• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan N, P, dan K pada Dua Varietas Benih Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) terhadap Kandungan Antosianin dan Hubungannya dengan Vigor Benih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan N, P, dan K pada Dua Varietas Benih Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) terhadap Kandungan Antosianin dan Hubungannya dengan Vigor Benih."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA DUA

VARIETAS BENIH KEDELAI (

Glycine max

(L.) Merr.)

TERHADAP KANDUNGAN ANTOSIANIN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN VIGOR BENIH

SOPHIA FITRIESA

A24070079

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Sophia Fitriesa1, Maryati Sari2 , M.R. Suhartanto2 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24070079) 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract

The purpose of this research was to study the effect of N, P, and K fertilization on the content of anthocyanin and seed vigor on two soybean varieties in order to look for a correlation between them. The research was conducted at IPB Experiment Station in Leuwikopo and Seed Technology Laboratory AGH, IPB on Februari until July 2011. The design which used in this experiment is Split Plot Design. The first factor is soybean varieties (Anjasmoro and Detam 1). The second factor is NPK fertilization (no fertilizer, NPK, NP, NK, and PK). Observations included vegetative observations and production of seed, anthocyanin content of seed, seed viability, vigor of growth strength and storability vigor of the seeds. The result of this study showed that varieties effect on anthocyanin content of seed. Varieties Detam 1 shows the anthocyanin content is higher than Anjasmoro varieties.

Application of fertilizer effect on storability vigor of soybean seeds through controlled deterioration. Application of NPK and NK fertilizer give the highest value for storability vigor of the seeds (83.33% and 80.00%) higher than the lowest storability vigor of the seeds produced by no fertilizer treatment (61.33%). Electroconductivity is not affected by the provision of fertilizer and varieties but affected by the interaction of both. Correlation was not found between anthocyanin content and seed vigor.

(3)

RINGKASAN

SOPHIA FITRIESA. Pengaruh Pemupukan N, P, dan K pada Dua Varietas

Benih Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) terhadap Kandungan Antosianin dan Hubungannya dengan Vigor Benih. (Dibimbing oleh MARYATI SARI

dan M. R. SUHARTANTO).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan N, P, dan

K terhadap kandungan antosianin dan vigor benih pada dua varietas kedelai serta

keeratan hubungan antara kandungan antosianin benih dengan vigor benih.

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Laboratorium Ilmu

dan Teknologi Benih, serta Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi,

Institut Pertanian Bogor, pada bulan Februari sampai Juli 2011.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Petak

Terbagi (Split Plot Design) yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap

Teracak (RKLT). Faktor pertama sebagai petak utama adalah varietas benih

kedelai yang terdiri atas benih kedelai Varietas Anjasmoro (V1) dan benih kedelai

Varietas Detam 1 (V2). Faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis pemupukan

yang digunakan, yang terdiri dari tanpa pupuk (P0), pupuk N, P, dan K (P1),

pupuk N dan P (P2), pupuk N dan K (P3), serta pupuk P dan K (P4). Pupuk N

yang digunakan adalah urea dengan dosis 50 kg urea ha-1, pupuk P menggunakan

SP-36 dengan dosis 150 kg SP-36 ha-1, dan pupuk K menggunakan KCl dengan

dosis 100 kg KCl ha-1. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga

didapatkan sebanyak 30 satuan percobaan.

Penelitian ini terdiri atas dua tahap penelitian. Tahap pertama adalah

pelaksanaan produksi benih di lapang. Pengamatan pada tahap ini terdiri dari

komponen pertumbuhan vegetatif dan produksi benih. Tahap kedua merupakan

tahapan pengujian kandungan antosianin dan pengujian mutu benih di

laboratorium. Pengujian terhadap kandungan antosianin benih dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer yang menggunakan aseton dan tris sebagai

absorbannya. Pengujian mutu benih dilakukan untuk mengetahui viabilitas

(4)

(Controlled deterioration) dan pengujian Daya Hantar Listrik (DHL). Hasil

pengujian kandungan antosianin benih kemudian dikorelasikan dengan vigor daya

simpan benih.

Hasil pelaksanaan tahap I pada komponen vegetatif dan produksi benih

menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dan interaksi antara varietas dengan

pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah pengamatan.

Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (3 - 6 MST),

jumlah daun (2 - 3 MST), dan bobot benih per tanaman. Varietas Anjasmoro

menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot benih per tanaman yang

nyata lebih baik dibandingkan dengan Varietas Detam 1.

Hasil pelaksanaan tahap II terhadap mutu dan kandungan antosianin benih

menunjukkan bahwa pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas

potensial dan vigor kekuatan tumbuh benih tetapi berpengaruh nyata pada vigor

daya simpan melalui pengusangan cepat terkontrol. Pemupukan lengkap N, P, dan

K serta N dan K akan menghasilkan benih dengan vigor daya simpan yang nyata

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk, sedangkan pemupukan

N dan P serta P dan K tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk.

Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan antosianin benih. Varietas

Detam 1 memiliki kandungan antosianin yang nyata lebih tinggi dibandingkan

dengan Varietas Anjasmoro. Interaksi antara varietas dan pemupukan berpengaruh

nyata terhadap DHL. Pada Varietas Anjasmoro, kurangnya unsur K dalam

pemupukan menyebabkan tingginya nilai DHL yang menunjukkan tingginya

tingkat kebocoran elektrolit pada benih dan mengindikasikan vigor daya simpan

benih yang rendah. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa tidak ada

korelasi antara kandungan antosianin benih dengan vigor daya simpan benih baik

melalui metode pengusangan cepat terkontrol maupun dengan uji daya hantar

listrik.

(5)

VARIETAS BENIH KEDELAI (

Glycine max

(L.) Merr.)

TERHADAP KANDUNGAN ANTOSIANIN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN VIGOR BENIH

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

SOPHIA FITRIESA

A24070079

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul :

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA DUA

VARIETAS BENIH KEDELAI (

Glycine max

(L.) Merr.)

TERHADAP

KANDUNGAN

ANTOSIANIN

DAN

HUBUNGANNYA DENGAN VIGOR BENIH

Nama :

SOPHIA FITRIESA

NIM :

A24070079

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Maryati Sari, SP, MSi Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi NIP. 19700918 200003 2 001 NIP. 19630923 198811 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 September 1989 di Jakarta. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Syamsuri dan Ibu

Tilawati. Penulis lulus dari SDN Serua 6 Tangerang Selatan pada tahun 2001,

kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan SMP di SMPN 2

Pamulang. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Tangerang Selatan pada tahun

2007. Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama kuliah penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Pertanian pada tahun 2008 - 2009 sebagai staf Divisi Informasi dan

Komunikasi. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Dasar Ilmu dan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan yang setinggi-tingginya kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemupukan N, P, dan K pada Dua Varietas Benih Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) terhadap Kandungan Antosianin dan

Hubungannya dengan Vigor Benih”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap kandungan antosianin dan vigor benih

pada dua varietas kedelai serta keeratan hubungan antara kandungan antosianin

benih dengan vigor benih. Penulis menyadari apa yang telah penulis peroleh tidak

terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Maryati Sari, SP, MSi dan Dr. Ir. M. R. Suhartanto, MSi yang telah

membimbing penulis sejak awal penentuan topik hingga selesainya

penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Abdul Qadir, MS. selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji penulis

pada ujian skripsi dan telah memberikan banyak masukan yang bersifat

membangun atas perbaikan skripsi ini.

3. Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas do’a, perhatian, dukungan moril dan

materil serta kasih sayang yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. Eko Sulistyono, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bantuan, masukan, dan saran atas kemajuan akademik penulis.

5. Vicky, Elizabet, Dini, Pitri, Wiwid, dan teman-teman di keluarga besar AGH

44 atas kebersamaan, semangat, motivasi, dan bantuan selama penelitian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, penulis sampaikan terima kasih atas do’a, bantuan, dan persaudaraan yang telah terjalin. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Produksi Benih Kedelai ... 4

Pemupukan ... 5

Antosianin ... 8

Vigor Daya Simpan Benih ... 9

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Percobaan ... 12

Pelaksanaan Penelitian... 13

Pengamatan ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Benih ... 20

Viabilitas dan Vigor Benih yang Dihasilkan ... 23

Kandungan Antosianin ... 28

Hubungan antara Kandungan Antosianin dengan Vigor Daya Simpan Benih ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria Panen Kedelai Varietas Anjasmoro dan Detam 1... 14

2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Kedelai, Jenis Pemupukan, dan Interaksinya terhadap Pengamatan

Vegetatif dan Produksi Benih... 20

3. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Kedelai pada Berbagai Perlakuan Pemupukan... 21

4. Bobot Benih per Tanaman dan Bobot Benih per Petak pada Berbagai Perlakuan Varietas dan Pemupukan... 22

5. Mutu Fisiologi Benih Kedelai pada Berbagai Perlakuan

Varietas dan Pemupukan... 24

6. Interaksi Perlakuan Pemupukan dan Varietas pada Daya Hantar Listrik Benih Kedelai... 28

7. Kandungan Antosianin Benih Kedelai... 29

8. Nilai Korelasi Kandungan Antosianin dengan Vigor Daya

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro... 39

2. Deskripsi Kedelai Varietas Detam 1... 40

3. Kadar Air Benih Kedelai... 41

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas pangan

utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai industri pangan dan nonpangan. Industri pangan

berbahan baku kedelai berkembang pesat, beragam makanan hasil komoditi ini

sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan konsumsi kedelai untuk

bahan pangan masyarakat Indonesia dan pakan ternak meningkat setiap tahunnya.

Produksi kedelai di tahun 2010 sebesar 908 111 ton dan diperkirakan meningkat

pada tahun 2011 menjadi 934 003 ton, akan tetapi kenaikan produksi tersebut

masih belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang mencapai

2.2 juta ton per tahun (BPS, 2011). Hingga saat ini Indonesia masih tergantung

pada impor untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri. Dalam rangka

mewujudkan swasembada kedelai yang ditargetkan tercapai pada tahun 2015

perlu adanya peningkatan produksi melalui upaya-upaya seperti peningkatan luas

areal pertanaman (ekstensifikasi) dan juga penerapan teknologi budidaya kedelai

yang dapat meningkatkan produktivitasnya (intensifikasi).

Ketersediaan benih bermutu menjadi bagian penting dalam rangka

intensifikasi kedelai. Kurang tersedianya benih bermutu menjadi salah satu sebab

rendahnya rata-rata produktivitas kedelai. Kini rata-rata produktivitas kedelai

nasional baru mencapai 1.37 ton ha-1 (BPS, 2011), sementara potensi produksi

beberapa varietas unggul sebenarnya cukup tinggi misalnya Varietas Detam 1

mempunyai potensi produksi sebesar 3.5 ton ha-1, Detam 2 sebesar 3 ton ha-1,

Wilis sebesar 1.6 ton ha-1, Cikuray sebesar 1.7 ton ha-1, dan Anjasmoro sebesar

2.3 ton ha-1 (Balitkabi, 2008).

Cepatnya kemunduran benih merupakan masalah utama dalam produksi

benih (Copeland dan McDonald, 2001). Penyimpanan benih kedelai dengan kadar

air awal 8% pada ruang biasa dapat disimpan hingga tiga tahun tanpa menurunkan

perkecambahannya, sedangkan benih kedelai dengan kadar air awal lebih dari

12% daya kecambah akan turun menjadi 60% setelah disimpan satu tahun dan

(13)

benih kedelai sangat rendah, sehingga BPSB hanya menerapkan masa berlaku

label selama tiga bulan (Deptan, 2010). Permasalahan mengenai rendahnya daya

simpan benih kedelai menjadi hambatan dalam pengadaan benih bermutu dari

varietas unggul.

Salah satu yang diduga dapat menunda kemunduran benih adalah

keberadaan antosianin. Hasil penelitian Mitrowihardjo (1997) menunjukkan

bahwa antioksidan yaitu α-tocopherol dan butylated hydroxytoluene (BHT)

berpengaruh nyata pada kemunduran buatan dan kemunduran alami pada benih

kedelai. Antosianin merupakan salah satu jenis antioksidan. Futura et al. (2002)

menyatakan bahwa kedelai berkulit hitam mengandung banyak antosianin.

Menurut Purwanti (2004) vigor kedelai hitam lebih tinggi dibandingkan dengan

vigor kedelai kuning. Hal ini menguatkan dugaan bahwa kandungan antosianin

yang tinggi pada kedelai hitam dapat meningkatkan vigor daya simpan benih.

Hasil penelitian Pavla dan Pokluda (2008) pada buah kubis dan

mentimun, menunjukkan bahwa perbedaan pemupukan akan mempengaruhi

tingkat kapasitas antioksidan total. Penelitian mengenai hubungan antara

antioksidan dengan pemupukan juga dilakukan Mualim et al. (2009). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa produksi antosianin daun kolesom dipengaruhi

oleh pemupukan. Pemupukan N dan P (tanpa K) menghasilkan rata-rata produksi

antosianin daun kolesom terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Hal ini menunjukkan pada penelitian tersebut unsur K sebagai faktor pembatas

produksi antosianin daun kolesom. Pada penelitian ini akan dipelajari pengaruh

setiap unsur dalam pemupukan terhadap kandungan antioksidan, khususnya

antosianin serta melihat pengaruhnya terhadap vigor daya simpan benih kedelai.

Deteksi vigor dilakukan melalui metode pengusangan cepat terkontrol dan

pengujian daya hantar listrik. Metode pengusangan cepat terkontrol dipilih karena

menurut Powell dan Matthews (2005) dapat mengindikasikan vigor daya simpan

benih, sedangkan menurut Sadjad et al. (1999) pengujian daya hantar listrik juga

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan N, P, dan

K terhadap kandungan antosianin dan vigor benih pada dua varietas kedelai serta

keeratan hubungan antara kandungan antosianin benih dengan vigor benih.

Hipotesis

1. Terdapat variasi kandungan antosianin dan vigor benih pada kedua varietas

kedelai.

2. Terdapat variasi kandungan antosianin dan vigor benih pada perlakuan

pemupukan yang berbeda.

3. Terdapat interaksi antara pengaruh varietas dan pemupukan terhadap vigor

dan kandungan antosianin benih kedelai.

4. Terdapat korelasi positif antara kandungan antosianin dengan tingkat vigor

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Produksi Benih Kedelai

Tanaman kedelai sangat sesuai dan tumbuh optimal dengan produktivitas

maksimal (sekitar 2 ton ha-1 biji kering) jika ditanam di wilayah yang memiliki

ketinggian tempat 1 - 700 m di atas permukaan laut (Sumarno dan Manshuri,

2007). Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan bagi tanaman kedelai, curah hujan

rata-rata untuk kedelai adalah 1 000 – 1 500 mm tahun-1 (Arsyad dan Syam,

1998). Pertumbuhan kedelai optimal pada suhu antara 25 - 27oC, kelembaban

udara rata-rata 65%, penyinaran matahari 12 jam hari-1 (Rukmana dan Yuniarsih,

1996). Sumarno dan Manshuri (2007) menyatakan bahwa faktor kesuburan tanah

(solum, tekstur, pH, ketersediaan hara, kelembaban tanah, bahan organik dalam

tanah, drainase dan aerasi tanah, serta mikroba tanah) juga menjadi faktor

penentu.

Penggunaan benih bermutu tinggi merupakan salah satu persyaratan

mutlak dalam budidaya tanaman kedelai terutama untuk mencapai populasi

tanaman yang optimal (350 000 – 500 000 tanaman ha-1), pertumbuhan yang

seragam, dan produksi yang tinggi. Kebutuhan benih kedelai yaitu 40 - 60 kg ha-1,

bergantung pada ukuran biji (Irawan dan Sunandar, 2009).

Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga dua kali (tergantung kondisi

tanah). Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu

ditambahkan dengan rhizobium, apabila tidak tersedia inokulan rhizobium (seperti

Rhizoplus atau Legin) dapat digunakan tanah bekas tanaman kedelai yang

ditaburkan pada barisan tanaman. Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan

air ke areal pertanaman guna menjaga kelembaban tanah agar pertumbuhan

tanaman kedelai optimal (Irawan dan Sunandar, 2009). Tanaman kedelai

memerlukan air sekitar 300 - 450 mm selama masa pertumbuhannya. Bila air

tidak tersedia, pertumbuhan kedelai akan mengalami empat tahap fase kritis, yaitu

selama fase pertumbuhan awal, saat berbunga, pembentukan polong, dan

pengisian biji. Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 30 – 35 hari. Bila

kondisinya masih kurang baik, maka penyiangan dilakukan lagi pada umur

(16)

saat tanam dengan cara larikan di samping tanaman dengan jarak sekitar 5 - 7 cm

dengan dosis 25 kg urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1, selain itu

juga diperlukan pupuk kandang sebanyak 2 - 5 ton ha-1 dan kaptan (kapur) pada

pra tanam sebanyak 1 000 kg ha-1 (Balai Penelitian Tanah, 2010).

Roguing yang merupakan teknik untuk menjaga kemurnian varietas

dilakukan sebanyak tiga kali yakni pertama pada fase juvenil (tanaman muda)

yang dilakukan pada saat tanaman berumur 15 – 20 HST dengan melakukan

pemeriksaan terhadap keseragaman warna hipokotil, kedua pada saat awal

berbunga dengan melakukan pemeriksaan terhadap warna bunga, warna batang,

bentuk percabangan, bulu pada batang, dan waktu berbunga, ketiga pada saat fase

masak fisiologi dengan melakukan pemeriksaan terhadap warna dan bentuk

polong (Rahayu et al., 2009).

Pemanenan dilakukan dengan kriteria panen yaitu sebagian daun telah

kering dan menguning, batang berwarna kuning sampai coklat, polong mengering

dengan warna kuning sampai coklat serta kadar air telah mencapai 18 – 20%.

Brangkasan kedelai yang baru dipanen dijemur di bawah matahari hingga kadar

airnya 15% selama 3 - 4 hari. Brangkasan yang telah kering dipukul hingga calon

benih terpisah dari batang dan kotoran lainnya (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama

6 - 10 bulan adalah tidak lebih dari 11% (Purwanti, 2004).

Pemupukan

Pupuk Nitrogen

Tanaman kedelai memerlukan 16 nutrisi untuk pertumbuhan dan produksi

benih. Tingkat nutrisi sangat membatasi pertumbuhan tanaman dan hasil biji yang

optimum. Kebutuhan N tanaman kedelai dapat mencapai 92 g (kg biji)-1 untuk

hasil biji yang optimum. Penggunaan N oleh tanaman kedelai dari berbagai

sumber, termasuk materi organik tanah termineralisasi, penambatan N secara

simbiosis, dan N dari jaringan tanaman. Sebagai tanaman musiman, kedelai

menyerap N, P, dan K dalam jumlah yang relatif besar, sehingga untuk setiap

hektar pertanaman kedelai jumlah N yang digunakan lebih besar daripada

(17)

Avivi (2005) menunjukkan bahwa pemupukan NPK dengan setengah kali dosis

pupuk normal atau 0.437 g per tanaman mampu meningkatkan pertumbuhan

tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman, tetapi tidak untuk peubah

pertumbuhan dan produksi yang lain.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan

bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Namun bila terlalu

banyak dapat menghambat tumbuhnya bunga dan pembuahan pada tanaman

(Anwar, 2008). Penambahan pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan N total

tanah dalam berbagai bentuk anorganik seperti NH4+ atau NH3 atau NO3-

(Syukur dan Harsono, 2008). Pupuk, tumbuhan yang mati, mikroorganisme, dan

hewan, merupakan sumber penting nitrogen yang dikembalikan ke tanah, tapi

sebagian besar nitrogen tersebut tidak larut dan tidak segera tersedia bagi

tumbuhan. Hampir semua tanah mengandung sedikit asam amino yang dihasilkan

terutama dari perombakan bahan organik oleh mikroba, tapi juga dari pengeluaran

dari akar (Salisbury dan Ross, 1995).

Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2.

Pupuk ini merupakan pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter sekitar

1 mm), mempunyai kadar N 45 - 46%. Urea larut sempurna dalam air dan tidak

mengasamkan tanah (Hasibuan, 2008).

Pupuk Fosfor

Fosfor merupakan salah satu unsur yang esensial bagi tanaman yang

berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur fosfor

umumnya diserap tanaman sebagai orto fosfat primer (H2PO4) atau sekunder

(HPO4). Kemasaman tanah sangat menentukan rasio serapan kedua bentuk fosfor

tersebut (Salisbury dan Ross, 1995). Fungsi unsur fosfat antara lain merangsang

perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan,

mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi dari biji (Suprapto, 1999).

Salah satu fungsi P adalah mempercepat terjadinya pembelahan sel

(Hardjowigeno, 2003). Cepatnya pembelahan sel pada jaringan meristematik

(18)

pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, cepatnya pembelahan

sel pada jaringan meristematik bagian ke arah pembentukan batang (bagian atas

tanaman) akan menyebabkan pembentukan dan perkembangan batang dan daun

kecambah tanaman lebih cepat.

Pasaribu dan Suprapto (1983) menyatakan bahwa diantara tiga unsur hara

penting (N, P, dan K), pemberian unsur fosfor sering menunjukkan pengaruh yang

nyata pada tanaman kedelai. Hasil percobaan pemupukan fosfor terhadap tanaman

kedelai menunjukkan bahwa pemberian unsur fosfor nyata meningkatkan hasil

kedelai per hektar. Ketersediaan fosfor yang cukup menyebabkan aktivitas

metabolisme tanaman meningkat dan salah satu diantaranya adalah proses

fotosintesis. Polakitan et al. (2004) melaporkan bahwa jika tanaman kahat hara P,

maka gejala yang ditunjukkan yaitu daun mengalami klorosis, ujung daun

mengalami nekrosis, serta warna daun dan batang menjadi ungu pada

bagian-bagian tanaman.

Pupuk Kalium

Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+. Penambahan K ke

dalam tanah dilakukan dalam bentuk pupuk yang larut dalam air, yaitu KCl,

K2SO4, KNO3, dan K-Mg-Sulfat (Leiwakabessy, 1988). Peranan K dalam tanaman

adalah sebagai aktivator beberapa enzim, mentranslokasi hasil asimilasi, dan

berperan dalam pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Ketersediaan dan

penyerapan K yang cukup, menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap serangan

penyakit, merangsang pertumbuhan akar, sehingga akar tanaman dapat berpijak

dengan kuat ke tanah, meningkatkan penyerapan hara, air dan mineral yang

dibutuhkan oleh tanaman (Soepardi, 1983).

Pupuk KCl (Kalium Khlorida) mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi

agak asam, dan bersifat higroskopis, khlor berpengaruh negatif pada tanaman

yang tidak membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau (Novizan,

2007). Unsur hara kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses

metabolisme tanaman, seperti: (1) meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi

kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi

(19)

meningkatkan serapan N dan sintesis protein (Havlin et al., 1999). Bila

ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu dan

tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan. Suyamto et al. (1994)

menyatakan bahwa pada tanaman kedelai gejala kekahatan kalium ditunjukkan

oleh adanya pertumbuhan tanaman yang terhambat. Mulai umur 21 - 25 hari daun

tua menguning selanjutnya gejala menguning meluas ke daun-daun muda

sehingga hasilnya sangat rendah.

Antosianin

Antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air, berwarna jingga,

merah, dan biru yang tergabung dalam kelompok besar pigmen flavanoid

(Sudiatsa, 2001). Flavanoid biasanya terikat pada sel epidermis dan terhimpun

pada vakuola tengah maupun disintesis di luar vakuola (Salisbury dan Ross,

1995). Flavanoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar dan terdapat

dalam semua tumbuhan hijau kecuali alga. Secara struktur flavanoid merupakan

turunan dari flavon dan biasanya terdiri dari beberapa bagian. Telah ada sepuluh

kelompok flavanoid yang dikenali. Flavanoid pada umumnya dapat larut dalam

air (Harbone, 1984). Flavanoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk

akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah buni, dan biji. Menurut

Salisbury dan Ross (1995), flavanoid mampu menyerap cahaya tampak dan

membuatnya berwarna.

Fungsi antosianin dalam tanaman adalah dalam hal resistensi terhadap

penyakit (Salisbury dan Ross, 1995), sedangkan bagi manusia antosianin mampu

menghambat pertumbuhan sel kanker diantaranya sel kanker perut, usus besar,

kanker payudara, dan kanker paru-paru (Zhang et al., 2005). Kemampuan

antosianin dalam mencegah reaksi oksidasi membuatnya sangat baik untuk

mencegah aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) dan sangat efektif dalam

penyembuhan penyakit diabetes dan komplikasinya. Antosianin juga

dimanfaatkan dalam pembuatan suplemen nutrisi karena memiliki banyak dampak

positif bagi kesehatan manusia. Antosianin juga banyak digunakan di industri

(20)

Antioksidan diduga berguna untuk mempertahankan viabilitas benih

karena memiliki kemampuan untuk mengurangi efek radikal bebas yang terbentuk

selama benih dalam penyimpanan. Hasil penelitian Agustin (2010) menyatakan

bahwa kandungan antosianin pada seed coat kedelai bervariasi dengan kisaran

kandungan tertinggi pada Varietas Detam 1 yaitu 0.112 nmol cm-2 hingga

terendah pada Varietas Anjasmoro yaitu 0.011 nmol cm-2. Dalam penelitian

tersebut disimpulkan bahwa terdapat korelasi nyata antara kandungan antosianin

dengan daya hantar listrik yang menunjukkan korelasi negatif dan erat (r = -0.65),

artinya semakin besar kandungan antosianinnya maka semakin rendah daya hantar

listriknya atau sebaliknya. Semakin rendah daya hantar listrik mengindikasikan

vigor daya simpan yang makin baik. Menurut Agustin (2010) kandungan

antosianin yang bervariasi pada berbagai varietas kedelai tidak berkolerasi dengan

ketahanan benih terhadap pengusangan cepat. Sebaliknya, Purwanti (2004)

menyatakan bahwa pada tolok ukur daya tumbuh dan vigor, memiliki hubungan

dengan kulit benih kedelai yakni kedelai hitam lebih baik daya tumbuh dan

vigornya dibanding kedelai kuning. Futura et al. (2002) mengemukakan bahwa

kedelai hitam diketahui mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Hal

tersebut menguatkan dugaan bahwa adanya antosianin menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi vigor benih.

Menurut hasil penelitian Jeppson (2000) pada Black chokeberry (Aronia

melanocarpa), peningkatan aplikasi pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan

vegetatif dan hasil sedangkan kandungan antosianin dan keasaman total menurun.

Korelasi positif ditemukan antara tinggi tanaman dan hasil, antara tinggi tanaman

dan indeks kematangan, dan antara kadar antosianin dan keasaman total. Korelasi

negatif ditemukan antara tinggi tanaman dengan kandungan antosianin dan

keasaman total. Produksi antosianin maksimum pertanaman diperoleh dengan

dosis 50 kg N ha-1, 44 kg P ha-1, dan 100 kg K ha-1.

Vigor Daya Simpan Benih

Vigor daya simpan ialah suatu parameter vigor benih yang ditunjukkan

dengan kemampuan benih untuk dapat disimpan dalam keadaan suboptimum pula

(21)

yang mempengaruhi umur simpannya (Justice dan Bass, 2002). Menurut

Copeland dan McDonald (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas

benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor

internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit, dan kadar

air benih awal sedangkan faktor eksternal mencakup kemasan benih, komposisi

gas, suhu, dan kelembaban ruang simpan.

Uji vigor benih yang termasuk dalam metode pengusangan buatan adalah

metode Accelerated Ageing Test dan metode pengusangan cepat terkontrol (PCT).

Controlled Deterioration merupakan metode pengujian vigor yang dapat

menggambarkan daya simpan benih (Powell dan Matthews, 2005). Pada uji

pengusangan Controlled Deterioration kadar air benih ditingkatkan terlebih

dahulu sebelum dilakukan uji pengusangan dan selanjutnya dipertahankan selama

periode kemunduran (Wahyuni, 2011).

Menurut penelitian Wafiroh (2010) pada benih wijen, metode

pengusangan cepat terkontrol dengan kadar air benih 20% dan lama penderaan

24 jam merupakan kondisi yang sesuai untuk menguji vigor lot benih di

laboratorium. Metode pengusangan cepat terkontrol yang digunakan oleh

Wahyuni (2011) pada suhu 41oC dengan kadar air 22% menunjukkan bahwa lama

penderaan selama 48 jam merupakan perlakuan yang paling efektif untuk

membedakan vigor ketahanan benih kedelai terhadap deraan suhu dan kadar air

tinggi.

Hasil Penelitian Rodo dan Filho (2003) menyatakan bahwa penggunaan

PCT dengan tingkat kadar air benih 24% dan periode penderaan 24 jam pada suhu

45oC dapat digunakan untuk mengetahui potensi fisiologi benih bawang. Hasil

penelitian Demir dan Mavi (2008) pada benih mentimun (Cucumis sativus L.)

menunjukkan bahwa kadar air benih 20% dan periode penderaan selama 48 jam

pada suhu 45oC merupakan kondisi yang optimum untuk menguji vigor benih

mentimun.

Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL) juga merupakan salah satu

parameter yang dapat mengindikasikan vigor daya simpan benih. Sadjad (1994)

mengemukakan adanya peningkatan daya hantar listrik menunjukkan telah terjadi

(22)

kebocoran elektrolit yang selanjutnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

kemunduran benih. Hasil sebaliknya bila nilai DHL semakin rendah berarti

tingkat kemunduran benih semakin kecil. Salah satu penyebab perbedaan

permeabilitas kulit benih adalah adanya perbedaan karakter kandungan lignin

setiap kultivar. Benih yang daya hantar listrik dan tingkat kebocoran kalium lebih

rendah diduga mempunyai kandungan lignin lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Marwanto (2003) pada benih kedelai. Kultivar kedelai yang

kandungan lignin pada kulit benihnya lebih tinggi mempunyai daya simpan yang

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari sampai Juli 2011.

Penanaman benih kedelai dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Bogor.

Pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,

Departemen Agronomi dan Hortikultura. Analisis kandungan antosianin

dilakukan di Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi, Departemen

Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai kuning Varietas

Anjasmoro dan kedelai hitam Varietas Detam 1 yang diperoleh dari BB Biogen.

Bahan lainnya yang diperlukan yakni pupuk kandang, pupuk urea, KCl, SP-36,

kapur pertanian, Furadan 3G dengan bahan aktif karbofuron, plastik, substrat

kertas merang, dan bahan-bahan kimia untuk analisis antosianin seperti aseton dan

tris. Alat-alat yang digunakan meliputi alat-alat pertanian, water-bath, oven,

timbangan digital, spektrofotometer UV-Vis, germinator tipe IPB 72-1, dan

electric conductivity meter model 30.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design)

yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga

ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama sebagai petak utama

adalah varietas benih kedelai yang terdiri atas benih kedelai Varietas Anjasmoro

(V1) dan Detam 1 (V2). Deskripsi varietas dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis pemupukan yang digunakan,

yang terdiri dari tanpa pupuk (P0), pupuk N, P, dan K (P1), pupuk N dan P (P2),

pupuk N dan K (P3), dan pupuk P dan K (P4). Setiap perlakuan diulang sebanyak

(24)

Perlakuan pemupukan yang diberikan disusun menggunakan minus one

test. Tujuan dari pengaplikasian minus one test pada perlakuan pemupukan adalah

untuk mengetahui unsur yang menjadi faktor pembatas dalam pembentukan

kandungan antosianin benih. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat

kombinasi antara pemupukan N, P, dan K dengan menghilangkan salah satu unsur

dari ketiga unsur tersebut sehingga didapatkan perlakuan yang memberikan hasil

terendah. Perlakuan yang terdiri atas dua unsur yang memberikan hasil terendah

memberikan indikasi bahwa unsur yang hilang merupakan faktor pembatas

pembentukan kandungan antosianin benih.

Model statistik yang digunakan sebagai dasar analisis adalah sebagai

berikut: Yijk = µ + αi + βj + ij + τk + (ατ)ik + ijk

Keterangan :

Yijk = pengaruh perlakuan varietas ke-i, kelompok ke-j, dan jenis pemupukan

ke-k

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan varietas ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j

τk = pengaruh jenis pemupukan ke-k

(ατ)ik = pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-i dan jenis pemupukan ke-k

ij = pengaruh galat percobaan pada perlakuan varietas ke-i dan kelompok ke-j

ijk = pengaruh galat percobaan perlakuan varietas ke-i, kelompok ke-j, dan

jenis pemupukan ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F). Apabila

hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka pengujian

dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan

5%. Uji korelasi juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kandungan

antosianin dengan vigor benih.

Pelaksanaan Penelitian

Produksi Benih

Lahan diolah dan diberi pupuk kandang dengan dosis 3 ton ha-1 dan

(25)

pada petak berukuran 2 m x 4.5 m. Jarak antar petak adalah 0.75 m. Perlakuan P0

merupakan kontrol yakni perlakuan tanpa pemupukan N, P, dan K. Perlakuan P1

merupakan perlakuan pemupukan N, P, dan K. Perlakuan P2 merupakan

perlakuan pemupukan N dan P. Perlakuan P3 merupakan perlakuan pemupukan N

dan K, dan perlakuan P4 merupakan perlakuan pemupukan P dan K. Pupuk N

yang digunakan adalah urea dengan dosis 50 kg urea ha-1, pupuk P yang

digunakan adalah SP-36 dengan dosis 150 kg SP-36 ha-1, pupuk K yang

digunakan adalah KCl dengan dosis 100 kg KCl ha-1.

Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 20 cm dengan dua benih per

lubang dan diberikan Furadan 3G sebagai insektisida. Pemupukan dilakukan pada

saat penanaman. Perlakuan pemupukan diberikan pada alur yang dibuat 5 cm dari

sisi baris penanaman benih. Penyulaman tidak dilakukan untuk menghindari

tingkat kemasakan yang tidak seragam. Penyiangan dilakukan setiap minggu dan

dilakukan pencabutan pada tanaman yang terserang penyakit. Pemanenan

dilakukan saat masak fisiologi. Kriteria panen pada kedua varietas dapat dilihat

pada Tabel 1. Brangkasan kedelai yang telah dipanen dijemur di bawah matahari

hingga polong mudah pecah atau biji kering rontok sekitar 3 - 4 hari. Benih

dibersihkan dari kotoran dan sisa polong lainnya, kemudian dijemur kembali

hingga kadar air 9 - 10% (Lampiran 3).

Tabel 1. Kriteria Panen Kedelai Varietas Anjasmoro dan Detam 1

Varietas Anjasmoro Varietas Detam 1

1. warna kulit polong coklat kekuningan

2. warna batang pada tanaman kuning keemasan

3. warna kulit benih kuning

1. warna kulit polong coklat gelap 2.warna batang pada tanaman kuning

kecoklatan

3. warna kulit benih hitam

Pengujian Kandungan Antosianin Benih

Pengujian kandungan antosianin benih dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer dengan menggunakan aseton dan tris sebagai absorbannya (Sims

dan Gamon, 2002). Sampel yang digunakan adalah benih hasil panen dengan

kadar air 9 - 10% yang diambil secara acak. Bahan kimia acetris (aseton dan tris

(26)

ekstraksinya adalah dengan melakukan penepungan pada sampel benih lalu setiap

3 g benih yang telah dihaluskan ditambahkan dengan 5 ml acetris, kemudian

dimasukan ke dalam tabung reaksi dan disentrifugasi (14 000 rpm) selama

10 menit. Sebanyak 1 ml supernatan dimasukan ke dalam microtube dan

selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 537 nm,

647 nm, dan 663 nm (Sims dan Gamon, 2002).

Pengujian Viabilitas Potensial dan Vigor Kekuatan Tumbuh

Pengujian mutu benih yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk

mengamati Viabilitas Potensial (VP) dengan tolok ukur Daya Berkecambah (DB)

dan Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dengan tolok ukur Kecepatan tumbuh (KCT)

dan Indeks Vigor (IV).

Pengujian Vigor Daya Simpan

Pengusangan Cepat Terkontrol (PCT). Pengujian vigor daya simpan

dilakukan dengan pengusangan cepat terkontrol, dengan menaikkan kadar air

benih kedelai menjadi 22% melalui penambahan air. Benih kedelai sebanyak

100 butir benih untuk setiap satuan percobaan dan air yang telah ditentukan

volumenya dimasukkan dalam kantong aluminium foil. Kantong alumunium

ditutup rapat kemudian dibiarkan selama 24 jam pada suhu 5oC agar tercapai

kadar air yang diinginkan. Benih kemudian diinkubasi dalam water-bath pada

suhu 41oC selama 48 jam (Wahyuni, 2011). Benih yang telah diusangkan lalu

dikecambahkan dengan metode Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdp)

sebanyak 25 butir untuk setiap satuan percobaan pada germinator IPB 72-1,

kemudian dilakukan pengamatan terhadap VPCT. Nilai VPCT menunjukkan

persentase kecambah normal benih setelah didera dengan suhu dan kadar air

tinggi. Perhitungan jumlah air yang ditambahkan adalah sebagai berikut:

W2 =100−A

100−B × W1

Keterangan: A = Kadar air benih berdasarkan bobot basah (%)

B = Kadar air benih yang diinginkan berdasarkan bobot basah (%)

W1= Berat benih awal yang diketahui (g)

(27)

Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL). Menurut Sadjad et al. (1999)

nilai DHL merupakan salah satu penduga vigor daya simpan benih. Pengujian ini

dilakukan dengan membilas terlebih dahulu benih yang akan diuji dengan

menggunakan aquabides, kemudian 50 butir benih ditimbang dan direndam pada

100 ml air bebas ion selama 24 jam. Air rendamannnya diukur dengan

menggunakan alat electric conductivity meter, sebagai blanko digunakan air bebas

ion yang juga telah disimpan di dalam glassjar selama 24 jam.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Pertumbuhan dan Produksi Benih

Peubah pertumbuhan diamati setiap minggu mulai dari 2 - 6 minggu

setelah tanam (MST). Peubah yang diamati antara lain tinggi tanaman dan

jumlah daun per tanaman, sedangkan peubah yang diamati untuk produksi

benih antara lain bobot benih per tanaman dan bobot benih per petak.

2) Kandungan Antosianin Benih

Kandungan antosianin diukur dengan menggunakan spektrofotometer

pada panjang gelombang 537 nm, 647 nm, dan 663 nm (Sims dan Gamon,

2002). Rumus perhitungan kandungan antosianin adalah sebagai berikut:

Antosianin= (0.08137 x A537) - (0.00697 x A647) – (0.002228 x A663)

Keterangan:

A537, A647, dan A663 : nilai absorban pada panjang gelombang masing-masing

537 nm, 647 nm, dan 663 nm.

3) Viabilitas Potensial Benih

Viabilitas potensial benih diukur dengan tolok ukur daya berkecambah.

Persentase daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah persentase

kecambah normal pada pengamatan pertama yang dilakukan pada hari ke-3

dan pengamatan kedua pada hari ke-5. Daya berkecambah (DB) diukur

(28)

DB % = KN I + KN II

benih yang ditanam× 100%

Keterangan:

∑ KN I : Jumlah kecambah normal pengamatan pertama (3 HST)

∑ KN II : Jumlah kecambah normal pengamatan kedua (5 HST)

4) Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)

Vigor Kekuatan Tumbuh yang diamati pada penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

a. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh merupakan tolok ukur untuk mengetahui vigor

kekuatan tumbuh. Pengamatan kecepatan tumbuh dilakukan setiap hari dan

dihitung dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal

pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum. Kecepatan

tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus:

KCT = di

5

i=0

Keterangan:

KCT : kecepatan tumbuh

i : kurun waktu perkecambahan (etmal)

di : tambahan persentase kecambah normal setiap etmal (1 etmal= 24 jam)

b. Indeks Vigor (IV)

Indeks vigor dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada

hitungan pertama.

IV % = KN hitungan I

benih yang ditanam× 100%

5) Vigor Daya Simpan (VDS)

Vigor daya simpan benih diamati dengan tolok ukur sebagai berikut:

a. Viabilitas setelah Pengusangan Cepat Terkontrol (VPCT)

VPCT adalah persentase kecambah normal pada hitungan pertama dan

(29)

metode pengusangan cepat terkontrol pada suhu 41oC, kadar air 22%, dan

lama penderaan 48 jam.

b. Daya Hantar Listrik (DHL)

Nilai DHL merupakan salah satu tolok ukur untuk menentukan vigor

daya simpan berdasarkan pada bocoran elektrolit dari benih, nilai ini

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanaman kedelai dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB,

Darmaga, Bogor. Masa penelitian di lapang dilakukan selama tiga bulan mulai

dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2011. Benih kedelai yang ditanam

menggunakan benih kuning Varietas Anjasmoro dan benih hitam Varietas

Detam 1. Perlakuan pemupukan terdiri atas perlakuan tanpa pemupukan, N, P,

dan K, N dan P, N dan K, serta P dan K. Pupuk N yang digunakan adalah urea

dengan dosis 50 kg urea ha-1, pupuk P menggunakan SP-36 dengan dosis

150 kg SP-36 ha-1, dan pupuk K menggunakan KCl dengan dosis 100 kg KCl ha-1,

dosis ini didasarkan atas rekomendasi Balai Penelitian Tanah (2010). Musim

hujan berlangsung selama penelitian, sehingga di daerah penelitian masih

mendapatkan curah hujan yang tinggi. Penyiraman hanya dilakukan selama

beberapa hari setelah tanam.

Pengendalian gulma di lahan penelitian dilakukan secara manual. Gulma

yang banyak ditemui di lapang antara lain: (1) rumput: Axonopus compressus,

(2) gulma berdaun lebar: Mimosa pudica, Ageratum conyzoides, Caladium sp,

Oxalis barrelieri, dan Cleome rutidospermae. Hama yang menyerang tanaman

kedelai selama penelitian antara lain belalang (terutama dari jenis Valanga sp.),

kepik hijau (Nezara viridula) dan kepik polong (Riptortus linearis). Selama

pertanaman ditemukan juga penyakit seperti karat daun dan virus mosaik kuning.

Serangan hama cukup sedikit dan tidak mengganggu pertanaman secara luas

sehingga tidak dilakukan penyemprotan hama sedangkan untuk penyakit

dilakukan pencabutan pada tanaman yang terserang.

Pengamatan keadaan vegetatif tanaman di lahan dimulai saat 2 MST dan

pengamatan berakhir saat tanaman memasuki masa generatif (6 MST). Tanaman

kedelai mulai berbunga pada 35 HST, hal ini sesuai dengan deskripsi varietas

(Balitkabi, 2005). Panen dilakukan ketika telah mencapai masak fisiologi

berdasarkan kriteria tertentu (Tabel 1). Pemanenan dilakukan sebanyak dua kali

karena tingkat kemasakan antar petak tidak sama, panen pertama dilakukan pada

85 HST sedangkan panen kedua dilakukan pada 91 HST. Pada Varietas

(31)

varietas (Balitkabi, 2005), yakni 82.5 - 92.5 HST, akan tetapi pada Varietas

Detam 1 hal ini melebihi umur panen yang seharusnya 82 HST. Pengamatan

dilakukan terhadap komponen pertumbuhan vegetatif dan produksi benih serta

mutu benih yang dihasilkan, termasuk kandungan antosianin yang diduga

berkorelasi dengan vigor daya simpan benih.

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Benih

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi benih

dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan

dan interaksi antara varietas dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap

seluruh peubah pengamatan. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman (3 - 6 MST), jumlah daun (2 - 3 MST), dan bobot benih per tanaman.

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Kedelai, Jenis Pemupukan, dan Interaksinya terhadap Pengamatan Vegetatif dan Produksi Benih

Peubah pengamatan Perlakuan KK (%)

V P V * P

Tinggi tanaman

2 MST tn tn tn 4.67

3 MST * tn tn 5.78

4 MST * tn tn 10.63

5 MST * tn tn 10.02

6 MST * tn tn 10.78

Jumlah daun

2 MST * tn tn 15.17

3 MST ** tn tn 9.08

4 MST tn tn tn 12.21

5 MST tn tn tn 18.22

6 MST tn tn tn 17.34

Bobot benih per tanaman * tn tn 11.72

Bobot benih per petak tn tn tn 24.61

Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% * = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% ** = nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%

V = Varietas; P= Pemupukan; V*P=Interaksi antar faktor KK= Koefisien keragaman

Perbedaan yang terdapat antara Varietas Anjasmoro dan Detam 1 dalam

penelitian ini terkait dengan sifat genetik antar varietas yang berbeda-beda dan

(32)

varietasnya masing-masing (Lampiran 1 dan 2). Perbedaan varietas dimaksudkan

terutama untuk mengetahui faktor-faktor yang belum ada pada deskripsi terkait

vigor daya simpan benih dan kandungan antosianin serta ada atau tidaknya

interaksi perlakuan pemupukan dengan varietas terhadap peubah-peubah yang

diamati.

Pertumbuhan tanaman terjadi karena adanya proses-proses pembelahan sel

dan pemanjangan sel. Proses-proses tersebut memerlukan karbohidrat dalam

jumlah besar. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil

suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuhnya. Salah satu faktor

lingkungan tumbuh yang penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan

unsur hara dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pengaruh

perlakuan pemupukan terhadap komponen pertumbuhan kedelai disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Kedelai pada Berbagai Perlakuan Pemupukan

Perlakuan pemupukan

Umur tanaman (minggu setelah tanam)

2 3 4 5 6

---Tinggi tanaman (cm)---

Tanpa pupuk 10.63 15.28 29.65 39.91 51.75

N, P, dan K 10.89 15.44 30.77 41.89 54.46

N dan P 10.46 15.66 30.75 41.45 52.04

N dan K 10.60 15.10 28.66 38.97 51.36

P dan K 10.40 15.03 26.89 36.53 47.64

---Jumlah daun (helai)---

Tanpa pupuk 1.40 2.98 5.84 9.17 13.77

N, P, dan K 1.53 2.99 5.91 9.96 14.54

N dan P 1.54 3.08 6.12 9.88 13.65

N dan K 1.36 2.93 5.78 8.92 12.71

P dan K 1.57 2.96 5.72 8.85 13.12

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada komponen pengamatan

vegetatif yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun mulai dari awal pertumbuhan

sampai dengan akhir masa vegetatif secara umum meningkat. Hal ini

menunjukkan bahwa semua perlakuan pemupukan pada petak perlakuan mampu

mendukung masa vegetatif tanaman kedelai. Perlakuan pemupukan tidak

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini diduga

(33)

tanaman, terutama untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman dan

penambahan jumlah daun. Ketersediaan hara yang cukup di dalam tanah sebelum

penanaman diduga menjadi penyebab tidak adanya respon yang cukup nyata pada

perlakuan pemupukan yang berbeda.

Masing-masing unsur N, P, dan K memiliki peran dalam mendukung

pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara yang penting untuk

proses metabolisme dan membangun struktur anatomi tanaman, Fosfor berperan

mempercepat terjadinya pembelahan sel yang menyebabkan pembentukan dan

perkembangan batang dan daun kecambah tanaman lebih cepat (Hardjowigeno,

2003), sedangkan kalium berperan penting dalam fotosintesis, meningkatkan

pertumbuhan tanaman, indeks luas daun, dan meningkatkan translokasi hasil

fotosintesis keluar daun (Gardner et al., 1991).

Berdasarkan Tabel 4 bobot benih per petak Varietas Anjasmoro tidak

berbeda nyata dengan Varietas Detam 1 tetapi memiliki bobot benih per tanaman

yang nyata lebih tinggi dibandingkan Varietas Detam 1. Varietas Anjasmoro

memiliki bobot benih per tanaman sebesar 11.42 g sedangkan Varietas Detam 1

hanya 9.09 g.

Tabel 4. Bobot Benih per Tanaman dan Bobot Benih per Petak pada Berbagai Perlakuan Varietas dan Pemupukan

Perlakuan Bobot benih per

tanaman (g)

Bobot benih per petak (g)

Varietas

Anjasmoro 11.42a 1612.85

Detam 1 9.09b 1598.29

Pemupukan

Tanpa pupuk 10.36 1537.9

N, P, dan K 10.79 1652.2

N dan P 10.82 1912.4

N dan K 10.04 1434.2

P dan K 9.29 1491.1

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Pertumbuhan organ vegetatif akan mempengaruhi hasil tanaman. Semakin

besar pertumbuhan organ vegetatif yang berfungsi sebagai penghasil asimilat

(source) akan meningkatkan pertumbuhan organ pemakai (sink) yang akhirnya

(34)

penelitian yang menunjukkan bahwa keragaan agronomis pada Varietas

Anjasmoro (tinggi tanaman dan jumlah daun) relatif lebih baik pertumbuhannya

dibandingkan dengan Varietas Detam 1 sehingga menyebabkan produksi (bobot

benih per tanaman) yang lebih baik pada Varietas Anjasmoro dibandingkan

dengan Varietas Detam 1.

Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa P sangat berperan dalam

pembentukan komponen produksi, seperti pembentukan bunga, buah, dan biji.

Akan tetapi perlakuan pemupukan pada penelitian ini tidak memberikan

pengaruh yang nyata pada kedua komponen produksi, baik bobot benih per

tanaman maupun bobot benih per petak (Tabel 4). Pemberian hara diduga sudah

melebihi batas kritis sehingga tanaman tidak memberikan respon terhadap

perlakuan pemupukan. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa

pemupukan pun sudah dapat menghasilkan produksi sebesar 10.36 g tan-1 atau

sebesar 2.5 ton ha-1.

Viabilitas dan Vigor Benih yang Dihasilkan

Viabilitas Potensial

Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa perlakuan varietas,

pemupukan maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur DB.

Daya berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas benih yang memperkirakan

parameter viabilitas potensial benih dari lot benih. Pada Tabel 5 terlihat bahwa

secara keseluruhan viabilitas potensial benih cukup bagus karena seluruhnya

memiliki nilai DB lebih dari 80%.

Vigor Kekuatan Tumbuh

Indeks vigor dan kecepatan tumbuh menggambarkan vigor kekuatan

tumbuh benih. Benih yang memiliki vigor yang tinggi akan tahan terhadap deraan

sehingga tetap mampu menghasilkan kecambah normal sedangkan benih yang

memiliki vigor rendah tidak tahan terhadap deraan suhu dan kadar air tinggi

sehingga banyak menghasilkan kecambah abnormal atau mati.

Indeks vigor merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya jumlah

(35)

vigor yang tinggi mengindikasikan vigor benih yang tinggi pula, sedangkan

kecepatan tumbuh digunakan untuk mengetahui kekuatan tumbuh benih di

lapangan yang suboptimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

varietas maupun pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai IV dan KCT.

Tidak ada pengaruh interaksi antara kedua perlakuan tersebut baik terhadap IV

maupun KCT. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan pada benih

kedelai menghasilkan variasi IV berkisar antara 67.33 - 78.67% dan variasi

[image:35.595.104.517.296.529.2]

kecepatan tumbuh berkisar antara 27.72 - 30.30% etmal-1.

Tabel 5. Mutu Fisiologi Benih Kedelai pada Berbagai Perlakuan Varietas dan Pemupukan

Perlakuan

Viabilitas Potensial

(VP)

Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)

Vigor Daya Simpan (VDS)

DB (%)

KCT

(% etmal-1) IV (%) VPCT (%)

Varietas

Anjasmoro 80.00 28.64 69.07 74.13

Detam 1 86.93 28.44 77.33 72.53

Pemupukan

Tanpa pupuk 85.33 27.78 78.00 61.33 b

N, P, dan K 88.67 28.86 78.67 83.33 a

N dan P 81.33 30.30 71.33 70.00 ab

N dan K 82.00 27.72 70.67 80.00 a

P dan K 80.00 28.07 67.33 72.00 ab

Interaksi tn tn tn tn

KK (%) 9.20 9.73 14.68 16.51

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

Vigor Daya Simpan berdasarkan Metode Pengusangan Cepat Terkontrol

Kondisi tanah tidak hanya mampu mendukung pertumbuhan vegetatif

yang optimal tetapi juga produksi benih serta mutu benih saat panen, baik

viabilitas potensial maupun vigor kekuatan tumbuhnya. Benih yang diproduksi

tidak selalu segera ditanam tetapi seringkali harus disimpan sehingga vigor daya

simpan benih menjadi hal yang penting diperhatikan dalam produksi benih.

Pada penelitian ini untuk menggambarkan vigor daya simpan benih

dilakukan dengan menggunakan metode Controlled Deterioration sehingga hal ini

(36)

penyimpanan. Pengusangan cepat terkontrol atau Controlled Deterioration

dilakukan dengan menggunakan waterbath dengan menggunakan suhu 41oC

selama 48 jam pada benih yang telah ditingkatkan kadar airnya hingga 22%. Nilai

pengukuran kadar air selama penderaan selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.

Harrington (1972) menyatakan bahwa suhu dan kadar air tinggi merupakan faktor

penyebab menurunnya daya berkecambah dan vigor. Benih yang memiliki vigor

daya simpan yang tinggi akan tetap memiliki peformansi yang baik dibandingkan

benih yang bervigor rendah meskipun didera pada suhu dan kadar air yang tinggi.

Metode pengusangan cepat terkontrol sudah banyak digunakan pada

berbagai penelitian dan terbukti mampu membedakan benih yang memiliki vigor

tinggi dengan benih yang bervigor rendah. Penelitian Wahyuni (2011)

membuktikan bahwa metode ini dapat menunjukkan adanya variasi ketahanan

terhadap pengusangan cepat diantara lot benih yang diuji baik berdasarkan tolok

ukur DB, IV maupun KCT. Pengujian setelah pengusangan menunjukkan bahwa

lot yang satu mempunyai ketahanan lebih tinggi dibandingkan lot yang lain.

Hanafiah (2005) menyatakan bahwa saat tanaman berkecambah dan mulai

membentuk perakaran, semua hara yang dibutuhkan untuk aktivitas disuplai oleh

biji, kemudian begitu akar mulai berpenetrasi ke dalam tanah, sebagian hara yang

dibutuhkan diserap dari tanah dan sekeliling akar (rhizosfer). Persentase

penyerapan hara ini makin meningkat selaras dengan habisnya cadangan hara di

biji. Selanjutnya tanaman bergantung pada unsur hara tanah dan udara. Pada tahap

ini dan selanjutnya maka pengaruh pemupukan dapat dilihat.

Mutu benih tidak berpengaruh nyata dalam hal viabilitas potensial yang

ditunjukkan dengan tolok ukur DB, maupun vigor kekuatan tumbuh yang

ditunjukkan dengan tolok ukur KCT dan IV, walaupun demikian pemupukan

ternyata berpengaruh nyata terhadap VPCT yang mengindikasikan vigor daya

simpan benih (VDS). Berdasarkan Tabel 5, pemupukan lengkap N, P, dan K

(83.33%) serta N dan K (80.00%) menghasilkan benih dengan vigor daya simpan

yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk (61.33%),

sedangkan pemupukan N dan P serta P dan K tidak berbeda nyata dengan

(37)

Tercukupinya kebutuhan hara di dalam tanah untuk mendukung

pertumbuhan vegetatif bahkan produksi benih hingga viabilitas potensial dan

vigor kekuatan tumbuh benih, belum cukup untuk menghasilkan benih yang tahan

terhadap deraan, khususnya deraan terhadap pengusangan cepat terkontrol.

Penambahan hara N dan K dapat meningkatkan VPCT secara nyata. N dan K

adalah unsur yang paling perlu ditambahkan pada tanah. Pada penelitian ini

ketersediaan P pada tanah diduga sudah cukup dan mampu menyuplai kebutuhan

hara P bagi tanaman, karena penambahan N dan K (tanpa P) (VPCT = 80.00%)

sudah mampu memberikan peningkatan yang nyata dibandingkan dengan kontrol

(VPCT = 61.33%) dan tidak berbeda nyata dengan pemupukan N, P, dan K

(VPCT = 83.33%).

Sesuai dengan mekanisme dan proses pertumbuhan tanaman, secara

fisiologis tumbuhnya benih memiliki keeratan hubungan dengan aspek

tersedianya hara di dalam tanah. Sumarna (2008) menjelaskan bahwa pada awal

pertumbuhan tersedianya hara untuk tumbuhnya benih didukung oleh kandungan

hara pada keping lembaga (cotyledone) yang sangat terbatas hingga benih

menghasilkan organ tanaman dan anakan tingkat semai, pertumbuhan selanjutnya

akan sangat ditentukan oleh tersedianya energi hara dari lahan.

Masing-masing unsur N, P, dan K memiliki peran dalam mendukung

terbentuknya benih yang bermutu baik. Ketersediaan P berperan dalam

pembelahan inti sel untuk membentuk sel-sel baru dan memperbesar sel itu

sendiri (Yamin, 1986), sedangkan menurut Sirappa (2002), nitrogen juga

merupakan hara esensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun komponen inti

sel. Unsur kalium sendiri menurut Havlin et al. (1999) dapat meningkatkan

produksi adenosine triphosphate (ATP). Menurut Akil (2009), kandungan ATP

dalam benih berkaitan dengan vigor benih, apabila kandungan ATP menurun,

maka vigor juga semakin menurun. ATP diperlukan untuk biosintesis sel-sel baru,

berkurangnya ATP ditunjukkan oleh daya berkecambah dan vigor rendah.

Vigor Daya Simpan berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL)

Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit

(38)

merupakan perkiraan waktu benih mampu untuk disimpan. Benih yang

mempunyai daya simpan lama berarti mampu melampaui periode simpan yang

panjang dan benih yang setelah penyimpanan masih memiliki kekuatan tumbuh

yang tinggi dikatakan memiliki vigor daya simpan (VDS) yang tinggi (Sadjad et al.

1999). Pengujian DHL merupakan salah satu parameter yang dapat

mengindikasikan vigor daya simpan benih. Menurut ISTA (2007) semakin tinggi

nilai daya hantar listriknya maka viabilitas benih semakin menurun, hal ini

diakibatkan karena makin besar pula kebocoran elektrolit pada benih.

Masing-masing unsur N, P, dan K memiliki peran dalam mendukung

permeabilitas benih. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengemukakan pentingnya

unsur K dalam meningkatkan kadar lignin. Dalam hal ini Marwanto (2003)

menyatakan bahwa benih kedelai yang memiliki kandungan lignin lebih tinggi

mempunyai vigor daya simpan yang lebih baik. Menurut Hartawan et al. (2011)

kandungan protein berkorelasi negatif dengan nilai DHL. Kandungan protein yang

tinggi pada membran sel akan meningkatkan integritas membran sel sehingga

tidak banyak mengalami kebocoran. Peningkatan protein pada benih kedelai

dipengaruhi oleh serapan nitrogen oleh bakteri rhizobium dan fiksasi nitrogen.

Dalam hal ini, unsur P berperan penting sebagai komponen ATP yang merupakan

sumber energi dalam fiksasi nitrogen dan sebagai komponen penyusun protein.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa varietas maupun pemupukan

tidak berpengaruh nyata terhadap DHL akan tetapi terdapat interaksi antara

varietas dengan pemupukan yang berpengaruh nyata terhadap DHL. Tabel 6

menunjukkan adanya interaksi antara varietas dan perlakuan pemupukan.

Berdasarkan nilai rataan yang diperoleh, Varietas Detam 1 memiliki nilai DHL

yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro. Perbedaan

nyata antara kedua varietas terlihat pada perlakuan pemupukan N dan P yang

menunjukkan bahwa Varietas Detam 1 memiliki nilai DHL yang lebih rendah

dengan 108.68 μmhos cm-1 g-1 berbeda nyata dengan Varietas Anjasmoro yang

memiliki nilai DHδ 172.88 μmhos cm-1

g-1. Hal ini menunjukkan bahwa Varietas

Detam 1 (kedelai hitam) cenderung memiliki nilai DHL yang lebih rendah

(39)

membran dan vigor daya simpan pada kedelai hitam khususnya pada perlakuan N

dan P lebih baik dibandingkan dengan kedelai kuning.

Pada Tabel 6 juga dapat dilihat bahwa Varietas Anjasmoro pada perlakuan

pemupukan N dan P memiliki nilai DHL paling tinggi (172.88 μmhos cm-1 g-1)

dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada Varietas Anjasmoro,

kurangnya unsur K dalam pemupukan menyebabkan tingginya nilai DHL yang

menunjukkan tingginya tingkat kebocoran elektrolit pada benih dan

mengindikasikan vigor daya simpan benih yang rendah. Hal ini diduga sebab

makin banyak kandungan K pada benih makin banyak pula kandungan lignin

yang merupakan komponen penyusun dinding sel yang berfungsi melindungi

cadangan makanan dan embrio sehingga vigor daya simpan semakin baik.

Tabel 6. Interaksi Perlakuan Pemupukan dan Varietas pada Daya Hantar Listrik Benih Kedelai

Perlakuan Daya Hantar δistrik (μmhos cm

-1

g-1)

Rataan

Anjasmoro Detam 1

Tanpa pupuk 139.34 b 127.93 b 133.64 ab

N, P, dan K 134.28 b 139.51 b 136.90 a

N dan P 172.88 a 108.68 b 140.78 a

N dan K 107.57 b 118.01 b 112.79 b

P dan K 126.44 b 125.31 b 125.88 ab

Rataan 136.10 a 123.89 a

Keterangan: Angka pada kolom dan baris yang berbeda dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT

Kandungan Antosianin

Antosianin merupakan salah satu antioksidan. Antioksidan diduga berguna

untuk mempertahankan viabilitas benih karena memiliki kemampuan untuk

mengurangi efek radikal bebas yang terbentuk selama penyimpanan. Berdasarkan

Tabel 7 diketahui bahwa kandungan antosianin berbeda sangat nyata pada varietas

yang diuji. Kandungan antosianin pada varietas kedelai hitam yaitu Detam 1

(1.308 μmol 100g-1 ) nyata lebih tinggi dibandingkan pada kedelai kuning yaitu

Anjasmoro (0.418 μmol 100g-1). Hal ini sesuai dengan pernyataan Futura et al.

(2002) yang menyatakan bahwa kedelai hitam mengandung banyak antosianin.

(40)

pada benih kedelai oleh warna kulit benihnya. Hasil tersebut juga sejalan dengan

hasil penelitian Agustin (2010) yang menyatakan bahwa kandungan antosianin

pada kedelai hitam Varietas Detam 1 nyata lebih tinggi dibandingkan kedelai

kuning Varietas Anjasmoro.

Tabel 7. Kandungan Antosianin Benih Kedelai

Perlakuan Kandungan antosianin (μmol 100g

-1

) Rata-rata ± standar deviasi Uji DMRT Anjasmoro

Tanpa pupuk 0.519 ± 0.0963

0.418b N, P, dan K 0.566 ± 0.5658

N dan P 0.371 ± 0.1380

N dan K 0.282 ± 0.0992

P dan K 0.354 ± 0.1014

Rata-rata 0.418 ± 0.1196

Detam 1

Tanpa pupuk 1.151 ± 0.4110

1.308a N, P, dan K 1.373 ± 0.1656

N dan P 1.225 ± 0.2106

N dan K 1.779 ± 0.6979

P dan K 1.011 ± 0.1138

Rata-rata 1.308 ± 0.2939

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan analisis statistik perlakuan pemupukan maupun interaksi

antara varietas dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan

antosianin benih. Penelitian lain pada tanaman Aglaonema menyebutkan bahwa

perlakuan pemberian nutrien memberikan hasil bahwa peningkatan konsentrasi

nitrogen atau fosfor dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kadar klorofil

daun, tetapi menurunkan kadar antosianin pada d

Gambar

Tabel 5. Mutu Fisiologi Benih Kedelai pada Berbagai Perlakuan Varietas
Tabel 5. Mutu Fisiologi Benih Kedelai pada Berbagai Perlakuan Varietas

Referensi

Dokumen terkait

The effective interest rate is the rate that exactly discounts estimated future cash receipts or payments (including all fees and points paid or received that form

Padapendinginan udara ledeburite ke cementitnya prosentasenya lebih kecil, di pendinginan menggunakan paslin akan terbentuk cementite yang lebih banyak dibandingkan

Abstract We examined behaviour management problems as predictors of psychotropic medication, use of psychiatric consultation and in-patient admission in a group of 66 adults

Dalam penelitian lain, Pechmann dan Stewart (1990) mengemukakan bahwa apabila produk yang diiklankan adalah produk yang belum familiar, maka respon perhatian

Kegiatan seperti penyiapan perumusan kebijakan, penyiapan perumusan standar, norma, kriteria dan prosedur, bimbingan teknis, evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang

DUA ARAH JIKA PENGIRIM CUKUP LELUASA MENDAPATKAN UMPAN BALIK TENTANG CARA PENERIMA MENANGKAP PESAN YANG TELAH DIKIRIMKANNYA.. BASA-BASI : KOMUNIKASI PALING DANGKAL

Perusahaan diharuskan menyediakan imbalan pensiun mínimum yang diatur dalam Undang- undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”), yang merupakan kewajiban imbalan

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “