Ayam
Ayam peliharaan ( ) adalah unggas yang dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ayam merupakan keturunan langsung dari salah satu sub spesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah ( ) atau ayam bangkiwa (
) (Anonimusb 2012). Klasifikasi ayam menurut Fadillah dan Polana (2004) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Superorder : Carinatae Genus : Spesies :
Gambar 1 Ayam Broiler (Kenneally 2012)
Ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil dari persilangan ras ayam yang memiliki produktivitas dan ketahanan tinggi, terutama dalam produksi daging. Ayam ini mulai dikenal menjelang tahun 1980-an. Pada mulanya ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti ayam white leghorn jengger tunggal (Rasyaf 2008). Ayam broiler memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, penghasil daging dengan konversi makanan irit, dan siap dipotong usia relatif muda (Cahyono 1995). Karakteristik ayam broiler modern adalah pertumbuhannya cepat, banyak timbunan lemak pada
bagian dada dan otot-otot daging, serta aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan ayam petelur. Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, nutrisi pada pakan, kontrol penyakit, kandang dan manajemen produksi (Pond . 1995). Menurut Leesons dan Summers (2009) sebagian besar strain broiler yang dikembangkan saat ini merupakan hasil persilangan galur ! jantan dan ! " # betina. Jenis
ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall"m", Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707 (Sariati 2012). Masing-masing strain memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda. $ Cobb memiliki keunggulan nilai %
# (FCR) yang tinggi, pengembangan genetik yang diarahkan pada
pembentukan daging dada, mudah beradaptasi dengan iklim tropis ( ) dan mempunyai keunggulan produksi yang efisien (bobot badan 1,8-2 kg; FCR 1,65). $ Hybro memiliki performa yang baik pada iklim tropis, tahan
terhadap kasus dan memiliki fokus pengembangan genetik pada hasil / produk karkas. Sedangkan Ross memiliki FCR yang lebih efisien, laju pertumbuhan lebih cepat, daya hidup lebih baik dan memiliki fokus pengembangan genetik pada kekuatan kaki sebagai penyeimbang berat badan (Natalina 2008).
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Pusat penyebarannya di semenanjung Melayu, pulau Sumatera, pulau Jawa dan menyebar hingga Australia. Kunyit juga menyebar dengan cepat dari Asia Tenggara hingga ke wilayah lain, seperti Cina, Kepulauan Salomon, Haiti, India, Pakistan, Taiwan dan Jamaika (Winarto 2003).
Rimpang kunyit merupakan bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit dan dapat digunakan sebagai obat. Berbagai jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan rimpang kunyit, seperti demam, pilek dengan hidung
tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal pada kulit, bengkak, bau badan, malaria, panas dalam atau sariawan usus, dan sariawan mulut (Winarto 2003).
Gambar 2 Kunyit (Jaidee 2010)
Berdasarkan taksonominya kunyit dikelompokkan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Spesies : Val. (Valeton dalam Winarto 2003).
Kunyit mengandung protein (6,3%), minyak (13,1%), mineral (3,5%), karbohidrat (69,4%), dan lemak (5,1%). Minyak esensial (5,8%) yang didistilasi dari rimpangnya mengandung &' (1%), (0,6%), (1%),
(0,5%), ( (25%), dan ) ' (53%). Kurkumin
( ) (3–4%) menunjukkan warna kuning pada kunyit dan terdiri atas I (94%), II (6%), dan III (0,3%). * dan * merupakan derivat yang dapat diisolasi dari kurkumin. Kurkumin
sebagai bahan aktif kunyit memiliki aktivitas biologis yang luas, seperti antiinflamasi, antidiabetes, antikarsinogenik, antioksidan, anti-koagulan, antibakteri, antihipertensi, dan antidislipidemia (Ishita . 2004).
Gam Menurut Kurod glukosa darah tikus ya mencegah terjadinya k dapat menekan pening melitus tipe 2. Di bidan atau warna kuning dicampurkan pada pak menambah berat badan
Beberapa khas bawah ini.
Gambar 4
Gambar 3 Struktur kimia kurkumin (Joe 20 Kuroda (2005) kurkumin sebagai antidiabetes men kus yang diinduksi aloksan. Kurkumin pada dosis inya katarak pada penderita diabetes melitus. Ekstr
peningkatan kadar glukosa darah pada tikus de i bidang peternakan, kunyit dimanfaatkan untuk me ning kemerahan pada kuning telur. Di samp da pakan ayam, dapat menghilangkan bau koto badan ayam (Winarto 2003).
khasiat dan manfaat kurkumin tersaji seperti p
mbar 4 Manfaat Kurkumin ( Ravindran . 2007 2004)
s menurunkan kadar a dosis rendah dapat strak kunyit juga us dengan diabetes tuk menambah cerah samping itu, jika kotoran ayam dan
perti pada bagan di
Bawang putih
Bawang putih digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, sehingga tercatat di dalam buku Mesir Kuno bahwa bawang putih ini dapat menghilangkan nyeri gigi. Bawang putih dalam bentuk pasta dioleskan pada daerah yang sakit untuk menghilangkan nyeri.
Gambar 5 Bawang putih (Kenny 2004)
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Ordo : Asparagales Family : Alliaceae Subfamili : Allioideae Genus : Spesies :
(Linnaeus dalam Syamsiah dan Tajudin 2003).
Bawang putih ( ) adalah herbal semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang- ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Bawang putih memiliki batang semu dan berwarna hijau, bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung bawang putih terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam, daunnya berbentuk pita (pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar
1,5 cm, berakar serabut, bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan berbentuk payung (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Sidarningsih (1990) melaporkan bahwa yang terkandung di dalam bawang putih mempunyai sifat antimikrobia. Ekstrak bawang putih dan minyak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan 22 jenis mikroorganisme, diantaranya adalah Menurut Nugroho (1998), Ekstrak bawang putih mampu menghambat pertumbuhan beberapa kultur bakteri yang resisten terhadap antibiotik, sedangkan sifat antibakteri ekstrak bawang putih tidak aktif lagi bila dipanaskan pada suhu 100° C selama 5 menit. Pada percobaan tersebut, ekstrak bawang putih mampu menurunkan bakteri Gram negatif dalam saluran intestinal ayam. adalah senyawa yang mengandung sulfur (40%), tanpa nitrogen maupun halogen. bersifat stabil pada suhu dingin, mudah rusak oleh panas, larut dalam air, mempunyai pH 6.5, beraroma khas bawang putih dan reaktif sehingga cepat mengalami okidasi menjadi dialyl sulfida. Dialyl sulfida dan sulfur merupakan faktor utama dalam bawang putih yang menentukan aktivitas bawang putih sebagai antibakterial terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif (Liu 2006).
Menurut Barnes (1997), dari hasil uji terdapat beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif yang sensitif terhadap bawang putih, antara
lain $ ' " $ +
, dan - Bawang putih telah menunjukkan hasil yang
signifikan sebagai antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri, yaitu -
$ ' $ " $
' dan , . Bawang putih juga mempunyai aktivitas sebagai
antifungi terhadap . ' ' ' ' #
' dan termasuk . Aktivitas
antibakteri cairan ekstrak bawang putih menunjukkan hasil yang memuaskan pada 17 jenis bakteri bakteri patogen pada manusia, seperti " , " '' dan bakteri yang resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik. Cairan ekstrak bawang putih memiliki konsentrasi hambat minimum 6 – 11 mg / ml untuk bakteri gram positif dan 7 – 21 mg / ml untuk gram negatif (Durairaj . 2009). Cairan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 20 %
memiliki aktivitas yang setara dengan 0,01 % ampisillin terhadap $ ,
, dan $ . Ekstrak bawang putih dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan $ ' dan bakteri penyebab mastitis.
Efek antidiabetes dari bawang putih menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menjaga kadar glukosa dalam kadar normal. Ekstrak bawang putih dinyatakan lebih efektif dibandingkan dengan glibenklamid. Efek hipoglikemik ini ditunjukkan dengan adanya komponen aktif dari bawang putih yaitu . Mekanisme kerja bawang putih masih belum jelas, bawang putih dapat berpotensi terhadap insulin di dalam plasma, yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pankreas (Jain 1993).
Mineral Zink (Zn)
Zink merupakan unsur yang esensial bagi tanaman dan hewan. Pada tanaman, zink berperan dalam proses reduksi dan oksidasi, pada pembuatan klorofil dan auksin (suatu substansi pertumbuhan) dan pada sintesis asam aminotriptopan (Tarmidi 2009). Zink pertama kali diketahui sebagai mineral mikro esensial sejak tahun 1939, yaitu sebagai unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan normal pada tikus yang diberi ransum defisiensi zink (Underwood 2001). Menurut Saputra (2007), mineral zink merupakan mineral penting untuk mensintesis asam amino yang mengandung zink (metionin, sistein, sistin).
Zink sangat penting untuk formasi dan aktivitas dari banyak enzim dan sel yang berperan dalam mengatur kesehatan dan sistem kekebalan. Underwood (2001) menjelaskan bahwa penyerapan mineral zink oleh ternak dan manusia sangat rendah. Kemampuan hewan untuk menyerap zink tergantung struktur kimia dan kombinasinya. Zink dalam bentuk oksida (ZnO), karbonat (ZnCO3),
dan sulfat (ZnSO4H2O) dapat diserap ayam, sedangkan zink sulfida (ZnS) tidak
dapat diserap. Absorpsi zink relatif rendah, dan tempat utama absorpsi zink pada monogastrik adalah di dalam usus halus. Absorpsi zink dipengaruhi oleh jumlah dan ketersediaan mineral lain, serta kadar dan bentuk zink dalam ransum.
Jumlah zink yang diserap tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti konsentrasi zink dalam pakan, laju pertumbuhan, sumber protein dan komposisi mineral dalam pakan (Plumlee 2004). Rata-rata kandungan zink dalam hijauan
rumput adalah 30-50 mg/kg. Gejala defisiensi zink pada ayam adalah pertumbuhan terhambat, pembentukan bulu tidak alami, luka pada sayap dan kaki (pemendekan dan penipisan tulang tubular, penebalan dan deformasi tulang sendi, kalsifikasi terganggu), parakeratosis dan pertumbuhan seksual terhambat (Tarmidi 2009).
Kolibasilosis
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Kolibasilosis dapat terjadi pada semua umur ayam. Ayam yang terserang kolibasilosis, umumnya memperlihatkan tanda-tanda klinis yaitu kurus, bulu kusam, nafsu makan menurun, murung, pertumbuhannya terganggu, diare, dan bulu kotor atau lengket di sekitar pantatnya (Akoso 1998). Kolibasilosis biasanya muncul dalam bentuk kelainan organ, seperti septikemia, enteritis, granuloma, omfalitis, sinusitis, airsacculitis, arthritis / synovitis, peritonitis, perikarditis, selulitis dan
$ / $ (SHS) (Zanella 2000), oovoritis, salpingitis,
panopthalmitis dan bursitis sternalis (Barnes 1997, Tabbu 2000).
terdapat di dalam saluran pencernaan ayam dalam kondisi normal. Sekitar 10 - 15 persen dari seluruh yang ditemukan di dalam usus ayam yang sehat tergolong serotipe patogen. Bagian usus yang paling banyak mengandung adalah jejunum, ileum dan sekum. Jenis yang terdapat di dalam usus tidak selalu sama dengan jenis yang ditemukan pada jaringan lain. ebagai agen penyakit sekunder, sering mengikuti penyakit lain, misalnya pada berbagai penyakit pernafasan dan pencernaan yang menyerang ayam. Kenyataan di lapangan, timbulnya kasus kolibasilosis, terutama akibat pengaruh imunosupresif dari Gumboro (ayam pedaging lebih dominan dibanding petelur0
dan sebagai penyakit ikutan pada # ' (CRD), 1 ( (Snot), $ / $ (SHS), 1 2
(ILT) koksidiosis (Tabbu 2000).
Infeksi pada unggas umumnya dipicu oleh infeksi primer saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau Mycoplasma. Kondisi tersebut akan menjadi parah karena faktor-faktor lingkungan seperti tingginya amoniak di dalam kandang. Kolibasilosis menyebar karena unggas menghirup debu kandang
yang telah tercemar bakteri. Unggas dapat bersifat sebagai pembawa bakteri karena di dalam tinjanya selalu mengandung (Rahayu 2010)
Gambar 6 (Gschmeissner 2012)
sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz 1989). Kisaran suhu pertumbuhan antara 10 C - 40°C sedangkan kisaran pH antara 7,0 – 7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas sehingga inaktif pada suhu pasteurisasi (70°C - 80°C). Bakteri ini berukuran 0.5 - 1.0 x 1.0 - 3.0 µm, bersifat motil, hidup secara anaerobik fakultatif, cenderung bersifat patogen. Faktor virulensi dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap fagositosis, kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan dan ketahanannya terhadap daya bunuh oleh serum. yang patogen mempunyai struktur dinding sel yang disebut 3' 4 yang tidak ditemukan pada serotipe yang tidak patogen
(Tabbu 2000).
Menurut Tarmudji (2003) ada tiga macam struktur antigen yang penting dalam klasifikasi yaitu, antigen O ($ 0 antigen K 5+ ' 0 dan
antigen H 5% 0. Determinan antigen (tempat aktif suatu antigen) O terletak
pada bagian liposakarida, bersifat tahan panas dan dalam pengelompokannya diberi nomor 1, 2, 3 dan seterusnya. Antigen K merupakan polisakarida atau protein, bersifat tidak tahan panas dan berinterferensi dengan aglutinasi O, sedangkan antigen H mengandung protein, terdapat pada flagella yang bersifat termolabil. Pada saat ini telah diketahui ada 173 grup serotype antigen O, 74 jenis antigen K dan 53 jenis antigen H (Barnes 1997).
Pengobatan yang sering digunakan dalam menangani kasus kolibasilosis
adalah ' ' ) dan sebagainya
(Charlton 2000). Salah satu obat yang dapat digunakan adalah Colimas®.
Colimas® adalah antibiotik produksi PT. Mensana Aneka Satwa Jakarta,
Indonesia. Colimas® merupakan kombinasi dua jenis antibiotik yaitu Trimethoprim dan Sulfadiazin. Mekanisme kerja Colimas® yaitu Sulfadiazin menghambat kerja Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan Trimethoprim menghambat reduksi menjadi yang berguna untuk pertumbuhan bakteri. Keunggulan Colimas® adalah kombinasi dua antibiotik yang sinergis dalam membunuh bakteri dan bakteri lainnya, menghambat dua jalur siklus biosintesa bakteri sehingga efek kombinasi menjadi lebih besar. Obat ini juga dapat diberikan pada ayam yang sudah kebal terhadap obat-obat antibiotik dan preparat sulfa lainnya. Indikasi penggunaan Colimas® adalah kolibasillosis, % , " (Berak Kapur), $ , dan infeksi
bakteri sekunder pada kasus # ' & ' * pada unggas.
Dosis pengobatan 5 gram / 5-10 liter air minum atau 125 - 150 mg / kg berat badan per hari selama 3 - 5 hari berturut-turut (Anonimusa 2007).
Darah
Darah terdiri dari plasma darah (55%) dan sel-sel darah (45%). Menurut Guyton (1997) sel-sel darah terdiri sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (keping darah atau platelet). Darah memiliki fungsi yaitu membawa nutrien yang dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru, membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ke ginjal untuk diekskresikan, mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit (Frandson 1992).
Tabel 1 Nilai normal hematologi pada ayam
Parameter Kisaran Rataan
Eritrosit Total eritrosit(x106/µl) 2.5-3.5 3.0 Hemoglobin (g/dl) 7.0-13.0 9.0 PCV (%) 22.0-35.0 30.0 MCV (fl) 90.0-140.0 115.0 MCH (pg) 33.0-47.0 41.0 MCHC (%) 26.0-35.0 29.0 Leukosit Total leukosit (µl) 12.000-30000 12000 Heterofil 3000-6000 4500 Limfosit 7000-17500 14000 Monosit 150-2000 1500 Eosinofil 0-1000 400 Basofil Jarang - Persentase distribusi Heterofil 15.0-40.0 28.0 Limfosit 45.0-70.0 60.0 Monosit 5.0-10.0 8.0 Eosinofil 1.5-6.0 4.0 Basofil Jarang - Fibrinogen (g/dl) 0.1-0.4 0.2 Trombosit (x 105/µl) 20.0-40.0 30.0 Total protein plasma (g/dl) 4.0-5.5 4.5 Sumber : Jain (1993)
Eritrosit
Eritrosit mengandung hemoglobin (Hb) yang dapat membawa oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Eritrosit unggas berbentuk oval, berinti dan
berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith 2000). Eritrosit berfungsi menyalurkan nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju jaringan tubuh serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Ganong 1995).
Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi menurut Meyer dan Harvey (2004), antara lain yaitu hormon eritropoietin yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang. Menurut Swenson (1984), jumlah eritrosit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, jenis kelamin, bangsa, latihan, keadaan gizi, laktasi, kebuntingan, pelepasan epinefrin, siklus estrus,
volume darah, temperatur lingkungan, ketinggian dan faktor lainnya. Faktor – faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi jumlah eritrosit tetapi juga kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan konsentrasi kandungan darah lainnya. Masa hidup sel eritrosit pada ayam berkisar antara 35 - 45 hari, setelah itu sel eritrosit dihancurkan dalam sel # ' $ dalam hati, limpa dan
sumsum tulang belakang.
Gambar 7 Eritrosit Ayam (Weiss 2010)
Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah protein yang kaya akan zat besi. Hb memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Hb berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce 2009). Oksigen di dalam jaringan dibebaskan dan diberikan kepada sel. Karbondioksida yang dihasilkan sel akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang saat terjadi respirasi. Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe) dalam tubuh karena besi merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul heme.
Hemoglobin tersusun dari 2α dan 2β rantai polipeptida, berat molekulnya diperkirakan 64 kDa. Setiap rantai mengandung satu kelompok "
yang diikat dengan kuat di dalam celah hidrofobik atau kantung heme. Keseluruhan bentuknya berbentuk globular tetramer (Weiss 2010). Struktur ini memungkinkan interaksi antar oksigen sehingga membentuk ikatan oksigen sigmoid–Hgb. Kemampuan hemoglobin mengikat oksigen diukur sebagai kurva disosiasi hemoglobin-O2 (Mehta dan Hoffbrand 2008).
Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari volume darah. Keadaan hematokrit sangat dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah. Jumlah sel darah merah yang berkurang akan mempengaruhi persen volume sel darah merah dalam darah. Nilai hematokrit ini berhubungan dengan jumlah sel darah merah, nilai selalu berubah-ubah tergantung kepada faktor nutrisi dan umur. Hematokrit diperoleh pada sejumlah darah kemudian mensentrifugasinya. Sel-sel darah lebih berat dari plasma dan berada di bagian bawah pada tabung selama sentrifugasi. Hasil sentrifugasi dalam satu paket dari sel darah merah di bagian bawah tabung disebut dengan " , (PCV) atau hematokrit (Cunningham 2002).
Perubahan volume sel darah merah dan plasma darah yang tidak proporsional dalam sirkulasi darah akan mengubah nilai PCV (Swenson1984).
Hewan normal memiliki nilai hematokrit sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Penurunan kadar hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh, seperti anemia kehilangan darah akut, leukemia, kehamilan, malnutrisi, gagal ginjal. Sedangkan peningkatan nilai hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi seperti dehidrasi, diare berat, luka bakar, pembedahan (Kee 1997). Menurut Frandson (1992) nilai hematokrit yang tinggi menunjukkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu keadaan dimana keseimbangan cairan tubuh terganggu karena hilangnya cairan tubuh baik cairan ekstraseluler maupun cairan interseluler tanpa diimbangi asupan cairan yang cukup.
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor mulai bulan Juli sampai dengan September 2008. Pemeriksaan sampel darah dilaksanakan di Laboratorium Patologi Klinik Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Materi Penelitian Hewan Penelitian
Ayam broiler ( 0diperoleh dari PT. Manggis Farm strain / sebanyak 200 ekor. Ayam dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, dan
setiap perlakuan terdiri dari 40 ekor ayam kemudian dibagi dalam 4 ulangan yang masing – masing terdiri dari 10 ekor ayam.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel dan pemeriksaan darah adalah sebagai berikut kapas, alkohol 70%, pelarut # , HCl 0,1N,
dan aquades. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel dan pemeriksaan darah adalah sebagai berikut, 3 cc, mengandung antikoagulan EDTA ( ), *, hemositometer,
kamar hitung 6 , mikroskop cahaya, alat hitung, tabung Sahli, alat
mikrohematokrit dan alat .
Pembuatan Serbuk Kunyit dan Bawang Putih
Serbuk kunyit dan bawang putih diperoleh dari Balitro - Cimanggu Bogor. Serbuk kunyit dan bawang putih yang digunakan diperoleh melalui beberapa proses. Pertama dilakukan pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang melekat, ditiriskan kemudian diiris tipis - tipis. Bawang putih dikupas kulit luarnya lalu diiris tipis - tipis. Irisan kunyit dan bawang putih dijemur yang sebelumnya dilapisi dengan plastik hitam tipis untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Kunyit dan bawang putih yang telah kering digiling
untuk dibuat serbuk agar mudah tercampur dengan bahan pakan dan siap digunakan.
Pakan
Pakan basal terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak, lysin, methionin, DCP ( & " ' ) dan ' * (Tabel 2).
Pakan basal yang telah disusun dicampur dengan serbuk kunyit, serbuk bawang putih, dan mineral zink dalam bentuk ZnO, yang dibuat dalam bentuk
(butiran pecah / kasar). Formula ransum perlakuan terdiri dari : K0 = Pakan basal
K(-) = Pakan basal + infeksi (kontrol negatif)
P1 = Pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZnO 180 ppm + infeksi
P2 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZnO 180 ppm + infeksi
K(+) = Pakan basal + infeksi + antibiotik
Penggunaan mineral zink adalah dalam bentuk ZnO (mengandung 80% zink), mengingat ZnO tidak bersifat toksik jika digunakan dalam taraf yang relatif tinggi dan mudah terdapat di pasaran dengan harga relatif murah.
Tabel 2 Komposisi ransum penelitian
Bahan Pakan K0 K(-) P1 P2 K(+) ---%--- Jagung 50 50 50 50 50 Dedak 3 3 3 3 3 Minyak Kelapa 6 6 6 6 6 Tepung Ikan 11 11 11 11 11 Bungkil Kedelai 28 28 28 28 28 CaCO3 1 1 1 1 1 DCP 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Premiks 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Lysin 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Methionin 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Total 100 100 100 100 100 Kunyit - - 1.5 - - Bawang Putih - - - 2.5 ZnO - - 0.018 0.018 - Antibiotik - - - - √
Preparasi Bakteri
Bakteri diinokulasikan ke dalam 100 ml - / 1
(BHI), kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu, biakan
disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm hingga terbentuk pellet. Cairan supernatan dibuang lalu ditambahkan NaCl fisiologis sampai 10 ml dan disentrifuse kembali selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Perlakuan diulang hingga dua kali. Pellet ditambahkan NaCl fisiologis sebanyak 2 ml dan disetarakan dengan larutan BaSO4 10% (620 nm) sehingga diasumsikan suspensi
mengandung bakteri dengan konsentrasi 108
% 7 (CFU) /ml
suspensi. Kemudian suspensi disimpan di dalam lemari es pada suhu 40C dan siap
digunakan. Darah tersebut di ambil sebanyak 1000 µl ke dalam tabung reaksi steril dengan menggunakan mikropipet, kemudian ditambahkan suspensi bakteri sebanyak 1000 µl. Mulut tabung ditutup dengan aluminium foil, kemudian campuran dalam tabung dihomogenkan, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama satu jam.
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Ayam DOC sebanyak 200 ekor ditimbang untuk mengetahui bobot awal kemudian dibagi secara acak ke dalam 5 perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 40 ekor ayam DOC. Perlakuan pakan diberikan sejak ayam umur 1 hari sampai dengan akhir penelitian. Pakan dan air minum diberikan
Pemberian vaksin ND diberikan saat ayam berumur 4 hari melalui tetes mata dan pada umur 21 hari melalui mulut. Vaksin Gumboro diberikan saat ayam berumur 14 hari melalui tetes mata.
Pada umur 3 minggu ayam diinfeksi dengan bakteri Infeksi
dilakukan secara oral dengan dosis 108 CFU / ml. Antibiotik Colimas® diberikan 1 hari setelah diinfeksi
Sampel darah diambil melalui vena brachialis dengan menggunakan spoit yang mengandung antikoagulan untuk memperoleh . Pengambilan darah dilakukan pada setiap kelompok yang diambil secara acak pada 6 ekor
ayam, pada umur 3 minggu sebelum infeksi (P0) dan dilakukan seminggu (Pi 1) dan dua minggu (Pi 2) setelah infeksi.
Peubah yang diamati meliputi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit. Pemeriksaan jumlah eritrosit menggunakan metode hemositometer, kadar haemoglobin dengan metode Sahli dan nilai hematokrit diukur dengan menggunakan metode mikrohematokrit.
Jumlah eritrosit
Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai batas 0.5. Kemudian dicampur dengan pelarut # sampai dengan batas 101 yang tertera pada pipet.
Isi pipet dikocok dengan membuat gerakan angka 8 hingga larutan homogen. Setelah itu satu tetes darah diteteskan ke dalam hemositometer. Kemudian didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu perhitungan dapat dimulai di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 kali. Perhitungan eritrosit dalam hemositometer, menggunakan kotak eritrosit pada 5 kotak : satu