• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.2. Tinjauan Pustaka

Penelitian kualitatif dengan model life history telah banyak dilakukan oleh beberapa ahli. Salah satunya adalah Oscar Lewis (1988) yang menulis buku kisah 5 keluarga miskin di Meksiko. Di dalam penelitiannya, Lewis mengangkat tema mengenai kehidupan sosial dan kebudayaan kemiskinan termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan usia, pekerjaan, agama, komposisi rumah tangga, ekonomi rumah tangga, tingkat kemakmuran, migrasi, pergaulan dengan tetangga, pandangan politik, pola rekreasi dan sebagainya melalui keluarga yang tinggal di daerah tersebut.

Berbeda halnya dengan Malau (2011) yang pernah melakukan penelitian yang hampir serupa untuk meneliti jaringan bisnis multi level marketing. Dalam penelitiannya, malau menggunakan pengalaman orang-orang yang menekuni bisinis multi level marketing guna untuk menjelaskan pola jaringan bisnis multi level marketing tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini tentunya berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan Lewis dan Malau. Berbeda dengan Lewis, penelitian ini mengangkat tema pengalaman manajer dalam mengelola perusahaan demi keberlangsungan perusahaan tersebut. Sedangkan dengan Malau, perbedaannya terletak pada ketidaktegasan menggunakan model life history dalam penelitiannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dirasakan, dijalani, ditanggung oleh seseorang dalam menjalani hidupnya. Pengalaman ini tercipta karena manusia selalu melakukan berbagai kegiatan dalam menjalani hidup termasuk seorang manajer di dalam perusahaan. Pengalaman yang dialami manusia dapat berbekas dalam ingatan manusia yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan manusia itu sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dialami oleh seseorang, maka kemungkinan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut.

Pengalaman manajer adalah sesuatu yang dialami, dirasakan dan dijalani oleh manajer berkaitan dengan kegiatannya di dalam perusahaan Kegiatan seorang manajer di dalam perusahaan pasti akan berhubungan dengan tugas-tugas dan

kewajiban serta kewenangannya sebagai manajer yang harus dilaksanakan setiap hari. Ketentuan-ketentuan kerja yang harus dilaksanakan seorang manajer tersebut akan menimbulkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan hal tersebut. Peristiwa-peristiwa tersebut akan tersimpan dalam memori seorang manajer yang kemudian akan menjadi pengetahuan baginya.

Dalam menjalankan ketentuan-ketentuan kerja yang telah digariskan tersebut, seorang manajer juga akan mendapatkan reaksi baik dari para karyawan maupun dewan direksi. Kinerja manajer akan ditanggapi oleh para karyawan melalui prilaku dan emosi atau perasaaan mereka terhadap manajer meskipun di dalam perusahaan karyawan tidak berhak untuk menilai atasan mereka. Dewan direksi juga akan menanggapi apa yang telah dikerjakan oleh manajer tersebut. Mereka akan merasa senang apabila manajer berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik, biasanya hal itu diungkapkan melalui penghargaan atau reward yang diberikan terhadap manajer. Namun sebaliknya, apabila seorang manajer gagal dalam melaksanakan tugasnya maka dewan direksi juga akan merasa tidak senang dan hal tersebut biasanya ditandai dengan punishment atau hukuman.

Dalam menyikapi semua yang dihadapi oleh manajer di atas, tentunya seorang manajer juga akan memiliki emosi atau perasaan sebagai responnya terhadap tanggapan atau reaksi orang lain. Perasaan senang ataupun kecewa akan dialami seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman-pengalaman tersebut yang kemudian akan menjadi modal pengetahuan baginya dalam membuat suatu cara atau langkah dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer.

Proses belajar yang dilakukan seorang manusia secara terus menerus akan menjadi pengalaman baginya yang kemudian pengalaman tersebut akan menjadi pengetahuannya. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai informasi atau

maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang

Definisi pengalaman yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa setiap proses belajar yang dilalui dan setiap kejadian yang dialami seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya di dalam perusahaan akan menjadi sebuah pengalaman bagi manajer. Pengalaman tersebut akan menjadi modal pengetahuan bagi manajer dalam menjalankan tugasnya untuk perusahaan. Pengalaman itu juga akan menjadi pengetahuan bagi manajer dalam berprilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh perusahaan.

Manajer menurut Sule dan Saefullah (2005:18) adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi. Manajer tentu memiliki karyawan bawahan di dalam organisasi. Manajer mempunyai tugas pokok pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, perintah, pengawasan dan pengevaluasian. Manajer harus mampu mengelola pekerjaan dan organisasi, mengelola orang serta mengelola semua unsur organisasi bisnis seperti produksi, tenaga kerja, pemasaran, keuangan, riset, dan pengembangan semua sarana dan prasarana yang dimiliki organisasi (Iman dan Siswandi, 2007:7).

Setiap manajer harus mempunyai wewenang dan tanggung jawab sehingga manajer dapat dikelompokkan menjadi:

1. Menurut Tingkatannya a. Manajer Lini Bawah

Manajer lini bawah ini secara langsung mengawasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan awal atau disebut operator. Contoh mandor atau supervisor bagian produksi, supervisor atau kepala urusan administrasi kantor.

b. Manajer Menengah

Manajer yang mengarahkan, membimbing dan mengawasi manajer lini bawah. Tanggung jawab manajer menengah ini mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan pimpinan organisasi serta

membantu memecahkan masalah antara keinginan supervisor dengan kapasitas dan kemampuan bawahan atau operator.

c. Manajer Puncak

Merupakan kumpulan manajer yang bertanggung jawab terhadap jalannya dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Manajer puncak ini merumuskan dan menetapkan kebijakan organisasi dan membimbing serta mengarahkan interaksi organisasi dengan lingkungan.

2. Menurut Fungsinya

Merupakan manajer yang bertanggung jawab hanya kepada aktivitas yang terkait dengan fungsinya, seperti berikut;

a. Manajer Produksi

b. Manajer Sumber Daya Manusia c. Manajer Pemasaran

d. Manajer Keuangan

e. Manajer Riset dan Pengembangan, dan lain-lain.

Manajer sebagai orang yang menjalankan kegiatan manajemen juga harus memahami fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya (Ernie dan Kurniawan: 2005,8). Nickels, McHugh and McHugh (dalam Erni dan Kurniawan: 2005,8) kemudian menjelaskan ada empat fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh manajer, yaitu:

1. Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujdkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang perusahaan yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.

2. Pengorganisasian atau Organizing yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi

3. Pengimplementasian atau Directing yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

4. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan meski menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Manajer tentu memerlukan beberapa keahlian manajemen untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing. Menurut Iman dan Siswandi (2007:4) untuk mengelola organisasi maka manajer mutlak memerlukan keahlian yang berkaitan dengan manajemen. Keahlian manajer akan dapat meningkatkan kualitas kinerja manajemen. Macam-macam keahlian manajer meliputi:

a. Keahlian Teknis (Technical Skll)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan berbagai peralatan, prosedur atau teknik di bidang tertentu.

b. Keahlian Masalah Kemanusiaan (Human Skill)

Merupakan kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami tentang karakteristik orang lain. Berpartisipasi secara aktif dengan orang lain, mengetahui potensi dan kelemahan manusia, harapan masa depan dan reaksi ancaman terhadap diri manusia itu.

c. Keahlian Konseptual (Conceptual Skill)

Merupakan kemampuan untuk dapat melihat secara sistematis dan komprehensif atas semua aktivitas dan kepentingan organisasi. Keahlian

ini meliputi pemahaman untuk memfungsikan semua komponen organisasi, baik secara keseluruhan maupun secara parsial.

d. Keahlian Strategi (Strategic Skill)

Merupakan keahlian yang diperlukan bagi manajer untuk dapat melihat organisasi sebagai suatu sistem dimana gangguan atau keberhasilan dari unit organisasi akan mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan organisasi. Dalam keahlian ini manajer dituntut untuk dapat mengantisipasi sedini mungkin semua fenomena internal dan eksternal organisasi.

Selain fungsi yang harus dilakukannya serta keahlian yang harus dimilikinya, manajer juga memiliki kewenangan sebagai pendukung untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Kewenangan atau authority merupakan salah satu bentuk kekuasaan yang banyak dipergunakan di dalam sebuah organisasi termasuk perusahaan. Kewenangan juga merupakan kekuasaan formal dan terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang yang ditunjuk untuk memimpin organisasi, bagian atau departemen memiliki kewenangan atau kekuasaan yang terlegitimasi. Seseorang yang ditunjuk menjadi manajer administrasi dengan sendirinya terlegitimasi untuk memilki kewenangan dalam mengatur berbagai hal yang terkait dengan administrasi perusahaan. Kewenangan-kewenangan tersebut biasanya didokumentasikan kedalam standar operasional prosedur (SOP) perusahaan. Kewenangan ini juga merupakan unsur yang muncul dari pemberian tugas-tugas kepada manajer.

Ernie dan Kurniawan (2005:176) mengemukakan bahwa kewenangan dalam sebuah organisasi atau perusahaan dapat dibedakan menjadi kewenangan lini (liny authority), kewenangan staf (staff authority), dan kewenangan fungsional (functional authority). Perbedaan ketiganya terletak pada jenis keleluasaan dan kekuasaan yang dimilikinya berdasarkan posisinya masing-masing dalam organisasi atau perusahaan.

1. Kewenangan Lini

Kewenangan lini atau line authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tuuan organisasi. Kewenangan ini direpresentasikan oleh chain of

command (rantai komando) dari mulai hierarki yang tertinggi (direktur misalnya) hingga hierarki yang terendah seperti buruh atau pekerja langsung yang melakukan kegiatan teknis operasional di lapangan.

2. Kewenangan Staf

Kewenangan staf atau staff authority adalah mereka yan ditunjuk organisasi untuk membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki kewenangan lini. Oleh karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang membantu organisasi dalam pencapaian tujuannya, hanya saja dengan cara tidak langsung. Bentuknya dapat melalui pemberian jasa advokasi bagi direktur (misalnya konsultan manajemen), maupun bagian keuangan (misalnya konsultan pajak) dan lain sebagainya. Dalam organisasi pemerintahan juga ada yang dinamakan sebagai staf ahli. Staf ahli ini berfungsi untuk membantu organisasi pemerintahan dalam pencapaian tujuannya, hanya saja dalam praktiknya staf ahli ini tidak turun langsung dalam mengerjakan berbagai pekerjaan organisasi.

3. Kewenangan Fungsional

Kewenangan fungsional atau functional authority mereka yang berada pada bagian tertentu di organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf, namun juga dikarenakan tugasnya maka diberi kewenangan untuk melakukan kontrol atau koordinasi dengan bagian lainnya. Sebagai contoh, bagian keuangan sekalipun hanya bertanggung jawab di bagian pencatatan setiap transaksi, namun juga memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap bagian lainnya yang terkait dengan tugasnya di bagian keuangan. Bagian pemasaran yang akan menambah biaya promosi akan berhubungan dengan bagian keuangan. Bagian personalia yang menghadapi tuntutan adanya kenaikan gaji dari para karyawan juga perlu berhubungan dengan bagian keuangan.

Manajer perlu meningkatkan kualitas kinerja dirinya dari sumber keahliannya sehingga keahlian tersebut dapat terasah dengan baik. Sumber keahlian manajer yang paling dominan adalah pendidikan dan pengalaman. Dengan proses pendidikan manajemen akan membuka pandangan atau cakrawala berpikir dan

peningkatan kognisi di bidang manajemen oleh manajer arau calon manajer, sedangkan pengalaman adalah guru yang paling baik dan berharga. Dari pengalaman, manajer dapat memetik pengetahuan dan ilmu manajemen yang sangat berharga bagi dirinya. Dengan pengalaman yang berbeda-beda, manajer dalam mengambil keputusan manajemen di kasus yang sama dapat berbeda keputusannya.

Manajer sendiri merupakan sebuh jabatan yang diemban oleh seseorang dimana jabatan tersebut di dalamnya terdapat status dan peran. Menurut Hofstede (dalam Nugroho dan Cahayani, 2003:92) peran pendiri atau pemimpin adalah menciptakan simbol serta kegiatan ritual yang harus diikuti setiap hari oleh para anggota organisasi, sedangkan karyawan melakukan adaptasi seperlunya agar sesuai dengan nilai pribadi yang dianutnya. Status adalah kedudukan seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial. Di dalam pengertian yang lain status dapat dilihat dari dua arti (Lawang, 1984:28). Pertama, status adalah suatu tatanan hak dan kewajiban secara hirarki dalam struktur formal suatu organisasi dan bersifat obyektif. Misalnya, posisi direktur dalam sebuah perusahaan yang dijabat seseorang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Namun, hak dan kewajiban tersebut tidak melekat pada diri seseorang melainkan terpisah. Artinya bila suatu saat terjadi pergantian direktur maka hak dan kewajiban tersebut berpindah pada orang baru yang menduduki posisi tersebut. Kedua, status adalah hasil dari penilaian orang lain terhadap seseorang dengan siapa ia berhubungan dan status ini bersifat subyektif. Artinya tinggi rendahnya kedudukan seseorang bergantung pada penilaian orang lain. Menurut Talcott Parsons (dalam Lawang, 1984:29), ada lima kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya status sesorang secara subyektif tiga diantaranya berkaitan dengan status manajer yaitu:

1. Mutu pribadi

Seseorang bisa mendapatkan status karena memiliki kebijaksanaan, kepintaran, kuat, pandai atau juga karena kelakuan yang baik.

2. Prestasi

Seseorang bisa mendapatkan status bila seseorang berhasil dalam usahanya dan mendapatkan pengakuan dari orang lain secara subyektif atas prestasinya tersebut. Misalnya, bila seseorang mampu menjadi

manajer yang handal maka status orang tersebut secara subyektif akan naik.

3. Otoritas

Otoritas adalah kekuasaan yang sah atau diabsahkan dan karena sahnya, maka orang lain harus mengikutinya tanpa perlawanan. Misalnya, seorang manajer sangat dihormati dan status subyektifnya sangat tinggi karena posisi manajer itu menjadi sumber keabsahan (legitimasi) baginya. Namun bila orang tersebut tidak lagi menjadi manajer maka segala keabsahan yang dimilikinya juga ikut hilang dan statusnya menjadi turun.

Selain kriteria di atas, menurut Narwoko dan Bagong (2010:157) dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Ascribed-status. Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta Brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed-status dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup, seperti sistem pelapisan berdasarkan perbedaan ras. Meskipun demikian, bukan berarti dalam masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga akan berbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya, karena pada umumnya laki-laki (ayah) akan menjadi kepala keluarga.

2. Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan melakukan berbagai usaha, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, hakim, guru , dan sebagainya, asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak.

Dalam setiap status selalu ada peran, dalam setiap peran kita dapat melihat status. Peran dan status tidak dapat dipisahkan karena keduanya ibarat dua sisi mata uang. Peran (role) adalah pola prilaku yang diharapkan dari seorang yang

memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi seperti perusahaan, keluarga, komunitas, sekolah dan lain-lain (Lawang : 1984, 30). Peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran (Narwoko dan Bagong, 2010:159). Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.

3. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dari definisi di atas jelas bahwa orang yang memiliki status tertentu sudah diharapkan orang untuk memiliki prilaku tertentu pula. Harapan seperti ini seringkali disebut dengan istilah harapan peran (role expectation). Seorang manajer diharapkan memiliki prilaku yang sesuai dengan statusnya sebagai manajer yakni mengarahkan karyawan, memberikan contoh, mengevaluasi karyawan. Selain itu, seringkali peran dalam hubungan ini tidak dilihat sebagai satu harapan, tetapi lebih dari itu, yakni keharusan. Harapan peran dalam hal ini bersifat deterministik (harus). Misalnya supaya organisasi perusahaan berjalan baik, maka setiap karyawannya harus datang waktu pagi dan bekerja selama delapan jam sehari.

Karena peran merupakan pola perilaku dari individu yang diharapkan dalam suatu organisasi maka Mintzberg (dalam Iman dan Siswandi, 2007:5) membagi peran manajer ke dalam 3 (tiga) peran, yakni;

1. Peran antar pribadi, meliputi peran figur (simbolis), peran kepemimpinan dan peran perantara (liaison)

Peran ini akan membawa manajer untuk mengelola organisasi dengan cara yang agak halus dan sebagai alat mengharmonisasi berbagai perbedaan dan konflik kelompok yang ada di dalam organisasi di setiap tingkat.

2. Peran informasional, meliputi peran pemantau (monitor), peran penyebarluasan informasi (disseminator) dan peran bicara (speakerperson)

Peran ini oleh Mintzberg dianjurkan sebagai peran yang penting atau utama dari tugas setiap manajer.

3. Peran pengambil keputusan, meliputi peran keputusan, peran kewirausahaan (entrepreneur), peran menangani gangguan (disturbance handler), peran alokasi sumber daya (resource allocator), dan peran juru runding (negosiator).

Kepemimpinan juga merupakan bagian dari status dan peran seorang manajer dalam suatu perusahaan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut (Soekanto, 1990:288). Kemudian menurut koentjaraningrat (dalam Soekanto, 1990:288) kadangkala kepemimpinan dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat seperti halnya di dalam lingkungan organisasi atau perusahaan.

Organisasi atau perusahaan sering didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa ada dua esensi dasar dari suatu organisasi yakni sekumpulan orang dan tujuan bersama yang hendak dicapai. Robbins (dalam Sobirin, 2007:5) kemudian mengembangkan definisi tersebut yakni organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sejalan dengan definisi yang dikembangkan oleh Robbins tersebut, David Cherrington (dalam Sobirin, 2007:5) juga mengatakan bahwa organisasi adalah sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka untuk mencapai satu set tujuan tertentu. Dari definisinya itu Cherrington telah menyatakan bahwa organisasi adalah sistem sosial sehingga organisasi juga dapat diartikan sebagai suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, memiliki identitas kolektif yang tegas, memiliki daftar anggota yang terperinci, memiliki program kegiatan yang terus menerus diarahkan ke pencapaian tujuan yang jelas serta memiliki prosedur untuk menerima anggota baru dan mengeluarkan anggota lama (Lawang, 1984:14).

Dalam pandangan yang lain, organisasi juga dianggap sebagai suatu sistem budaya. Smircich dan Stubart (dalam Sobirin, 2007:29) misalnya mengatakan bahwa organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki kesamaan keyakinan, tata nilai dan asumsi di mana keyakinan, tata nilai dan asumsi tersebut akan menjadi landasan bagi semua orang di dalam organisasi untuk menginterpretasikan setiap tindakan baik yang mereka lakukan maupun tindakan yang dilakukan orang lain. Dari definisi ini organisasi dipandang bukan sebagai struktur yang objektif yang didesain untuk mencapai tujuan yang terukur melainkan sebagai sekumpulan orang yang membangun konstruksi realita dengan saling berbagi makna dan asumsi. Dengan demikian sebelum sekumpulan orang melakukan tindakan mereka terlebih dahulu harus memiliki definisi atau konstruksi realita yang jelas yang didasarkan pada keyakinan, tata nilai dan asumsi bersama. Demikian juga agar sebuah organisasi bisa berfungsi dan beroperasi dengan baik para anggota organisasi harus bisa mendefinisikan persoalan organisasi dengan jelas dan mereka juga harus sepakat dalam upayanya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut (Sobirin, 2007:29).

Organisasi sebagai sistem budaya tentu memiliki konsep nilai, norma-norma maupun aturan-aturan yang menjadi pembentuk organisasi itu sendiri. Konsep nilai adalah merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi

Dokumen terkait