bulan januari 2017 dan kecamatan yang terpilih hanya kecamatan Pringsewu karena yang akan penulis cari responden yang sesuai dengan kriteria penulis yaitu orang-orang yang berada di kota khususnya di kecamatan Pringsewu yang tahu akan berita online, membaca Koran, ada televis dan banyaknya sinyal handphone dibandingkan dengan kecamatan lain. Kemudian banyaknya kecamatan di Kabupaten Pringsewu serta keterbatasan waktu dan biaya maka hanya terpilih satu kecamatan saja. Adakah pengaruh hasil survei yang di publikasikan lewat media

4Firmanzah , Marketing Politik, Anara Pemahaman dan Realitas ( Yayasan Pustaka Obor

Indonesia ; Jakarta 2012) h.87.

(18)

massa dari bulan januari 2016-Februari 2017 yaitu di Koran, internet, televisi dan

lembaga survei itu sendiri terhadap perilaku pemilih. Pengaruh yang berhasil tentu

akan mengubah, pengetahuan sikap, dan perilaku. Penulis hanya akan berfokus pada

perialku pemilih, yaitu tindakan yang diberikan setelah mengetahui publikasi hasil

lembaga survei. Pemilih tentu akan memilih suatu calon yang dianggap cocok untuk

dipilih, namun setelah pemilih mengetahui adanya kenaikan tren popularitas dan

elektabilitas di kandidat lain dalam hasil survei membuat pemilih jadi ikut-ikutan atau

menjadi pemilih yang tastis yaitu berubah pilihanya yang tadinya ia akan pilih tapi

versi lembaga survei menang jadi berubah untuk mendukung kandidat yang kalah.

B. Alasan Memilih Judul

Suatu hal yang penting dalam alasan penulis memilih judul diatas adalah

sebagai berikut.

a) Hasil survei dalam kandidat calon yang akan di usung suatu partai politik

tentu akan melihat elektabilitas, dan popularitas dari nama calon bupati yang

menjadi rekomendasi partai untuk memilih calon bupati. Dalam melakukan

suatu survei atau memerlukan pendapat umum dari masyarakat para partai

politik melakukan survei. Dari survei ini tentu elektabilitas, popularitas calon

bupati termuat di media-media sosial atau di publikasikan/diterbitkan.

b) Prediksi dari lembaga survei yang terlebih dahulu mengetahui calon

(19)

kecendurungan memilih dari masyarakat. Karena calon bupati sudah diketahui

pemenangnya maka masyarakat enggan untuk datang memilih.

c) Masyarakat yang berpendidikan tinggi akankah terpengaruhi dengan publikasi

dari lembaga survei atau malah mereka memilih berdasarkan rasional atau non

rasional.

d) Judul yang diangkat ada relevansiya dengan jurusan Pemikiran Politik Islam

dan lokasi penelitian mudah untuk dijangkau dengan sarana dan biaya yang

tidak berlebihan.

C. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia sejak digulirkannya reformasi demokrasi, pelaksanaan survei

jajak pendapat (poll) makin bebas dilakukan, terutama makain disadarinya peranan

pendapat umum sangat menentukan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan

program-program pembangunan yang mengarah kepada pemenuhan orang banyak.

Peluang ini juga yang memberikan tumbuhnya beberapa lembaga survei jajak

pendapat antara lain LP3ES, LSI pimpinan Deny , dan Lembaga Survei Indonesia

pimpinan Syaiful Mujani. Ketiga lembaga ini sempat melakukan jejak pendapat pada

pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2004 dengan hasil sangat akurat.

Atas keberhasilan itu banyak lembaga-lembaga survei bermunculan baik

tingkat nasional maupun daerah yang menerima pesenan dari para calon Gubernur,

(20)

ampai akhir 2007 telah melaksanakan 30 proyek jajak pendapat dari Aceh smapai

Papua. Dan salah satu partai politik yang banyak menggunakan jajak pendapat adalah

partai Golkar. Menurut DPP partaii Golkar banyak meraih sukses akibat bantuan

lembaga survei, khususnya terhadap kandidat yang banyak mendapat dukungan dari

publik sebelum ditetapkan menjadi calon oleh partai Golkar.6

Aktivitas dari lembaga survei diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

2012. Hasil dari survei tidak boleh dipublikasikan pada masa tenang atau hari H,

karena telah diatur dalam UU No 28 Tahun 2012 pasal 247. Sementara itu lembaga

survei harus mencantumkan jumlah responden, dana, tanggal pelaksanaan, cakupan

survei serta margin of eror.7

Lembaga survei mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kampanye

politik, terutama untuk melihat favorit tidaknya seorang calon. Hasil lembaga survei

yang di publikasiakan dan juga ada yang menjadi strategi dalam pemenangan calon

seringkali digunakan sebagai amunisi untuk perang urat syaraf, tetapi juga menjadi

peluang bagi kandidat untuk menyusun strategi perlawanan. Sebelum calon bupati

dilakukan parpol juga menyewa suatu lembaga survei untuk mengukur elektabilitas

dan popularitas dari calon buapati yang akan diusung parpol maupun parpol koalisi.

Sementara pilkada serentak 2017 di Kabupaten Pringsewu publikasi lembaga

survei dari dalam partai politik pun sudah dilakukan untuk mengukur elektabilatas

6 Ibid h.192.

(21)

dan popularitas kandidat. Publikasi yang digunakan oleh para lembaga survei yaitu

ada yang melului media cetak, atau berita online yang dimulai dari januari 2016

sampai januari 2017. Seperti hasil survei peningkatan elektabilatas dan popularitas

Siti Rahma yang di publikasikan melalui tribun Lampung, dan di harianfokus.com,

dengan menggunakan lembaga survei Nasdem yang bernama Media Survei

Indonesia, kutipannya yaitu yang di ungkapkan Sekertaris DPW Partai Nasdem

Fauzan Sibron mengatakan berdasarkan Survei Popularitas dan Elektabilatas Siti

Rahma menghasilkan Trend yang positif dibandingkan dengan kandidat dari petahana

seperti, Sujadi, Ririn Kuswantari dan Edi Agus Yanto.8 Partai gerindra melalui survei

internalnya yang melalui Tribunlampumpung.CO.ID,PRINGSEWU dan

harianpilar.com mengatakan bahwa partai gerindra mengusungkan petahana Sujadi

untuk maju dalam pilkada Pringsewu dengan alasan yaitu memiliki rangking yang

sangat tinggi dan nomer dua ditempati oleh Ririn Kuswantari.9 Partai yang lain pun

banyak yang mempublikasikan hasil surveinya masing-masing untuk mengukur

elektabilatas dan popularitas melalui media cetak maupun online untuk

mempengaruhi dan memperkenalkan diri kepada masyarakat. Ada juga beberapa

lembaga survei yang di sewa untuk memaparkan hasil survei bakal calon namun

hasilnya tidak dipublikasikan, menurut TribunLmpung.CO.ID,BandarLampung,

bahwa Partai Demokrat menggunakan Saiful Mujani Research and Consulting

(22)

(SMRC).10 Semantara partai Golkar menggunakan Lembaga Survei Indonesia (LSI)

untuk pilkada Pringsewu dan Lambar.

Hasil publikasi dari berbagai lembaga survei juga di prediksi oleh Alinafiah,

yang mengatakan bahwa suara petahana Sujadi unggul 50% dibandingkan dengan

calon nomer urut 1 Ardian Syahputra dan Dewi arimbi, disusul di posisi paling buncit

Paslon nomer urut 3. Siti Rahma dan Edi Agus Yanto.11 Survei yang dilakukan oleh

lembaga survei baik yang internal maupun yang independen memang cukup relevan

sampai akhirnya para calon mendapat rekomendasi dari Parpol pengusung.

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan

pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok .Perilaku pemilih sebenarnya

banyak sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain bukan hanya dari lembaga

survei saja. Tipe pemilih pun beragam ada yang sebagai pemilih rasional, pemilih

kritis, pemilih skeptis dan pemilih tradisonal. Masyarakat yang berpendidikan tinggi

akan lain dalam menentukan pilihanya dalam memilih calon. Tentu banyak

pertimbangan sebelum menentukan untuk memilih calon tersebut.

Secara teoritis hasil survei memang tidak serta merta mempengaruhi prefensi

pemilih. Namun hasil survei berdampak bandgown effect(efek dimana pemilih

memilih parpol atau kandidat yang di prediksi menang oleh lembaga survei) atau

underdog effect (efek dimana pemilih memilih kandidat yang di prediksi kalah oleh

(23)

lembaga survei). Dampak dari publikasi lembaga survei terutama yang partisan selalu

menghadirkan persoalan lembaga survey itu mungkin di sewa untuk mendongkrak

popularitas calon. Namun itu sah-sah saja dalam politik karena lembaga surevei

sangat berpengaruh dengan demokrasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat

umum.12 Seperti pada kasus pilkada Lampung 2015 yaitu memprediksi petahana

bupati Pesawaran menurut survei dari Lampung Independen Survei suaranya menang

akan tetapi ketika penghituungan KPU justru kalah.

Pengaruh publikasi lembaga survei akankan mempengaruhi perilaku pemilih

yang tadinya mendukung calon tersebut namun setelah melihat survei dia pindah

kecalon yang lain atau justru akan cenderung atau mengabaikan hasil dari publikasi

lembaga survei tersebut dan memilih berdasarkan emosionalnya, bisa juga dia tidak

akan memilih calon sama sekali (golput).

D. Rumusan Masalah

1. Apakah publikasi lembaga survei mempengaruhi perilaku memilih pada

pilkada Pringsewu di Kabupaten Pringsewu 2017?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian di atas adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh publikasi lembaga survei terhadap

perilaku pemilih di kabupaten Pringsewu 2017.

(24)

2. Kegunaan Penelitian.

a. Secara teoritis

1) Menambah hasanah keilmuan tentang Pemikiran Politik Islam yang

berkaitan dengan Pengaruh Publikasi Lembaga Survei terhadap perilaku

pemilih.

b. Secara Praktis

1) Memberikan sumbangsih pemikiran terhadap masyarakat kabupaten

Pringsewu untuk mempertimabangkan hasil publikasi dari lembaga

survei sebelum menjatuhkan pilihan kepada kandidat bupati.

2) Memberikan pemikiran untuk parpol supaya mempertimbangkan hasil

dari lembaga survei untuk merubah strategi untuk pemenanganya.

3) Memberikan pemikiran untuk KPU bahwa Lembaga survei memiliki

pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat untuk memberikan

pengatahuan politik kepada masyarakat walau hanya sekedar memberi

nama calonya saja yang akan maju dalam pilkada untuuk mengukur

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Sepengetahuan penulis terdapat hasil penelitian terdahulu yang mendekati

dengan judul penelitian penulis yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang penulis temukan terdapat pada skripsi Indar Melani Perilaku

Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua Paada Pemilukada Kabupaten

Pinrang Tahun 2013. Mahasiswa FISIP Univeristas Hasanuddin Makasar

2014. Penilitian ini memliki kesamaan dengan penulis yaitu menggunakan

teori perilaku pemilih berdasarkan 3 pendekatan yakni pendekatan psikologis,

sosiologis, rasional, untuk teknik pengumpulan data menggunakan wawancara

dan dokumentasi sedangkan penulis menggunakan kuisioner atau angket.

Data yang di ambil dalam penelitian ini yaitu pemilih pemula yang berjumlah

2.391 di ambil 14 orang untuk di wawancarai sedangkan penulis

mengumpulkan angket berdasarkan dari segala umur yang telah terdaftar di

DPT dengan jumlah angket yang kembali 135. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sedangkan penulis

menggunakan analisis kuantitatif. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian

ini hanya untuk melihat kecenderungan pemilih pemula diantara pendekatan

(26)

bahwa pemilh pemula lebih cenderung ke pendekatan psikologis, karena

pemilih pemula banyak di pengaruhi oleh kesamaan daerah dengan kandidat,

dorongan keluarga, dan ikut-ikutan lingkungan sekitar, sedangkan dalam

penelitian penulis untuk mencari pengaruh yang diberikan publikasi lembaga

survei terhadap perilaku pemilih dan hasilnya tidak ditemukan hubungan

antara publikasi lembaga survei terhadap perilaku pemilih.

2. Penelitian yang hampir sama juga terdapat pada penelitian M. Nursalim

Malay, Pengaruh Citra Kandidat, Identifikasi Partai, dan, Efektivitas

Kampanye Terhadap Perilaku Memilih dalam Pilgub Lampung 2014, (Pusat

Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Raden Intan Lampung 2014).

Penelitian ini sama-sama menggunakan teori periaku pemilih yaitu

pendekatan sosiologis, psikologis, dan rasional. Penelitian ini menggunakan

teknik sampel proporsi dan penulis menggunakan purposive random

sampling. Teknik pengumpulan data sama-sama menggunak metode angket

atau kuisioner dengan teknik analis kuantitatif. Data dari penelitian ini

menggunak seluruh mahasiswa UIN Raden Intan Lampung sebagai sampel

ssementara penulis menggunakan pemilih di kecamatan Pringsewu sebagai

sampel. Dari temuan penelitian ini didapatkan hasil yaitu citra kandidat dan

efektifitas kampanya memiliki pengaruh pada perilaku pemilih sedengankan

identifikasi partai tidak memliki pengaruh, sementara temuan penulis yaitu

(27)

pemilih. Penilitian ini menggunakan 3 variabel bebas dan satu variabel terikat,

sementara penulis menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

B. Fungsi, Peranan Pers dan Pengaruhnya

Kebebasan pers di Indonesia mulai bisa dirasakan setelah tumbangnya rezim

orde baru pada 21 mei 1998. Selama 32 tahun pemerintahan Soeharto, kehidupan

media boleh dikata mengalami pasang surut dalam hubunganya dengan pemerintah,

terutama untuk mengatur para wartawan BM.

Untuk menangani pembinaan media di Indonesia, pemerintah telah

mensahkan Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, yang antara lain mengatur

Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban, dan Perananan Pers, sebagaimana yang termaktub

dalam Bab II Pasal 2,3,4,5,6. Selain itu juga diatur tentang fungsi Dewan Pers ( pasal

15).

Pers nasional memiliki fungsi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3 ayat

1 yaitu “pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan,

hiburan dan kontrol sosial. Informasi yang dulunya rahasia, sekarang telah menjadi

makanan publik, bahkan saat ini kita bisa mengakses informasi sangat cepat padahal

dulunya sangat sulit. Media yang memiliki cakupan sangat luas yaitu seperti, televisi,

radio, koran, majalah, dan internet. Masing-masing media ini memiliki distribusi luas

(28)

Sebegitu pentingnya fungi media massa, sehingga muncul pendapat adanya

kesamaan fungsi media massa dan Al-Qur’an. Dalam buku Invasi Media Melanda

Kehidupan Umat, ditemukan banyak kesamaan fungsionalis antara Al-Qur’an dengan

fungsi media yang jarang diperhatikan oleh umat Islam, yaitu sebagai; sebagai

sumber informasi, sebagai sarana edukasi, sebagai sumber hiburan, sebagai alat

promosi, sebagai inspirasi gaya hidup, sebagai pengarah opini publik, sebagai rujukan

hukum.13

Media massa menjalankan fungsi untuk mempengaruhi sikap dan perilaku

masyarakat. Melalui media, masyarakat dapat menyetujui atau menolak kebijakan

pemerintah. Lewat media pula berbagai inovasi atau pembaharuan bisa dilaksanakan

masyarakat. Berbagai keinginan, aspirasi, pendapat, sikap perasaan manusia bisa

disebarluaskan melalui pers.

Selain menyebarkan informasi media massa juga memiliki kewajiban untuk

menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh

dan menyebarluaskan gagasan dan informasi, sesuai yang tertera dan pasal 4. Peranan

pers juga diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 yaitu sebagai berikut.

1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supermasi

hukum, dan hak asasi manusia serta menghormati kebhinekaan

(29)

3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat,

dan benar.

4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan sasaran terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan umum.

5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran umum.

Menurut Wilbur Schramm, tak bisa dipungkiri pula bagi masyarakat, pers bisa

dianggap sebagai pengamat, forum dan guru. Artinya, setiap hari memberikan

laporan, ulasan, mengenai kejadian, menyediakan tempat (forum) bagi masyarakat

untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis dan turut mewariskan nilai-nilai ke

masyarakat dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, pers mangamati kejadian dan

melaporkanya kepada masyarakat, menjadi diskusi serta mendidik masyarakat kearah

kemajuan.14

Media massa yang merupakan unsur dalam sistem komunikasi, pers di

Indonesia memiliki beberapa arti penting, yakni:

1. Menjadi salah satu unsur sistem komunikasi. Tidak bekerjanya unsur yang

satu ini akan mempengaruhi kinerja sistem komunikasi. Berbagai informasi

yang terjadi tidak bisa disebarkan secara cepat dan luas. Kita tidak bisa

membayangkan seandainya tidak ada surat kabar yang terbit selama satu

(30)

minggu, misalnya mereka melakukan aksi boikot, tentu akan mempengaruhi

kinerja sistem komunikasi dalam satu kebulatan utuh dan padu.

2. Tujuan pers juga menjadi tujuan system komunikasi itu sendiri. Jika system

komunikasi mempunyai tujuan mengurangi ketidakpastian dalam pembuatan

keputusan, maka melalui pers semua itu bisa diatasi;

3. Pers adalah unsure pengolah data, peristiwa, ide atau gabungan ketiganya

menjadi sebuah keluaran atau output kedalam sistem komunikasi. Artinya,

berbagai informasi yang diolah lewat media menjadi hasil yang berguna bagi

proses keluaran atau output sistem komunikasi.

Membangun image politik atau citra yang baik dalam masyarakat media

massa dapat diartikan sebagai suatu langkah yang memiliki peran dan fungsi untuk

mengumpulkan sekaligus mendistribusikan informasi dari dan kemasyarakat.

Komunikasi politik tidak dapat dilakukan oleh partai politik sendirian, efektivitas

komunikasi politik membutuhkan peran serta media massa, karena merekalah salah

satu profesi penting yang memiliki perangkat dan kemampuan berkomunikasi yang

luas kepada masyarakat. Komunikasi politik kerapkali terjadi secara tidak langsung

melalui pemberitaan yang dilakukan oleh media massa.15

Fungsi utama media massa bukanlah untuk memperingatkan,

menginstruksikan dan membuat khalayak tercengang, tetapi memberitahu. Setelah

(31)

memberitahu khalayak, terserah khalayak untuk memanfaatkan sebuah berita. Media

massa dalam mewartakan kehidupan politik harus bersifat netral tidak menggiring

opini publik.

Media massa yang selalu mewartakan proses politik yang terjadi di Indonesia

acauan masyarakat dalam mengenal dinamika politik yang terjadi setiap harinya.

McQuail memandang peran media massa terhadap masyarakat ada 6 yaitu sebagai

berikut :

a. Media massa sebagai jendela terhadap peristiwa dan pengalaman

b. Media massa sebagai cermin yang ada di masayarakat dan di dunia

c. Media massa sebagai filter dari berbagai isu dan peristiwa yang terjadi

d. Media massa sebagai penunjuk jalan dan penerjemah terhadap

berbagai peristiwa yang terjadi

e. Media massa sebagai forum mempresentasikan informasi dan ide-ide

masyarakat

f. Media massa sebagai partner komunikasi interaktif.

Pemberitaan yang intensif akan dapat dengan mudah menciptakan

public-awarenes. Publik akan dapat dengan cepat mengetahui apa saja yang dilakukan partai

politik. pada giliranya, hal ini akan dapat dengan mudah memengaruhi opini publik.

Tak heran lagi, persepsi publik terhadap suatu partai politik atau seorang individu

(32)

memiliki kekuasaan yang luar biasa maka sebuah rezim dapat tumbang oleh media.

Begitu pula sebaliknya, media punya jasa besar untuk mengangkat citra sesorang

setinggi langit.

Program kerja dapat dibangun secara akurat dengan tidak melibatkan

masyarakat secara langsung. Hal ini dapat dilakukan melalui hasil polling dan analisis

media massa (seperti Koran, radio, TV dan internet. Meskipun tidak melibatkan

interaksi fisik secara langsung , partai politik dapat menggunakan dan dan informasi

seekunder, membaca dan menganalisis hasil publikasi dari riset yang dilakukan oleh

lembaga independen, kemudian menyusun program pemecahanya juga dapat menjadi

strategis analisis lingkungan yang dapat memberikan hasil bagus. 16

Selain berfungsi dan berperan dalam memperoleh dan menyebarkan

informasi kepada masyarakat secara luas namun media juga memiliki pengaruh

dalam kehidupan politik masyarakat terlebih menjelang pemilu, pilkada. Pengaruh

media massa dalam kehidupan politik dalam kehidupan politik merupakan kajian

tersendiri dalam komunikasi politik. media memiliki kemampuan mempengaruhi

opini publik dan perilaku masyarakat. Media memiliki peran yang penting dalam

menyampaikan program kerja, pesan politik pembentukan image partai atau kandidat.

Saking hebatnya pengaruh media massa, sejumlah pihak memanfaatkanya untuk

tujuan yang kurang patut untuk pembunuhan karakter sesorang dan menyebarkan

isu-isu untuk menjatuhkan lawan politiknya.

(33)

Banyak analisis setuju dengan Cohen yang menulis, “Pers mungkin seringkali

tidak berhasil mengatakan kepada orang-orang apa yang perlu dipikirkan, namun

keberhasilanya memukau dalam mengatakan kepada para pembacanya tentang apa

yang perlu dipikirkan.17

Jika media mempengaruhi tentang orang-orang berpikir, apakah media juga

mempengaruhi bagaimana cara mereka berpikir, yaitu sikap-sikap mereka terhadap

suatu isu atau kandidat politik. pertanyaan ini telah dijawab dalam cara yang berbeda

pada generasi yang berbeda. Studi awal tentang efek media pada kampanye 1940an

dan 1950an (bereselon, Lazarsfeld, & McPhee, 1954; Lazarsfeld, Berelson, &

Gaudet, 1944), menemukan bahwa keanggotaan partisan begitu sulit bagi begitu

banyak orang sehingga efek media terhadap sikap-sikap mereka sangat kurang

daripada diantisipasi. Sebaliknya, orang-orang memperhatikan informasi dalam

media yang mendukung preferensi kandidat awal kampanye cenderung dipengaruhi

oleh keluarga dan teman daripada oleh media. Studi berikutnya yang mencerminkan

perubahan masyarakat, seperti kedatangan televisi, melemahnya keanggotan partisan

secara umum, dan berkurangnya kepentingan keluarga besar dan komunitas sebagai

pengaruh penting pada sikap-sikap politik, berpendapat bahwa media memiliki

dampak yang lebih kuat pada konten dan kompleksitas sikap-sikap publik.18

17 Martha L. Cottam dkk, Pengantar Psikologi Politik (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2012), cet.ke-1, h.246.

(34)

Glynn merangkum perspektif saat ini terhadap pengaruh media sebagai

berikut; “sebagaian besar teori saat ini tentang pengaruh media dari pandangan para

penonton, yang sebagian besar merupakan pemain aktif dalam memilih apa yang

mereka dengar, tonton, atau baca, dan merespon sesuai itu. Akan tetapi, kita tidak

menolak pemikiran bahwa pada waktu-waktu tertentu orang-orang cukup pasif atau

reaktif dalam memerhatikan media atau dalam percakapan sehari-hari tentang

masalah tersebut. Kemungkinan keterlibatan diri pendengar/penonton/pembaca

(audience) dengan media yang lebih aktif atau lebih pasif ini telah mengarahkan

banyak peneliti untuk mengamati efek media terhadap opini publik sebagai suatu

proses yang lebih Interaktif dan Transaksional. Karakteristik hubungan antara

pendengar/penonton/atau pembaca dan media mungkin berubah dan beralih sesuai

dengan sifat pribadi, suasana hati, konteks, dan situasi yang berbeda-beda.

Media massa pada dasarnya merupakan salah satu sumber informasi bagi

masyarakat awam. Namun tidak berarti bahwa media akan menjadi cermin realitas

yang sesungguhnya. Sangat mungkin media menyajikan informasi hanya untuk

ideologi atau kepentingan tertentu. Ada dua kepentingan yang bisa mengganggu

netralitas media dan pemihakanya kepada rakyat banyak, yaitu kepentingan ekonomi

dan kepentingan kekuasaan. Dua kepentingan itu bisa merusak orientasi media dan

membuat media tidak lagi berbeperan sebagai ruang publik yang bebas kepentingan.

(35)

sosial tertentu memiliki otoritas untuk mengubah opini yang dibangun media.19

Objektivitas media sejatinya tidak ada, bagaimana pun media itu ada investornya,

investornya juga memiliki ideologi yang akan diperjuangkan oleh media sesuai

dengan kepentinganya baik kepentingan ekonomi maupun untuk mendapatkan

kekuasaan.

Semakin gencarnya pemberitaan dan isu-isu politik yang ditimbulkan oleh

media massa, dalam Al-Qur’an kita diingatkan untuk berhati-hati menerima

pemberitaan dan informasi yang beredar. Perlu adanya cross check terhadap

keakuratan data dan pemberitaanya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an

dibawah ini :

“hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu

berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya, yang menyebabkan kamu menyesal

atas perbuatan itu”. (Al-Hujarat:6).

Besarnya pengaruh media massa terhadap masyarakat namun sebagai umat

Islam harus berhati-hati dalam menerima informasi dan berita. Ayat diatas merupakan

sebagai peringatan buat umat Islam.

(36)

C. Lembaga Survei

a. Pengertian Lembaga Survei (Jajak Pendapat)

Jajak pendapat memegang peranan yang sangat penting dalam menegakkan

demokrasi. Tidak heran jika kelompok politik berusaha menanam citra positif melalui

jajak pendapat. Dinegara yang menganut sistem demokrasi para pemimpin partai,

calon presiden, legislatif, guburnur maupun bupati mengeluarkan banyak dana untuk

menciptakan pendapat umum yang positif dengan berbagai cara, termasuk dalam

butiran pertanyaan dari kuisioner lembaga survei. Sebelum melangkah jauh dibawaah

ini penulis mencoba mendifinisikan lembaga survei atau jajak pendapat itu sendiri:

1. Lembaga Survei adalah suatu badan penelitian dengan metode yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan pendapat dari sampel yang representatif dari

populasi yang menjadi target sasaran.20

2. Jajak pendapat atau lembaga survei adalah survei mengenai pendapat atau

pandangan yang dilakukan dengan menggunakan teknik sampel. Jajak

pendapat biasanya dirancang untuk mendapatkan gambaran atau pandangan

suatu populasi kemudian menyimpulkan jawaban-jawabanya sebagai

gambaran dari kelompok yang lebih luas.21

3. Menurut Muhammad Qudari lembaga survei politik merupakan sebuah hal

yang necessary bagi sebuah Negara demokrasi, karena dengan survei kita bisa

20 Hafied Cangra, Komunikasi Politik, Konsep,Teori dan Strategi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009) h.179.

(37)

mengidentifikasi jantung demokrasi sebuah bangsa. Berdasarkan denyut

demokrasi, kita bisa mengidentifikasi kalau ada sesuatu yang salah dalam

demokrasi secara keseluruhan maupun dalam kegiatan pembuatan kebijakan

publik. 22

Untuk melaksanakan jajak pandapat, bisa dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain menggunakan tenaga interviewer yang dilatih untuk mewancarai

responden, menggunakan angket atau kuisioner dan responden yang mengisi

beberapa pertanyaan tersebut, bisa juga melalu telepon, bisa melalui Polling SMS,

hanya saja polling ini masih banyak menemui kesalahan dengan metodeloginya

masih rendah. Hal ini sempat terjadi dimana Presiden PKS waktu itu Hidayat

Nurwachid menjadi popular karena mendapatkan polling tertinggi melului metode

Polling SMS.23

Lembaga survei dalam menentukan jumlah responden yaitu dengan melalui

system pemilihan sampel yang dianggap mampu mewakili dari kesatuan populasi

tersebut. Jika makin besar sampel yang diambil dari populasi yang ada maka semakin

tinggi validitasnya dan makin kecil tingkat kesalahanya. Oleh karena itu lembaga

survei bisa dikatakan sebagai metodelogi ilmiah karena dalam prosesnya memang

menggunakan medtode yang sesuai dengan ilmu sosial.

22 Denny J.A, Napak tilas Resrmasi Indonesi, Talk Show Dialog Aktual Radio Delta FM, ( Yogyakarta: LKIS Yogyakarta,2006), h.84.

(38)

Menurut Eryanto dalam Hafied Cangra jajak pendapat sangat dibutuhkan bagi

kandidat calon, baik calon presiden legislatif, gubernur dan bupati, keperluanya yaitu

sebagai berikut;24

1. Sarana bagi kandidat untuk memperkenalkan dirinya kepublik sejak awal,

atau kepada partai yang mengusung calon. Selain itu jajak pendapat bisa

menaikan pamor kandidat apabila hasil jajak pandapat mendukungnya.

2. Membantu kandidat untuk mengetahui isu apa yang didukung oleh publik.

3. Membantu kandidat untuk mengetahui bukan saja apa yang diinginkan

publik tetapi juga bagaimana publik menilai kandidat.

4. Menjadi strategi dari bagian kampanye dimana jajak pendapat tidak hanya

member informasi kepada publik, tetapi juga citra diri yang diinginkan

publik.

5. Dapat mengukur kekuatan kandidat didepan publik, juga dapat mengukur

secara akurat bagaimana persepsi publik terhadap lawan politik.

Selain untuk kepentingan kandidat calon atau parpol lembaga survei atau riset

sangat diperlukan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bisa dimanfaatkan

untuk; pengambilan keputusan (decision making), dalam penyusunan rencana atau

revisi program yang telah berjalan; menentukan kebijakan dan strategi (policy and

strategy) yang akan diambil; memenuhi khalayak atau pasar; efisensi dan efektivitas

(39)

pelaksanaan program; pengembangan (devolpment). Selain itu juga lembaga ilmiah

dalam penelitian hasilnya digunakan untuk;

1. Penemuan masalah (trouble spot)

2. Uji teori

3. Penyedian informasi

4. Untuk kepentingan publikasi dan promosi

Karena sangat pentingnya kegunaan survei tersebut menurut ketua DPP

Golkar saat itu Budi Santoso mengatakan, kandidat partai Golkar banyak meraih

sukses akibat bantuan dari jajak pendapat, khususnya terhadap kandidat yang banyak

mendapat dukungan publik sebelum ditetapkan calon oleh Partai Golkar.

Lembaga survei yang memaparkan hasil-hasil dari kandidat maupun calon

tertentu memang tidak lah sama antara yang dilakukan lembaga survei satu dengan

yang lainya.

Akhir-akhir ini dalam ranah pemilu maupun pilkada lembaga survei banyak di

sewa oleh beberapa kandidat maupun parpol tertentu. Seringkali terdapat banyak

sekali perbedaan antara hasil survei yang satu dengan yang lainya pasti selalu

berbeda. Tentu publik sangat dibuat penasaran dengan hasil-hasil survei yang

hasilnya selalu berbeda dengan satu dengan yang lainya. Pemilihan dan penentuan

(40)

karena kesalahan dalam penarikan sampel yang tidak tepat. Dibawah ini akan

dijelaskan beberapa alasan kesalahan jajak pandapat yaitu sebagai berikut:

1. Pendapat umum itu mudah berubah, dari waktu kewaktu

2. Polling banyak melaporkan hal-hal yang belum menjadi keputusan

3. Berbeda pernyataan yang diberikan kepada polling dengan suara yang

diberikan saat pemilu

4. Pendapat umum sering tidak konsisten dan tidak terkelola karena terbentuk

pada isu-isu yang spontanitas.

5. Pendapat umum sulit diidentifikasi, siapa yang memberi suara dibilik suara.25

Dalam jajak pendapat sering muncul rasa skeptis, sejauh mana hasil jajak

pendapat itu bisa dipertanggung jawabkan keabsahanya (validitas). Hasil survei yang

dikelola dengan cara-cara yang ilmiah memiliki kepercayaan yang tinggi sehingga

tokoh partai dan kandidat menggantungkan harapanya pada lembaga-lembaga survei

pendapat umum. Bagi para aktor politik yang sudah manyimak dengan data, hasil

survei menjadi acuan dalam pengambilan strategi, tetapi juga sering mengacuhkanya.

Karena prinsip kebabasan dalam berdemokrasi, hasil-hasil survei dengan bebas dapat

mempublikasikan, sekalipun terjadi riset antara satu perusahaan survei dengan

perusahaan survei lainya yang kontradiktif. Tetapi perbedaanya tidak terlalu tajam.

Prinsip demokrasi yang diusung oleh sistem pemerintahan Indonesia maka

KPU selaku penyelenggara pemilu maupun pilkada mengeluarkan peraturan untuk

(41)

aktivitas dari lembaga survei. Aktivitas dari lembaga survei diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012. Menurut Husni Kamil manik selaku ketua KPU

menekankan setiap lembaga survei harus independen dan tidak boleh memihak

kepada siapapun. Hasil dari survei tidak boleh dipublikasikan pada masa tenang atau

hari H, karena telah diatur dalam UU No 28 Tahun 2012 pasal 247. Sementara itu

lembaga survey harus mencantumkan jumlah responden, dana, tanggal pelaksanaan,

cakupan survei serta margin of eror.26 Namun dalam penyelenggaranya masih

banyak terjadi penyimpangan dalam Undang-undang ini. Untuk mencegah hal

tersebut terulang kembali dalam peraturan KPU nomer 5 Tahun 2015 tentang

sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam pilkada disebutkanmasyarakat dapat

melakukan survei atau quick qount. Namun pengumuman hasil survei harus

dilakukan dengan menyebutkan sumber dana, metodelogi, jumlah responden, tanggal

pelaksanaan survei, cakupan survei dan pernyataan bahwa hasil tersebut bukan hasil

resmi penyelenggaraan pemilihan.

b. Sejarah Lembaga Survei di Indonesia

Diawali pada akhir 1940-an, para peneliti yang bersenjatakan survei-survei

berangkat menyelidiki karakteristik orang-orang Amerika. Selain untuk mengukur

sikap politik orang amerika, keterlibatan politik orang amerika juga untuk

menyangkut kualitas demokrasi di Amerika, yang berfungsi dan menuntut warga

untuk membuat keputusan yang terinformasi ketika memberikan suara dalam

(42)

pemilu.27 Nama yang tidak asing lagi dalam sejarah jejak pendapat atau lembaga

survei yaitu, George Gallup. Gallup poll ini menjadi pelopor yang sangat dipercaya

dalam bidang pendapat umum, pemasaran, manajemen dan leadership. Praktik jejak

pendapat dengan cara sederhana juga dilakukan di Cincinnati, Chicago, dan St. Louis

pada 1908 dengan menyediakan kupon dan surat kabar untuk diisi oleh pembaca.

Sampai 1980-an sudah ada 147 perusahaan jajak penadapat di AS.28 Selain di AS

jajak pendapat juga mnjadi bisnis besar seperti halnya di Inggris, Prancis, jepang dan

Indonesia.

Pada masa Rezim otoriter Soeharto survei seperti ini tidak mungkin dilakukan

di Indonesia. Pada waktu Soeharto berkuasa semua bentuk survei dan poll yang

terkait dengan isu politik dan masalah sosial dilarang oleh pemerintah. Kasus PT.

Suburi yang di Pimpin oleh John D Grogio pernah mencoba untuk melakukan survei

pendapat umum menjelang pemilu 1972. Survei ini mau melihat bagaimana pendapat

dan rangking yang diberikan masyarakat mengenai tokoh-tokoh politik di Indonesia,

termasuk Soeharto pada waktu itu. Pertanyaan seperti ini oleh pemerintah RI ketika

itu sangat sensitif sehingga menimbulkan pean politis oleh pihak keamanan.

Penelitian tersebut dituduh subversif, dan Pt Suburi selanjutnya dilarang oprasi di

Indonesia meskipun sebelumnya telah mendapat izin. Penelitian lain juga dilarang

27 Mertha L. Cottam, et.all., Prngantar Psikologi Politik, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,

2010) cet ke-1, h.264.

(43)

misalnya penelitian sikap dan perilaku etnis Indonesia dan Kumpul Kebo Mahasiswa

di Desakung Yogyakarta juga dilarang

Hal itu diakui oleh Syaiful Mujani dari lembaga survei Indonesia bahwa

ketika survei metode kuantitatif berkembang pasca 1960-an, Indonesia masuk rezim

otoritarian orde baru. Dalam situasi demikian survei tidak bisa diterapkan sehingga

ilmuan yang dating ke Indonesia lebih banyak dari kalangan antropolog. Dalam jurnal

antropolog dan sebut saja antropolog yang terkenal dalam penelitianya di Indonesia

seperti Clifford Gerd. Kajian politik di Indonesia sebelumnya boleh dikata belum ada

yang memakai pendekatan survei, kebanyakan pendekatan kualitatif seperti kajian

wilayah, antropologi atau sejarah. Menurut Syaiful Mujani tradisi survei opini publik

tentang politik di Indonesia dirintis oleh International Foundation for Election

System (IFES) ditengah situasi reformasi Indonesia.

Di Indonesia sejak digulirkanya reformasi demokrasi, pelaksanaan survei

jajak pendapat (poll) makin bebas dilakukan, terutama makain disadarinya peranan

pendapat umum sangat menentukan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan

program-program pembangunan yang mengarah kepada pemenuhan orang

banyak.mengenai riset dibidang kumunikasi politik sebenarnya baru dikenal di

Indonesia pada tahun 2003, sejalan dengan gerakan reformasi demokrasi untuk

mengubah sistem pemilihan preiden dan angora Dewan Perwakilan Rakyat dari sitem

perwakilan menjadi system pemilihan Langsung. Peluang ini juga yang memberikan

(44)

Deny JA, dan Lembaga Survei Indonesia pimpinan Syaiful Mujani, Fildrom Institute.

Ketiga lembaga ini sempat melakukan jajak pendapat pada pemilu Presiden dan

Wakil Presiden 2004 dengan hasil sangat akurat. Tidak cuman kebebasan dari

lembaga survei saa tetapi penerbitan dan publikasi dari media-media juga bebas untuk

memberitakan terhadap isu-isu tertentu termasuk isu-isu politik yang dikeluarkan

oleh lembaga survei.

Atas keberhasilan itu banyak lembaga-lembaga survei bermunculan baik

tingkat nasional maupun daerah yang menerima pesenan dari para calon Gubernur,

Bupati untuk meneliti sampai dimana citra mereka di masyarakat. LSI misalnya

ampai akhir 2007 telah melaksanakan 30 proyek jajak pendapat dari Aceh smapai

Papua. Dan salah satu partai politik yang banyak menggunakan jajak pendapat adalah

partai Golkar. Menurut DPP partai Golkar banyak meraih sukses akibat bantuan

lembaga survei, khususnya terhadap kandidat yang banyak mendapat dukungan dari

publik sebelum ditetapkan menjadi calon oleh partai Golkar.29

Selain P2P LIPI, LP3ES dan LSI, juga tercatat lembaga survei yang

memprediksi hasil pemilu2004 yang mengukur secara akurat dalam melakukan

analisis perilaku politik di Indonesia, Yaitu seperti, lembaga survei RESYS (Research

and Employment institute), Institute Perilaku Politik (ISSP), Psat kajian Politik

(Puskapol) Universitas Indonesia, pusat kajian Kebijakan dan Pembangunan

(45)

(Puskaptis), Litbang Kompas, IFES, IRI, Cetro, Cesda, Soegeng Suryadi Sindicated

(SSS), Indo Barometer, dan Woman Research Institute(WRI).

Kemajuan demokrasi dan keterbukaan dalam kepartaian menumbuhkan

jumlah lembaga survei baik yang bertingkat nasional maupun daerah. Tercatat dalam

KPU 37 lembaga survei berskala nasional, dan hampir 200-an berskala daerah.

Dalam catatan resmi KPU saja yang ikut berpartisipasi dalam pemilu 2014

sudah tercatat 56 lembaga survei dan 19 lembaga pemantau pemilu 2014.30

Sementara ada enam lembaga survei yang remi untuk melakukan hitung cepat pada

pilkada di lampung tahun 2015 yang telah terebih dahulu melakukan verifikasi ketat

KPU Lampung. Keenam lembaga survei tersebut yakni;

1. Media Survei Nasional (MSN)

2. Rakata Institute (RI)

3. Lembaga Riset Indonesia

4. Syaiful Munzani Research Centre (SMRC)

5. Indo Survei and Strategi (ISS)

6. Sai Wawai Institute.31

“Selain dari keenam lembaga survei tersebut, (bila ada yang lain) ilegal, kata

Anggota KPU Solihin”.

30 Detik news.com, Sabtu 29 maret 2014, 18:22 WIB.

(46)

D. Perilaku Memilih

a. Pengertian Perilaku Memilih

Perilaku politik dalam Ramlan Subakti yaitu diartikan sebagai perilaku yang

bersangkut paut dengan politik. yang selalu melakukan kegiatan politik ialah

pemerintah (lembaga dan perananya) dan partai politik karena fungsi mereka dalam

bidang politik.32

Oleh karena itu perilaku politik dibagi menjadi dua, yakni perilaku politik

lembaga-lembaga pemerintah dan perilaku politik warga negara biasa (baik individu

maupun kelompok). Yang pertama membuat, melaksanakaan dan menegakkan

keputusan politik, sedangkan yang kedua tidak berwenang seperti yang pertama

dalam menjalankan fumgsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama menyangkut

kehidupan pihak kedua. Para anggota keluarga yang sudah berhak ikut serta dalam

pemilihan umum, umpamanya ikut berkampanye sesungguhnya tengah melakukan

kegiatan politik. 33 Adapun perilaku pemilih menurut Ramlan Surbakti adalah

aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan pengambilan

keputusan untuk memilih dan tidak memilih (to vote or not over) didalam suatu

pemilu maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu.34

32 Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta : Pt Grasindo 2010) cet.ke-7, h.22. 33 Ibid. h.23.

34 Efriza, Political Explore, Sebuah Kajian Ilmu Politik, ( Bandung : Alfabeta, 2012) cet ke-1,

(47)

Perilaku politik itu sendiri merupakan kegiatan yang berkenaan dengan proses

pembuatan dan pelaksanaan politik. dimana kegiatan-kegiatan yang dimaksud

dilakukan oleh pemerintah disatu pihak, dan oleh masyarakat dipihak lain.35 Memilih

merupakan suatu kegiatan politik masyarakat dalam bentuk partisipasi dalam

pemilihan umum. Pemilih juga target dan tujuan utama dari para kontestan untuk di

pengaruhi sikapnya dengan berbagai cara yang digunakan oleh kontestan maupun

partai politik.

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan

pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang

perilaku memilih dikategorikan kedalam dua kubu yaitu; Mazhab Colombia yaitu

pendekatan sosiologis, yang dipelopori oleh Penerapan Ilmu Sosial Universitas

Columbia, yaitu penelitian pertama ditahun 1948 dan voting pada 1952 yang di

prakarsai Paul F. Lazarsfeld dan Mazhab Michigan dari University Of Michigan yang

dipelopori oleh August Campbell. Dalam Fadillah Mazhab Colombia menekankan

pada faktor sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam menentukan

pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok

yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Penganut

pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial

yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti umur, mempunyai peranan

yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih.

35 Sahid Gatara, Imu Politik Memahami dan Menerapkanya,(Bandung : Pustaka Setia, 2008),

(48)

Menurut Firmanzah dalam karyanya, Marketing Politik, menjelaskan ada 4

perilaku pemilih, yaitu pemilih rasional, pemilih kritis, pemilih tradisional, pemilih

skeptis. Dalam penulisan ini penulis hanya menggunakan 3 pendekatan yang

digunakan yakni, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan Rasional:

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian di Amerika

Serikat dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang mempunyai latar belakang

pendidikan Eropa. Karena itu, Flanagan menyebutnya sebagai model sosiologi politik

Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk

menjelaskan perilaku memilih masyarakat Inggris, menyebut model ini sebagai

social determinism approach.36

Pendekatan sosologis dipelopori oleh biro Penerapan Ilmu Sosial Universitas

Columbia (Columbia’s University Bureau of Applied Science) atau lebih dikenal

dengan kelompok Columbia yang dipelopori oleh sosiolog Paul F. Lazarsfeld (1944)

dan rekan sekerjanya Bernard Berelson dan Hazel Gaudet. 37

Kelompok ini mengawali penelitianya tentang voting dengan menerbitkan dua

karya, yakni The peoples choice (1948) dan voting 1952. Di dalam karya tersebut

diungkapkan, bahwa perilaku politik seseorang terhadap partai politik tertentu

36 Laporan Penelitian, Peilaku Memilih Kabupaten Bondowoso, 2010. h.9.

(49)

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti faktor sosial ekonomi, afliasi etnik, tradisi

keluarga, keanggotaan terhadap organisasi, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat

tinggal, dan lain-lain.38 Menurut Lazarsfeld, perubahan perilaku pemilih cenderung

mengikuti arah prediposisi politis lingkungan sosial individu tersebut.

Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam

kaitan dengan kelas sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum

dipengaruhi latar belakang demografi dan social ekonomi seperti jenis kelamin,

tempat tinggal pekerjaan pendidika, kelas, pendapatan dan agama.39

Menurut Affan Gafar dalam M. Nursalim Malay, kelompok-kelompok sosial

ini dipandang berpengaruh besar dalam keputusan memilih karena

kelompok-kelompok tersebut berperan dalam pembentukan sikap, persepsi dan oriestasi

seseorang. Penerapan pendekatan sosiologis dalam perilaku memilihi menurut hasil

studinya menekan pentingnya karakteristik sosial, khususnya orientasi sosial religious

dalam melihat perilaku memiih di pulau jawa.40

Kelemahan mazhab ini antara lain;

a. Sulitnya mengukur indikator secara tetap tentang kelas dan tingkat pendidikan

karena kemungkinan konsep kelas dan pendidikan berbeda antara Negara satu dengan

lainnya;

38Ibid h. 18.

(50)

b. Norma sosial tidak menjamin seseorang menentukan pilihannya tidak akan

menyimpang.

b. Pendekatan Psikologis

Studi tentang pelopor tentang kecanggihan politik orang Amerika, pendeketan

psikologis bisa dikatan sebagai aliran Michigan, karena the Amerika voter didasarkan

survei-survei research center of University of Michigan.41 pelopor pendekatan ini

adalah August Campbell. Menurutnya pendekatan ini sekurang-kurangnya digunakan

untuk melengkapi pendekatan sosiologis yang kadang-kadang dari segi metodelogis

agak sulit menentukan kriteria pengelompokan masyarakat. Selain itu, ada

kecenderungan bahwa semakin dominasi kelas tertentu terhadap partai politik tertentu

tidak lagi mutlak.

Pendekatan psikologis juga dapat berupa rasa ketertarikan terhadap figur

seseorang, contoh Presiden pertama yakni Ir. Soekarno, yang berkharismatik

sehingga yang melihatnya seakan terkesima untuk mencintainya sebagai pemimpin.42

Ketertarikan tidak hanya dari unsure parpol yang dilihat lebih dekat namun sosok

figure atau tokoh nasional yang memimpin suatu parpol dapat menjadi ketertarikan

dari masyarakat.

41Marta L. Cottam et,al., Pengantar Psikologi Politik (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2012) cet.ke1, h.264.

(51)

Munculnya pendekatan ini merupakan reaksi atas ketidakpuasan mereka

terhadap pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis dianggap secara metodologis

sulit diukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah indikator kelas sosial,

tingkat pendidikan, agama, dan sebagainya. Apalagi, pendekatan sosiologi umumnya

hanya sebatas menggambarkan dukungan suatu kelompok tertentu pada suatu partai

politik, tidak sampai pada penjelasan mengapa suatu kelompok tertentu

memilih/mendukung suatu partai politik tertentu sementara yang lain tidak.

Gambaran bahwa keterkaitan perilaku pemilu dengan konteks kemasyarakatan

di mana individu tinggal, mereka melihatnya dalam dua hal, yaitu pengaruh jangka

pendek dan dan persepsi pribadi seseorang terhadap calon/kandidat tergantung dari

sejauh mana tema-tema (visi dan misi) para calon. Apabila visi dan misi itu dalam

penilaian dan persepsi pemilih dapat diterimana, maka besar kemungkinan calon

tersebut dipilih. Penilain dan persepsi jangka panjang, melihat status keanggotaan

seseorang dalam partai (identifikasi partai) dinilai turut mempengaruhi pilihan-pilihan

dari pemilih. Jadi ada semacam proses sosialisasi politik lingkungan, baik dalam

lingkungan keluarga inti misalnya orang tua kepada anaknya, lingkungan sekolah,

lingkungan bermain, maupun lingkungan organisasi sosial kemasyarakatan,

keagamaan, kesukuan dan lain sebagainya.43

Menurut pendekatan psikologis ada beberapa faktor yang mendorong pemilih

menentukan pilihannya, yaitu: identifikasi partai, orientasi kandidat, dan orientasi

(52)

isu/tema. Pertama, identifikasi partai digunakan untuk mengukur sejumlah faktor

predisposisi pribadi maupun politik. Seperti pengalaman pribadi atau orientasi politik

yang relevan bagi individu. Pengalaman pribadi dan orientasi politik sering

diwariskan oleh orang tua, namun dapat pula dipengaruhi oleh lingkungan, ikatan

perkawinan, dan situasi krisis.

Inti dari pendekatan Psikologis adalah identifikasi seorang terhadap partai

tertentu yang kemudian akan mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap para calon

dan isu-isu politik yang berkembang. Pada tahap selanjutnya, identifikasi partai akan

mempengaruhi penilaian terhadap para kandidat dan isupolitik. Sedangkan proses

yang paling dekat dengan perilaku pemilih adalah kampanye sebelum pemilu maupun

kejadian-kejadian yang dipengaruhi media massa. Masing-masing unsur dalam proses

tersebut akan mempengaruhi perilaku pemilih, meskipun titik berat studi kelom

Michigan adalah identifikasi kepartaian dan isu-isu politik pada calon, dan bukan

latar belakang sosial budayanya. Proses diatas dapat dibagi menjadi dua bagian yakni

faktor jangka panjang berupa identifikasi kepartaian seseorang dan faktor jangka

pendek berupa isu-isu politik para calon.

Secara ringkas perbedaan esensial antara pendekatan sosologis dan psikologis

adalah kelompok Columbia lebih melihat perilaku politik dari sudut luar kedirian

sesorang kemudian mengkaitkanya dengan perilaku memilih. Kelompok Michigan

lebih melihat perilaku memilih dari persepsi sesorang mengenai masalah-masalh

politik. kelompok Michigan menganggap perasaan, pengalaman, dan interpretasi dari

(53)

c. Pendekatan Rasional

Pemilih rasional memiliki orientasi yang tinggi terhadap

policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah kepada factor ideologi. Pemilih dalam jenis ini

mengutamakan kemampuan kerja partai politik atau calon kontestan dalam kerjanya.

Mereka tidak hanya melihat program kerja atau platform partai yang berorientasi

kedepan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai tersebut

dimasa lampau. Kinerja partai atau calon kontestan termanifestasikan pada reputasi

dan citra yang berkembang di masyarakat. Tokoh dalam pendekatan rasional antara

lain; Downs (1957), riker dan ordeshook 1962).

Pendekatan rasional berorientasi kandidat bisa didasarkan pada kedudukan,

informasi, prestasi dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang

kehidupan. Kelompok lain lebih setuju bahwa titik tekan pendekatan rasional adalah

pertimbangan untung dan rugi dari individu. Terkait dengan itu, Evans menyebutkan

ada beberapa criteria sesorang pemilih untuk dapat dikatan sebagai pemilih rasional.

Setidaknya ada beberapa kriteria yaitu:

1. Membuat keputusan jika disodorkan beberapa alternatif

2. Mampu membua urutan preferensi

3. Urutan preferensi individu tidak selalu sama antara individu yang satu dengan

individu yang lainya

4. Menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang berada diurutan pertama

(54)

5. Ketika dihadapkan pada alternantif yang sama atau seimbang sehingga oa

tidak munkin membuat urutan preferensi maka individu akan cenderung

menjatutuhkan pilihan alternatif yang pernah ia pilih sebelumnya.

Hal yang terpenting bagi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa dilakukan oleh

sebuah partai atau kontestan, daripada paham dan nilai dari suatu partai. Ketika

sebuah partai ingin menarik perhatian pemilih dalam matriks ini harus

mengedepankan solusi logis akan permasalahan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan,

social-budaya dan lain sebagainya. Tipe pemilih ini juga tidak segan-segan pindah

kepada kontestan yang lain ketika mereka tidak mampu memecahkan permasalahan

nasional.

Jika pemilih memilih berdasarkan orientasi kandidat atau isu berdasarkan

informasi yang diperolehnya dan kemudian mempertimbangkan untung dan rugi dari

pilihanya maka dalam hal orientasi isu kandidat dan program kerja dari calon dapat

dimasukan dalam pemilih rasional.

b. Faktor-faktor yang pengaruhi perilaku pemilih

Perilaku pemilih atau perilaku politik biasanya ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keputusan politik, yakni : pertama, lingkungan politik sosial tak

langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya, dan media massa.

Kedua, lingkungan sosial politik langsung yang memengaruhi dan membentuk

kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. Dari

Gambar

Item-Total StatisticsTabel 0.1
Tabel. 9 Hasil Uji Normalitas
Tabel. 10 uji linearitas
Tabel. 11
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar

Misalnya antara atribut kualitas pertama (Kesesuaian dengan standard BKI) dengan didapatkan hubungan yang sangat kuat dengan proses perawatan yaitu pada pekerjaan penggantian

adat perkawinan masyarakat Batak Toba dan tuturan yang paling dominan digunakan. dalam

Djawa Denki Djigjo Sja dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu Jawa Barat diberi nama Seibu Djawa Denki Djigjo Sja yang berpusat di Jakarta , di Jawa Tengah diberi nama

Dalam menyelesaikan laporan kerja praktek bertujuan untuk membantu dalam melakukan kegiatan perdagangan di Toko Paul Sembako Grosir Kemang, mempromosikan Toko Paul Sembako Grosir

[r]

“MORSE” Mobile Protector Smartphone berbahan dasar kardus ini akan menaikan nilai ekonomis dari limbah kardus dan membantu pemerintah untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan

Kini namanya El Azaryie (dalam Bahasa Arab). Di sinilah Yesus membangkitkan Lazarus dan di Betania Yesus naik ke surga. Menurut Yohanes, Betania ini terletak di sebelah