Pada bagian ini akan disampaikan beberapa landasan teori yang relevan dengan
variable yang mendukung penelitian
2.1.1 Teori Management
Koontz dan O’donnel, dalam buku pengantar manajemen (Amirullah,2015:4)
berpendapat bahwa manajemen adalah “usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas
sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian”.
Terry dalam buku pengantar manajemen (Amirullah,2015:4) mengatakan
bahwa manajemen adalah “manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya”.
Stoner dalam buku pengantar manajemen (Amirullah, 2015:4) menyatakan
bahwa manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan sejumlah pengertian dari para ahli tentang pengertian manajemen
diatas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengendalian sumber daya yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan
2.1.2 Teori Marketing
Menurut Kotler dan Keller (2016:27) dalam Amelia (2016:16) pemasaran
adalah tentang mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial, salah
satu definisi terbaik terpendek dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan secara
menguntungkan. Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasional adalah terdiri dari penentuan kebutuhan, keinginan pasar sasaran dan
pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang
dilakukan para pesaing.
Menurut Kotler & Amstrong (dalam Priansa, 2017:3) yang dikutip Dwi Erma
menjelaskan bahwa pemasaran adalah proses sosial yang dimana individu dan
kelompok memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai dengan pihak lain.
. ”Pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan
mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen (American Marketing
Association dalam Assauri, 2017:3).”
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa pemasaran
adalah proses sosial yang dimana individu dan kelompok memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang
bernilai dengan pihak lain. Pemasaran Digunakan konsumen untuk memenuhi
keutuhan, sedangkan bagi perusahaan membantu suatu organisasi menginformasikan
produknya kepada masyarakat agar masyarakat mengerti dalam menggunakan produk
dari perusahaan tersebut. kunci untuk mencapai tujuan organisasional adalah terdiri
dari penentuan kebutuhan, keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing
2.1.3 Teori Kualitas Pelayanan
Menurut Tjipono (2016:32) menyatakan bahwa “Kualitas pelayanan adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2016:125) dalam Sany (2020:16)
mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan
yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Berdasarkan definisi ini,
kualitas pelayanan bisa diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan untuk mengimbangi harapan pelanggan
Menurut Wijaya dalam Ratnasari, (2016:5) kualitas pelayanan ialah mengukur
seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan sesuai harapan konsumen,
Kesimpulan yang dijelaskan dari pengertian para ahli diatas yaitu bahwa
kualitas pelayanan adalah upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan pembeli
dengan cara mengukur seberapa bagus tingkat keunggulan layanan yang mampu
diberikan oleh si penjual.
2.1.4 Dimensi dan Indikator Kualitas Pelayanan
Kotler dalam Rusydi (2017:40) dimensi kualitas pelayanan merupakan
gambaran atas seberapa jauh perbedaan antara kenyataan pelayanan (perceived
service), dengan harapan para nasabah atas pelayanan yang seharusnya mereka terima
(expected service). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan adalah:
1. Tangibless (bukti nyata), adalah menunjukan lingkungan atau fasilitas fisik dimana
jasa tersebut dilakukan dan dapat diliat secara fisik, seperti gedung, peralatan,
pakaian yang dikenakan. Dan fasilitas yang dimiliki. Dalam kualitas pelayanan
dapat dilihat dari pegawai yang bekerja seperti kinerja pegawai, kerapihan dan
kebersihan dari pegawai itu sendiri.
2. Reliability (keandalan), adalah kemampuan untuk melakukan performa pelayanan
yang telah dijanjikan secara konsisten dan akurat. Seperti pegawai dapat mampu
memberikan informasi secara tepat seperti yang diharapkan pembeli dan juga
ketepatan waktu dalam menyajikan produk atau jasa ke pelanggan.
3. Responsiveness (kesigapan), adalah keinginan untuk membantu konsumen dan
menyediakan tindakan yang tepat dan tanggap. Seperti seberapa cepat, tepat dan
cermat pegawai dalam menanggani keinginan dan kebutuhan pembeli dan seberapa
cepat, tepat dan cermat pegawai dalam menghadapi masalah baik masalah dengan
tamu, dan masalah fasilitas yang mengalami kerusakan.
4. Competence (kompetensi), adalah kepemilikan kemampuan dan pengetahuan yang
diperlukan dalam menampilkan pelayanan yang ditawarkan. Seperti mepunyai
kemampuan untuk menjelaskan detail produk atau jasa dengan tepat dan sesuai
fakta kepada pelanggan agar mampu menciptakan kepercayaan dari pelanggan.
5. Cortesy (kesopanan–santunan), adalah menunjukan sikap penyedia jasa seperti
kesopanan, rasa hormat, perhatian dan keramahan pekerja. Seperti dapat
menunjukan rasa hormat terhadap pembeli. Menjelaskan sesuatu dengan ramah,
murah senyum terhadap pembeli agar mampu menciptakan kenyamanan.
6. Credibility (kredibilitas), adalah kejujuran dan kemampuan penyedia jasa untuk
dipercaya. Seperti berprilaku jujur dalam segala hal agar dapat menciptakan
fondasi kepercayaan dari sesama pegawai, atasan dan juga pembeli.
7. Security (keamanan), adalah berusaha menciptakan suasana dan pelayanan yang
aman yang terbebas dari bahaya sekitar , resiko, dan keraguan terhadap pelayanan
dan kualitas produk atau jasa yang diberikan kepada pembeli.
8. Access (akses), adalah kemampuan kemudahan pendekatan untuk melakukan
hubungan dengan penyedia jasa dalam menyediakan produk atau jasa yang akan
dipasarkan.
9. Communication (komunikasi), adalah kemampuan untuk berbicara dengan cara
dan bahasa yang mudah dimengerti oleh konsumen, seperti menjelaskan fungsi dan
detail produk menggunakan Bahasa yang tidak terbelit belit dan jelas. Hal tersebut
Berfungsi menjaga konsumen agar tetap dapat memperoleh informasi dengan
bahasa yang mereka mengerti.
10. Understanding the customer (memahami), adalah berusaha mengetahui dan
memenuhi dan memahami semua keinginan dan kebutuhan yang pelanggan
perlukan .
Kemudian, dari sepuluh dimensi di atas, menurut Zeithaml et. al. dalam
Marthalina (2018:7), kesepuluh dimensi tersebut kemudian disederhanakan menjadi
lima dimensi kualitas pelayanan beserta indikator-indikator masing-masing sebagai
berikut:
1. Tangibles:(Menunjukan lingkungan atau fasilitas fisik dimana jasa tersebut
dilakukan dan dapat diliat secara langsung) indikator berupa:
a) Penampilan Petugas/aparatur dalam melayani pelanggan
b) Kenyamanan tempat melakukan pelayanan
c) Kemudahan dalam proses pelayananard
d) Kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan pelayanan
e) Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan
f) Penggunaan alat bantu dalam pelayanan
2. Reliability: (Kemampuan untuk menunjukan pelayanan yang dapat dipercaya dan
akurat) indikator berupa:
a) Kecermatan petugas dalam melayani pelanggan
b) Memiliki standar pelayanan yang jelas
c) Kemampuan petugas/aparatur dalam menggunakan alat bantu dalam proses
pelayanan
d) Keahlian petugas dalam menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan
3. Responsiveness: (Bersedia untuk membantu pembeli dan menyediakan servise
yang bertanggung jawab dan tepat.) indikatornya berupa :
a) Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan pelayanan
b) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat
c) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat
d) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat
e) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat
f) Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas
4. Assurance: (Pengetahuan dan kesopanan pegawai dan kemampuan pegawai untuk
membangun kepercayaan dan kepercayaan) indikatornya berupa :
a) Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan
b) Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan
c) Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan
d) Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan
5. Empathy: (Perusahaan memberikan perhatian penuh untuk mendapat perhatian dari
pembeli) indikatornya berupa :
a) Mendahulukan kepentingan pemohon/pelanggan
b) Petugas melayani dengan sikap ramah
c) Petugas melayani dengan sikap sopan santun
d) Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan)
e) Petugas melayani dan menghargai setiap pelanggan
2.1.5 Teori Kualitas Produk
Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk,
perusahaan tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Konsumen akan
membeli produk bila merasa cocok, karena itu produk harus di sesuaikan dengan
keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata
lain, pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera
konsumen.
Menurut American Society for Quality Control(2016:103) dalam
Martono(2014:691) dalam Kualitas produk adalah ―the totality of features and
characteristic of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs,
artinya keseluruhan ciri dan karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.
Menurut Marwanto (2015:153) dalam Ardhitasari (2015) menyatakan bahwa :
“Kualitas produk merupakan seluruh gabungan karakteristik produk dari pemasaran,
rekayasa (perencanaan), pembuatan (produk) dan pemeliharaan yang membuat produk
yang digunakan memenuhi harapan harapan pelanggan”.
Menurut Kotler dan Amstrong, (2016:164) dalam Anggraini(2019:119)
menyatakan bahwa kualitas produk ialah keahlian sebuah barang memberikan hasil
atau kinerja yang sesuai bahkan melampaui dari apa yang diinginkan konsumen,
dimana kualitas-kualitas tersebut dapat menumbuhkan kepuasan pembeli, salah satu
faktor yang akan membuat keputusan pembeli untuk datang kembali atau tidak yaitu
kepuasan pembeli, yang pada akhirnya akan menumbuhkan perilaku loyal pada
pembeli. Karena pembeli yang puas akan cenderung royal.
Kesimpulan yang dijelaskan dari pengertian para ahli diatas yaitu bahwa
Kualitas produk merupakan keseluruhan gabungan ciri dan karakteristik dari sebuah
produk atau jasa dari pemasaran, rekayasa (perencanaan), pembuatan (produk) dan
pemeliharaan yang membuat produk atau jasa dapat menunjukan kemampuannya
untuk memenuhi harapan dan kebutuhan tersirat pelanggan”.dan dari situ dapat
menumbuhkan kepuasan pembeli, salah satu faktor yang akan membuat keputusan
pembeli untuk datang kembali atau tidak yaitu kepuasan pembeli,yang pada akhirnya
akan menumbuhkan perilaku loyal pada pembeli. Karena pembeli yang puas akan
cenderung loyal.
2.1.6 Dimensi dan indikator Kualitas Produk
Kualitas produk memiliki dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis
karakteristik dari suatu produk. Menurut David Garvin dalam buku Fandy Tjiptono
(2016:134) yang dipetik oleh Sitorus (2019:641) kualitas produk memiliki delapan
dimensi sebagai berikut:
1. Performance (kinerja), merupakan karakteristik operasi pokok dari produk inti
(core product) yang dibeli.
2. Features (fitur atau ciri-ciri tambahan), yaitu karaktersitik sekunder atau pelengkap.
3. Reliability (reliabilitas), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal dipakai.
4. Confermance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5. Durability (daya tahan), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan
direparasi; serta penanganan keluhan secara memuaskan.
8. Perceived Quality (kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Dari beberapa dimensi tersebut, peneliti menarik beberapa faktor yang relevan
dengan penelitian ini yaitu diantaranya: Performance (Kinerja), Features (Fitur),
Realibility (Keandalan), Conformance to Spesification (Kesesuaian dengan
spesifikasi), Durability (Ketahanan), Esthetics (Estetika) dan Perceived Quality
(Kualitas yang dipersepsikan).
Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas produk
menurut owusu(2013:184) dalam akbar dwi yulianto (2017), ada beberapa aspek
indikator kualitas produk, diantaranya adalah:
1. Performan (Performance), meliputi karakteristik operasi dari suatu produk.
2. fitur produk (feature) yaitu karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi
manfaat dasar suatu produk.
3. Kesesuaian dengan sertifikasi (conformance to specification) kesesuaian kinerja
produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk.
4. Keandalan (reliability), peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat
menjalankan fungsinya.
5. Daya tahan (durability), menggambarkan umur ekonomis suatu produk.
6. Kemampuan diperbaiki (servicebility) kualitas produk ditentukan atas dasar
kemampuan suatu produk diperbaiki.
2.1.5 Teori Kepuasaan Konsumen
Menurut danang sunyoto (2015: p.140). Kepuasan konsumen merupakan salah
satu alasan dimana konsumen memutuskan untuk berbelanja pada suatu tempat.
Apabila konsumen merasa puas dengan suatu produk, mereka cenderung akan terus
membeli dan menggunakannya serta memberitahukan orang lain tentang pengalaman
mereka yang menyenangkan dengan produk tersebut
Menurut nugroho (2015:162) dalam Setyo(2017:758) menjelaskan bahwa
kepuasan konsumen merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan kinerja
pemasaran dalam suatu perusahaan. Kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan dapat
meningkatkan intensitas membeli dari pelanggan tersebut. Dengan terciptanya tingkat
kepuasan pelanggan yang optimal maka mendorong terciptanya loyalitas di benak
pelanggan yang merasa puas tadi.
Sedangkan menurut Tjiptono (2015:146), “kepuasan pelanggan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
persepsi terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya”.
Kesimpulan yang dijelaskan dari pengertian para ahli diatas yaitu bahwa
kepuasan konsumen merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan kinerja
pemasaran dalam suatu perusahaan. Apabila konsumen merasa puas dengan suatu
produk, maka perasaan senang atau kecewa konsumen akan muncul setelah
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan
harapan-harapannya dan menggunakannya serta memberitahukan orang lain tentang
pengalaman mereka yang menyenangkan dengan produk tersebut dengan begitu akan
mendorong terciptanya loyalitas di benak pelanggan yang merasa puas tadi.
2.1.6 Elemen Kepuasaan Konsumen
Mempertahankan pelanggan merupakan hal yang lebih penting daripada
Memikat Pelanggan. Maka dari itu mengukur kepuasaan pelanggan sangatlah penting.
Untuk mengukur kepuasaan pelanggan itu sendiri terdiri dari 5 elemen. Elemen
kepuasan konsumen Menurut donni juni priansa (2017: p,210) yang menyangkut
kepuasan konsumen adalah sebagai berikut :
1. Harapan (expectations) Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah
dibentuk sebelum konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat proses
pembelian dilakukan, konsumen berharap bahwa barang atau jasa yang mereka
terima sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan mereka. Barang atau jasa
yang sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.
2. Kinerja (performance) Pengalaman konsumen tehadap kinerja aktual barang atau
jasa ketika digunakan tanpa dipengaruhi oleh harapan mereka. Ketika kinerja
aktual barang atau jasa berhasil maka konsumen akan merasa puas.
3. Perbandingan (camparison) Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan
kinerja barang atau jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang
atau jasa tersebut. Konsumen akan merasa puas ketika harapan sebelum pembelian
sesuai atau melebihi persepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.
4. Pengalaman (experience) Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman
mereka terhadap penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang
lain
5. Konfirmasi (comfirmation) dan dikonfirmasi (disconfirmation) Konfirmasi atau
terkonfirmasi terjadi jika harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya
diskonfirmasi atau tidak terkonfirmasi terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih
rendah dari kinerja aktual produk. Konsumen akan merasa puas ketika terjadi
confirmation /disconfirmation
2.1.6 Faktor Faktor Pengukuran Kepuasaan
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan diperlukan oleh perusahaan
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Variabel yang mempengaruhi
kepuasan konsumen menurut Fandy Tjiptono (2016:295) dalam Sumartini (2019:114)
adalah:
1. Produk, produk yang baik dan memenuhi selera serta harapan konsumen, dapat
menciptakan kepuasan konsumen. Dasar penilaian terhadap pelayanan produk ini
meliputi: jenis produk, kualitas produk, mutu dan persedian produk.
2. Harga, Dengan adanya harga pada sebuah produk akan mencerminkan seberapa
besar kualitas produk tersebut. Dasar penilaian terhadap harga meliputi tingkat
harga dan kesesuaian dengan nilai jual produk, variasi atau pilihan harga terhadap
produk.
3. Promosi, promosi mengenai informasi produk dan jasa perusahaan dalam usaha
mengkomunikasikan manfaat produk dan jasa tersebut pada konsumen sasaran.
Penelitian dalam hal ini meliputi iklan produk dan jasa, diskon dan pemberian
hadiah
4. Lokasi, lokasi merupakan bagian dari perusahaan yang berupa lokasi perusahaan
dan konsumen. Penilaian terhadap atribut lokasi meliputi lokasi perusahaan,
kecepatan dan ketepatan dalam transportasi.
5. Pelayanan Karyawan, Layanan karyawan merupakan pelayanan yang diberikan
karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat
memuaskan konsumen. Dasar penilaian dalam hal ini pelayanan karyawan meliputi
kesopanan, keramahan, kecepatan dan ketepatan.
6. Fasilitas, Fasilitas merupakan bagian dari perusahaan yang berupa perantara guna
mendukung kelancaran oprasional perusahaan yang berhubungan dengan
konsumen. Dasar penilaian meliputi penataan barang, tempat penitipan barang,
kamar kecil dan tempat ibadah.
7. Suasana, Suasana merupakan faktor pendukung, karena apabila perusahaan
mengesankan maka konsumen mendapatkan kepuasan tersendiri. Dasar penilaian
meliputi sirkulasi udara, kenyamanan dan keamanan.
2.1.7 Dimensi dan indikator Kepuasaan Pelanggan
Kepuasan pelanggan sangat tergantung pada pandangan pelanggan, maka perlu
penjual harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Fandy
Tjiptono (2016:295) dalam Andreyani (2019;151) terdapat lima faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu:
1. Kualitas produk, pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2. Harga, produk dengan kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif
murah akan memberi nilai yang tinggi kepada pelanggannya.
3. Kualitas pelayanan, pelanggan akan merasa puas jika mereka mendapatkan
pelayanan yang baik atau sesuai dengan harapannya.
4. Faktor emosional, pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain kagum kepadanya bila menggunakan produk merek tertentu.
5. Biaya dan kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa, pelanggan yang tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan atau membuang waktu untuk mendapatkan
suatu produk, cenderung puas terhadap produk.
.2.1.8 Metode Pengukuran Kepuasaan
Ada beberapa metode untuk melakukan pengukuran tingkat kepuasan menurut
Kotler yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2015:104) dalam Suci Wulan Sari
(2019:15)terdapat empat konsep inti mengenai objek pengukuran, yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat kepada pelanggan (Customer
Centered), memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk
menyampaikan saran dan keluhan. Informasi-informasi ini dapat memberikan
ide-ide cemerlang bagi perusahaan dan memungkinkannya untuk bereaksi secara
tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.
2. Ghost shopping, Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan
pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau
bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya
mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan
pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost
shopper juga dapat mengamati cara penanganan setiap keluhan.
3. Lost customer analysis, Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah
berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa
hal itu terjadi. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan
customer loss rate juga penting, peningkatan customer loss rate menunjukkan
kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
4. Survei kepuasan pelanggan, Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan
dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara
langsung. Perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara
langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.
2.1.8 Pengertian Café
Café sendiri berasal dari Bahasa prancis yang berarti (minuman) kopi, namun
Seiring berkembangnya waktu café sendiri digunakan sebagai nama tempat dimana
orang orang berkumpul dan bersantai bersama teman teman makanan dan minuman.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa café yaitu tempat untuk
bersantai dan meminum kopi Bersama teman teman dan keluarga dan biasanya
pengunjungnya akan dihibur dengan adanya live music yang telah disediakan oleh
pihak Café. Café termasuk tipe restoran namun lebih mengutamakan suasana nyaman,
rilex dan menyenangkan bagi para pengunjung. Rata rata café sendiri hanya
menyediakan menu yang lebih sedikit daripada restoran dan menu yang disediakan
tidak seberat menu makanan yang ada di restoran dan untuk minuman, café
menyediakan kopi, the, susu dan minuman manis lainnya, biasanya café tidak
menyediakan alcohol.
Lokasi café biasanya berada disekitaran pusat perbelanjaan, tempat yang ramai
atau perkantoran maupun ditempat publik lainnya dengan dekorasi yang unik dan ditata
dengan serapi mungkin agar mampu menarik daya Tarik pembeli dan memberikan
kesan istimewa dan unik saat pengunjung datang. Jam operasional café sendiri
umumnya buka dari pagi sampai malam (10.00-22.00) atau mulai nuka dari sore hingga
dini hari (18.00-02.00). Café di Indonesia sendiri mulai banyak bermunculan
dikarenakan banyaknya minat anak milenial yang suka untuk berkumpul sambil makan
atau minum. Sehingga banyaknya pengusaha yang mengambil kesempatan tersebut
menjadikannya sebuah bisnis.
Dalam dokumen
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG CAFÉ FAT BUBBLE, BEKASI
(Halaman 25-41)