• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Metode Penelitian

1.5.6 Tinjauan Pustaka

Pada sebuah penelitian ilmiah, tinjauan pustaka menjadi sesuatu hal yang sangat penting dan sangat menentukan hasil akhir dari tulisan tersebut. Tinjauan pustaka pada sebuah tulisan ilmiah dapat berfungsi sebagai pengontrol pembahasan yang akan dieksplorasi oleh penulis, sehingga penulis memiliki

21

batasan-batasan sejauh mana dan hal-hal apa saja yang perlu dimuat dan dibahas pada tulisan ilmiah tersebut. Selain itu tinjauan pustaka juga akan memuat uraian yang sistematis tentang informasi yang didapat penulis dari hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang relevan dan berkaitan tentang pembahasan yang ditulis oleh penulis.

Manfaat lain dari dimuatnya tinjauan pustaka pada sebuah tulisan ilmiah adalah, di dalam tinjauan pustaka juga akan dimuat tentang kelebihan dan kekurangan yang mungkin ada pada penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai argumen bahwa tulisan yang akan ditulis mengenenai penelitian yang akan dilakukan adalah bersifat menyempurnakan atau juga mengembangkan penelitian terdahulu. Selain itu tinjauan pustaka juga akan memuat landasan teori yang berupa rangkuman dari teori-teori yang akan menjadi pedoman dan juga tentunya teori-teori lain yang masih berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis.

Adapun selama pengamatan penulis, topik yang membahas tentang tradisi keroncong tugu sebagai identitas bagi masyarakat Kampung Tugu belum pernah ada. Dengan demikian topik penelitian ini baru pertama kali dilakukan. Meskipun sudah ada beberapa tulisan yang membahas tentang musik keroncong dan keroncong tugu, namun bukan membahas tentang musik keroncong tugu yang dijadikan sebgai identitas budaya bagi masyarakat Kampung Tugu. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa penelitian ini orisinil karena belum pernah dilakukan sebelumnya.

22

Berikut ini beberapa tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan topik tersebut di atas.

1. Buku yang berjudul Diseminasi musik Barat di Timur: Studi Historis Penyebaran Musik Barat di Indonesia dan Jepang Lewat Aktivitas Misionaris Pada Abad Ke-16 yang ditulis oleh Triono Bramantyo membahas tentang bagaimana proses penyebaran musik Barat di Indonesia, dan di dalam salah satu bab dalam buku itu dia membahas tentang musik keroncong tugu yang keberadaannya dipengaruhi oleh bangsa Portugis. Buku ini memberikan banyak infromasi kepada penulis tentang sejarah musik keroncong tugu serta perkembangannya, namun dalam buku ini tidak dibahas mengenai musik keroncong tugu yang digunakan sebagai identitas bagi masyarakat Kampung Tugu.

2. Buku yang berjudul Krontjong Toegoe yang ditulis oleh Victor Ganap. Dalam bukunya ini, Victor Ganap membahas cukup detail tentang musik keroncong tugu, baik secara historisnya, maupun diskusi musiknya yang memberikan wawasan baru bagi penulis khususnya tentang musik keroncong tugu. Akan tetapi dalam buku ini penukis tidak mendapati ada sebuah pembahasan khusus mengenai musik keroncong tugu dijadikan sebgai identitas budaya.

3. Tulisan Philip Yampolsky dalam buku Musik Populer yang membahas tentang perjalanan musik keroncong dan perkembangannya dalam beberapa dekade yang diawali dari zaman kolonial hingga tahun 1950-an. Dalam tulisan ini dia hanya membahas sedikit tentang musik keroncong tugu, yaitu

23

hanya membahas tentang musik keroncong tugu yang merupakan tradisi musikal mardijekrs dan keturunannya yang bermukim di Kampung Tugu. Tentu saja tulisan ini juga sangat bermanfaat bagi penulis sebagai refrensi, namun tulisan ini tidak membahas tradisi itu dijadikan sebgai identitas bagi masyarakat Kampung Tugu.

4. R. Agoes Sri Widjajadi membuat sebuah tulisan yaitu “Menelusuri Sarana Peyebaran Musik Keroncong” yang dimuat dalam jurnal Humaniora: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Fokus pembahasan tulisan ini lebih mengarah kepada sarana yang digunakan dalam penyebaran musik keroncong sehingga musik keroncong tetap eksis khususnya di dunia seni pertunjukan. Meskipun memberikan informasi baru kepada penulis tentang musik keroncong, namun lagi-lagi tulisan ini tidak membahas tentang musik keroncong tugu sebgai identitas budaya masyarakat Kampung Tugu.

5. Abdul Rachman juga membuat sebuah tulisan mengenai musik keroncong yaitu Bentuk dan Analisis Musik Keroncong Tanah Airku Karya Kelly Puspito. Tulisan ini membahas tentang musik keroncong yang dikembangkan dengan harmonisasi atau progesi akord. Hal ini dilakukan karena kurangnya minat generasi muda khususnya para remaja terhadap musik keroncong. Sehingga, dengan dilakukannya inovasi ini diharapkan para remaja tertarik mendengar musik keroncong. Tulisan ini tentu juga meanambah wawasan bagi penulis tentang musik keroncong.

6. Tulisan dari Pinta Resty Ayunda, Susi Gustina, dan Henry Virgan ini mendeskripsikan hasil penelitian dari Gaya Menyanyi pada Musik

24

Keroncong Tugu (Analisis Gaya Saartje Margaretha Michiels). Penelitian ini memaparkan gaya menyanyi Saartje Margaretha Michiels, difokuskan kepada pengetahuan musikal Saartje yang mempengaruhi gaya menyanyinya. Objek penelitian ini adalah salah satu dari lagu Keroncong Tugu, yaitu Gatu Du Matu. Hasil penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gaya menyanyi Saartje dipengaruhi oleh beragam unsur dalam lingkungan sosialnya, seperti keluarga, pertemanan, religi, juga komunitas keroncong, khususnya komunitas Keroncong Tugu. Gaya menyanyi Saartje diaplikasikan dan disesuaikan dengan kondisi atau konteks sosial dan penonton di setiap penampilannya. Meski demikian, nyanyian Saartje tetap memperlihatkan keunikan gaya yang berbeda dari penyanyi keroncong lainnya, dan hal tersebut sangat memperlihatkan identitas gaya menyanyi Keroncong Tugu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tentang gaya menyanyi Saartje Margaretha Michiels yang dipengaruhi oleh beragam pengalaman musikal dan non musikal yang konkrit di dalam lingkungan sosialnya. Gaya menyanyi Saartje diaplikasikan dan disesuaikan dengan kondisi atau konteks sosial dan penonton di setiap penampilannya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Keroncong Tugu. Tulisan ini sangat bermanfaat bagi penulis karena ini mendukung tulisan yang akan dikaji penulis. Namun apa yang menjadi pokok dari penelitian tulisan ini hanya berfokus kepada teknik vokal dari seorang penyanyi tugu.

25

7. Sebuah tulisan yang ditulis oleh Magdalia Alfian yaitu Keroncong Music Reflects the Identity of Indonesia. Dalam tulisan ini diceritakan bahwa musik keroncong merupakan musik yang sangat populer di tahun 70-an hingga 80-an, dan kepopuleran musik keroncong menjadi identitas yang menggambarkan Indonesia. Namun karena kemajuan teknologi kepopulerannya mulai berkurang sehingga dilakukan berbagai cara agar musik keroncong tetap eksis. Salah satu yang dilakukan generasi muda terhadap pelestarian musik keroncong adalah dengan memasukkan unsur dari genre-genre musik lain. Keberhasilan musik keroncong bertahan hingga sekarang memberikan banyak kontribusi terhadap Indonesia sehingga sangat wajar dianggap sebagai warisan dunia.

8. Sebuah tulisan yang berjudul The Dynamics of Keroncong Music in Indonesia yang ditulis oleh Linda Sunarti dan Wiwin Trinarti. Tulisan ini memaparkan tentang perjalanan musik keroncong di Indonesia dan dari analisis mereka didapatkan hasil bahwa musik keroncong di Indonesia mampu terus bertahan dan dipopulerkan dengan membuat promosi melalui media seperti televisi dan radio sehingga masyarakat menjadi familiar terhadap musik keroncong. Selain itu dalam tulisan ini juga disimpulkan bahwa para seniman keroncong harus melakukan inovasi untuk menarik minat lebih banyak orang.

9. Tulisan lain yang tentang keroncong ditulis oleh Gilang Ryand Prakoso dan Slamet Haryono, yaitu tentang improvisasi permainan cello pada permainan jenis langgam Jawa grup orkes keroncong Harmoni Semarang. Hasil

26

penelitian dari tulisan ini menunjukkan bahwa pola improvisasi permainan instrumen cello keroncong dalam irama jenis langgam Jawa grup Orkes Keroncong Harmoni Semarang memiliki banyak kemiripan dengan pola permainan instrumen kendang pada musik karawitan.

10. Sebuah tulisan terakhir adalah tulisan dari Chysanti Arumsari yaitu Keroncong Tugu: The Beat of Nationalism from Betawi, Jakarta, Indonesia. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keroncong tugu adalah seni musik Betawi yang harus dikembangkan karena musik keroncong tugu punya karakter tersendiri. Selain itu, meskipun musik keroncong tugu sudah disahkan sebagai kebudayaan betawi namun tidak ada rasa kepemilikan serta masih banyak warga DKI yang tidak mengenal dan tidak perduli terhadap musik keroncong tugu.

Dari tulisan-tulisan di atas meskipun sudah banyak yang mengkaji mengenai musik keroncong, keroncong tugu namun belum ada penelitian yang mengkaji mengenai musik keroncong tugu sebagai identitas bagi kelompok masyarakat Kampung Tugu.

27 BAB II

Dokumen terkait