ABSTRACT
TIKA ARYANTI. Effects of Herbal and Zink Combination on Erythrocytes,
Hematocrit Values, and Hemoglobin Concentration Of Broiler Chickens Infected by Under the supervision of Sus Derthi Widhyari.
This study aims to find out the effect of combine turmeric (
Val.) or garlic ( Linn.) with Zn on erythrocyte, hematocrit and hemoglobin of broiler chickens infected by . 200 unsexed were devided into five treatments and four replications, with ten chicks in each replicates. The treatment were K0 (basal diet as a control / healthy chickens) without infected by , while 4 other treatments that K (-) (basal diet as a negative control), P1 (basal diet + turmeric powder + 1.5% ZnO 180 ppm), P2 (basal diet + 2.5% garlic powder + 180 ppm ZnO), and K (+) ( basal diet + treatment with antibiotics) infected by . is given at the age of 3 weeks at dose of 108 CFU/ml, 1 ml. Group K (+) were given antibiotics
(Colimas®)one day after infected by for 3 days with dose of medication. Blood sampling performed at the age of 3 weeks (before infected) 1 and 2 weeks after infected. Blood test includes the number of erythrocytes, hematocrit values and level of hemoglobin. The results showed the number of erythrocytes, hematocrit values, and level of hemoglobin at treatment P1(basal diet + 1.5% turmeric powder + 180 ppm of ZnO + infected by ) tend to be better than other treatments. Erythrocytes profile on P1 is similar to the treatment given antibiotics (K+). The results of this study concluded that combinations turmeric and Zn in the feed can be used as an alternative of colibacillosis treatment.
ABSTRAK
TIKA ARYANTI. Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah
Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi herbal terutama kunyit ( Val.) dan bawang putih (
Linn.) dengan Zn dalam pakan terhadap jumlah eritrosit, hematokrit dan hemoglobin pada ayam yang diinfeksi dengan bakteri . 200 ekor DOC dibagi ke dalam 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Ransum perlakuan K0 (pakan basal sebagai kontrol / ayam sehat) tanpa diinfeksi , sedangkan 4 perlakuan lainnya K(-) (pakan basal sebagai kontrol sebagai kontrol negatif), P1 (pakan basal + 1.5% serbuk kunyit + ZnO 180 ppm ), P2 (pakan basal + 2.5% serbuk bawang putih + ZnO 180 ppm), dan K(+) (pakan basal + diberi antibiotik) diinfeksi . diberikan pada umur 3 minggu secara per oral dengan dosis 108 CFU/ml sebanyak 1 ml. Perlakuan K(+) diberi antibiotik (Colimas®) sehari setelah dilakukan infeksi selama 3 hari dengan dosis pengobatan. Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu (sebelum infeksi), 1 dan 2 minggu setelah infeksi. Pemeriksaan darah meliputi jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin pada perlakuan pakan basal + 1.5% serbuk kunyit + ZnO 180 ppm yang diinfeksi cenderung lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Profil eritrosit hampir sama dengan perlakuan yang diberi antibiotik. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi herbal kunyit dan Zn dalam pakan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan kolibasilosis.
EFEK PEMBER
TERHADAP JUM
DAN KADAR
FAKU
INSTI
EMBERIAN KOMBINASI HERBAL DAN
JUMLAH ERITROSIT, NILAI HEMA
DAR HEMOGLOBIN AYAM BROILER
DIINFEKSI
TIKA ARYANTI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Pemberian Kombinasi Herbal Dan Zink Terhadap Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, Dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler Yang Diinfeksi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2012
ABSTRACT
TIKA ARYANTI. Effects of Herbal and Zink Combination on Erythrocytes,
Hematocrit Values, and Hemoglobin Concentration Of Broiler Chickens Infected by Under the supervision of Sus Derthi Widhyari.
This study aims to find out the effect of combine turmeric (
Val.) or garlic ( Linn.) with Zn on erythrocyte, hematocrit and hemoglobin of broiler chickens infected by . 200 unsexed were devided into five treatments and four replications, with ten chicks in each replicates. The treatment were K0 (basal diet as a control / healthy chickens) without infected by , while 4 other treatments that K (-) (basal diet as a negative control), P1 (basal diet + turmeric powder + 1.5% ZnO 180 ppm), P2 (basal diet + 2.5% garlic powder + 180 ppm ZnO), and K (+) ( basal diet + treatment with antibiotics) infected by . is given at the age of 3 weeks at dose of 108 CFU/ml, 1 ml. Group K (+) were given antibiotics
(Colimas®)one day after infected by for 3 days with dose of medication. Blood sampling performed at the age of 3 weeks (before infected) 1 and 2 weeks after infected. Blood test includes the number of erythrocytes, hematocrit values and level of hemoglobin. The results showed the number of erythrocytes, hematocrit values, and level of hemoglobin at treatment P1(basal diet + 1.5% turmeric powder + 180 ppm of ZnO + infected by ) tend to be better than other treatments. Erythrocytes profile on P1 is similar to the treatment given antibiotics (K+). The results of this study concluded that combinations turmeric and Zn in the feed can be used as an alternative of colibacillosis treatment.
ABSTRAK
TIKA ARYANTI. Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah
Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi herbal terutama kunyit ( Val.) dan bawang putih (
Linn.) dengan Zn dalam pakan terhadap jumlah eritrosit, hematokrit dan hemoglobin pada ayam yang diinfeksi dengan bakteri . 200 ekor DOC dibagi ke dalam 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Ransum perlakuan K0 (pakan basal sebagai kontrol / ayam sehat) tanpa diinfeksi , sedangkan 4 perlakuan lainnya K(-) (pakan basal sebagai kontrol sebagai kontrol negatif), P1 (pakan basal + 1.5% serbuk kunyit + ZnO 180 ppm ), P2 (pakan basal + 2.5% serbuk bawang putih + ZnO 180 ppm), dan K(+) (pakan basal + diberi antibiotik) diinfeksi . diberikan pada umur 3 minggu secara per oral dengan dosis 108 CFU/ml sebanyak 1 ml. Perlakuan K(+) diberi antibiotik (Colimas®) sehari setelah dilakukan infeksi selama 3 hari dengan dosis pengobatan. Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu (sebelum infeksi), 1 dan 2 minggu setelah infeksi. Pemeriksaan darah meliputi jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin pada perlakuan pakan basal + 1.5% serbuk kunyit + ZnO 180 ppm yang diinfeksi cenderung lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Profil eritrosit hampir sama dengan perlakuan yang diberi antibiotik. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi herbal kunyit dan Zn dalam pakan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan kolibasilosis.
EFEK PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL DAN ZINK
TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, NILAI HEMATOKRIT,
DAN KADAR HEMOGLOBIN AYAM BROILER YANG
DIINFEKSI
TIKA ARYANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi
Nama : Tika Aryanti NRP : B04050137
Disetujui
Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi. Pembimbing
Diketahui
Drh. Agus Setiyono, MS. Ph.D. PAVet Wakil Dekan FKH IPB
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan hasil penelitian dengan judul “Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi ” ini. Penulisan hasil penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis sehingga terselesaikannya penelitian ini.
2. Ibu Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan, arahan, dan saran yang diberikan kepada penulis.
3. Bapak Dr. drh. Nurhidayat, MS. Selaku dosen pembimbing akademik, atas bimbingan, arahan, dan saran yang diberikan kepada penulis.
4. Dr. drh. Anita Esfandiari, Msi. selaku dosen penilai dalam seminar, serta
Dr. drh. Sri Murtini, MSi. selaku dosen penguji dalam sidang UASKH atas koreksi dan saran yang diberikan demi sempurnanya skripsi ini.
5. Seluruh dosen, pegawai, dan staf bagian akademik atas bantuannya selama ini. 6. Tim penelitian, yaitu Mba Mursye, Echi, dan Ariza atas kerjasama dan
dukungannya selama penelitian.
7. Teman-teman FKH 42, 43, 44, 45 atas kebersamaannya selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penulisan.
Bogor, Oktober 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 1987. Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara, buah hati dari Ayahanda Timan dan Ibunda Sri Maryati. Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 09 Manggarai Jakarta Selatan dan lulus tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Jakarta dan lulus tahun 2002 kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah atas yang ditempuh di SMU Negeri 26 Jakarta dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun kedua kuliah, diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .……… x
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ………. xii
PENDAHULUAN ……… 1
Latar Belakang ………..…………...……….. 1
Tujuan Penelitian .……….. 2
Manfaat penelitian ………... 3
TINJAUAN PUSTAKA ………..……… 4
Ayam ( ) ...……….……….. 4
Kunyit ( Val.) ………... 5
Bawang putih ( Linn.) ………. 8
Zink ………..…… 10
Kolibasilosis ……… 11
Darah ………..……….. 13
Erirosit ……… 14
Hemoglobin ……… 15
Hematokrit …….………..……… 16
MATERI DAN METODE .………... 17
Waktu dan Tempat ………. 17
Materi Penelitian ……… 17
Metode Penelitian ………... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 22
SIMPULAN DAN SARAN ….……… 31
DAFTAR PUSTAKA ……….. 32
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Ayam Broiler………. 4
2 Kunyit……… 6
3 Struktur kimia Kurkumin……….. 7
4 Manfaat kurkumin………...….. 7
5 Bawang Putih……… 8
6 ……… 12
7 Eritrosit ayam………... 15
8 Jumlah Eritrosit sebelum dan sesudah infeksi ………... 23
9 Kadar Hemoglobin sebelum dan sesudah infeksi ………. 27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisis ragam jumlah eritrosit dengan beberapa perlakuan
sebelum dan setelah diinfeksi 38 2 Analisis ragam kadar hemoglobin dengan beberapa perlakuan
sebelum dan setelah diinfeksi 39 3 Analisis ragam nilai hematokrit dengan beberapa perlakuan
PENDAHULUAN Latar belakang
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak diminati oleh masyarakat. Permintaan akan kebutuhan protein yang semakin meningkat memacu industri peternakan untuk memperluas dan meningkatkan usahanya. Dalam upaya memenuhi meningkatnya permintaan pasar, usaha peternakan tidak lepas dari seringnya muncul berbagai kasus penyakit yang sangat merugikan peternak. Kasus penyakit Kolibasilosis merupakan salah satu kasus yang sering menjadi masalah dan kendala di dalam peningkatan usaha peternakan.
Kolibasilosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ayam broiler. Menurut Tabbu (2000) kolibasilosis mempunyai arti ekonomi penting bagi industri perunggasan, karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, serta penurunan kualitas anak ayam. Kasus ini perlu mendapat perhatian mengingat penyakit ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya dilakukan dalam upaya pengendalian dan pengobatan penyakit ini. Pengobatan menggunakan antibiotik menjadi salah satu cara untuk menekan jumlah kematian pada ayam yang terserang penyakit. Pengobatan menggunakan bahan kimia, selain mahal juga dapat menyebabkan residu pada produk ternak. Selain itu penggunaan antibiotik juga dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan jika kurang tepat penggunaannya. Oleh karena itu perlu alternatif pengobatan yang relatif aman bagi kesehatan.
empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak (Darwis 1991). Bawang putih berfungsi sebagai anti bakteri (antibiotika) dengan bahan aktifnya yang dikenal sebagai allisin (Santosa . 1991). Bawang putih juga berfungsi sebagai antioksidan dan anti inflamasi (Bongiorno . 2008). Penggunaan herbal diharapkan dapat menggantikan peranan obat-obatan dalam menanggulangi penyakit hewan.
Penambahan mikromineral dalam pakan merupakan keharusan dalam upaya produksi daging ayam. Mikromineral penting dalam pakan adalah kromium, kobalt, tembaga, yodium, besi, zink, mangan, molybdenum, selenium, dan flourida. Zink merupakan mikromineral yang dibutuhkan untuk aktifitas dari 300 enzim dalam tubuh dan dianggap penting untuk pembelahan sel, sintesis DNA dan protein (Bhowmik 2010). Penggunaan bawang putih, kunyit, maupun mineral Zn secara tunggal telah banyak dilaporkan. Akan tetapi pemberian secara kombinasi antara herbal dengan Zn perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuannya di dalam menanggulangi kasus kolibasilosis.
Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemberian kombinasi herbal (kunyit atau bawang putih) dengan zink memperlihatkan nilai eritrosit, hematokrit, dan hemoglobin yang lebih baik dibanding perlakuan lain (Widhyari 2007). Oleh karena itu pemberian kombinasi herbal dan mineral zink diharapkan memiliki kemampuan dalam menanggulangi kasus penyakit kolibasilosis yang sering menyerang ayam.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi kunyit ( Val.) maupun bawang putih (
Manfaat penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam
Ayam peliharaan ( ) adalah unggas yang dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ayam merupakan keturunan langsung dari salah satu sub spesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah ( ) atau ayam bangkiwa (
) (Anonimusb 2012). Klasifikasi ayam menurut Fadillah dan Polana (2004) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Superorder : Carinatae Genus :
Spesies :
Gambar 1 Ayam Broiler (Kenneally 2012)
bagian dada dan otot-otot daging, serta aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan ayam petelur. Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, nutrisi pada pakan, kontrol penyakit, kandang dan manajemen produksi (Pond . 1995). Menurut Leesons dan Summers (2009) sebagian besar strain broiler yang dikembangkan saat ini merupakan hasil persilangan galur ! jantan dan ! " # betina. Jenis
ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall"m", Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707 (Sariati 2012). Masing-masing strain memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda. $ Cobb memiliki keunggulan nilai %
# (FCR) yang tinggi, pengembangan genetik yang diarahkan pada
pembentukan daging dada, mudah beradaptasi dengan iklim tropis ( ) dan mempunyai keunggulan produksi yang efisien (bobot badan 1,8-2 kg; FCR 1,65). $ Hybro memiliki performa yang baik pada iklim tropis, tahan
terhadap kasus dan memiliki fokus pengembangan genetik pada hasil / produk karkas. Sedangkan Ross memiliki FCR yang lebih efisien, laju pertumbuhan lebih cepat, daya hidup lebih baik dan memiliki fokus pengembangan genetik pada kekuatan kaki sebagai penyeimbang berat badan (Natalina 2008).
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Pusat penyebarannya di semenanjung Melayu, pulau Sumatera, pulau Jawa dan menyebar hingga Australia. Kunyit juga menyebar dengan cepat dari Asia Tenggara hingga ke wilayah lain, seperti Cina, Kepulauan Salomon, Haiti, India, Pakistan, Taiwan dan Jamaika (Winarto 2003).
tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal pada kulit, bengkak, bau badan, malaria, panas dalam atau sariawan usus, dan sariawan mulut (Winarto 2003).
Gambar 2 Kunyit (Jaidee 2010)
Berdasarkan taksonominya kunyit dikelompokkan sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus :
Spesies : Val. (Valeton dalam Winarto 2003).
Kunyit mengandung protein (6,3%), minyak (13,1%), mineral (3,5%), karbohidrat (69,4%), dan lemak (5,1%). Minyak esensial (5,8%) yang didistilasi dari rimpangnya mengandung &' (1%), (0,6%), (1%),
(0,5%), ( (25%), dan ) ' (53%). Kurkumin
( ) (3–4%) menunjukkan warna kuning pada kunyit dan terdiri atas I (94%), II (6%), dan III (0,3%). * dan * merupakan derivat yang dapat diisolasi dari kurkumin. Kurkumin
Gam Menurut Kurod glukosa darah tikus ya mencegah terjadinya k dapat menekan pening melitus tipe 2. Di bidan atau warna kuning dicampurkan pada pak menambah berat badan
Beberapa khas bawah ini.
Gambar 4
Gambar 3 Struktur kimia kurkumin (Joe 20 Kuroda (2005) kurkumin sebagai antidiabetes men kus yang diinduksi aloksan. Kurkumin pada dosis inya katarak pada penderita diabetes melitus. Ekstr
peningkatan kadar glukosa darah pada tikus de i bidang peternakan, kunyit dimanfaatkan untuk me ning kemerahan pada kuning telur. Di samp da pakan ayam, dapat menghilangkan bau koto badan ayam (Winarto 2003).
khasiat dan manfaat kurkumin tersaji seperti p
mbar 4 Manfaat Kurkumin ( Ravindran . 2007 2004)
s menurunkan kadar a dosis rendah dapat strak kunyit juga us dengan diabetes tuk menambah cerah samping itu, jika kotoran ayam dan
perti pada bagan di
Bawang putih
Bawang putih digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, sehingga tercatat di dalam buku Mesir Kuno bahwa bawang putih ini dapat menghilangkan nyeri gigi. Bawang putih dalam bentuk pasta dioleskan pada daerah yang sakit untuk menghilangkan nyeri.
Gambar 5 Bawang putih (Kenny 2004)
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Ordo : Asparagales Family : Alliaceae Subfamili : Allioideae Genus :
Spesies :
(Linnaeus dalam Syamsiah dan Tajudin 2003).
1,5 cm, berakar serabut, bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan berbentuk payung (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Sidarningsih (1990) melaporkan bahwa yang terkandung di dalam bawang putih mempunyai sifat antimikrobia. Ekstrak bawang putih dan minyak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan 22 jenis mikroorganisme, diantaranya adalah Menurut Nugroho (1998), Ekstrak bawang putih mampu menghambat pertumbuhan beberapa kultur bakteri yang resisten terhadap antibiotik, sedangkan sifat antibakteri ekstrak bawang putih tidak aktif lagi bila dipanaskan pada suhu 100° C selama 5 menit. Pada percobaan tersebut, ekstrak bawang putih mampu menurunkan bakteri Gram negatif dalam saluran intestinal ayam. adalah senyawa yang mengandung sulfur (40%), tanpa nitrogen maupun halogen. bersifat stabil pada suhu dingin, mudah rusak oleh panas, larut dalam air, mempunyai pH 6.5, beraroma khas bawang putih dan reaktif sehingga cepat mengalami okidasi menjadi dialyl sulfida. Dialyl sulfida dan sulfur merupakan faktor utama dalam bawang putih yang menentukan aktivitas bawang putih sebagai antibakterial terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif (Liu 2006).
Menurut Barnes (1997), dari hasil uji terdapat beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif yang sensitif terhadap bawang putih, antara
lain $ ' " $ +
, dan - Bawang putih telah menunjukkan hasil yang
signifikan sebagai antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri, yaitu
-$ ' $ " $
' dan , . Bawang putih juga mempunyai aktivitas sebagai
antifungi terhadap . ' ' ' ' #
' dan termasuk . Aktivitas
antibakteri cairan ekstrak bawang putih menunjukkan hasil yang memuaskan pada 17 jenis bakteri bakteri patogen pada manusia, seperti " , " '' dan bakteri yang resisten terhadap beberapa jenis
memiliki aktivitas yang setara dengan 0,01 % ampisillin terhadap $ ,
, dan $ . Ekstrak bawang putih dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan $ ' dan bakteri penyebab mastitis.
Efek antidiabetes dari bawang putih menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menjaga kadar glukosa dalam kadar normal. Ekstrak bawang putih dinyatakan lebih efektif dibandingkan dengan glibenklamid. Efek hipoglikemik ini ditunjukkan dengan adanya komponen aktif dari bawang putih yaitu . Mekanisme kerja bawang putih masih belum jelas, bawang putih dapat berpotensi terhadap insulin di dalam plasma, yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pankreas (Jain 1993).
Mineral Zink (Zn)
Zink merupakan unsur yang esensial bagi tanaman dan hewan. Pada tanaman, zink berperan dalam proses reduksi dan oksidasi, pada pembuatan klorofil dan auksin (suatu substansi pertumbuhan) dan pada sintesis asam aminotriptopan (Tarmidi 2009). Zink pertama kali diketahui sebagai mineral mikro esensial sejak tahun 1939, yaitu sebagai unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan normal pada tikus yang diberi ransum defisiensi zink (Underwood 2001). Menurut Saputra (2007), mineral zink merupakan mineral penting untuk mensintesis asam amino yang mengandung zink (metionin, sistein, sistin).
Zink sangat penting untuk formasi dan aktivitas dari banyak enzim dan sel yang berperan dalam mengatur kesehatan dan sistem kekebalan. Underwood (2001) menjelaskan bahwa penyerapan mineral zink oleh ternak dan manusia sangat rendah. Kemampuan hewan untuk menyerap zink tergantung struktur kimia dan kombinasinya. Zink dalam bentuk oksida (ZnO), karbonat (ZnCO3),
dan sulfat (ZnSO4H2O) dapat diserap ayam, sedangkan zink sulfida (ZnS) tidak
dapat diserap. Absorpsi zink relatif rendah, dan tempat utama absorpsi zink pada monogastrik adalah di dalam usus halus. Absorpsi zink dipengaruhi oleh jumlah dan ketersediaan mineral lain, serta kadar dan bentuk zink dalam ransum.
rumput adalah 30-50 mg/kg. Gejala defisiensi zink pada ayam adalah pertumbuhan terhambat, pembentukan bulu tidak alami, luka pada sayap dan kaki (pemendekan dan penipisan tulang tubular, penebalan dan deformasi tulang sendi, kalsifikasi terganggu), parakeratosis dan pertumbuhan seksual terhambat (Tarmidi 2009).
Kolibasilosis
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Kolibasilosis dapat terjadi pada semua umur ayam. Ayam yang terserang kolibasilosis, umumnya memperlihatkan tanda-tanda klinis yaitu kurus, bulu kusam, nafsu makan menurun, murung, pertumbuhannya terganggu, diare, dan bulu kotor atau lengket di sekitar pantatnya (Akoso 1998). Kolibasilosis biasanya muncul dalam bentuk kelainan organ, seperti septikemia, enteritis, granuloma, omfalitis, sinusitis, airsacculitis, arthritis / synovitis, peritonitis, perikarditis, selulitis dan
$ / $ (SHS) (Zanella 2000), oovoritis, salpingitis,
panopthalmitis dan bursitis sternalis (Barnes 1997, Tabbu 2000).
terdapat di dalam saluran pencernaan ayam dalam kondisi normal. Sekitar 10 - 15 persen dari seluruh yang ditemukan di dalam usus ayam yang sehat tergolong serotipe patogen. Bagian usus yang paling banyak mengandung adalah jejunum, ileum dan sekum. Jenis yang terdapat di dalam usus tidak selalu sama dengan jenis yang ditemukan pada jaringan lain. ebagai agen penyakit sekunder, sering mengikuti penyakit lain, misalnya pada berbagai penyakit pernafasan dan pencernaan yang menyerang ayam. Kenyataan di lapangan, timbulnya kasus kolibasilosis, terutama akibat pengaruh imunosupresif dari Gumboro (ayam pedaging lebih dominan dibanding petelur0
dan sebagai penyakit ikutan pada # ' (CRD), 1 ( (Snot), $ / $ (SHS), 1 2
(ILT) koksidiosis (Tabbu 2000).
yang telah tercemar bakteri. Unggas dapat bersifat sebagai pembawa bakteri karena di dalam tinjanya selalu mengandung (Rahayu 2010)
Gambar 6 (Gschmeissner 2012)
sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz 1989). Kisaran suhu pertumbuhan antara 10 C - 40°C sedangkan kisaran pH antara 7,0 – 7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas sehingga inaktif pada suhu pasteurisasi (70°C - 80°C). Bakteri ini berukuran 0.5 - 1.0 x 1.0 - 3.0 µm, bersifat motil, hidup secara anaerobik fakultatif, cenderung bersifat patogen. Faktor virulensi dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap fagositosis, kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan dan ketahanannya terhadap daya bunuh oleh serum. yang patogen mempunyai struktur dinding sel yang disebut 3' 4 yang tidak ditemukan pada serotipe yang tidak patogen
(Tabbu 2000).
Menurut Tarmudji (2003) ada tiga macam struktur antigen yang penting dalam klasifikasi yaitu, antigen O ($ 0 antigen K 5+ ' 0 dan
antigen H 5% 0. Determinan antigen (tempat aktif suatu antigen) O terletak
Pengobatan yang sering digunakan dalam menangani kasus kolibasilosis
adalah ' ' ) dan sebagainya
(Charlton 2000). Salah satu obat yang dapat digunakan adalah Colimas®.
Colimas® adalah antibiotik produksi PT. Mensana Aneka Satwa Jakarta,
Indonesia. Colimas® merupakan kombinasi dua jenis antibiotik yaitu Trimethoprim dan Sulfadiazin. Mekanisme kerja Colimas® yaitu Sulfadiazin menghambat kerja Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan Trimethoprim menghambat reduksi menjadi yang berguna untuk pertumbuhan bakteri. Keunggulan Colimas® adalah kombinasi dua antibiotik yang sinergis dalam membunuh bakteri dan bakteri lainnya, menghambat dua jalur siklus biosintesa bakteri sehingga efek kombinasi menjadi lebih besar. Obat ini juga dapat diberikan pada ayam yang sudah kebal terhadap obat-obat antibiotik dan preparat sulfa lainnya. Indikasi penggunaan Colimas® adalah kolibasillosis, % , " (Berak Kapur), $ , dan infeksi
bakteri sekunder pada kasus # ' & ' * pada unggas.
Dosis pengobatan 5 gram / 5-10 liter air minum atau 125 - 150 mg / kg berat badan per hari selama 3 - 5 hari berturut-turut (Anonimusa 2007).
Darah
Tabel 1 Nilai normal hematologi pada ayam
Parameter Kisaran Rataan
Eritrosit
Total eritrosit(x106/µl) 2.5-3.5 3.0 Hemoglobin (g/dl) 7.0-13.0 9.0
PCV (%) 22.0-35.0 30.0
MCV (fl) 90.0-140.0 115.0 MCH (pg) 33.0-47.0 41.0 MCHC (%) 26.0-35.0 29.0 Leukosit
Total leukosit (µl) 12.000-30000 12000 Heterofil 3000-6000 4500 Limfosit 7000-17500 14000 Monosit 150-2000 1500 Eosinofil 0-1000 400
Basofil Jarang -
Persentase distribusi
Heterofil 15.0-40.0 28.0 Limfosit 45.0-70.0 60.0
Monosit 5.0-10.0 8.0
Eosinofil 1.5-6.0 4.0
Basofil Jarang -
Fibrinogen (g/dl) 0.1-0.4 0.2 Trombosit (x 105/µl) 20.0-40.0 30.0 Total protein plasma (g/dl) 4.0-5.5 4.5 Sumber : Jain (1993)
Eritrosit
Eritrosit mengandung hemoglobin (Hb) yang dapat membawa oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Eritrosit unggas berbentuk oval, berinti dan
berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith 2000). Eritrosit berfungsi menyalurkan nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju jaringan tubuh serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Ganong 1995).
volume darah, temperatur lingkungan, ketinggian dan faktor lainnya. Faktor – faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi jumlah eritrosit tetapi juga kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan konsentrasi kandungan darah lainnya. Masa hidup sel eritrosit pada ayam berkisar antara 35 - 45 hari, setelah itu sel eritrosit dihancurkan dalam sel # ' $ dalam hati, limpa dan
sumsum tulang belakang.
Gambar 7 Eritrosit Ayam (Weiss 2010)
Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah protein yang kaya akan zat besi. Hb memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Hb berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce 2009). Oksigen di dalam jaringan dibebaskan dan diberikan kepada sel. Karbondioksida yang dihasilkan sel akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang saat terjadi respirasi. Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe) dalam tubuh karena besi merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul heme.
Hemoglobin tersusun dari 2α dan 2β rantai polipeptida, berat molekulnya diperkirakan 64 kDa. Setiap rantai mengandung satu kelompok "
Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari volume darah. Keadaan hematokrit sangat dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah. Jumlah sel darah merah yang berkurang akan mempengaruhi persen volume sel darah merah dalam darah. Nilai hematokrit ini berhubungan dengan jumlah sel darah merah, nilai selalu berubah-ubah tergantung kepada faktor nutrisi dan umur. Hematokrit diperoleh pada sejumlah darah kemudian mensentrifugasinya. Sel-sel darah lebih berat dari plasma dan berada di bagian bawah pada tabung selama sentrifugasi. Hasil sentrifugasi dalam satu paket dari sel darah merah di bagian bawah tabung disebut dengan " , (PCV) atau hematokrit (Cunningham 2002).
Perubahan volume sel darah merah dan plasma darah yang tidak proporsional dalam sirkulasi darah akan mengubah nilai PCV (Swenson1984).
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor mulai bulan Juli sampai dengan September 2008. Pemeriksaan sampel darah dilaksanakan di Laboratorium Patologi Klinik Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Materi Penelitian Hewan Penelitian
Ayam broiler ( 0diperoleh dari PT. Manggis Farm strain / sebanyak 200 ekor. Ayam dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, dan
setiap perlakuan terdiri dari 40 ekor ayam kemudian dibagi dalam 4 ulangan yang masing – masing terdiri dari 10 ekor ayam.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel dan pemeriksaan darah adalah sebagai berikut kapas, alkohol 70%, pelarut # , HCl 0,1N,
dan aquades. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel dan pemeriksaan darah adalah sebagai berikut, 3 cc, mengandung antikoagulan EDTA ( ), *, hemositometer,
kamar hitung 6 , mikroskop cahaya, alat hitung, tabung Sahli, alat
mikrohematokrit dan alat .
Pembuatan Serbuk Kunyit dan Bawang Putih
untuk dibuat serbuk agar mudah tercampur dengan bahan pakan dan siap digunakan.
Pakan
Pakan basal terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak, lysin, methionin, DCP ( & " ' ) dan ' * (Tabel 2).
Pakan basal yang telah disusun dicampur dengan serbuk kunyit, serbuk bawang putih, dan mineral zink dalam bentuk ZnO, yang dibuat dalam bentuk
(butiran pecah / kasar). Formula ransum perlakuan terdiri dari : K0 = Pakan basal
K(-) = Pakan basal + infeksi (kontrol negatif)
P1 = Pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZnO 180 ppm + infeksi
P2 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZnO 180 ppm + infeksi
K(+) = Pakan basal + infeksi + antibiotik
Penggunaan mineral zink adalah dalam bentuk ZnO (mengandung 80% zink), mengingat ZnO tidak bersifat toksik jika digunakan dalam taraf yang relatif tinggi dan mudah terdapat di pasaran dengan harga relatif murah.
Tabel 2 Komposisi ransum penelitian
Bahan Pakan K0 K(-) P1 P2 K(+) ---%---
Jagung 50 50 50 50 50
Dedak 3 3 3 3 3
Minyak Kelapa 6 6 6 6 6
Tepung Ikan 11 11 11 11 11 Bungkil Kedelai 28 28 28 28 28
CaCO3 1 1 1 1 1
DCP 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
Premiks 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Lysin 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Methionin 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Total 100 100 100 100 100
Kunyit - - 1.5 - -
Bawang Putih - - - 2.5
ZnO - - 0.018 0.018 -
Preparasi Bakteri
Bakteri diinokulasikan ke dalam 100 ml - / 1
(BHI), kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu, biakan
disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm hingga terbentuk pellet. Cairan supernatan dibuang lalu ditambahkan NaCl fisiologis sampai 10 ml dan disentrifuse kembali selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Perlakuan diulang hingga dua kali. Pellet ditambahkan NaCl fisiologis sebanyak 2 ml dan disetarakan dengan larutan BaSO4 10% (620 nm) sehingga diasumsikan suspensi
mengandung bakteri dengan konsentrasi 108
% 7 (CFU) /ml
suspensi. Kemudian suspensi disimpan di dalam lemari es pada suhu 40C dan siap
digunakan. Darah tersebut di ambil sebanyak 1000 µl ke dalam tabung reaksi steril dengan menggunakan mikropipet, kemudian ditambahkan suspensi bakteri sebanyak 1000 µl. Mulut tabung ditutup dengan aluminium foil, kemudian campuran dalam tabung dihomogenkan, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama satu jam.
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Ayam DOC sebanyak 200 ekor ditimbang untuk mengetahui bobot awal kemudian dibagi secara acak ke dalam 5 perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 40 ekor ayam DOC. Perlakuan pakan diberikan sejak ayam umur 1 hari sampai dengan akhir penelitian. Pakan dan air minum diberikan
Pemberian vaksin ND diberikan saat ayam berumur 4 hari melalui tetes mata dan pada umur 21 hari melalui mulut. Vaksin Gumboro diberikan saat ayam berumur 14 hari melalui tetes mata.
Pada umur 3 minggu ayam diinfeksi dengan bakteri Infeksi
dilakukan secara oral dengan dosis 108 CFU / ml. Antibiotik Colimas® diberikan 1 hari setelah diinfeksi
ayam, pada umur 3 minggu sebelum infeksi (P0) dan dilakukan seminggu (Pi 1) dan dua minggu (Pi 2) setelah infeksi.
Peubah yang diamati meliputi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit. Pemeriksaan jumlah eritrosit menggunakan metode hemositometer, kadar haemoglobin dengan metode Sahli dan nilai hematokrit diukur dengan menggunakan metode mikrohematokrit.
Jumlah eritrosit
Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai batas 0.5. Kemudian dicampur dengan pelarut # sampai dengan batas 101 yang tertera pada pipet.
Isi pipet dikocok dengan membuat gerakan angka 8 hingga larutan homogen. Setelah itu satu tetes darah diteteskan ke dalam hemositometer. Kemudian didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu perhitungan dapat dimulai di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 kali. Perhitungan eritrosit dalam hemositometer, menggunakan kotak eritrosit pada 5 kotak : satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan bawah, satu kotak pojok kiri bawah. Jumlah eritrosit dikalikan dengan 104, untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah (Coles 1986).
Jumlah Eritrosit per mm3 darah = a x 104 butir
Kadar Hemoglobin
Nilai Hematokrit
Darah dimasukkan ke dalam pipet mikro kapiler, diisi sampai mencapai 4/5 bagian kemudian ujung pipet disumbat dengan Kemudian mikrokapiler disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan putaran 2500 rpm. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari volume darah dengan menggunakan alat (Coles 1986).
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh yaitu jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Mattjik 2002).
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial Dua Faktor
Model Linier Aditif
Keterangan:
= pengamatan pada perlakuan taraf ke-i dan minggu taraf ke-j dan ulangan ke-k
= rataan umum
= pengaruh utama perlakuan = pengaruh utama minggu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Eritrosit
[image:36.595.121.519.325.445.2]Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, jenis kelamin, bangsa, latihan, keadaan gizi, laktasi, kebuntingan, pelepasan epinefrin, siklus estrus, volume darah, temperatur lingkungan, ketinggian dan faktor lainnya. Faktor – faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi jumlah eritrosit tetapi juga kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan konsentrasi kandungan darah lainnya (Swenson 1984). Jumlah eritrosit hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Rata-rata jumlah eritrosit (juta/µL)sebelum dan sesudah infeksi
Perlakuan Sebelum Infeksi Sesudah Infeksi Rata-rata P0 Pi 1 Pi 2
K0 2.42±0.38a 2,38±0,39a 2,53±0,33a 2,44±0,35ab K(-) 2,50±0,28a 2,08±0,37a 2,10±0,37a 2,22±0,38b P1 2,57±0,19a 2,44±0,19a 2,61±0,38a 2,54±0,26a P2 2,52±0,05a 2,37±0,54a 2,37±0,54a 2,42±0,42ab K(+) 2,56±0,14a 2,36±0,40a 2,50±0,34a 2,48±0,31ab Rata-rata 2,51±0,22a 2,33±0,39a 2,42±0,41a
Keterangan : 1. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
2. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
K0 (Pakan basal), K(-) (Pakan basal + diinfeksi ), P1 (Pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZinkO 180 ppm + diinfeksi ), P2 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZinkO 180 ppm + diinfeksi ), K(+) (Pakan basal + antibiotik +diinfeksi )
P0 : umur 3 minggu (sebelum diinfeksi), Pi 1 : seminggu, dan Pi 2 : dua minggu setelah ditantang.
Jumlah eritrosit pada kelompok perlakuan P1 (pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZnO 180 ppm) meunjukkan nilai tertinggi yaitu 2,54±0,26 x106 /µL, sedangkan nilai terendah dijumpai pada kelompok K(-) dengan nilai sebesar 2,22±0,38 x 106/µL. Secara statistik menunjukkan kedua perlakuan berbeda secara nyata (p < 0,05). Pengamatan yang dilakukan pada umur 3 minggu menunjukkan bahwa rataan jumlah eritrosit sebelum di infeksi (P0) semua perlakuan sebesar 2,51 ± 0,22 x 106/µL. Nilai tertinggi dijumpai pada perlakuanP1 sebesar
walaupun keduanya tidak berbeda secara nyata (p>0,05). Jain (1993) melaporkan bahwa jumlah eritrosit normal pada ayam berkisar antara 2.50 – 3.50 x 106 /µL. Tingginya jumlah eritrosit pada perlakuan P1 diduga karena eritrosit mampu bertahan lebih lama dalam sirkulasi dengan adanya Zn, dan kunyit yang mengandung kurkumin memberikan efek antioksidan terhadap membran sel sehingga mencegah terjadinya destruksi (Regar 2009). Menurut Underwood (2001), defisiensi zink secara tidak langsung menyebabkan ketidakstabilan komposisi membran eritrosit dan mengganggu metabolisme asam lemak essensial.
Gambar 8 Jumlah eritrosit sebelum dan sesudah infeksi
Penurunan jumlah eritrosit terlihat seminggu setelah infeksi (Pi 1), terjadi pada hampir semua perlakuan kecuali kontrol (Gambar 8). Rataan jumlah eritrosit seminggu setelah infeksi pada semua perlakuan adalah 2,33 ± 0,39 x 106/µL. Nilai
tertinggi dijumpai pada perlakuan P1 sebesar 2,44 ± 0,19 x 106 /µL dan jumlah
eritrosit terendah pada K(-) 2,08 ± 0,37 x 106 /µL, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (p > 0,05). Penurunan eritrosit seminggu setelah infeksi
diduga akibat adanya peradangan pada usus atau organ lain. Infeksi
secara oral diduga berakibat pada adanya gangguan pada saluran pencernaan terutama usus. Widhyari (2008) melaporkan kerusakan akibat infeksi dapat menyebabkan peradangan, serta penebalan dinding usus, edema dan diare. Gaastra and Graaf (1982) melaporkan bersifat patogen enterik mampu menempel pada permukaan usus halus melalui perantaraan antigen perlekatan (adhesin) dan
1.9 2.1 2.3 2.5 2.7 2.9
P0 Pi 1 Pi 2
E ri tr o si t x 1 0 6/ µ l K0 K(-) P1 P2 K(+)
selanjutkan kuman mampu memproduksi enterotoksin yang dapat mengakibatkan diare.
Jumlah eritrosit meningkat kembali dijumpai dua minggu setelah infeksi (Pi 2). Jumlah eritrosit pada kelompok K0, K(-), P1, P2 dan K(+) secara berturutan adalah sbb: (2,53 ± 0,33 x 106 /µL); (2,10 ± 0,37 x 106 /µL); (2,61 ± 0,38 x 106 /µL), (2,37 ± 0,54 x 106 /µL) dan (2,50±0,34 x 106 /µL). Semua perlakuan tidak berbeda secara nyata (p > 0,05). Nilai tertingggi dijumpai pada perlakuan P1, hal ini disebabkan karena zat aktif kurkumin pada kunyit mampu mengeliminasi bakteri dan dapat berfungsi sebagai antibakteri. Selain itu meningkatnya jumlah eritrosit disebabkan karena status kesehatan ayam membaik. Winarto ( 2003) melaporkan kunyit mampu meningkatkan berat badan ayam broiler, menjaga kesehatan ayam broiler dari penyakit dan dapat memberikan efek anti mikroba. Kunyit juga dapat berfungsi sebagai obat luka (secara topikal), pengobatan diare dan peradangan pada usus yang muncul pada penderita kolibasillosis sehingga proses persembuhan lebih baik. Chattopadhyay . (2004) melaporkan bahwa kurkumin berperan sebagai gastroprotektan dan melindungi sel hepatosit dari senyawa-senyawa yang dapat merusak sel hepatosit seperti karbon tetraklorida dan peroksida. Aktivitas kurkumin tersebut diharapkan dapat mencegah proses peradangan pada gastrointestinal dan hati.
Penelitian Thakare (2004) tentang efek anti bakteri dari beberapa familia Zingiberaceae yaitu dan 8 menunjukkan bahwa
pada konsentrasi 5% – 10% ternyata cukup efektif dengan lama perendaman 1 – 4 hari dalam menghambat pertumbuhan bakteri , $ ' , ,
atau . Organ tumbuhan yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri di atas adalah bagian rimpang. Kunyit memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi dan senyawa kurkumin merupakan komponen utama yang menyebabkan aktivitas antioksidan tersebut. Kurkumin juga merupakan antioksidan biologis untuk hemolisis dan peroksidasi lemak pada eritrosit tikus yang diinduksi dengan hidrogen peroksida (Toda . 1988).
belum dapat meningkatkan jumlah eritrosit pada ayam broiler yang diinfeksi Hal tersebut diduga karena kandungan bawang putih tidak efektif mempertahankan stabilitas dinding eritrosit. Menurut Juwita (2009) efek samping dari pemberian bawang putih yang menyebabkan dinding eritosit mudah pecah. Jumlah eritrosit yang menurun tersebut tidak diikuti kemampuan untuk mempertahankan keberadaannya dalam darah. Kerja enzimatis dari enzim katalase dan karbonik anhidrase belum mampu mempertahankan membran eritrosit sehingga eritrosit mudah lisis dan bertahan sementara.
Pemberian antibiotik Colimas® yang mengandung Trimethoprim dan Sulfadiazin pada kelompok K(+) memperlihatkan profil yang sangat mirip dengan perlakuan P1. Kandungan sulfadiazine mampu menghambat kerja Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan Trimethoprim menghambat reduksi
menjadi yang berguna untuk pertumbuhan bakteri. Hal yang mirip dijumpai pada kunyit. Kandungan kurkumin pada kunyit juga memiliki sifat antibakteri, karena kurkumin adalah suatu senyawa fenolik maka mekanisme kerjanya sebagai antimikroba akan mirip dengan senyawa fenol lainnya. Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 338,
diduga gugus aktif pada kurkuminoid terletak pada gugus metoksi. Gugus hidroksil fenolat yang terdapat dalam struktur kurkuminoid kemungkinan menyebabkan kurkuminoid mempunyai aktivitas antibakteri. Zat ini mampu menghambat pertumbuhan dan aktifitas mikroba, juga bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), dan menghambat germinasi spora bakteri (Fardiaz 1982). Beberapa kelompok senyawa kimia yang bersifat antimikroba adalah fenol, alkohol, halogen, logam berat, senyawa amonium kuarterner, asam dan basa serta gas kemosteril (Pelczar 1993). Karena kurkumin adalah suatu senyawa fenolik maka mekanisme kerjanya sebagai antimikroba akan mirip dengan senyawa fenol lainnya.
Kadar Hemoglobin
eritrosit memiliki kemampuan untuk mengangkut oksigen, serta menyebabkan warna merah pada darah (Frandson 1992). Kadar hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Rata-rata kadar hemoglobin (g/dl) sebelum dan sesudah Infeksi
Keterangan : 1. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
2. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
K0 (Pakan basal), K(-) (Pakan basal + diinfeksi ), P1 (Pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZinkO 180 ppm + diinfeksi ), P2 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZinkO 180 ppm + diinfeksi ), K(+) (Pakan basal + antibiotik +diinfeksi )
P0 : umur 3 minggu (sebelum diinfeksi), Pi 1 : seminggu, dan Pi 2 : dua minggu setelah ditantang.
Kadar hemoglobin seminggu setelah infeksi (Pi 1) sekitar 7,28 ± 1,06 g/dl nyata lebih rendah (p < 0,05) dibanding awal pengamatan (P0) Menurunnya kadar hemoglobin setelah infeksi diduga ada peradangan pada organ tubuh seperti pada kantong hawa ( ), sehingga berpengaruh terhadap kemampuan tubuh dalam menyediakan oksigen. Organ pernapasan seperti kantung hawa hanya memiliki sedikit pembuluh darah. Kerusakan sistem pernapasan pada ayam menyebabkan ayam menjadi relatif mudah terserang penyakit. Akibatnya saat organ pernapasan ayam sudah rusak, maka pengobatannya menjadi relatif lebih sulit dan kasusnya tidak bisa diatasi secara tuntas. Penurunan kadar hemoglobin juga diduga akibat menurunnya jumlah sel eritrosit. Hal ini sejalan dengan pernyataan Swenson (1984) bahwa penurunan kadar hemoglobin akibat adanya gangguan pembentukan eritrosit ( ' ).
Perlakuan Sebelum Infeksi Sesudah Infeksi Rata-rata P0 Pi 1 Pi 2
K0 7,62±0,59abcd 8,10±0,41ab 8,10±0,91ab 7,93±0,67a K(-) 8,32±0,59a 6,87±0,68cde 6,70±0,57de 7,29±0,94b P1 8,45±0,29a 7,77±0,34abc 8,00±0,46ab 8,07±0,45a P2 7,63±0,41abcd 7,23±1,71bcde 6,57±1,32e 7,14±1,27b K(+) 7,93±0,69ab 6,43±0,82e 7,20±0,61bcde 7,18±0,91b
Gambar 9 Kadar hemoglobin sebelum dan sesudah infeksi
Kadar hemoglobin pada akhir pengamatan atau 2 minggu setelah infeksi (Pi 2) sedikit meningkat, akan tetapi masih berada dibawah nilai pre infeksi (PO). Kadar hemoglobin berkisar antara 6,43 ± 0,82 g / dl sampai 8,45 ± 0,29 g / dl (Tabel 4) dan profil hemoglobin dapat dilihat pada Gambar 9. Profil kadar hemoglobin pada perlakuan P2 cenderung mengalami penurunan sampai akhir penelitian. Nagpurkar . (1998), melaporkan konsumsi serbuk bawang putih yang tidak dilapisi ( & ) menyebabkan diubah menjadi
dalam lambung. Perubahan ini terjadi pada kondisi keasaman lambung (pH) yang berada di atas 1 - 3, jika tidak mencapai pH tersebut maka enzim alliinase menjadi inaktif sehingga fungsi bawang putih menjadi kurang efektif. Senyawa pelapis ini mampu melindungi sediaan dari keasaman lambung sehingga sediaan akan diabsorbsi secara maksimal di usus halus Perlakuan P1 (kunyit dan Zn) memberikan efek yang serupa dengan pemberian antibiotik setelah dilakukan infeksi Stabilnya kadar hemoglobin pada perlakuan P1 disebabkan oleh adanya kurkumin yang terkandung dalam kunyit yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melindungi hemoglobin dari oksidasi. Reaksi oksidatif dapat merusak hemoglobin (Meyer dan Harvey 2004). Zink juga berperan sebagai antioksidan yang berfungsi membuang radikal bebas pada plasma membran
4 5 6 7 8 9 10
P0 Pi1 Pi2
H
b
(
g
/d
L)
Waktu Pengamatan
K0
K(-)
P1
P2
(Gropper . 2005). Keberadaan zink dalam serum dan plasma dapat menekan bakteri $ dan endotoksin yang dihasilkan .
Endotoksin dapat meningkatkan konsentrasi zink pada hati ayam (Park 2004).
Nilai Hematokrit
[image:42.595.116.511.352.474.2]Nilai hematokrit atau Packed Cell Volume menunjukkan perbandingan sel darah merah terhadap volume darah (Meyer dan Harvey 2004). Nilai hematokrit bervariasi tergantung dari tingkat keaktifan tubuh, adanya anemia dan ketinggian tempat tinggal (Guyton 1995). Kadar hematokrit tergantung pada jumlah sel eritrosit, ukuran eritrosit serta volume darah.
Tabel 5 Rata-rata nilai hematokrit (%) sebelum dan sesudah infeksi
Perlakuan Sebelum infeksi Setelah infeksi Rata-rata P0 Pi 1 Pi 2
K0 27,83±3,66a 30,33±3,20a 30,83±5,82a 29,66±4,32a K(-) 27,50±4,23a 23,83±3,43a 23,50±3,73a 24,94±4,03b P1 27,33±1,21a 26,83±1,17a 29,83±4,58a 28,00±2,97ab
P2 27,00±0,89a 27,33±7,58a 29,00±8,85a 27,77±6,40ab K(+) 28,67±3,20a 28,00±4,60 27,00±3,79a 27,88±3,74ab Rata-rata 27,66±2,80a 27,26±4,70a 28,03±5,89a
Keterangan : 1. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
2. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
K0 (Pakan basal), K(-) (Pakan basal + diinfeksi ), P1 (Pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZinkO 180 ppm + diinfeksi ), P2 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZinkO 180 ppm + diinfeksi ), K(+) (Pakan basal + antibiotik +diinfeksi )
P0 : umur 3 minggu (sebelum diinfeksi), Pi 1 : seminggu, dan Pi 2 : dua minggu setelah ditantang.
Gambar 10 Nilai hematokrit sebelum dan sesudah infeksi
Nilai hematokrit seminggu setelah infeksi atau pada umur 4 minggu (Pi 1) sebesar 27,26 ± 4,70 % sedikit menurun dibanding awal pengamatan (PO) sebesar 27,66 ± 2,80 % , walaupun penurunan tidak berbeda secara nyata (p > 0.05). Nilai hematokrit pada umur 5 minggu (Pi 2) sebesar 28,03 ± 5,89 % sedikit meningkat, walaupun peningkatan tidak berbeda secara nyata (p > 0.05). Hasil penelitian Emadi . (2006) dan Sugiharto (2011) melaporkan bahwa pemberian ekstrak kunyit pada ayam broiler tidak meningkatkan nilai hematokrit.
Hematokrit atau ' (PCV) adalah persentase sel darah
merah dalam 100 ml darah. Hewan normal memiliki nilai hematokrit sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Penurunan kadar hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh, seperti anemia kehilangan darah akut, leukemia, kehamilan, malnutrisi, gagal ginjal. Sedangkan peningkatan nilai hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi seperti dehidrasi, diare berat, luka bakar, pembedahan (Kee 1997). Menurut Frandson (1992) nilai hematokrit yang tinggi menunjukkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu keadaan dimana keseimbangan cairan tubuh terganggu karena hilangnya cairan tubuh baik cairan ekstraseluler maupun cairan interseluler tanpa diimbangi asupan cairan yang cukup. Cunningham (2002)
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
P0 Pi1 Pi2
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam yang diinfeksi lebih baik pada pemberian kombinasi kunyit dan zink dibanding pemberian kombinasi bawang putih dan zink .
2. Profil eritrosit pada pemberian kombinasi kunyit dan zink hampir sama dengan pemberian antibiotik pada ayam yang diinfeksi
Saran
1. Perlu dilakukan uji tantang dengan jenis mikroba lain untuk melihat keefektifannya dalam mengendalikan penyakit lain yang menyerang industri perunggasan.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso BT. 1998. + 7 Yogyakarta: Kanisius.
Anonimusa. 2007. Indeks Obat Hewan Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Peternakan.
Anonimusb. 2012. Ayam. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Ayam. [ 29 Agustus 2012 ].
Barnes HJ, Beard CW, McDougald LR, Saif YM. 1997. Collibacillosis. 1 9 " :; . Ames, I.A.: Iowa State University Press.
Bhowmik D, Chiranjib, Kumar KP. 2010. A Potential Medicinal Importance of Zinc in Human Health and Chronic Disease. Int J Pharm Biomed Sci 2010, 1(1), 05-11.
Bintang IK dan Nataamijaya AG. 2005. Pengaruh penambahan tepung kunyit ( ) dalam ransum broiler. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 12 – 13.
Bongiorno PB, Fratellone PM, Logiudic P. 2008. Potential Health Benefits of Garlic ( $ ). Journal of Complementary and Integrative
Medicine, Vol. 5 [2008], Iss. 1, Art. 1.
Cahyono B. 1995. . - - . Yogyakarta :
Yayasan Pustaka Nusantara.
Chattopadhyay I, Biswas K, Bandyopadhyay U, Banerjee RK. 2004. Turmeric and Curcumin : Biological Actions and Medical Applications.
$ , 87 (1): 44-53.
Coles, Embert H. 1986. , " . Saunders (W.B.) Co Ltd.
Cunningham JG. 2002. * , " Ed ke-3. Philadelphia:
WB. Saunders Company.
Darwis SN, Modjo Indo ABD, Hasiyah S. 1991. Tanaman Obat Familia Zingiberaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Industri. Bogor.
Durairaj S, Srinivasan S, Lakshmanaperumalsamy P. 2009. 1 antibacterial
Emadi M. and Kermanshahi H. 2006. Effect of turmeric rhizome powder on performance and carcass characteristic of broiler chickens. Int. J. Poult. Sci. 5: 1069-1072.
Fadillah R dan Polana A. 2004. " ' . . Depok : PT. Agromedia Pustaka.
Fardiaz S. 1982. " ' ' . Jurusan
Ilmu dan Teknologi Pangan. IPB.Bogor.
Frandson RD. 1992. % . Edisi 4. Terjemahan : Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Ganong WF. 1995. - = % + Ed ke-4. Widjajakusumah
MD, penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Gaastra W and Graaf FK. 1982. Host-specific fimbrial adhesins of non invasive enterotoxigenic strains. Microbiol. Rev. 46 :129-161. Gropper SS, Smith JL and Groff JL. 2005. 6 /
. . Fourth edition. USA: Wardsworth.
Gschmeissner S. 2012. E coli bacteria, SEM. [terhubung berkala]. http://www.sciencephoto.com/media/205162/enlarge. [30 Agustus 2012]. Guyton H. 1997. - = % + . Setiawan I, penerjemah.
Jakarta: EGC.
1 + -, Uday B, Ranajit KB. 2004. Turmeric and curcumin:
Biological actions and medicinal applications. Current Sci., 87: 44-53. Jaidee K. 2010. Turmeric Curcuma longa Indian Saffron. [terhubung berkala].
http://www.the-foodist.com/spices/turmeric-curcuma-longa indian saffron/. [29 agustus 2012].
Jain NC. 1993. , / Philadelphia: Lea and
Febiger.
Joe B, Vijaykumar M, Lokesh BR. 2004. Biological properties of curcumin cellular and molecular mechanismsof action. " 44: 97-111.
Kee JL. 1997. " 2 >. Jakarta : EGC.
Kenneally T. 2012. Broiler Chickens. [terhubung berkala]. http://www.tamarakenneallyphotography.com/broiler-chickens/. [20 Oktober 2012].
Kenny P. 2004. / $ . Ohio : The Herb
Society of America.
Kuroda M, Mimaki Y, Nishiyama T, Mae T, Kishida H, Tsukagawa M, et al. 2005. Hypoglicemic effects of turmeric (curcuma longa L. rhizomes) on genetically diabetic KK-Ay mice. Biol Pharm Bull. 2005;28(5):937–9. Leeson S, Summers JD. 2009. Broiler Breeder Production. Canada: University
Books.
Liu B. 2006. Terapi Bawang Putih. Cetakan Pertama. Jakarta : Prestasi Pustaka. Mattjik AA. 2002. " " ' $ $ . .
Edisi ke-2. Bogor: IPB Press.
Mehta A, Hoffbrand V. 2008. / 2nd Edition. Hartanto H,
penerjemah; Safitri A, Astikawati R, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Meyer DJ and Harvey JW. 2004. , 2 . 1 '
3rd Edition. USA: Saunders.
Nagpurkar A, Peschell J and Holub BJ. 2000. Garlic Constituents and Disease Prevention. In: G. Mazza dan B.D Oomah, editor. /
-. New York: CRC Press-.
Natalina RD. 2008. Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit dan Kadar Hemoglobin Ayam Pedaging Umur 6 Minggu yang Diberi Suplemen Kunyit, Bawang Putih dan Zink [skripsi]. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Nugroho E. 1998. " 1 . Semarang : Eka Offset.
Park YS, Birkhold SG, Kubena LF, Nisbet DJ, Ricke SC. 2004. Review on the Role of Dietary Zinc in Poultry Nutrition, Immunity, and Reproduction
- # Vol. 101:147-163
Pearce E. 2009. % 7 " . Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Pelczar MJ, Reid RD, Chan E C S. 1993. . ? New York :
Plumlee KH. 2004. , * Philadelphia : Elsevier.
Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. - 6 % . 4th
Ed. Canada : John Wiley and Sons, Inc.
Purseglove J, Brown WEG, Green CL, Robbins SRJ. 1981. $' Volume ke-1.
London : Longman.
Rahayu ID. 2010. Kolibasilosis, Kholera, dan Aspergillosis Pada Unggas. [terhubung berkala]. http://imbang.staff.umm.ac.id/?p=364. [20 Oktober 2012].
Rasyaf M. 2008. " - " . Jakarta: Penebar Swadaya.
Ravindran PN, Babu KN, Sivaraman K. 2007. 9 .
New York : CRC Press.
Regar MN. 2009. Kajian Efektifitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dengan Mineral Zink dalam Ransum Terhadap Performa dan Respon Imun Ayam Pedaging yang Diinfeksi [tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Santosa M, Basuki N, Cholil A, Dharma DA, Syekhfani. 1991. Pengembangan bawang putih di dataran medium (400 m dpl). Risalah Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional LIPI, Jakarta.
Saputra R. 2007. Pengaruh suplementasi mineral Zn terhadap karakteristik cairan rumen dan sintesis protein mikroba dari ransum yang memakai tongkol jagung amoniasi. [terhubungberkala]. http://www.rifkisaputraperkuliahan.blogspot.com/2007/11/pengaruh-suplementasi-mineralzn.html. [30 Agustus 2012].
Sariati I. 2012. Bibit Ayam Pedaging. [terhubung berkala]. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/bibit-ayam-pedaging. [13 September 2012].
Sidarningsih. 1990. Sifat Bakterial Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Streptococcus Mutans, Lactobasilus SP [Skripsi]. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.
Smith FM, West NH, Jones DR. 2000. $ In: Whittow
GC, editor. $ @ " . 5th Edition. USA: Academic
Sugiharto I, Widiastuti E, Prabowo NS. 2011. Effect of Turmeric on Blood Parameters, FCR and Abdominal Fat. J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 36(1) March 2011 page 21-26.
Swenson MJ. 1984. @ " Ed ke-10. Ithaca
and London: Cornell University Press.
Syamsiah IS dan Tajudin. 2003. + . - " # =
. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Tabbu CR. 2000. " " . Vol. I. KANISIUS.
Yogyakarta.
Thakare M. 2004. " $ $ . "
% . Thesis: Department of Animal and
Poultry Science Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, Virginia USA.
Tarmidi AR. 2009. Kajian fungsi mineral zink (zink) bagi ternak.[terhubung
berkala].http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/2_kajian_fungsi_mineral_zink_bagi_ternak.pdf. [30 Agustus 2012].
Tarmudji. 2003. + ' 9 "
" Wartazoa Vol. 13 No.2 Th. 2003 hal 65-73. Bogor.
Toda S, Miyase T, Arichi H, Tanizawa H, Takino Y. 1988. Natural antioxidants: Antioxidative components isolated from rhizome of L. Chemical and Pharmaceutical Bulletin 33:1725-1728.
Underwood EJ and Suttle NF. 2001. . 6 2 A .
UK: CABI Publishing.
Weiss JD and Wardrop KJ. 2010. $ @ B C . Iowa
: Blackwell Publishing.
Widhyari SD, Wientarsih I, Soehartono RH,Winarsih W. 2008. Kajian efektifitas pemberian kombinasi mineral zinc dan herbal sebagai imunomodulator. Laporan Hibah Bersaing. LPPM - Institut Pertanian Bogor.
Widjajakusuma R. dan Sikar H. 1986. % / 2 . Fisiologi
dan Farmakologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Winarto WP. 2003. + . + . Cetakan I. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
LAMPIRAN
[image:52.595.107.518.65.807.2]Lampiran 1 Analisis ragam jumlah eritrosit dengan beberapa perlakuan sebelum dan setelah diinfeksi
Tabel ANOVA
! " !
# ! !" "!
! #
# # "### #
!"" # "" "
# " """ ""
! # "## # "#
Sumber
Keragaman db JK KT Fhit Nilai-p P1 4 1.0093378 0.2523344 2 0.1037 m 2 0.5226867 0.2613433 2.07 0.1336 P1*m 8 0.5288356 0.0661044 0.52 0.8356 Galat 75 9.4793 0.1263907
Lampiran 2 Analisis ragam kadar hemoglobin dengan beberapa perlakuan sebelum dan setelah ditantang
Tabel ANOVA
Sumber
Keragaman db JK KT Fhit Nilai-p P1 4 14.07 3.5175 5.7 0.0005 Minggu 2 9.63089 4.81544 7.8 0.0008 P1*minggu 8 12.4747 1.55933 2.53 0.0172 Galat 75 46.305 0.6174
Total 89 82.4806
" ##### # "! # ! $
# " #
! ####
"#
" #!# " ! # #
" # # # #
$$ ! " ! #
Lampiran 3 Analisis ragam nilai hematokrit dengan beberapa perlakuan sebelum dan setelah ditantang
Tabel ANOVA
Sumber
Keragaman db JK KT Fhit Nilai-p P1 4 208.489 52.1222 2.54 0.0464 Minggu 2 8.82222 4.41111 0.22 0.8068 P1*minggu 8 134.511 16.8139 0.82 0.5868 Galat 75 1536.5 20.4867
Total 89 1888.32
%
"# # " #! "
# #" #
! "
%
" # " # ###
! # #
$$
! $$ " # " ! #
# #" #
PENDAHULUAN Latar belakang
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak diminati oleh masyarakat. Permintaan akan kebutuhan protein yang semakin meningkat memacu industri peternakan untuk memperluas dan meningkatkan usahanya. Dalam upaya memenuhi meningkatnya permintaan pasar, usaha peternakan tidak lepas dari seringnya muncul berbagai kasus penyakit yang sangat merugikan peternak. Kasus penyakit Kolibasilosis merupakan salah satu kasus yang sering menjadi masalah dan kendala di dalam peningkatan usaha peternakan.
Kolibasilosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ayam broiler. Menurut Tabbu (2000) kolibasilosis mempunyai arti ekonomi penting bagi industri perunggasan, karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, serta penurunan kualitas anak ayam. Kasus ini perlu mendapat perhatian mengingat penyakit ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya dilakukan dalam upaya pengendalian dan pengobatan penyakit ini. Pengobatan menggunakan antibiotik menjadi salah satu cara untuk menekan jumlah kematian pada ayam yang terserang penyakit. Pengobatan menggunakan bahan kimia, selain mahal juga dapat menyebabkan residu pada produk ternak. Selain itu penggunaan antibiotik juga dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan jika kurang tepat penggunaannya. Oleh karena itu perlu alternatif pengobatan yang relatif aman bagi kesehatan.
empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak (Darwis 1991). Bawang putih berfungsi sebagai anti bakteri (antibiotika) dengan bahan aktifnya yang dikenal sebagai allisin (Santosa . 1991). Bawang putih juga berfungsi sebagai antioksidan dan anti inflamasi (Bongiorno . 2008). Penggunaan herbal diharapkan dapat menggantikan peranan obat-obatan dalam menanggulangi penyakit hewan.
Penambahan mikromineral dalam pakan merupakan keharusan dalam upaya produksi daging ayam. Mikromineral penting dalam pakan adalah kromium, kobalt, tembaga, yodium, besi, zink, mangan, molybdenum, selenium, dan flourida. Zink merupakan mikromineral yang dibutuhkan untuk aktifitas dari 300 enzim dalam tubuh dan dianggap penting untuk pembelahan sel, sintesis DNA dan protein (Bhowmik 2010). Penggunaan bawang putih, kunyit, maupun mineral Zn secara tunggal telah banyak dilaporkan. Akan tetapi pemberian secara kombinasi antara herbal dengan Zn perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuannya di dalam menanggulangi kasus kolibasilosis.
Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemberian kombinasi herbal (kunyit atau bawang putih) dengan zink memperlihatkan nilai eritrosit, hematokrit, dan hemoglobin yang lebih baik dibanding perlakuan lain (Widhyari 2007). Oleh karena itu pemberian kombinasi herbal dan mineral zink diharapkan memiliki kemampuan dalam menanggulangi kasus penyakit kolibasilosis yang sering menyerang ayam.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi kunyit ( Val.) maupun bawang putih (
Gambar
Dokumen terkait
Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek.. Dibimbing oleh WIWIN
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah mendapatkan data gambaran jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, dan indeks eritrosit pada
Pakan dengan suplementasi herbal dan zink mampu memberikan peningkatan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan hemoglobin pada ayam pedaging.. Salah satu cara pemenuhan
Kesimpulan dari penelitian ini, penggunaan ekskreta walet dalam ransum sampai tingkat 16% tidak berpengaruh terhadap kadar hemoglobin, hematokrit, dan eritosit
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah mendapatkan data gambaran jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, dan indeks eritrosit pada
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui respon total eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit babi landrace yang diberi pakan eceng gondok dari
HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam pedaging sebelum dan sesudah infeksi E.coli
JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMATOKRIT, DAN HEMOGLOBIN IKAN LELE DUMBO ( Clarias gariepinus ) YANG DIINFEKSI BAKTERI..