• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Benih Kedelai

Tanaman kedelai sangat sesuai dan tumbuh optimal dengan produktivitas maksimal (sekitar 2 ton ha-1 biji kering) jika ditanam di wilayah yang memiliki ketinggian tempat 1 - 700 m di atas permukaan laut (Sumarno dan Manshuri, 2007). Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan bagi tanaman kedelai, curah hujan rata-rata untuk kedelai adalah 1 000 – 1 500 mm tahun-1 (Arsyad dan Syam, 1998). Pertumbuhan kedelai optimal pada suhu antara 25 - 27oC, kelembaban udara rata-rata 65%, penyinaran matahari 12 jam hari-1 (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Sumarno dan Manshuri (2007) menyatakan bahwa faktor kesuburan tanah (solum, tekstur, pH, ketersediaan hara, kelembaban tanah, bahan organik dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta mikroba tanah) juga menjadi faktor penentu.

Penggunaan benih bermutu tinggi merupakan salah satu persyaratan mutlak dalam budidaya tanaman kedelai terutama untuk mencapai populasi tanaman yang optimal (350 000 – 500 000 tanaman ha-1), pertumbuhan yang seragam, dan produksi yang tinggi. Kebutuhan benih kedelai yaitu 40 - 60 kg ha-1, bergantung pada ukuran biji (Irawan dan Sunandar, 2009).

Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga dua kali (tergantung kondisi tanah). Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu ditambahkan dengan rhizobium, apabila tidak tersedia inokulan rhizobium (seperti Rhizoplus atau Legin) dapat digunakan tanah bekas tanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman. Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air ke areal pertanaman guna menjaga kelembaban tanah agar pertumbuhan tanaman kedelai optimal (Irawan dan Sunandar, 2009). Tanaman kedelai memerlukan air sekitar 300 - 450 mm selama masa pertumbuhannya. Bila air tidak tersedia, pertumbuhan kedelai akan mengalami empat tahap fase kritis, yaitu selama fase pertumbuhan awal, saat berbunga, pembentukan polong, dan pengisian biji. Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 30 – 35 hari. Bila kondisinya masih kurang baik, maka penyiangan dilakukan lagi pada umur 55 hari. Pemupukan untuk lahan tegalan yang berpotensi sedang dilakukan pada

saat tanam dengan cara larikan di samping tanaman dengan jarak sekitar 5 - 7 cm dengan dosis 25 kg urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1, selain itu juga diperlukan pupuk kandang sebanyak 2 - 5 ton ha-1 dan kaptan (kapur) pada pra tanam sebanyak 1 000 kg ha-1 (Balai Penelitian Tanah, 2010).

Roguing yang merupakan teknik untuk menjaga kemurnian varietas dilakukan sebanyak tiga kali yakni pertama pada fase juvenil (tanaman muda) yang dilakukan pada saat tanaman berumur 15 – 20 HST dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseragaman warna hipokotil, kedua pada saat awal berbunga dengan melakukan pemeriksaan terhadap warna bunga, warna batang, bentuk percabangan, bulu pada batang, dan waktu berbunga, ketiga pada saat fase masak fisiologi dengan melakukan pemeriksaan terhadap warna dan bentuk polong (Rahayu et al., 2009).

Pemanenan dilakukan dengan kriteria panen yaitu sebagian daun telah kering dan menguning, batang berwarna kuning sampai coklat, polong mengering dengan warna kuning sampai coklat serta kadar air telah mencapai 18 – 20%. Brangkasan kedelai yang baru dipanen dijemur di bawah matahari hingga kadar airnya 15% selama 3 - 4 hari. Brangkasan yang telah kering dipukul hingga calon benih terpisah dari batang dan kotoran lainnya (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama 6 - 10 bulan adalah tidak lebih dari 11% (Purwanti, 2004).

Pemupukan Pupuk Nitrogen

Tanaman kedelai memerlukan 16 nutrisi untuk pertumbuhan dan produksi benih. Tingkat nutrisi sangat membatasi pertumbuhan tanaman dan hasil biji yang optimum. Kebutuhan N tanaman kedelai dapat mencapai 92 g (kg biji)-1 untuk hasil biji yang optimum. Penggunaan N oleh tanaman kedelai dari berbagai sumber, termasuk materi organik tanah termineralisasi, penambatan N secara simbiosis, dan N dari jaringan tanaman. Sebagai tanaman musiman, kedelai menyerap N, P, dan K dalam jumlah yang relatif besar, sehingga untuk setiap hektar pertanaman kedelai jumlah N yang digunakan lebih besar daripada tanaman lainnya (Pasaribu dan Suprapto, 1995). Hasil penelitian Soedradjad dan

Avivi (2005) menunjukkan bahwa pemupukan NPK dengan setengah kali dosis pupuk normal atau 0.437 g per tanaman mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman, tetapi tidak untuk peubah pertumbuhan dan produksi yang lain.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Namun bila terlalu banyak dapat menghambat tumbuhnya bunga dan pembuahan pada tanaman (Anwar, 2008). Penambahan pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan N total tanah dalam berbagai bentuk anorganik seperti NH4+ atau NH3 atau NO3- (Syukur dan Harsono, 2008). Pupuk, tumbuhan yang mati, mikroorganisme, dan hewan, merupakan sumber penting nitrogen yang dikembalikan ke tanah, tapi sebagian besar nitrogen tersebut tidak larut dan tidak segera tersedia bagi tumbuhan. Hampir semua tanah mengandung sedikit asam amino yang dihasilkan terutama dari perombakan bahan organik oleh mikroba, tapi juga dari pengeluaran dari akar (Salisbury dan Ross, 1995).

Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2. Pupuk ini merupakan pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter sekitar 1 mm), mempunyai kadar N 45 - 46%. Urea larut sempurna dalam air dan tidak mengasamkan tanah (Hasibuan, 2008).

Pupuk Fosfor

Fosfor merupakan salah satu unsur yang esensial bagi tanaman yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur fosfor umumnya diserap tanaman sebagai orto fosfat primer (H2PO4) atau sekunder (HPO4). Kemasaman tanah sangat menentukan rasio serapan kedua bentuk fosfor tersebut (Salisbury dan Ross, 1995). Fungsi unsur fosfat antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi dari biji (Suprapto, 1999).

Salah satu fungsi P adalah mempercepat terjadinya pembelahan sel (Hardjowigeno, 2003). Cepatnya pembelahan sel pada jaringan meristematik bagian ke arah pembentukan akar (hipokotil) akan menyebabkan cepatnya

pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, cepatnya pembelahan sel pada jaringan meristematik bagian ke arah pembentukan batang (bagian atas tanaman) akan menyebabkan pembentukan dan perkembangan batang dan daun kecambah tanaman lebih cepat.

Pasaribu dan Suprapto (1983) menyatakan bahwa diantara tiga unsur hara penting (N, P, dan K), pemberian unsur fosfor sering menunjukkan pengaruh yang nyata pada tanaman kedelai. Hasil percobaan pemupukan fosfor terhadap tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemberian unsur fosfor nyata meningkatkan hasil kedelai per hektar. Ketersediaan fosfor yang cukup menyebabkan aktivitas metabolisme tanaman meningkat dan salah satu diantaranya adalah proses fotosintesis. Polakitan et al. (2004) melaporkan bahwa jika tanaman kahat hara P, maka gejala yang ditunjukkan yaitu daun mengalami klorosis, ujung daun mengalami nekrosis, serta warna daun dan batang menjadi ungu pada bagian-bagian tanaman.

Pupuk Kalium

Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+. Penambahan K ke dalam tanah dilakukan dalam bentuk pupuk yang larut dalam air, yaitu KCl, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-Sulfat (Leiwakabessy, 1988). Peranan K dalam tanaman adalah sebagai aktivator beberapa enzim, mentranslokasi hasil asimilasi, dan berperan dalam pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Ketersediaan dan penyerapan K yang cukup, menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit, merangsang pertumbuhan akar, sehingga akar tanaman dapat berpijak dengan kuat ke tanah, meningkatkan penyerapan hara, air dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman (Soepardi, 1983).

Pupuk KCl (Kalium Khlorida) mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis, khlor berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau (Novizan, 2007). Unsur hara kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman, seperti: (1) meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP), (4) membantu translokasi asimilat, dan (5)

meningkatkan serapan N dan sintesis protein (Havlin et al., 1999). Bila ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan. Suyamto et al. (1994) menyatakan bahwa pada tanaman kedelai gejala kekahatan kalium ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan tanaman yang terhambat. Mulai umur 21 - 25 hari daun tua menguning selanjutnya gejala menguning meluas ke daun-daun muda sehingga hasilnya sangat rendah.

Antosianin

Antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air, berwarna jingga, merah, dan biru yang tergabung dalam kelompok besar pigmen flavanoid (Sudiatsa, 2001). Flavanoid biasanya terikat pada sel epidermis dan terhimpun pada vakuola tengah maupun disintesis di luar vakuola (Salisbury dan Ross, 1995). Flavanoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar dan terdapat dalam semua tumbuhan hijau kecuali alga. Secara struktur flavanoid merupakan turunan dari flavon dan biasanya terdiri dari beberapa bagian. Telah ada sepuluh kelompok flavanoid yang dikenali. Flavanoid pada umumnya dapat larut dalam air (Harbone, 1984). Flavanoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah buni, dan biji. Menurut Salisbury dan Ross (1995), flavanoid mampu menyerap cahaya tampak dan membuatnya berwarna.

Fungsi antosianin dalam tanaman adalah dalam hal resistensi terhadap penyakit (Salisbury dan Ross, 1995), sedangkan bagi manusia antosianin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker diantaranya sel kanker perut, usus besar, kanker payudara, dan kanker paru-paru (Zhang et al., 2005). Kemampuan antosianin dalam mencegah reaksi oksidasi membuatnya sangat baik untuk mencegah aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) dan sangat efektif dalam penyembuhan penyakit diabetes dan komplikasinya. Antosianin juga dimanfaatkan dalam pembuatan suplemen nutrisi karena memiliki banyak dampak positif bagi kesehatan manusia. Antosianin juga banyak digunakan di industri makanan dan minuman sebagai pewarna alami.

Antioksidan diduga berguna untuk mempertahankan viabilitas benih karena memiliki kemampuan untuk mengurangi efek radikal bebas yang terbentuk selama benih dalam penyimpanan. Hasil penelitian Agustin (2010) menyatakan bahwa kandungan antosianin pada seed coat kedelai bervariasi dengan kisaran kandungan tertinggi pada Varietas Detam 1 yaitu 0.112 nmol cm-2 hingga terendah pada Varietas Anjasmoro yaitu 0.011 nmol cm-2. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat korelasi nyata antara kandungan antosianin dengan daya hantar listrik yang menunjukkan korelasi negatif dan erat (r = -0.65), artinya semakin besar kandungan antosianinnya maka semakin rendah daya hantar listriknya atau sebaliknya. Semakin rendah daya hantar listrik mengindikasikan vigor daya simpan yang makin baik. Menurut Agustin (2010) kandungan antosianin yang bervariasi pada berbagai varietas kedelai tidak berkolerasi dengan ketahanan benih terhadap pengusangan cepat. Sebaliknya, Purwanti (2004) menyatakan bahwa pada tolok ukur daya tumbuh dan vigor, memiliki hubungan dengan kulit benih kedelai yakni kedelai hitam lebih baik daya tumbuh dan vigornya dibanding kedelai kuning. Futura et al. (2002) mengemukakan bahwa kedelai hitam diketahui mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Hal tersebut menguatkan dugaan bahwa adanya antosianin menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi vigor benih.

Menurut hasil penelitian Jeppson (2000) pada Black chokeberry (Aronia melanocarpa), peningkatan aplikasi pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil sedangkan kandungan antosianin dan keasaman total menurun. Korelasi positif ditemukan antara tinggi tanaman dan hasil, antara tinggi tanaman dan indeks kematangan, dan antara kadar antosianin dan keasaman total. Korelasi negatif ditemukan antara tinggi tanaman dengan kandungan antosianin dan keasaman total. Produksi antosianin maksimum pertanaman diperoleh dengan dosis 50 kg N ha-1, 44 kg P ha-1, dan 100 kg K ha-1.

Vigor Daya Simpan Benih

Vigor daya simpan ialah suatu parameter vigor benih yang ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk dapat disimpan dalam keadaan suboptimum pula (Sadjad et al., 1999). Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting

yang mempengaruhi umur simpannya (Justice dan Bass, 2002). Menurut Copeland dan McDonald (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit, dan kadar air benih awal sedangkan faktor eksternal mencakup kemasan benih, komposisi gas, suhu, dan kelembaban ruang simpan.

Uji vigor benih yang termasuk dalam metode pengusangan buatan adalah metode Accelerated Ageing Test dan metode pengusangan cepat terkontrol (PCT). Controlled Deterioration merupakan metode pengujian vigor yang dapat menggambarkan daya simpan benih (Powell dan Matthews, 2005). Pada uji pengusangan Controlled Deterioration kadar air benih ditingkatkan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji pengusangan dan selanjutnya dipertahankan selama periode kemunduran (Wahyuni, 2011).

Menurut penelitian Wafiroh (2010) pada benih wijen, metode pengusangan cepat terkontrol dengan kadar air benih 20% dan lama penderaan 24 jam merupakan kondisi yang sesuai untuk menguji vigor lot benih di laboratorium. Metode pengusangan cepat terkontrol yang digunakan oleh Wahyuni (2011) pada suhu 41oC dengan kadar air 22% menunjukkan bahwa lama penderaan selama 48 jam merupakan perlakuan yang paling efektif untuk membedakan vigor ketahanan benih kedelai terhadap deraan suhu dan kadar air tinggi.

Hasil Penelitian Rodo dan Filho (2003) menyatakan bahwa penggunaan PCT dengan tingkat kadar air benih 24% dan periode penderaan 24 jam pada suhu 45oC dapat digunakan untuk mengetahui potensi fisiologi benih bawang. Hasil penelitian Demir dan Mavi (2008) pada benih mentimun (Cucumis sativus L.) menunjukkan bahwa kadar air benih 20% dan periode penderaan selama 48 jam pada suhu 45oC merupakan kondisi yang optimum untuk menguji vigor benih mentimun.

Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL) juga merupakan salah satu parameter yang dapat mengindikasikan vigor daya simpan benih. Sadjad (1994) mengemukakan adanya peningkatan daya hantar listrik menunjukkan telah terjadi kebocoran elektrolit. Semakin tinggi nilai DHL benih, berarti semakin besar

kebocoran elektrolit yang selanjutnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kemunduran benih. Hasil sebaliknya bila nilai DHL semakin rendah berarti tingkat kemunduran benih semakin kecil. Salah satu penyebab perbedaan permeabilitas kulit benih adalah adanya perbedaan karakter kandungan lignin setiap kultivar. Benih yang daya hantar listrik dan tingkat kebocoran kalium lebih rendah diduga mempunyai kandungan lignin lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marwanto (2003) pada benih kedelai. Kultivar kedelai yang kandungan lignin pada kulit benihnya lebih tinggi mempunyai daya simpan yang lebih baik.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari sampai Juli 2011. Penanaman benih kedelai dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Bogor. Pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Analisis kandungan antosianin dilakukan di Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai kuning Varietas Anjasmoro dan kedelai hitam Varietas Detam 1 yang diperoleh dari BB Biogen. Bahan lainnya yang diperlukan yakni pupuk kandang, pupuk urea, KCl, SP-36, kapur pertanian, Furadan 3G dengan bahan aktif karbofuron, plastik, substrat kertas merang, dan bahan-bahan kimia untuk analisis antosianin seperti aseton dan tris. Alat-alat yang digunakan meliputi alat-alat pertanian, water-bath, oven, timbangan digital, spektrofotometer UV-Vis, germinator tipe IPB 72-1, dan electric conductivity meter model 30.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama sebagai petak utama adalah varietas benih kedelai yang terdiri atas benih kedelai Varietas Anjasmoro (V1) dan Detam 1 (V2). Deskripsi varietas dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis pemupukan yang digunakan, yang terdiri dari tanpa pupuk (P0), pupuk N, P, dan K (P1), pupuk N dan P (P2), pupuk N dan K (P3), dan pupuk P dan K (P4). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan sebanyak 30 satuan percobaan.

Perlakuan pemupukan yang diberikan disusun menggunakan minus one test. Tujuan dari pengaplikasian minus one test pada perlakuan pemupukan adalah untuk mengetahui unsur yang menjadi faktor pembatas dalam pembentukan kandungan antosianin benih. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat kombinasi antara pemupukan N, P, dan K dengan menghilangkan salah satu unsur dari ketiga unsur tersebut sehingga didapatkan perlakuan yang memberikan hasil terendah. Perlakuan yang terdiri atas dua unsur yang memberikan hasil terendah memberikan indikasi bahwa unsur yang hilang merupakan faktor pembatas pembentukan kandungan antosianin benih.

Model statistik yang digunakan sebagai dasar analisis adalah sebagai berikut: Yijk = µ + αi + βj + ij + τk + (ατ)ik + ijk

Keterangan :

Yijk = pengaruh perlakuan varietas ke-i, kelompok ke-j, dan jenis pemupukan ke-k

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan varietas ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

τk = pengaruh jenis pemupukan ke-k

(ατ)ik = pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-i dan jenis pemupukan ke-k

ij = pengaruh galat percobaan pada perlakuan varietas ke-i dan kelompok ke-j

ijk = pengaruh galat percobaan perlakuan varietas ke-i, kelompok ke-j, dan jenis pemupukan ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F). Apabila hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Uji korelasi juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kandungan antosianin dengan vigor benih.

Pelaksanaan Penelitian Produksi Benih

Lahan diolah dan diberi pupuk kandang dengan dosis 3 ton ha-1 dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 ton ha-1. Setiap satuan percobaan ditanam

pada petak berukuran 2 m x 4.5 m. Jarak antar petak adalah 0.75 m. Perlakuan P0 merupakan kontrol yakni perlakuan tanpa pemupukan N, P, dan K. Perlakuan P1 merupakan perlakuan pemupukan N, P, dan K. Perlakuan P2 merupakan perlakuan pemupukan N dan P. Perlakuan P3 merupakan perlakuan pemupukan N dan K, dan perlakuan P4 merupakan perlakuan pemupukan P dan K. Pupuk N yang digunakan adalah urea dengan dosis 50 kg urea ha-1, pupuk P yang digunakan adalah SP-36 dengan dosis 150 kg SP-36 ha-1, pupuk K yang digunakan adalah KCl dengan dosis 100 kg KCl ha-1.

Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 20 cm dengan dua benih per lubang dan diberikan Furadan 3G sebagai insektisida. Pemupukan dilakukan pada saat penanaman. Perlakuan pemupukan diberikan pada alur yang dibuat 5 cm dari sisi baris penanaman benih. Penyulaman tidak dilakukan untuk menghindari tingkat kemasakan yang tidak seragam. Penyiangan dilakukan setiap minggu dan dilakukan pencabutan pada tanaman yang terserang penyakit. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologi. Kriteria panen pada kedua varietas dapat dilihat pada Tabel 1. Brangkasan kedelai yang telah dipanen dijemur di bawah matahari hingga polong mudah pecah atau biji kering rontok sekitar 3 - 4 hari. Benih dibersihkan dari kotoran dan sisa polong lainnya, kemudian dijemur kembali hingga kadar air 9 - 10% (Lampiran 3).

Tabel 1. Kriteria Panen Kedelai Varietas Anjasmoro dan Detam 1

Varietas Anjasmoro Varietas Detam 1

1. warna kulit polong coklat kekuningan

2. warna batang pada tanaman kuning keemasan

3. warna kulit benih kuning

1. warna kulit polong coklat gelap 2.warna batang pada tanaman kuning

kecoklatan

3. warna kulit benih hitam

Pengujian Kandungan Antosianin Benih

Pengujian kandungan antosianin benih dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan menggunakan aseton dan tris sebagai absorbannya (Sims dan Gamon, 2002). Sampel yang digunakan adalah benih hasil panen dengan kadar air 9 - 10% yang diambil secara acak. Bahan kimia acetris (aseton dan tris 1% pH 8 dengan perbandingan 85:15) digunakan sebagai pelarut ekstraksi. Cara

ekstraksinya adalah dengan melakukan penepungan pada sampel benih lalu setiap 3 g benih yang telah dihaluskan ditambahkan dengan 5 ml acetris, kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi dan disentrifugasi (14 000 rpm) selama 10 menit. Sebanyak 1 ml supernatan dimasukan ke dalam microtube dan selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 537 nm, 647 nm, dan 663 nm (Sims dan Gamon, 2002).

Pengujian Viabilitas Potensial dan Vigor Kekuatan Tumbuh

Pengujian mutu benih yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati Viabilitas Potensial (VP) dengan tolok ukur Daya Berkecambah (DB) dan Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dengan tolok ukur Kecepatan tumbuh (KCT) dan Indeks Vigor (IV).

Pengujian Vigor Daya Simpan

Pengusangan Cepat Terkontrol (PCT). Pengujian vigor daya simpan dilakukan dengan pengusangan cepat terkontrol, dengan menaikkan kadar air benih kedelai menjadi 22% melalui penambahan air. Benih kedelai sebanyak 100 butir benih untuk setiap satuan percobaan dan air yang telah ditentukan volumenya dimasukkan dalam kantong aluminium foil. Kantong alumunium ditutup rapat kemudian dibiarkan selama 24 jam pada suhu 5oC agar tercapai kadar air yang diinginkan. Benih kemudian diinkubasi dalam water-bath pada suhu 41oC selama 48 jam (Wahyuni, 2011). Benih yang telah diusangkan lalu dikecambahkan dengan metode Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdp) sebanyak 25 butir untuk setiap satuan percobaan pada germinator IPB 72-1, kemudian dilakukan pengamatan terhadap VPCT. Nilai VPCT menunjukkan persentase kecambah normal benih setelah didera dengan suhu dan kadar air tinggi. Perhitungan jumlah air yang ditambahkan adalah sebagai berikut:

W2 =100−A

100−B × W1

Keterangan: A = Kadar air benih berdasarkan bobot basah (%)

B = Kadar air benih yang diinginkan berdasarkan bobot basah (%) W1= Berat benih awal yang diketahui (g)

Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL). Menurut Sadjad et al. (1999) nilai DHL merupakan salah satu penduga vigor daya simpan benih. Pengujian ini dilakukan dengan membilas terlebih dahulu benih yang akan diuji dengan menggunakan aquabides, kemudian 50 butir benih ditimbang dan direndam pada 100 ml air bebas ion selama 24 jam. Air rendamannnya diukur dengan menggunakan alat electric conductivity meter, sebagai blanko digunakan air bebas ion yang juga telah disimpan di dalam glassjar selama 24 jam.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1) Pertumbuhan dan Produksi Benih

Peubah pertumbuhan diamati setiap minggu mulai dari 2 - 6 minggu setelah tanam (MST). Peubah yang diamati antara lain tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman, sedangkan peubah yang diamati untuk produksi benih antara lain bobot benih per tanaman dan bobot benih per petak.

2) Kandungan Antosianin Benih

Kandungan antosianin diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 537 nm, 647 nm, dan 663 nm (Sims dan Gamon, 2002). Rumus perhitungan kandungan antosianin adalah sebagai berikut: Antosianin= (0.08137 x A537) - (0.00697 x A647) – (0.002228 x A663)

Keterangan:

A537, A647, dan A663 : nilai absorban pada panjang gelombang masing-masing 537 nm, 647 nm, dan 663 nm.

3) Viabilitas Potensial Benih

Viabilitas potensial benih diukur dengan tolok ukur daya berkecambah. Persentase daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah persentase kecambah normal pada pengamatan pertama yang dilakukan pada hari ke-3 dan pengamatan kedua pada hari ke-5. Daya berkecambah (DB) diukur berdasarkan persentase kecambah normal.

DB % = KN I + KN II

Dokumen terkait