• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI

HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK

TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG

TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

UPIK KUROTA AINI. Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek. Dibimbing oleh WIWIN WINARSIH dan SUS DERTHI WIDHYARI.

(3)

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI

HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK

TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG

TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek

Nama : Upik Kurota Aini NRP : B04104162

Disetujui

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan cintaNya yang selalu tercurah setiap saat sehingga skripsi dengan judul KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi serta drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D atas bimbingannya, saran, dan bantuannya. Drh. Chusnul Choliq, MS. MM sebagai dosen pembimbing akademik Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada staf Laboratorium Patologi (Pak Kas dan Pak Endang), bapak-bapak satpam, serta seluruh civitas FKH IPB.

Terimakasih tak terhingga ku haturkan untuk Bapak dan Mama yang tak pernah bosan menggayutkan doa, kasih sayang, dan nasihat agar diri ini menjadi insan terbaik. Keluarga besarku:Mb Nia, Mas Eko, Ipan, &ege, Angah, Bu Yanti, Jogja dan Lampung Family atas doa dan semangat yang diberikan. Anak-anak ayam ( Bagus, Popon, Sri Ul, Ami, Ratna, Kanda, Wahyu, Herlina, Bu Sri, Mas Mahmud) akhirnya kita berhasil melewati ini. Saudara-saudara terbaikku: Jameela (Cmaydutz, Mpok, Ryudutz), Green House, Iswara, My Big Mommy (RM) dan Charlies Angel yang telah menjadi keluarga ku selama di Bogor, my teacher Bunsay-Q, Mbae, Ninis, 3SDI, xL, DePer@ B@j@y yang selalu menguatkanku

untuk terus berjuang. Hilda, Utx, Devit, Etitut, adik2q (Meri, Fajrin, Masclihah, Pita, Dhika, Cha2, Archi, V3, Azizah, Nu2, Eka, Ani, Nani, Putri, Milah, Fatma) ukhuwah itu sangat indah, penggenap dien ku kelak. Himpro Ruminansia, DKM An-Nahl, IMAKAHI, Asteroidea 41, all sesepuh-sesepuh, adik2 @ 42, 43, 44 yang telah mengisi hari-hari di FKH dengan banyak pembelajaran dan canda tawa. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga ini dapat menjadi amal jariyah dan bermanfaat untuk penulis dan seluruh pembaca. Amin.

Bogor, September 2008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 09 Agustus 1986 dari ayah Drs. H. M. Hasyimi dan Ibu Dra. Hj. Roswita. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN 06 Bekasi, pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2001 di SLTPN 11 Bekasi, dan pendidikan menengah atas di SMUN 10 Yogyakarta diselesaikan pada tahun 2004, serta pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur SPMB.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

Pembuatan Serbuk Bawang Putih dan Kunyit ... 19

Pakan ... 19

Pengambilan Sampel dan Pembuatan Preparat Histopatologi ... 20

Pengamatan Histopatologi ... 22

Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bawang putih(Allium sativum)... 5

2. Kunyit (Curcuma domestica)... 6

3. Virus Marek ... 13

4. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal. ... 24

5. Pertumbuhan sel tumor limfoid... 25

6. Rataan presentase degenerasi tubulus ... 26

7. Rataan presentase nekrosa tubulus... 26

8. Nekrosa dan degenerasi sel-sel tubulus... 28

9. Rataan presentase kongesti glomerulus ... 29

(11)

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI

HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK

TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG

TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

UPIK KUROTA AINI. Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek. Dibimbing oleh WIWIN WINARSIH dan SUS DERTHI WIDHYARI.

(13)

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI

HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK

TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG

TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi : Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek

Nama : Upik Kurota Aini NRP : B04104162

Disetujui

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan cintaNya yang selalu tercurah setiap saat sehingga skripsi dengan judul KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi serta drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D atas bimbingannya, saran, dan bantuannya. Drh. Chusnul Choliq, MS. MM sebagai dosen pembimbing akademik Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada staf Laboratorium Patologi (Pak Kas dan Pak Endang), bapak-bapak satpam, serta seluruh civitas FKH IPB.

Terimakasih tak terhingga ku haturkan untuk Bapak dan Mama yang tak pernah bosan menggayutkan doa, kasih sayang, dan nasihat agar diri ini menjadi insan terbaik. Keluarga besarku:Mb Nia, Mas Eko, Ipan, &ege, Angah, Bu Yanti, Jogja dan Lampung Family atas doa dan semangat yang diberikan. Anak-anak ayam ( Bagus, Popon, Sri Ul, Ami, Ratna, Kanda, Wahyu, Herlina, Bu Sri, Mas Mahmud) akhirnya kita berhasil melewati ini. Saudara-saudara terbaikku: Jameela (Cmaydutz, Mpok, Ryudutz), Green House, Iswara, My Big Mommy (RM) dan Charlies Angel yang telah menjadi keluarga ku selama di Bogor, my teacher Bunsay-Q, Mbae, Ninis, 3SDI, xL, DePer@ B@j@y yang selalu menguatkanku

untuk terus berjuang. Hilda, Utx, Devit, Etitut, adik2q (Meri, Fajrin, Masclihah, Pita, Dhika, Cha2, Archi, V3, Azizah, Nu2, Eka, Ani, Nani, Putri, Milah, Fatma) ukhuwah itu sangat indah, penggenap dien ku kelak. Himpro Ruminansia, DKM An-Nahl, IMAKAHI, Asteroidea 41, all sesepuh-sesepuh, adik2 @ 42, 43, 44 yang telah mengisi hari-hari di FKH dengan banyak pembelajaran dan canda tawa. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga ini dapat menjadi amal jariyah dan bermanfaat untuk penulis dan seluruh pembaca. Amin.

Bogor, September 2008

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 09 Agustus 1986 dari ayah Drs. H. M. Hasyimi dan Ibu Dra. Hj. Roswita. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN 06 Bekasi, pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2001 di SLTPN 11 Bekasi, dan pendidikan menengah atas di SMUN 10 Yogyakarta diselesaikan pada tahun 2004, serta pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur SPMB.

(17)
(18)

DAFTAR ISI

Pembuatan Serbuk Bawang Putih dan Kunyit ... 19

Pakan ... 19

Pengambilan Sampel dan Pembuatan Preparat Histopatologi ... 20

Pengamatan Histopatologi ... 22

Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(19)
(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bawang putih(Allium sativum)... 5

2. Kunyit (Curcuma domestica)... 6

3. Virus Marek ... 13

4. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal. ... 24

5. Pertumbuhan sel tumor limfoid... 25

6. Rataan presentase degenerasi tubulus ... 26

7. Rataan presentase nekrosa tubulus... 26

8. Nekrosa dan degenerasi sel-sel tubulus... 28

9. Rataan presentase kongesti glomerulus ... 29

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisa statistik sel tumor limfoid... 37

2. Analisa statistik kongesti... 38

3. Analisa statistik degenerasi ... 39

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

(23)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Protein hewani memiliki peranan penting dalam membangun kualitas

sumber daya manusia yang unggul. Permintaan dunia terhadap protein hewani

(daging, telur, dan susu serta produk olahannya) sangat besar dan diproyeksikan

akan meningkat sangat cepat selama periode tahun 2005-2020 mendatang

khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Penduduk dunia saat ini

sekitar 6.3 milyar dan diperkirakan meningkat sebanyak 76 juta jiwa setiap tahunnya, dari jumlah penduduk tersebut sekitar 5.3 milyar (84%) diantaranya berdomisili di negara-negara sedang berkembang yang rata-rata tingkat konsumsi protein hewaninya relatif sangat rendah. Indonesia termasuk negara sedang

berkembang, dengan jumlah penduduk sekitar 212 juta jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata 1.5% per tahun serta peningkatan pendapatan per kapitanya sekitar 3% per tahun. Dari jumlah penduduk tersebut tentunya membutuhkan pangan hewani yang cukup besar dan diproyeksikan meningkat sangat cepat di masa mendatang. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani juga ikut mendorong meningkatnya permintaan terhadap pangan hewani (Deptan 2006).

(24)

2

untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh (Frandson 1992).

Menurut Fadilah & Polana (2004), belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit Marek. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara peningkatan kekebalan melalui vaksinasi, memperbaiki manajemen dan menjaga kebersihan, isolasi serta melakukan sanitasi yang baik (Bains 1979; Sainsbury 1984; Jordan 1990). Pencegahan kejadian penyakit Marek dapat dilakukan dengan adanya usaha peningkatan daya tahan tubuh.

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur 2002). Melihat kondisi ini, penggunaan tanaman herbal merupakan langkah yang tepat sebagai feed supplement dalam pakan ayam untuk peningkatan daya tahan tubuh. Diantaranya penggunaan bawang putih (Allium sativum Linn.) dan kunyit (Curcuma domestica Val) karena kedua jenis herbal ini telah lama dikenal mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan

meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan zat-zat didalamnya. Mineral merupakan unsur nutrisi yang sifatnya penting untuk kerangka tubuh, bagian dari berbagai cairan dan sistem, untuk pertumbuhan tulang, untuk pembentukan kulit telur dan banyak fungsi fisiologis lainnya yang membutuhkan mineral (Rasyaf 1992). Salah satunya adalah Zn. Menurut Pery et al. (2004) Zn juga berperan pada sistem kekebalan tubuh.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi antara herbal (bawang putih dan kunyit) dengan Zn terhadap perubahan histopatologi organ ginjal ayam broiler yang terinfeksi virus Marek.

Sasaran Penelitian

(25)

3

(26)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Bawang Putih (Allium sativum Linn.)

Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih (Anonim 2007a). Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai, berbentuk bulat dan menghasilkan biji untuk keperluan generatif (Syamsiah dan Tajudin 2003). Sebagaimana warga kelompok

monokotiledon, sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang dan akarnya

serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam berada di dalam tanah sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan terutama pada waktu proses pembesaran umbi (Wibowo 1999). Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak terletak di batang pokok, tepatnya di bagian dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Fungsi akar serabutnya adalah sebagai penghisap makanan (Syamsiah & Tajudin 2003).

Didekat pusat batang pokok (bersifat rudimenter) bagian bawah terdapat tunas yang kemudian tumbuh menjadi umbi-umbi kecil yang disebut siung (Syamsiah & Tajudin 2003). Siung ini terdiri dari dua bagian, yaitu dua helai daun dewasa dan sebuah tunas vegetatif. Salah satu dari dua helai daun tersebut, yaitu daun dewasa yang terletak di sebelah luar, berfungsi sebagai daun pelindung untuk sehelai daun yang lebih muda dan tunas vegetatif di bagian dalam (Wibowo 1999). Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus allium atau di Indonesia lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun.

Klasifikasi bawang putih (Allium sativum) menurut Linnaeus dalam Syamsiah dan Tajudin (2003) adalah :

(27)

5

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Liliflorae

Famili : Amaryllidaceae Bangsa : Allieae

Genus : Allium

Spesies : Allium sativum Linn.

Gambar 1. Bawang putih (Allium sativum) Sumber: http://www.medikaholoistik.com/ 2007

Pada perang dunia ke-2, bawang putih telah digunakan untuk mengatasi luka saat antibiotik lain tidak ada yang cocok. Bawang putih digunakan untuk mencegah atherosklerosis, hipertensi, demam, sakit kepala, kecacingan dan tumor dalam jumlah yang banyak (Mazza & Oomah 2000). Umbi lapis bawang putih kaya akan nutrisi dan secara kimiawi terdiri dari berbagai macam unsur yang dapat mempengaruhi penyebab penyakit. Penelitian laboratorium membuktikan

bahwa bawang putih dapat merangsang sistem imun tubuh yang berguna untuk menekan pertumbuhan sel kanker, menekan sintesis kolestrol di hati dan menghancurkan penumpukan lemak di pembuluh darah seperti pembuluh darah jantung dan otak. Bahan aktifnya S-allyl cysteine, suatu komponen thioallyl yang mempunyai khasiat hipolipidemik dan antitrombotik (Dalimartha 2002). Menurut Noerdjito (1985) bawang putih (Allium sativum) digunakan sebagai obat batuk, muntah-muntah, masuk angin, kolera, cacingan dan sebagainya.

(28)

6

mampu melawan infeksi yang disebabkan oleh amuba, bakteri, jamur atau virus. Scordinin memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan juga berfungsi sebagai antioksidan (Syamsiah & Tajudin 2005).

Menurut Mazza & Oomah (2000) komposisi bawang putih terdiri dari air (56-68%), diikuti oleh karbohidrat (26-30%). Komponen yang paling signifikan, dalam pengobatan adalah kandungan tambahan organo sulfur (11-35 mg/g bawang putih segar). Bawang putih juga mengandung berbagai jenis tambahan seperti saponin, vitamin (asam askorbat 30mg/100g berat segar, vitamin E 9.4 µg/g), mineral (selenium 0.014 mg/ 100g, kromium 0.05 mg/ 100g ) dan lain-lain.

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan (Zingiberacea). Taksonomi tumbuhan kunyit menurut Valenton dalam Winarto (2003) dikelompokkan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotiledónea

Ordo : Zingiberales Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica Val.

Gambar 2. Kunyit (Curcuma domestica)

(29)

7

Kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat mencapai 1m. Bentuk batangnya bulat, berwarna hijau keunguan. Kunyit mampu membentuk rimpang, berwarna oranye bila tua dan tunas mudanya berwarna putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut, berwarna coklat muda. Setiap tanaman berdaun 3-8 helai, panjang daun berserta pelepahnya sampai 70 cm, helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna hijau dan hanya bagian atas dekat pelepahnya berwarna agak keunguan, panjang 28-85 cm, lebar 10-25 cm. Bunga muncul dari ujung batang semu panjang 10-15 cm (Martha Tilaar Inovation Center 2002).

Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dengan senyawa antara lain fellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingiberene, kurkumin, tumeron, kamfene, kamfor, sesquiterpene, asam kafrilat, asam metoksisinamat dan tolimetil karbinol. Selain itu, rimpang kunyit juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung alkaloid kurkumin (Mahendra 2002). Menurut Dalimartha (2002), rimpang ini berkhasiat melancarkan darah dan energi vital, menghilangkan sumbatan,

karminatif, peluruh haid (emenagog), mempermudah persalinan, antibakteri, antiinflamasi, memperlancar pengeluaran empedu ke usus (kolagagum) dan pengelat. Menurut Winarto (2003), efek farmakologis kunyit yang banyak dikenal diantaranya adalah merangsang daya tahan tubuh, antiradang (antiinflamasi), antibakteri dan lain-lain. Kandungan zat aktif kunyit diduga memiliki peran sebagai antiradang, antioksidan dan merangsang kekebalan tubuh.

Beberapa penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan, kunyit mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi (antiperadangan), aktivitas terhadap

peptic ulcer, antitoksik, antihiperlipidemia dan aktivitas antikanker. Kunyit dapat mencegah kanker usus dengan cara menginhibisi enzim-enzim lipid peroksidase

(30)

8

antioksidan ini bukan sebagai penghambatan superoksida anion atau radikal bebas

hidroxil (Sumiati & Adnyana 2007).

Mineral Zink

Mineral merupakan unsur nutrisi yang sifatnya penting untuk kerangka tubuh, bagian dari berbagai cairan dan sistem tubuh, untuk pertumbuhan tulang, untuk pembentukan kulit telur dan banyak fungsi fisiologis lainnya yang membutuhkan mineral. Mineral dibagi atas mineral utama dan mineral pratama. Mineral utama yang dimaksudkan ini adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar, seperti: kalsium, fosfor, sodium, potassium, magnesium dan klorin, kemudian mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (pratama) adalah: besi, mangan, copper, molybdenum, seng dan selenium (Rasyaf, 1992).

Tabel 1. Kandungan Normal Mineral Tulang Pada Ayam.

Mineral Jumlah

Salah satu mineral yang mendapatkan perhatian besar sebagai zat tambahan makanan pada ransum ayam adalah Zn. Menurut Wahju (1985), meningkatnya perhatian terhadap gizi Zn ialah pada waktu Tucker dan Salmon mendapatkan bahwa defisiensi Zn mengakibatkan parakeratosis pada babi. Sesudah itu O’Delldan Savage memperlihatkan bahwa defisiensi Zn mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan perkembangan tulang yang abnormal. Gejala ini dilaporkan pula oleh Morisson, Scott dan Norris dan lain-lain pada anak ayam yang diberi ransum yang dimurnikan, dengan demikian sumber anorganik seperti zink oksida atau zink karbonat dipergunakan untuk suplementasi ransum unggas.

(31)

9

berperan penting pada pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel tubuh. Zink berfungsi sebagai antioksidan dan mampu mencegah terjadinya radikal bebas sehingga proses apoptosis atau kematian sel secara terencana dapat ditekan (Fukamachi 1998; Truong et al. 2000). Zink diperlukan dalam metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Zink juga berperan pada sistem kekebalan tubuh (Perry et al. 2004). Menurut Manalu (1999), Zn merupakan aktivator dari beberapa sistem enzim.

Menurut Nugroho (1989), bila anak ayam diberi ransum yang kekurangan Zn, maka pertumbuhannya akan terganggu, bulu-bulunya jelek, tulang-tulang panjang pada kaki dan sayap akan memendek dan menebal, sendi-sendi lututnya membesar. Kadar abu dalam tulang akan berkurang, anak ayam memperlihatkan kecenderungan untuk tetap berjongkok dan dalam beberapa kasus kekurangan Zn kadang-kadang ditandai dengan langkah-langkah seperti langkah angsa. Kadang-kadang kulit di telapak kaki menjadi kering dan menebal, timbul retak-retak pada lapisan epidermia dan retak-retak tadi dapat sampai ke jaringan subkutan (di bawah kulit).

Menurut Underwood (1966), batas konsumsi Zn yang aman perlu

diperhatikan untuk mendukung kesehatan ternak dan pertumbuhan yang optimum.

Resiko keracunan Zink dalam peternakan sapi relatif lebih kecil jika dibandingkan

dengan peternakan babi dan unggas. Pada konsentrasi 1.000 ppm belum

menunjukkan gejala gejala sakit tetapi dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan

menyebabkan pertumbuhan dan nafsu makan menurun, artritis, dan pendarahan

pada saluran pencernaan. Kematian dapat terjadi di level 4.000 – 8.000 ppm. Pada

ayam broiler, level 1.200 – 1.400 ppm dalam diet belum menunjukkan gejala sakit

tetapi pada level 3.000 ppm ditandai dengan pertumbuhan dan nafsu makan yang

menurun.

Ginjal

(32)

10

kacang, kecuali ginjal sapi dengan lobul-lobulnya, serta kuda dengan ginjal kanan yang menyerupai bentuk jantung (Frandson 1992). Menurut Lu (1995), struktur yang menonjol dalam ginjal adalah nefron, kira-kira berjumlah 1.3 x 106. Tiap nefron terdiri atas glomerulus dan serangkaian tubulus. Glomerulus divaskularisasi oleh sistem kapiler bertekanan tinggi yang menghasilkan ultrafiltrat dari plasma. Filtrat yang terkumpul dalam kapsula Bowman mengalir melalui tubulus proksimal, ansa henle dan tubulus distal, kemudian mengalir melewati kumpulan tubulus ke dalam piala ginjal dan dibuang sebagai urin.

Menurut Guyton & Hall (2007) ginjal memiliki fungsi multipel, antara lain: 1. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing.

2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit.

3. Pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit. 4. Pengaturan tekanan arteri.

5. Pengaturan keseimbangna asam-basa. 6. Sekresi, metabolisme dan ekskresi hormon. 7. Glukoneogenesis.

Sistem urinari bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh (Frandson 1992), sedangkan menurut Lu (1995) fungsi utama ginjal adalah menyingkirkan buangan metabolisme normal dan mengekskresikan xenobiotik dan metabolitnya.

Sistem Urinaria Ayam

(33)

11

Unggas tidak mempunyai kantong air seni, urin mengalir dari ginjal melalui ureter langsung ke kloaka. Diperkirakan volume urin yang dibuat per hari ±700-800 ml, akan tetapi sewaktu turun ke kloaka sebagian besar kandungan air dalam urin tersebut diserap kembali oleh tubuh, sehingga urin yang masuk ke dalam kloaka mengandung sedikit sekali cairan. Di dalam kloaka urin bercampur dengan feses dan dikeluarkan dari kloaka bersama-sama. Seperti pada mamalia, satuan fungsional ginjal adalah nefron, yang terdiri atas korpuskulus renalis dan tubulus renalis. Diameter korpuskulus renalis pada unggas lebih kecil dibandingkan pada mamalia, tetapi secara umum jumlah per satuan volume jaringan ginjal lebih banyak. Gambaran morfologisnya dapat dibedakan dengan adanya 2 tipe nefron, yaitu (1) tipe kortikal (reptilian-type nephron) dan (2) tipe medula ( mammalian-type) (Setijanto1998). Air kemih ayam berupa asam urat dan merupakan hasil akhir produk metabolisme protein (Fadhilah & Polana 2004). Menurut Suprayitno (2006), presentase berat ginjal ayam broiler umur 5 minggu adalah 0.98-1.13% dari berat hidup.

Penyakit Marek

Penyakit Marek merupakan penyakit yang disebabkan oleh herpesvirus (Fadhila & Polana 2002). Menurut Tabbu (2000), penyakit Marek merupakan suatu penyakit limfoproliferatif pada ayam yang sangat mudah menular dan tersifat oleh adanya pembengkakan atau tumor limfoid pada berbagai organ visceral, kulit dan otot. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Dr. Jozsef Marek pada tahun 1907 di Hongaria. Marek menggambarkan penyakit ini menyebabkan paralisis yang mempengaruhi kaki dan sayap ayam dan memiliki kateristik yaitu terjadi penebalan saraf serta infiltrasi sel mononuklear pada saraf (Payne 1985). Penyakit ini dikenal juga dengan nama fowl paralysis, range paralysis dan neurolymphomatosis (Tabbu 2000). Unggas yang rentan terhadap penyakit ini menurut Herendra (1996) adalah kalkun, bebek, angsa, burung puyuh dan ayam hutan.

Etiologi

(34)

12

infeksius (Adjid et al. 2008). Secara umum virus Marek dibagi kedalam tiga serotipe dimana dapat dibedakan di kultur sel dari onkogenik virus dengan sedikit perbedaan morfologi (Payne 1985). Menurut Sharma & Adlakha (1995) berdasarkan serotipenya virus penyakit Marek digolongkan menjadi 3 serotipe yaitu:

a. Serotipe 1, yang merupakan herpesvirus yang diisolasi dari ayam yang bersifat patogenik dan oncogenik.

b. Serotipe 2, yang merupakan herpesvirus yang diisolasi dari ayam bersifat non patogenik atau non-oncogenik.

c. Serotipe 3, yang merupakan herpesvirus yang diisolasi dari kalkun (Herpes Virus of Turkey) yang bersifat non-patogenik pada ayam. Infeksi antara virus penyakit Marek dengan sel dapat terjadi melalui 3 bentuk, yaitu infeksi produktif (sitolitik), infeksi laten yang bersifat non produktif, dan infeksi transformasi. Infeksi produktif terjadi di dalam folikel bulu dan menghasilkan virion yang mempunyai envelope dan bersifat infeksius. Infeksi produktif menyebabkan lisis, pembentukan badan inklusi intranuklear dan

nekrosis sel. Infeksi laten yang bersifat nonproduktif hanya ditemukan di dalam limfosit, terutama limfosit T. Sebagian besar limfosit B dapat juga menunjukkan infeksi laten. Pada infeksi laten, genom dari virus telah terbentuk, tetapi tidak diekspresikan. Infeksi transformasi dapat ditemukan pada sebagian besar sel yang mengalami transformasi pada tumor limfoid yang disebabkan oleh penyakit Marek atau sel limfoblastoid yang berasal dari tumor limfoid. Berbeda dengan infeksi laten, fenotip yang mengalami transformasi pada infeksi transforming tersifat oleh adanya ekspresi yang terbatas dari genom virus penyakit Marek (Calnek et al. 1997).

Litter atau bulu yang berasal dari ayam yang terserang penyakit Marek bersifat infeksius dan diperkirakan mengandung virus penyakit Marek cell-free

(35)

13

waktu 10 menit. Kemampuan untuk hidup dari virus penyakit Marek akan menurun jika kelembaban ditingkatkan (Tabbu 2000).

Gambar 3. Virus Marek

Sumber: http://www. cdfa.ca.gof/2008 Cara Penularan

Menurut Bains (1979), ada 4 cara penularan penyakit Marek yaitu:

1. Kontak langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sehat. Penularan dengan cara ini biasanya terjadi pada saat ayam baru berumur beberapa hari.

2. Airborne (melalui udara). Penularan dengan cara ini dapat berlangsung secara alami yang masuk melalui inhalasi dari debu yang mengandung virus.

3. Dender (reruntuhan folikel bulu).

4. Lainnya: Penularan dapat berasal dari peralatan, orang dan lain-lain.

Epitel kulit kantung bulu yang mengandung virus menjadi sumber penularan yang utama. Penularan terjadi diantara ayam dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung terjadi jika epitel mengandung virus terhisap atau termakan oleh ayam yang sehat. Kontak tidak langsung terjadi jika epitel yang mengandung virus mencemari ransum atau air minum. Virus yang ada

di tinja, litter atau kumbang (Alphitobius diaperinus) termakan oleh ayam (Retno

et al. 1998). Secara nyata tidak ada transmisi vertikal untuk virus penyakit Marek

(36)

14

karena ketahanan virus yang kurang pada suhu dan kelembaban untuk inokulasi (Calnek et al. 1997). Menurut Fenner et al. (1995), anak ayam umur sehari rentan terhadap infeksi virus virulen, waktu tersingkat untuk dapat mendeteksi lesi secara mikroskopik adalah 1-2 minggu, dan lesi umum terjadi setelah 3-4 minggu. Pengeluaran virus secara maksimum terjadi 5-6 minggu setelah infeksi.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian penyakit juga berpengaruh pada waktu inkubasinya. Faktor ini adalah strain virus, dosis, jalannya infeksi, umur, strain ayam dan kelamin. Pada kejadian di lapangan sulit untuk menentukan waktu inkubasi.

Gejala Klinik

Menurut Tabbu (2000) penyakit Marek dapat ditemukan pada ayam umur 4 minggu atau lebih. Penyakit ini paling banyak ditemukan pada umur 12-24 minggu. Meskipun demikian, ayam yang lebih tua dapat juga terserang. Beberapa peneliti melaporkan kejadian penyakit Marek sampai umur 60 minggu. Gejala klinik sehubungan dengan penyakit Marek dapat ditemukan dalam beberapa bentuk, yaitu bentuk akut (viseral), bentuk klasik (saraf, kronis) dan sindrom

paralisis sementara. a. Bentuk Akut (Viseral)

Marek tipe akut angka kematiannya tinggi. Kelainan tubuh yang menonjol adalah pembentukan tumor pada berbagai alat tubuh seperti: hati, organ reproduksi, paru-paru, jantung dan ginjal. Dapat juga terbentuk tumor pada folikel kantung bulu. Pada tipe ini ayam yang sakit bisa mati mendadak, tanpa tampak tanda-tanda sakit sebelumnya. Ayam yang lain dapat tampak sangat lesu sebelum mati dan ayam yang lain dapat menunjukkan gejala gangguan syaraf seperti pada tipe klasik (Retno et al. 1998). Beberapa hari kemudian, beberapa ayam tetapi tidak semua akan mengalami ataksia dan kemudian paralisis unilateral atau bilateral dari anggota tubuh. Sebagian unggas juga mengalami gejala dehidrasi, kurus dan lemah (Calnek et al. 1997).

b. Bentuk Klasik (Saraf, Kronis)

(37)

15

terserang, maka gejala klinik yang terlihat akan bervariasi dari ayam yang satu ke ayam yang lainnya (Tabbu 2000). Menurut Retno et al. (1998), pada Marek tipe klasik angka kematian rendah. Lesio hanya terbatas pada susunan syaraf tepi, syaraf membesar dan timbul kelumpuhan, syaraf-syaraf autonom dan plexus-plexus biasanya terserang.

Kelumpuhan pada syaraf menyerang bagian sayap dan kaki, sehingga menyebabkan koordinasi kaki abnormal dan kelumpuhan pada sayap sehingga sayap terkulai (Zainuddin & Wibawan 2007). Menurut Sharma & Adlakha (1995), jika nervus vagus terkena maka dapat menyebabkan dilatasi dari tembolok dan lambung.

c. Sindrom Paralisis Sementara

Ayam yang terserang akan menunjukkan berbagai bentuk ataksia dan paralisis partial atau paralisis total pada kaki, sayap dan leher. Sebagian besar ayam yang terkena akan sembuh dan gejala biasanya akan hilang dalam waktu 1-2 hari (Tabbu 2000). Tipe paralisis sementara merupakan manifestasi dari virus penyakit Marek yang terjadi pada ayam yang berumur antara 5 sampai

18 minggu (Jordan 1990). Perubahan Patologi

Perubahan Makroskopik

Menurut Fadilah & Polana (2004), lesio ayam terkena penyakit Marek diantaranya terdapat tumor viscera dan terjadi infiltrasi limfoid pada saraf tepi (peripheral). Setidaknya empat pola lesi diketahui: pertumbuhan berlebih dan kekuningan serta kehilangan dari cross-striation dari saraf perifer, iris tidak berwarna, pembesaran dari folikel bulu dengan kemerahan (leukosis kulit) dan tumor viseral meliputi hati, jantung, limpa, gonad, ginjal, proventrikulus dan organ lain serta jaringan. Tumor viseral lesi frekuensinya paling cepat, tapi kombinasi dari pola lesi paling umum (Charlton 1996). Perubahan-perubahan makrokopis ini, kecuali perubahan pada bursa Fabricius, tidak dapat dibedakan dari perubahan leukosis yang diakibatkan oleh agen yang lain (seperti limfoid leukosis).

(38)

16

parenkim tersebut. Palpasi organ yang terkena biasanya mengeras dan bidang irisannya halus (Tabbu 2000). Infiltrasi sel-sel limfoid yang difus pada hati akan menyebabkan organ tersebut kehilangan struktur lobuli yang normal dan kerap kali menyebabkan permukaannya terlihat kasar dan berglanular (Calnek et al.

1997). Tumor pada ginjal terlihat berbentuk noduler, tetapi ada juga yang difus. Menurut Tabbu (2000), lesi pada ovarium yang tidak produktif akan terlihat sebagai daerah berwarna kelabu mengkilat berukuran kecil sampai besar. Jika tumor telah membesar maka struktur normal ovarium akan menghilang. Jantung yang terserang dapat menunjukkan daerah yang berwarna pucat atau pembentukan tumor nodular yang tunggal maupun multipel pada miokardium (Calnek et al.

1997). Tumor pada kulit ditandai dengan folikel kulit terlihat membesar terutama pada daerah paha, pembesaran ini diikuti oleh kemerahan dari kulit (Herendra 1996). Bentuk ini dikarakteristik dengan hadirnya lesi nodular sampai dengan diameter 1 cm yang terlihat pada folikel bulu (Sharma & Adlakha 1995).

Penyakit Marek dapat juga menimbulkan lesi non neoplastik, meliputi atrofi pada bursa Fabricius dan timus, lesi degeneratif atau nekrotik pada sumsum tulang

dan berbagai organ viscera. Lesi-lesi tesebut merupakan akibat infeksi sitolitik yang ekstensif dan dapat menyebabkan kematian pada ayam pada stadium awal infeksi virus penyakit Marek sebelum pembentukan tumor limfoid. Penyakit ini dapat juga menimbulkan aterosklerosis pada berbagai pembuluh darah, misalnya arteri koronaria ukuran besar, aorta dan percabangannya dan berbagai arteri lainnya (Tabbu 2000).

Perubahan Mikroskopik

(39)

17

Pada sistem saraf, lesi pada saraf perifer dapat bersifat proliferatif (lesi tipe A), radang (lesi tipe B) dan kronis namun ringan (lesi tipe C). Lesi tipe A mempunyai karakter neoplastik yang terdiri atas sel limfoid yang berproliferasi, meliputi limfosit ukuran kecil, menengah dan besar, beberapa limfoblas, sel-sel retikular primitif dan sel-sel yang telah mengalami aktivasi (Tabbu 2000). Tipe B atau tipe oedematosa terjadi pada ayam yang lebih tua atau pada kejadian yang kronis. Pada tipe ini terjadi oedema dengan sedikit sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, kadang-kadang ada demyelinasi dan proliferasi sel-sel Schwan. Tipe C hanya mempunyai sedikit infiltrasi sel-sel plasma dan sel-sel limfosit kecil-kecil

(40)

18

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juli 2007 hingga bulan Mei 2008, bertempat di kandang B (kandang ayam) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ransum ayam yang terdiri dari kombinasi pakan basal, bawang putih, kunyit dan ZnO. Saat pemeliharaan ayam dibutuhkan air, vaksin ND, vaksin gumboro dan sekam,

sedangkan untuk pemeriksaan histopatologi digunakan larutan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%, xylol, alkohol absolut (100%), alkohol 95%, alkohol 90%,

alkohol 80%, alkohol 70%, Mayer’s hematoxilin, lithium carbonat, eosin, perekat etelan, parafin cair dan aquades.

Peralatan yang digunakan yaitu: kandang ayam, timbangan, tempat pakan dan minum, pisau bedah, gunting bedah, cover glass, object glass, mikrotom, inkubator dengan suhu 53.6oC, pemanas air, lemari pendingin, mikroskop, kertas label, kaset jaringan dan tissue processor.

Metode Penelitian

Perlakuan Hewan Coba

Penelitian menggunakan 100 ekor ayam broiler strain Ross 1 Super Jumbo 747 diproduksi oleh PT. Cibadak Nusa Indah Sukabumi berumur satu hari. Sebanyak 100 ekor DOC (Day Old Chick) dibagi secara acak ke dalam lima perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan, sehingga ada 20 unit percobaan dan masing-masing unit percobaan terdiri dari 5 ekor DOC yang dipelihara dalam kandang ukuran 1x1x1 m3 beralas sekam dan telah ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal.

(41)

19

diberikan saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan vaksin ND II diberikan saat ayam berumur 21 hari melalui mulut (cekok). Selama pemeliharaan ternak ayam terinfeksi virus Marek secara alami serta pakan dan minum diberikan secara ad libitum

Pembuatan Serbuk Bawang Putih dan Kunyit

Proses pembuatan serbuk bawang putih maupun kunyit diperoleh melalui serangkaian proses, mula-mula dilakukan pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang melengket dan ditiriskan kemudian diiris-iris tipis, sedangkan bawang putih dilakukan pengelupasan kulit luar lalu diiris tipis-tipis. Irisan kunyit dan bawang putih yang sebelumnya telah dilapisi dan ditutup plastik hitam tipis kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering, lalu digiling untuk dibuat serbuk. Selanjutnya dilakukan pengayakan, untuk memisahkan bahan padatan dan hanya yang berukuran kecil yang akan lolos.

Pakan

Pakan yang telah disusun dicampur dengan serbuk kunyit, serbuk bawang putih, dan penambahan mineral zink dalam bentuk ZnO, kemudian ransum

perlakuan diberikan pada ayam broiler yang masih berumur satu hari (DOC) setelah pengacakan sampai berumur 5 minggu. Kombinasi pakan perlakuan terdiri dari:

R0 = Pakan basal (kontrol)

R1 = Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% R2 = Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm R3 = Pakan basal ditambah kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

(42)

20

* Setiap 1 kg premiks mengandung: vitamin A = 4.000.000 IU, D3 = 800.000 IU, E = 4.500 mg, K3 = 450 mg. B mg, Folic acid = 270 mg, Nicotinic acid = 7.200 mg, Choline chloride = 28.000 mg, DL-methionine = 28.000 mg, L-Lysine = 50.000 mg, Fe = 8.500 mg, Cu = 700 mg, Mn = 18.500 mg, Zn = 14.000 mg, Co = 50 mg, I = 70 mg, Se = 35 mg, Antiox, carrier add = 1kg

Pengambilan Sampel dan Pembuatan Preparat Histopatologi

Pengambilan sampel ginjal melalui nekropsi ayam dari setiap unit coba, kemudian organ difiksasi dalam larutan Buffer Neutral Formnalin (BNF) 10% selama 3x24 jam yang selanjutnya dibuat sediaan histopatologi.

Pembuatan sediaaan histopatologi diawali memotong sampel organ setebal ± 1 cm dan dimasukkan ke dalam kaset jaringan untuk dilakukan proses dehidrasi dalam larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat, yaitu alkohol 70%, 80%,

90%, 95%, alkohol absolut I dan II. Selanjutnya proses penjernihan (clearing) dengan cara memasukkan sediaan ke dalam xylol I dan II dan di-embedding

(43)

21

Jaringan yang sudah diblok dengan parafin kemudian dipotong menggunakan mikrotom yang terlebih dahulu disimpan dalam lemari es agar parafin lebih keras dan lebih mudah dipotong. Jaringan dipotong dengan ketebalan 3-5 mikron, sayatan lalu diapungkan di atas air hangat dengan suhu ± 60oC. Sayatan tersebut diangkat dengan menggunakan gelas objek yang sebelumnya telah dibersihkan, kemudian dikeringkan dalam inkubator bersuhu 53.6oC selama 24 jam. Proses selanjutnya adalah pewarnaan jaringan dengan menggunakan pewarna hematoksilin dan eosin (HE).

Ada 5 tahap yang dilakukan dalam pewarnaan HE:

1. Deparafinasi, yaitu menghilangkan parafin dari jaringan dengan dimasukkan ke dalam xylol I dan II.

2. Rehidrasi, yaitu memasukkan sediaan ke dalam larutan alkohol konsentrasi menurun yaitu dimulai dari alkohol III, II, I, alkohol 100%, 95%, 90%, 80% dan 70%.

3. Pewarnaan HE.

4. Clearing atau penjernihan dengan xylol I, II, III.

5. Mounting atau penutupan sediaan dengan cover glass.

Cara melakukan pewaranaan HE adalah melakukan perendaman preparat dengan larutan sebagai berikut:

- Cuci dengan air kran selama 1 menit - Mayer’s haematoxylin selama 8 menit - Cuci dengan air kran selama 30 detik - Lithium carbonat selama 15-30 detik - Cuci dengan air kran selama 2 menit - Eosin 2-3 menit

(44)

22

- Alkohol absolut I sebanyak 10 celupan - Alkohol absolut II selama 2 menit - Xylol I selama 1 menit

- Xylol II selama 2 menit

- Tutup dengan cover glass menggunakan perekat etelan (1 tetes)

Gelembung udara pada preparat dihilangkan dengan cara melakukan penekanan agar gelembung udara terdorong kepinggir dan keluar dari preparat sewaktu dilakukan perekatan dengan cover glass agar tidak menghalangi waktu pengamatan.

Pengamatan Histopatologi

Evaluasi histopatologi dilakukan dengan menghitung rata-rata pertumbuhan sel tumor limfoid pada 3 fokus tumor Marek, presentase kejadian degenerasi dan nekrosa dari 25 tubulus dan presentase kejadian kongesti dari 25 glomerulus dengan menggunakan perbesaran objektif 40x.

Analisis Data

Analisis data hasil perhitungan terhadap pertumbuhan sel tumor, lesio pada

(45)

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan histopatologi ginjal ayam broiler yang terinfeksi virus Marek memperlihatkan adanya perubahan-perubahan baik pada interstisium, tubulus maupun glomerulusnya. Perubahan yang terjadi pada interstium ginjal adalah terbentuknya fokus tumor akibat infeksi virus Marek. Pada tubulus terjadi perubahan berupa degenerasi dan nekrosa. Kongesti adalah perubahan yang ditemukan pada glomerulus ginjal. Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal ayam yang terinfeksi virus Marek dan diberi kombinasi pakan bawang putih,

kunyit dan Zn disajikan dalam Tabel 3, 4 dan 5.

Jumlah sel tumor limfoid pada ginjal

Hasil pengamatan histopatologi organ ginjal ayam broiler yang terinfeksi virus Marek kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan secara umum terlihat adanya proliferasi sel-sel limfoid yang mengakibatkan pembentukan tumor. Sel-sel limfoid akibat infeksi virus Marek terdiri dari Sel-sel limfosit besar, limfosit kecil dan limfoblas. Proliferasi pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal.

Kelompok Jumlah sel tumor limfoid

R0 R1 R2 R3

Ket: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pebedaan yang nyata (p<0.05).

R4

R1= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% R2= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm R3= Pakan basal ditambah kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

R4= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

(46)

24

tersebut. Kemudian akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Sel B dan makrofag yang akan mengalami infeksi akan lisis yang mengakibatkan Sel T teraktivasi dan ditransformasikan oleh virus membentuk tumor (Fenner et al. 1995).

LIMFOID

100.00 120.00 140.00 160.00

R 0 R 1 R 2 R 3 R 4

Gambar 4. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal.

Hasil analisis statistik terhadap rataan pertumbuhan sel-sel limfoid di ginjal pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol (p>0.05). Hal ini disebabkan ayam yang terinfeksi virus Marek akan mengalami kelainan tubuh yang menonjol yaitu pembentukan tumor pada berbagai organ tubuh seperti: hati, organ reproduksi, paru-paru, jantung, dan ginjal (Retno et al. 1998). Secara deskriptif proliferasi sel-sel limfoid dari tumor Marek terendah terjadi pada kelompok perlakuan R2, sedangkan pada kelompok R3 memiliki rataan tertinggi dari proliferasi sel-sel limfoid tumor Marek.

(47)

25

40µm

Gambar 5. Pertumbuhan sel-sel limfoid dalam fokus tumor Marek ( ) pada kelompok R3. (HE, bar= 40 µm).

Fenner et al. (1995) mengemukakan pengeluaran virus secara maksimum terjadi 5-6 minggu setelah infeksi, sedangkan masa inkubasi penyakit Marek di lapangan sangat beragam, namun pada umumnya berlangsung 3 hingga 4 minggu. Pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa bulan, dengan gejala klinis yang beragam (Jordan 1990). Kejadian penyakit Marek yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel tumor limfoid dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung (predisposisi). Faktor ini adalah strain virus, rute infeksi, jenis kelamin, status imun dan ketahanan genetik (Sharma & Adlakha 1995).

Degenerasi dan nekrosa tubulus

(48)

26

Tabel 4. Rataan presentase degenerasi dan nekrosa tubulus

Kelompok Degenerasi (%) Nekrosa (%)

R0 R1 R2 R3

Ket: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pebedaan yang nyata (p<0.05).

R4

R1= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% R2= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm R3= Pakan basal ditambah kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

R4= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

DE G E NE R A S I

Gambar 6. Rataan presentase degenerasi tubulus

NEKROSA

Gambar 7. Rataan presentase nekrosa tubulus

Presentase degenerasi pada kelompok kontrol berbeda nyata (p<0.05) dengan kelompok perlakuan, begitu pula antar perlakuan. Degenerasi yang terjadi umumnya adalah degenerasi hidropis. Secara mikroskopik degenerasi hidropis terlihat adanya ruang-ruangan jernih di sitoplasma tetapi tidak sejernih kolagen ataupun lemak (Carlton & Mc Gavine 1995). Degenerasi epitel tubuli ginjal dapat terjadi karena adanya racun atau toksin, iskemia, agen biologik, zat aktif, agen

(49)

27

Degenerasi pada kelompok R4 berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol (R0). Presentase kejadian degenerasi pada kelompok R4 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Menurut Harada et al. (1999), degenerasi merupakan tanda awal kerusakan sel. Tingginya kejadian degenerasi pada R4 merupakan kerusakan sel sebagai respon awal atau proses adaptasi sel akibat infeksi virus Marek, respon awal in untuk mengeliminasi agen atau zat toksik yang masuk ke tubuh. Degenerasi dapat kembali normal jika agen-agen tersebut sudah dieliminasi. Penyakit Marek dapat juga menimbulkan lesi non neoplastik, meliputi atrofi pada bursa Fabricius dan timus, lesi degeneratif atau nekrotik pada sumsum tulang dan berbagai organ viscera. Lesi-lesi tesebut merupakan akibat infeksi sitolitik yang ekstensif dan dapat menyebabkan kematian pada ayam pada stadium awal infeksi virus penyakit Marek sebelum pembentukan tumor limfoid (Tabbu 2000). Menurut Al-Sultan (2003), ayam broiler yang diberi kunyit 2.5% dalam pakan selama 3 minggu dan 6 minggu memperlihatkan adanya dilatasi buluh empedu dan degenerasi hepatosit hati. Perlakuan kunyit dengan dosis tinggi atau ekstrak kunyit dengan etanol dengan

waktu yang berbeda ditemukan dapat menyebabkan efek hepatoksik pada tikus berupa perubahan fokus nekrosa pada limpa dan ginjal.

(50)

28

Nekrosa umumnya disebabkan oleh iskemia dan berbagai jenis agen eksogen, termasuk agen fisik (terbakar atau trauma), racun kimia, virus dan mikroorganisme lain beserta racunnya (Cheville 1999). Pada Tabel 4, terlihat seluruh kelompok perlakuan dan kontrol mengalami nekrosa sel, pada kasus penyakit Marek anak ayam yang tidak mempunyai antibodi asal induk akan menimbulkan anemia aplastika dan nekrosis fokal atau difus pada berbagai organ termasuk ginjal (Tabbu 2000).

a

c

b

Gambar 8. Nekrosa: karyolisis (a), piknosis (b) dan degenerasi (c) sel-sel tubulus ginjal pada kelompok R1 (HE, bar= 40µm).

Nekrosa tubuli ginjal yang merupakan salah satu ciri adanya infeksi virus Marek ditemukan hampir di seluruh perlakuan ditandai dengan karyolisis dan piknosis pada sel-sel epitel tubuli. Perubahan inti sel yang mengalami karyolisis yaitu inti tidak lagi mengambil warna banyak sehingga menjadi pucat dan tidak nyata, sedangkan inti sel yang mengalami piknosis menjadi tampak lebih padat dan warnanya menjadi gelap hitam (Saleh 1996).

(51)

29

Kongesti glomerulus

Perubahan ginjal ayam broiler yang terinfeksi virus Marek juga terlihat pada glomerulus. Patologi glomerulus terjadi akibat endapan kompleks imun yang beredar dalam darah atau akibat pembentukan kompleks imun in situ (Damjanov 1998). Perubahan yang terjadi pada glomerulus berupa kongesti. Dari Tabel 5 dapat dilihat kejadian kongesti glomerulus terjadi pada seluruh kelompok perlakuan ataupun kontrol dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.5) antara kelompok kontrol dan perlakuan, begitu pula antar kelompok perlakuan.

Ket: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pebedaan yang nyata (p<0.05).

R4

R1= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% R2= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm R3= Pakan basal ditambah kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

R4= Pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm

K ONG E S T I

(52)

30

1998). Perubahan yang terjadi pada glomerulus berupa kongesti. Dari Tabel 5 dapat dilihat kejadian kongesti glomerulus terjadi pada seluruh kelompok perlakuan ataupun kontrol dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.5) antara kelompok kontrol dan perlakuan, begitu pula antar kelompok perlakuan. Glomerulus telah mengalami perubahan akibat ginjal terinfeksi virus Marek dan penyakit Marek akan menyebabkan imunosupressif pada ayam (Tabbu 2000).

Gambar 10. Kongesti glomerulus ( ) pada kelompok R2 (HE, bar = 40µm).

Perubahan glomerulus berupa kongesti pada kelompok R1 memiliki presentase tertinggi dibandingkan kelompok kontrol, sedangkan kelompok R2 dan R4 memiliki presentase kongestiterendah diantara perlakuan. Pada pakan kelompok R1 ditambahkan kombinasi kunyit 1.5% dan bawang putih 2.5%, sedangkan pada kelompok R4 kombinasi pakan terdiri dari bawang putih, kunyit dan Zn. Hasil ini memperlihatkan kombinasi dari herbal dan Zn dalam pakan mampu menekan kejadian kongesti glomerulus akibat infeksi virus Marek. Barnes

(53)

31

menstimulasi sel imunoresponder. Daya ini berpotensi dalam menghambat dan membunuh mikroorganisme (Amagase et al. 2001). Selain itu penambahan kunyit dalam pakan berfungsi sebagai anti radang, anti oksidan dan merangsang kekebalan tubuh (Winarto 2003). Zink yang ditambahkan melalui pakan, dalam tubuh berperan untuk meningkatkan sistem imun (Mc Dowell 1992).

Menurut Smith

et al. (1972) kongesti terjadi karena meningkatnya volume darah dalam pembuluh darah yang melebar pada suatu organ atau bagian tubuh. Glomerulus merupakan kapiler komplek yang mempunyai fungsi utama dalam filtrasi. Apabila terjadi kerusakan pada glomerulus akan mengakibatkan gangguan pada daya filtrasi. Glomerulus dengan fungsi normal tidak dapat dilalui oleh molekul-molekul protein yang berukuran besar. Pada keadaan disfungsi glomerulus karena bahan-bahan toksik, bahan-bahan asing akan lolos dengan mudah dan masuk ke tubuli dalam jumlah yang tidak normal. Proses selanjutnya akan menyebabkan degenerasi atau kematian sel pada epiteli tubuli (Seely 1999). Pemberian kunyit pada hewan dengan pemakaian yang lama dan dosis yang tidak tepat dapat menimbulkan perubahan-perubahan tersebut (Al-Sultan 2003).

(54)

30

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian kombinasi herbal (bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5%) dengan zink dalam pakan belum efektif menekan perubahan ginjal akibat infeksi virus Marek.

2. Perubahan yang terjadi akibat infeksi virus Marek pada ginjal ayam broiler berupa proliferasi sel-sel tumor limfoid, lesio pada tubulus dan glomerulus. Lesio pada tubulus berupa: degenerasi dan nekrosa, sedangkan lesio pada glomerulus berupa kongesti.

3. Jumlah sel tumor limfoid terendah pada pemberian kombinasi bawang putih dan Zn, sedangkan paling kecil dijumpai pada pemberian kunyit dan

Zn.

Saran

(55)

33

DAFTAR PUSTAKA

Adjid RMA, Damayanti R, Hamid H, Sjarfriati T, Darminto. 2002. Penyakit Marek pada ayam: 1. Etiologi, patogenesis dan pengendalian penyakit. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia ( WARTAZOA): Volume 12 No .2.

Al-Sultan SI. 2003. The Effect of Curcuma Longa (Tumeric) on Overall Performance of Broiler Chickens. International Journal of Poultry Science

2 (5): 351-353, 2003.

Amagase H, Petesch BL, Matsaura H and Kasuya H, Itakura Y. 2001. Intake Garlic and its Bioactive Components. Journal Nutrition 131: 995S-996S.

Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi: Bogor.

[Anonim]. 2007a. Medikaholistik.com.[11 Mei 2008].

[Anonim]. 2007b. B310-Marek’s Disease. http://www.spc/rahs/Manual/Avian/-Mareke.htm.[15 Juli 2008].

Bains BS. 1979. A Manual of Poultry Diseases. F. Hoffmaan-La Roche dan Co Limited Company: Switzerland.

Barnes J, Anderson LA, Philipson JD. 2002. Herbal Medicines 2nd. PhP: London.

Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed ke- 5. Springer: USA.

Carlton WW and Mc Gavin MD. 1995. Special Veterinary Pathology 2nd Ed. Inc St. Louis. Missouri.

Charlton BR, Bermudez AJ, Boulianne M, Eckroade RJ, Jeffrey JS, Newman LJ, Sander JE, Wakenell PS. 1996. Avian Disease Manual. Ed ke-4.University of Pennsylvania Press: Amerika Serikat .

Calnek BW, Witter RL. 1997. Marek’s Disease. Di dalam: Calnek FW, Barnes HJ, Beard CW, McDougald LR, Saif YM, editor. Diseases of Poultry. Ed ke-10. Ames: Iowa State University Press. Hlm 369-400.

Cheville NF. 1999. Introduction to Veterinary Pathology 2nd Ed. Iowa State University Press: Iowa.

Dalimartha S. 2002. 36 Resep Tumbuhan Obat Untuk Menurunkan Kolesterol. Penebar Swadaya: Depok.

(56)

34

[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. http://www. peternakan.litbang.deptan.go.id/. [11 Mei 2008].

Fadilah R, Polana A. 2004. Aneka Penyakit Pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agromedia Pustaka: Tangerang.

Fenner FJ, Gibs EP, Muphy FA, Rott R, Studdert M, White DO. 1995. Virologi Veteriner. Ed ke-2. Putra H, penerjemah. Semarang: IKIP Semarang Press. Terjemahan dari: Veterinary Virology (2nd ed).

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Srigandono B, Praseno Koen, penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari:

Anatomy and Physioloy of Farm Animals 4th Edition.

Fukamachi Y, Karasak Y, Sugiura T, Itoh H, Abe T. 1998. Zinc Suppreses Apoptosis of U937 Cell Induc by Hydrogen Peroxide throught an Increase of Bcl/Bax Ratio. Biochem Biophys Res Commun 19 : 364-369.

Govan AD, MacFarlane PS, Callender R. 1986. Pathology Illustrated. 2th Ed. Churchill Livingstone. Edinburgh.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Irawati dkk, penerjemah; Rachman LY, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari:

Textbook Of Medical Physiology.

Harada T, Akiko E, Gary AB, Robert RM. 1999. Liver and Gallbladder. Di dalam: Maronpot RR, editor. Pathology of The Mouse: Refference and Atlas. United States of America: Cache River Press.

Herendra DC, Franco DA. 1996. Poultry Disease and Meat Hygiene ( A Color Atlas. Iowa State University Press / AMES: Iowa.

Jordan FTM. 1990. Poultry Disease. Ed ke-3. Tokyo: Bailliere Tindall London Philadephia Toronto Sydney.

Jones TC, Hunt RD, King NV. 1997. Veterinary Pathology 6 Ed. Blackwell Publishing: USA.

th

Lu FC.1995. Toksikologi Dasar. Nugroho Edi, penerjemah; Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Basic Toxicology.

Mahendra B. 2002. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh.Penebar Swadaya: Depok.

(57)

35

Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya: Jakarta.

Mazza G, Oomah BD, editor. 2000. Herbs, Botanicals, and Teas. CRC Press: USA.

Mc Dowell LR. 1992. Mineral In Animal and Human Nutrition. Academic Press: California.

Noerdjito M. 1985. Perlu Diungkap Lebih Lanjut: Ramuan dan Khasiat Obat Tradisional Bagi Ayam Proseding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Balitbang Pertanian Departemen Pertanian Bogor. Ciawi 19-20 Maret 1985.347-356.

Nugroho E. 1989. Penyakit Ayam di Indonesia. Eka Offset: Semarang

Payne LN. 1985. Marek’s Disease. Martinus Nijhoff Publishing: Boston.

Perry TW, Arthur EC and Robert SL. 2004. Feeds & Feeding. 6th Ed. Prentice Hall. Upper Saddle River. New Jersey.

Pradhan HK, Mohanty GC, Mukit A. 1980. Marek’s Disease in Japanese Quails (Coturnix Coturnix Japonica): A Study of Natural Cases. Journal of Avian Disease 29 (3): 575-582.

Rasyaf M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius: Yogyakarta.

Retno FD, Jahja J, Tatik S. 1998. Penyakit-Penyakit Penting Pada Ayam. Ed ke-4. Medion: Bandung.

Rulita E. 2007. Pemberian Ekstrak Benalu Teh (Scrrula oortiana) Pada ayam Petelur Yang diinfeksi Virus Marek: Kajian Histopatologi Organ Proventrikulus [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Sainsbury D. 1984. Poultry Health and Management. Ed ke-2. London: Granada publishing.

Saleh S. 1996. Kelainan Retrogresif dan Progresif. Di dalam Sutisna H, editor. Patologi FKUI: Jakarta. Pp:5-10.

Seely JC. 1999. Kidney. In: Maronpot RR. Pathology of The Mouse. Refference and Atlas. 1th ed. Cache River Press. Hlm 207-226.

(58)

36

Sharma SN, Adlakha SC. 1995. Textbook of Veterinary Virology.Vikas Publishing House PVT LTD: New Delhi.

Smith HA, Jones TC, Hunt RD. 1972. Pathology 4th Ed. Lea & Febiger: Philadelpia.

Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. Edisi ke 3. Soetjipto NS, penerjemah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Sumiyati T & Adnya IK. 2007. http://www.halalguide.info/content/view/800/38. [16 Juli 2008].

Suprayitno. 2006. Presentase karkas, lemak abdominal dan Organ Dalam Ayam pedaging yang diberi ransum mengandung limbah Restoran Hotel Sahid Sebagi subtitusi Dedak Padi [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Syah IF. 2005. Kajian Histopatologi Organ Hati, Limpa, Proventrikulus dan Jantung Pada Ayam Petelur Yang Diinfeksi Virus Marek [skripsi].Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Syamsiah IS, Tajudin. 2005. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih ”Raja Antibiotik Alami”. Agro Media Pustaka: Jakarta.

Syukur C. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya: Depok.

Tabbu CR. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius: Yogyakarta

Thomas C. 1984. Color Atlas and Textbook of Histopathology 7th Ed. Year Book Medical Publisher, Inc: Chicago.

Truong-Than AQ, Ho LH, Chai F, Zalewki PD. 2000. Celluler Zink Fluxes and The Regulation of Apoptosis/ Gene Directed Cell Death. Jurnal of Nutrition 130 : 1459-1466.

Underwood JCE. 1992. General and Systematic Pathology. Churchill Livingstone: America.

Wahju J.1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press: Yogyakarta

Wibowo S. 1999. Budidaya Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Cetakan IX. Penebar Swadaya: Bogor.

Winarto WD. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. PT. Agro Media Pustaka: Jakarta.

(59)
(60)
(61)
(62)

Gambar

Gambar 1. Bawang putih (Allium sativum) Sumber: http://www.medikaholoistik.com/ 2007
Gambar 2. Kunyit (Curcuma domestica) Sumber: http://www.pusri.co.id/budidaya/obat/KUNYIT/2007
Tabel 1. Kandungan Normal Mineral Tulang Pada Ayam.
Gambar 3. Virus Marek Sumber: http://www. cdfa.ca.gof/2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dua contoh tersebut terlihat bahwa makna idiom tidak bisa ditelusuri pada makna kata-kata yang membentuknya. Oleh karena itu, menurut penulis penelitian ini perlu

Ketua Pengadilan Tinggi Perihal :Usulan Kenaikan Pangkat atas nama Tata Usaha Negara Jakarta. ………..,

Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan

berbagai hal yang disebut jaringan komunikasi. Penelitian yang dilakukan berupa pembentukan kelompok yang menyelesaikan beberapa masalah dan membatasi komunikasi

Hasil distribusi sendi plastis pada kedua me- tode perhitungan struktur tahan gempa adalah sama yaitu masih berada pada kategori Immediate Occupancy (IO), tidak

Dengan penelitian ini di harapkan, peneliti dapat mengetahui potensi subsektor tanaman bahan makanan yang ada pada tingkat Kecamatan di Kabupaten Probolinggo pada

a. pada suhu kerja normal c. semua perlengkapan tambahan dimatikan. Semua saluran vakum dihubungkan. ktu pengapian tepat.. Hanya Eropa, lepaskan hubungan slang Hic dan

Titik kinerjd evaluasi struktur ditentukan dengan metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356). Hasil perencanaan gedung struktur.. beton bertulang pada tugas akhir ini