• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Ikan Zebra

Ikan zebra (Brachydanio rerio) umum ditemukan tumbuh dan berkembang pada perairan yang mengalir. Klasifikasi ikan zebra menurut Eschmeyer (1997) adalah sebagai berikut :

Pada tubuh ikan ini ditutupi oleh garis-garis berwarna putih kekuningan dan hitam yang berawal dari pangkal ekor sampai operkulum. Garis horizontal ini memperlihatkan kesan langsing pada ikan jantan. Warna pada ikan jantan terlihat lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan ikan betina. Bentuk tubuh pipih dengan perut sedikit membundar. Pada betina yang sudah matang gonad, perut akan tampak sangat membundar. Zebra danio tersebar dari India sampai Asia Tenggara terutama Indonesia dan menyukai daerah yang bersuhu dingin (Axelrod, 1997). Ikan ini memiliki dua pasang sungut yang mengelilingi bagian mulutnya.

Sungut tersebut berfungsi sebagai alat peraba, karena ikan ini adalah ikan yang mencari makan di dasar perairan.

2.2 Kebutuhan Nutrisi Induk

Ikan induk memerlukan nutrisi untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangannya. Bila ikan sudah masuk ke stadia induk, ikan tidak akan mengalami proses pertumbuhan yang signifikan, namun proses tumbuh akan tetap berjalan. Nutrisi yang masuk akan digunakan dalam proses reproduksi dan pertahanan tubuh. Pasokan nutrisi diperoleh dari pakan yang dimakan. Dalam pakan dibutuhkan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (NRC, 1977). Untuk mendapatkan kualitas gonad yang bagus dibutuhkan nutrisi yang cukup memadai pula. Kualitas gonad sangat ditentukan oleh kualitas pakan.

Kebutuhan nutrisi pada induk selama perkembangan gonad sangat mungkin berbeda dari kebutuhan nutrisi pada ikan muda. Menurut Schaeperclaus dalam Hepher (1988) menerangkan bahwa pada saat pematangan gonad, pertumbuhan pada ikan mas jantan terhambat karena pakan yang diperoleh selain digunakan untuk pertumbuhan fisik sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan gonadnya.

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan pembakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Budiyanto, 2002). Menurut Martoharsono (1988), protein mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol pentranspor bahan, struktural dan protektif. Umumnya, kebutuhan protein untuk ikan berkisar pada 30 – 40 % (Hepher, 1988).

Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh selain dari karbohidrat dan protein. Lemak berfungsi sebagai penghasil energi, pembangun atau pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, penghasil asam lemak esensial dan sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K (Budiyanto, 2002). Martoharsono (1988) mengatakan bahwa lemak mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai komponen struktural membran, bahan bakar, lapisan pelindung, vitamin dan hormon. Lemak adalah komponen kedua setelah protein sebagai komponen esensial yang dibutuhkan untuk pematangan gonad (Tang dan Affandi, 2001)

Vitamin mempunyai fungsi yang spesifik sesuai dengan fungsi spesifik sebagai biokatalisator atau sebagai koenzim. Sebagai contoh adalah sebagai koenzim metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan lain-lain (Budiyanto, 2002).

Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid untuk pematangan gonad dan telur tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid

Bahan terkandung Unit Kebutuhan Sumber Protein (%) 31-38 Takeuchi et al., 1981

Lipid (%) 2 Watanabe et al., 1977

Karbohidrat (%) 30-40 Watanabe, 1988

Vitamin E (mg/kg pakan) 200-300 Watanabe, 1988

Zn (ì g/g) 15-30 Watanabe, 1988

Fe (ì g/g) 150 Watanabe, 1988

Fosfor (ì g/g) 0,60-0,70 Watanabe, 1988

2.3 Vitamin E

Kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bervariasi seperti ukuran, umur dan tingkat pertumbuhan dari ikan, suhu air serta komposisi dari pakan yang diberikan. Dalam hal ini, kebutuhan akan vitamin E dapat bertambah seiring dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan.

Semakin tinggi kandungan asam lemak, kebutuhan akan vitamin E juga semakin tinggi (Watanabe et al., 1991). Vitamin E terdapat dalam empat bentuk, alfa, beta, gamma dan delta tokoferol yang merupakan antioksidan yang paling utama dalam lemak dan minyak yang dapat mencegah ketengikan (Budiyanto, 2002). Fungsi vitamin E sebagai antioksidan inter dan intra-seluler untuk mempertahankan homeostasis dari proses metabolis yang labil dalam sel dan plasma jaringan telah diketahui dengan baik (Izquierdo, 2001).

Penambahan vitamin E telah menjadi nutrien penting untuk proses reproduksi ikan. Kekurangan vitamin ini diperlihatkan dari gonad yang lama berkembang menuju ke arah matang gonad pada ikan mas dan ayu serta mengurangi nilai derajat penetasan tingkat ketahanan hidup dari anak-anak ikan ayu (Watanabe, 1990 dalam Izquierdo, 2001). K ekurangan vitamin E (á-tocopherol) pada hewan dapat menyebabkan lemah otot, pertumbuhan terhambat, degenerasi embrio, tingkat penetasan telur yang rendah, degenerasi dan pelepasan sel epitel germinatif dari testis dan terjadinya kemandulan, menurunkan produksi prostaglandin oleh mikrosom dari testis, otot dan limpa, menurunkan permeabilitas sel, memacu kematian dan kerusakan syaraf (Lehninger, 1982).

Vitamin E adalah vitamin yang berperan penting untuk perkembangan gonad yaitu untuk proses fertilisasi dan memperngaruhi fekunditas (Izquierdo et al., 2001) Vitamin E dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk mempercepat fase

pembentukan folikel (Verakunpiya dalam Tang dan Affandi, 2001). Vitamin E diangkut dari jaringan periferal selama vitelogenesis berlangsung walaupun kandungan plasma vitelogenin tidak dipengaruhi, diduga bahwa lipoprotein mungkin terlibat dalam pengangkutan vitamin E selama masa vitelogenesis tersebut (Izquierdo, 2001). Vitamin ini merupakan salah satu faktor yang larut dalam lemak dan diperlukan dalam proses reproduksi oleh tikus. Oleh karena itu, vitamin E juga disebut suatu senyawa antisterilitas (Budiyanto, 2002).

2.4 Asam Lemak Omega 3 dan Omega 6

Omega 3 biasa disebut dengan asam lemak linolenat dan omega 6 biasa disebut dengan asam lemak linoleat. Kedua asam lemak ini termasuk ke dalam asam lemak esensial, essential fatty acids (EFAs). EFA ditemukan dalam lemak tak jenuh rantai banyak (Martoharsono, 1988). Di dalam tubuh, EFA yang merupakan komponen fosfolipid berperan penting sebagai struktur membran sel yang akan mempengaruhi fluiditasnya ( Hepher et al., 1990, dalam Yanto, 2000) yang kemudian akan mempengaruhi pula aktivitas enzim-enzim tertentu pada membran sel. Asam lemak essensial juga sebagai bahan dasar dalam produksi senyawa-senyawa prostanoid seperti prostaglandin (Ibeas et al., 1994a dalam Yanto, 2000). Selanjutnya, prostanoid tersebut berperan pada fungsi fisiologis tubuh, termasuk reproduksi.

Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah (Tang dan Affandi, 2001). Induk yang mendapatkan makanan yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan telur dengan derajat tetas telur yang rendah dan sebagai larva yang dihasilkan abnormal (Watanabe et al., 1984 dalam Watanabe, 1988). Kebutuhan akan asam lemak essensial omega 3 dalam tubuh sedikit. Keseimbangan komposisi asam lemak, dalam hal ini jumlah yang tinggi dari asam lemak tak jenuh rantai banyak n-6 dan jumlah yang rendah dari asam lemak n-3 bersama-sama dengan tersedianya jumlah fosfor yang sedikit dalam makanan induk yang berdasarkan pada tepung kacang kedelai, dapat juga secara langsung mengurangi kualitas pemijahan (Watanabe et al., 1995 dalam Izquierdo, 2001).

Asam lemak esensial dapat bersumber dari lemak nabati dan hewani pada pakan ikan. Pada pembuatan pakan ikan, minyak ikan biasanya digunakan sebagai sumber asam lemak n-3, minyak jagung sebagai sumber asam lemak n-6 dan minyak kelapa sebagai sumber asam lemak jenuh (Yanto, 2000). Kebutuhan ikan air tawar dan di daerah panas adalah dari jenis asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-6 dan n-3 (Steffans, 1997 dalam Yanto, 2000).

2.5 Kualitas Air

Kualitas air di lingkungan tempat hidup ikan dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut di antaranya adalah suhu, kandungan oksigen, pH, alkalinitas dan kadar amonia terlarut. Menurut Piper et al.(1982), suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme.

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Menurut Welch (1980), kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara dan air. Makin tinggi suhu, kadar garam dan tekanan gas-gas yang terlarut dalam air, kandungan oksigen akan semakin berkurang. Kandungan oksigen terlarut berkisar 0,3 – 1,0 ppm masih dapat ditolerir oleh sebagian ikan., tetapi pada waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Pada kandungan oksigen terlarut 1,0 – 5,0 ppm, ikan dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terganggu. Kisaran nilai optimal oksigen terlarut bagi semua organisme akuatik adalah >5,0 ppm. Kisaran pH yang sesuai untuk kehidupan ikan adalah sekitar 6,50 – 9,00 (Boyd, 1990). Amonia merupakan zat yang sangat beracun bagi ikan. Batas toleransi amonia bagi ikan mas Cyprinus carpio adalah 2 ppm (Zonneveld et al., 1991).

Dokumen terkait