• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nenas

Nenas disebut juga Ananas comosus L. Merr memiliki taksonomi kedudukan sebagai berikut, (Barus, 2008).

Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Bromeliale Familia : Bromiliaceae Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus L.Merr

Buah nenas merupakan salah satu buah komersial yang dibudidayakan di Indonesia. Buah nenas merupakan buah yang memiliki umur simpan yang pendek karena tingginya kandungan air yang ada di dalam buah nenas. Untuk memperpanjang umur simpan nenas, dibutuhkan peningkatan pengolahan buah nenas, sehingga ketika musim panen, nenas dapat diolah untuk meningkatkan nilai ekonomi. Buah nenas bukan hanya dikonsumsi sebagai pencuci mulut saja, tetapi juga dapat diolah menjadi cemilan seperti rujak dan juga dijadikan sebagai bahan tambahan untuk membuat produk olahan (Puspitasari, dkk., 2008).

Tingginya jumlah tanaman buah dan sayur serta pengolahannya yang beraneka ragam menjadi sektor yang meningkatkan pendapatan dan menopang perekonomian dalam negeri, seperti buah nenas yang banyak terdapat di Indonesia dan khususnya di Sumatera Utara. Nenas termasuk urutan empat besar potensi

produksinya di Sumatera Utara. Produksi buah nenas tahun 2011-2014 di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi buah nenas tahun 2011-2014 di Sumatera Utara

Tahun Produksi (ton/tahun)

2011 2012 2013 2014 183.213 262.089 228.136 237.581 Sumber : BPS (2014).

Nenas termasuk komoditas buah yang mudah rusak, susut, dan cepat busuk. Oleh karena itu, seusai panen dibutuhkan penanganan pasca panen, salah satunya dengan pengolahan. Produk olahan nenas akan memperpanjang umur simpan nenas, diversifikasi pangan dan meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis buah tersebut. Produk olahan nenas dapat berupa makanan dan minuman, seperti selai, cocktail, sirup, sari buah, keripik hingga manisan buah kering. Sari buah nenas adalah cairan yang diperoleh dari proses ekstraksi buah nenas (Sinartani, 2008).

Manfaat nenas

Buah nenas memiliki banyak manfaat yang ada dalam daging buahnya. Nenas merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang baik seperti vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Serat yang ada pada buah nenas baik untuk pencernaan dan cocok untuk orang yang sedang diet karena dengan konsumsi nenas tidak mudah terasa lapar. Nenas juga mengandung vitamin C, A, B1, besi, fosfor, kalsium, protein, dan lemak yang baik bagi tubuh (Sjaifullah, 1996).

Buah nenas memiliki aroma yang sangat khas dan tajam dengan rasa campuran asam namun sangat menyegarkan hal ini karena kandungan air yang

7

cukup tinggi. Buah nenas memiliki kandungan vitamin dan nutrisi seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, tiamin, natrium, kalium, dan gula yang baik sebagai sumber energi. Selain itu nenas juga memiliki cukup banyak serat yang baik untuk pencernaan (Wirakusumah, 2007). Adapun kandungan gizi buah nenas segar (per 100 g bahan) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan gizi buah nenas segar (per 100 g bahan)

Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996).

Daun Katuk

Daun katuk (Sauropus androgynous (L) Merr) merupakan tumbuhan sayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Daun katuk adalah tanaman yang mudah tumbuh dan biasa ditemukan di daerah tropis seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Daun katuk memiliki banyak fungsi kesehatan bagi tubuh jika dikonsumsi sehingga disebut sebagai tanaman obat (Santoso, dkk., 2008).

Daun katuk memiliki tinggi hingga mencapai 2-3 m dengan cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm. Daun katuk merupakan jenis sayuran minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu

Kandungan gizi Jumlah

Vitamin C (mg) Vitamin A (IU) Vitamin B1(mg) Fosfor (mg) Kalsium (mg) Energi (kalori) Serat (g) Protein (g) Air (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) 24 130 0,08 11 16 52 1,4 0,4 83,5 0,2 13,7

(ASI) (Wikipedia, 2013). Tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut, (Tjiptrosoepomo, 2007). Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynus L Merr. Komposisi kimia daun katuk

Daun katuk kaya akan zat besi, provitamin A dalam bentuk β-carotene,

vitamin C, minyak sayur, protein, kalsium, fosfor dan mineral lainnya. Komposisi kimia daun katuk yang memiliki tingkat kematangan optimum yaitu energi 72 kal, air 70 g, protein 4,8 g, lemak 1 g, kalsium 204 mg, fosfor 83 mg, besi 2,7 g (Nio, 1992). Komposisi kimia daun katuk matang optimum per 100 g dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia daun katuk matang optimum per 100 g

Komponen gizi Kadar

Energi (kkal) 53,0 Protein (g) 5,3 Lemak (g) 0,9 Karbohidrat (g) 9,1 Serat (g) 1,2 Abu (g) 1,4 Kalsium (mg) 185,0 Fosfor (mg) 102,0 Besi (mg) 3,1 Vitamin C (mg) 239,0 β-Karoten(µg) 9000,0 Air (g) 83,3

9

Selain memiliki banyak nilai gizi, daun katuk juga memiliki warna hijau yang dapat dijadikan sebagai sumber pewarna hijau alami (Santoso, dkk., 2008). Daun katuk juga diketahui memiliki kandungan kimia antara lain tanin, catechin, flavonoid, alkaloida, triterpen, asam-asam organik, minyak atsiri, saponin, sterol, asam-asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kandungan flavonoid dalam daun katuk juga tinggi. Banyaknya senyawa kimia ini diharapkan mampu membuat daun katuk disukai dan dipilih untuk dikonsumsi (Pradikta, dkk., 2013).

Manfaat daun katuk

Daun katuk diketahui memiliki kandungan senyawa flavonoid yang berhubungan dengan aktivitas antioksidan. Daun katuk disebut juga sebagai tanaman obat karena mampu mengobati berbagai penyakit seperti demam, bisul, dan darah kotor, serta manfaat lainnya yang dikenal luas di masyarakat yaitu sebagai pelancar Air Susu Ibu (ASI) (Arista, 2013). Daun katuk memiliki sifat yang sama seperti obat lakta gogum untuk memperlancar keluarnya air susu bagi ibu yang sedang menyusui, sehingga daun katuk mampu memperlancar ASI (Sa’roni, dkk., 2004).

Beberapa manfaat lain dari daun katuk yaitu pelancar ASI, mengobati frambusia, mengatasi sembelit, mengobati luka, sebagai pewarna alami yaitu warna hijau pada makanan, dan dapat digunakan sebagai bahan makanan dan minuman yang diolah menjadi rebusan sayur. Kandungan zat besi pada daun katuk lebih tinggi daripada daun pepaya dan daun singkong. Daun katuk juga kaya vitamin (A, B1, dan C) (Santoso, dkk., 2008).

Berdasarkan hasil analisis fitokimia terhadap ekstrak daun katuk menunjukkan bahwa daun katuk mengandung sterol, alkaloid, flavonoid dan tanin. Analisis dengan kromatografi gas dan spektrometri massa daun katuk mengandung monometil suksinat, siklopentonal asetat, asam benzoat, asam fenil malonat, 2-pirolidinon, dan metil piroglutamat. Berdasarkan uji toksisitas akut dan teratogenik pada mencit menunjukkan bahwa daun katuk tidak bersifat toksik dan tidak menimbulkan kecacatan pada janin (Sa’roni, dkk.,2004).

Permen Jelly

Kembang gula atau permen adalah jenis makanan selingan dalam bentuk padat, yang dibuat dengan menggunakan gula atau pemanis lain dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan tambahan yang diijinkan. Jelly termasuk kembang gula yang bertekstur lunak yaitu tekstur kenyal dan elastis. Permen jelly juga merupakan permen yang terbuat dari beberapa komponen seperti air atau sari buah, flavour, gula dan bahan pembentuk gel (Sinurat dan Murniyati, 2014).

Permen jelly umumnya dibuat dari ekstrak rumput laut yaitu karagenan. Menurut Winarno (1996) karagenan merupakan hidrokoloid yang diperoleh dari hasil ekstrak rumput laut merah (rhodophyceae). Karagenan berfungsi sebagai stabilisator, bahan pengental, pembentuk gel atau pengemulsi dalam bidang industri. Permen jelly juga umumnya dibuat dengan penambahan berbagai macam rasa buah dan juga berbagai bahan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan gizi pada permen jelly (Sinurat dan Murniyati, 2014).

Berdasarkan BSN (2008), permen jelly merupakan permen yang bertekstur lunak dengan menggunakan komponen pembentuk gel seperti gum, agar-agar, pektin, pati, karagenan, gelatin, dan lainnya sehingga akan menghasilkan produk

11

yang bertekstur kenyal. Standar permen jelly berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 3547-02-2008) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar nasional Indonesia permen jelly

No Kriteria uji Satuan Standar

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Keadaan - Rasa - Bau Kadar air Kadar abu Gula reduksi Sakarosa Cemaran logam -Timbal (Pb) - Tembaga (Cu) - Timah (Sn) - Raksa (Hg) Cemaran arsen Cemaran mikroba - Bakteri coliform - E. coli - Salmonella - Staphylococcus aureus

- Kapang dan khamir

% fraksi massa % fraksi massa % fraksi massa % fraksi massa mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg APM/g APM/g koloni/g koloni/g Normal Normal Maks 20 Maks 3 Maks 25 Maks 27 Maks 2 Maks 2 Maks 4 Maks 0,03 Maks 1 Maks 20 < 3 Negatif/25g Maks 1x102 Maks 1x102 Sumber: BSN (2008).

BSN (2008) menyatakan bahwa permen jelly termasuk dalam produk pangan semi-basah, karena bahan utamanya adalah air, bahan perasa dan bahan lain yang dapat membentuk gel. Oleh karena itu produk ini mudah mengalami kerusakan, sehingga dibutuhkan pengeringan yang tepat untuk memperpanjang daya simpan. Pengeringan merupakan teknik pengurangan kadar air pada bahan makanan hingga kadar air tertentu yang dapat menghambat kerusakan pada bahan makanan tersebut (Estiasih dan Ahmadi, 2009). Sinurat dan Murniyati (2014) menyatakan bahwa pengeringan permen jelly yang dilakukan pada suhu 50 oC selama 24 jam merupakan pengeringan yang tepat pada pembuatan permen jelly. Dengan suhu tersebut kadar air permen jelly berkurang sehingga dapat memperpanjang umur simpan permen jelly.

Bahan-bahan Tambahan pada Pembuatan Permen Jelly Sari nenas

Nenas memiliki daging yang berwarna putih dan juga memiliki tekstur berserat dengan kandungan air yang tinggi. Nenas yang akan digunakan dalam pembuatan permen jelly yaitu sari buah nenas. Sari nenas yang diperoleh dari daging buah nenas yang dihaluskan dengan perbandingan air 1:1 dari daging buahnya. Sari nenas memiliki beberapa kandungan vitamin seperti vitamin C, vitamin A dan juga memiliki rasa manis dan asam yang segar yang baik untuk campuran daun katuk dalam pembuatan permen jelly.

Dari seluruh buah segar, hanya 53% dari buah nenas yang dapat dimakan. Asam yang terkandung dalam buah nenas sebesar 0,72%, di mana asam tersebut terdiri atas asam sitrat sebesar 83% dan asam malat sebesar 13%. Kematangan buah nenas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tua (seluruh kulit berwarna hijau), setengah matang (seperempat kulit berwarna kuning), dan matang (sebagian besar permukaan kulit berwarna kuning). Rasa buah nenas disebabkan oleh berbagai komponen volatil dan non volatil, dan sebagian besar aroma nenas disebabkan oleh senyawa 2,5 dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon (Winarno, 1993).

Pengolahan buah nenas menjadi sari buah dapat meningkatkan mutu fisiologi karena minuman sari buah akan lebih mudah dicerna. Pembuatan sari buah nenas diawali dengan pengupasan buah nenas dari kulit kemudian dipisahkan daging buah dari batang, kemudian diperoleh sari buah dengan alat pengepres atau dengan penambahan air sebelum dilakukan pengepresan sari buah nenas (Ardina, dkk., 2014).

13

Sari daun katuk

Pembuatan permen jelly menggunakan sari daun katuk. Sari daun katuk diperoleh dari penghalusan daun katuk dengan penambahan air 5 kali dari berat daun katuk. Daun katuk yang ingin diambil sarinya direbus selama 10 menit, dengan tujuan untuk menghilangkan langu pada daun katuk yang kurang disukai. Menurut Estiasih dan Ahmadi (2009) cita rasa bahan pangan juga akan larut dan menghilang selama proses blanching. Proses blanching juga menyebabkan pelunakan pada bahan pangan, sehingga digunakan bahan-bahan pengeras tekstur untuk mencegah terjadinya pelunakan. Sari daun katuk yang diperoleh berwarna hijau yang juga berguna sebagai penambah warna pada pembuatan permen jelly. Warna ini diperoleh dari kandungan klorofil pada daun katuk.

Sukrosa

Sukrosa (gula putih) adalah salah satu bahan tambahan makanan sangat umum digunakan dalam pengolahan berbagai jenis makanan. Sukrosa berfungsi sebagai penambah rasa, perubah warna, dan memperbaiki susunan dalam jaringan. Selain itu, gula juga berperan dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk makanan. Sukrosa mampu mengurangi kelembapan dan mengikat air yang ada sehingga tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme (Buckle, dkk., 2009).

Sukrosa merupakan suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau tebu. Sukrosa berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang mempunyai daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan aktivitas air

(aw) dan mengikat air (Hidayat dan Ikariztiana, 2004). Komposisi kimia gula putih disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi kimia gula putih dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah Kalori (kal) 364 Karbohidrat (g) 94 Kalsium (mg) 5 Posfor (mg) 1 Besi (mg) 0,1 Sumber : Gayo (1987). Karagenan

Karagenan adalah bentuk sejumlah polimer dari beberapa tanaman yang sangat mirip, umumnya diperoleh dari ekstrak rumput laut merah

Chondrus sp., Gigartina sp., dan Eucheuma sp., hingga 86 spesies yang telah

dimanfaatkan. Karagenan bersifat larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam pelarut-pelarut lainnya. Karagenan umumnya butuh pemanasan dengan tujuan untuk melarutkan semua atau seluruhnya karagenan. Penggunaan karagenan secara luas dalam bidang pangan didasarkan pada kemampuannya membentuk gel dengan ion-ion pada bahan makanan. Karagenan bersifat reaktif dengan beberapa jenis protein khususnya dengan protein susu, yang membuatnya banyak digunakan dalam pangan (Cahyadi, 2009).

Karagenan merupakan polisakarida berantai linear dengan berat molekul yang tinggi. Rantai polisakarida terdiri dari ikatan berulang antara gugus galaktosa dengan 3,6-anhidrogalaktosa (3,6 AG), keduanya baik berikatan dengan sulfat maupun tidak, yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik α-(1,3) dan

β-(1,4). Semua jenis karagenan dapat larut pada air panas tetapi hanya lambda serta bentuk garam sodium dari kappa dan iota karagenan yang dapat larut dalam air dingin. Kappa karagenan dalam bentuk garam potasium lebih sulit larut dalam

15

air dingin sehingga dibutuhkan pemanasan untuk dapat melarutkannya. Lambda karagenan larut dalam air dan tidak tergantung jenis garamnya (Glicksman, 1969).

Hanya kappa dan iota karagenan saja yang mampu membentuk gel. Lambda karagenan tidak mampu membentuk gel karena tidak mengandung 3,6-anhidrogalaktosa. Proses pembentukan gel karagenan terjadi ketika larutan panas karagenan dibiarkan menjadi dingin. Gel yang dihasilkan bersifat

thermoreversible yaitu gel akan mencair jika dipanaskan dan akan membentuk gel

kembali bila didinginkan (Glicksman, 1983). Struktur kima karagenan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia karagenan (Istini, dkk., 1985) Agar-agar

Agar-agar adalah salah satu produk hasil olahan dari rumput laut selain karagenan dan alginat. Jenis rumput laut yang digunakan dalam pembuatan agar-agar adalah rumput laut Gracilaria sp. Rumput laut ini kaya akan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Kandungan dalam 100 g rumput laut adalah 54,3%-73,7% karbohidrat dan 0,3%-5,9% protein. Selain itu juga terkandung beberapa mineral yaitu kalsium, natrium, larutan ester, vitamin A, vitamin B,

vitamin C, vitamin D, vitamin E, serta iodium (Ariyadi, 2004). Struktur kimia agar-agar dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur kimia agar-agar (Istini, dkk., 1985)

Agar-agar dapat membentuk gel dalam larutan yang mengandung 1% agar-agar. Sifat gel agar-agar yaitu rigid, rapuh, mudah dibentuk, dan memiliki titik leleh tertentu serta mudah mengalami sineresis. Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dalam gel. Hal ini akan mengakibatkan susut bobot selama penyimpanan produk gel. Penyebabnya adalah gel mengalami kontraksi akibat terbentuknya ikatan-ikatan baru antara polimer dari struktur gel. Kontraksi atau pengkerutan ini cenderung mengeluarkan air yang termobilisasi di dalam gel (Glicksman, 1983). Standar mutu agar-agar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Standar mutu agar-agar tepung (SNI 2802-01-1995)

Syarat mutu Standar

Kandungan air 15-24%

Kadar abu <4%

Kadar karbohidrat (galaktosa) >30%

Kandungan logam berat (Cu, Hg, dan Pb) -

Kandungan arsen -

Zat pewarna tambahan Diizinkan

Kekenyalan Baik

Sumber :BSN (1995).

Agar-agar merupakan polisakarida kompleks yang menyusun dinding sel beberapa jenis rumput laut. Agar-agar mempunyai sifat mencair pada suhu 85 oC (saat dimasak) dan memadat dengan membentuk gel pada suhu 32-40 oC. Agar-agar diperoleh tidak dari semua jenis rumput laut namun dari jenis rumput laut merah kelompok Rhodophyceae (Pustaka Swallow Globe, 2009).

17

Yoghurt

Yoghurt merupakan produk olahan susu yang menggunakan bakteri untuk proses fermentasi. Jenis bakteri yang digunakan dalam pembuatan yoghurt dikenal dengan istilah starter yoghurt. Fermentasi laktosa oleh bakteri yang akan menghasilkan asam laktat yang berperan pada pembentukan tekstur dan cita rasa yoghurt yang khas (Wikipedia, 2012).

Yoghurt berasal dari bahasa Turki, yaitu “jugurt” yang berarti susu asam. Menurut Koswara (2009), yoghurt adalah produk yang diperoleh dari fermentasi susu atau susu rekonstitusi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus atau bakteri asam laktat lain yang sesuai, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Yoghurt dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti berdasarkan kandungan lemak, cara pembuatan, flavor, dan proses yang dilakukan terhadap yoghurt pasca inkubasi (Rahman,dkk., 1992).

Susu fermentasi memiliki cita rasa yang menyegarkan, juga merupakan minuman yang menyehatkan. Hal ini disebabkan kandungan mikroorganisme yang ada pada yoghurt dan komponen gizi hasil fermentasi oleh bakteri asam laktat pada susu dan juga teknik ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan susu yang sudah cukup lama dikenal (Koswara, 2009).

Proses pembuatan yoghurt yaitu dengan cara tradisional maupun modern, secara garis besar terdiri dari empat langkah utama, yaitu pemanasan, inokulasi, inkubasi, dan pendinginan. Adapun proses pemanasan produk susu dilakukan pada suhu 80-85 °C selama 15-30 menit sebelum diinokulasi kultur. Tujuan proses pemanasan ini yaitu untuk membunuh mikroba yang tidak diinginkan

sehingga kultur yoghurt yang diharapkan dapat tumbuh secara optimum. Selain itu pemanasan juga berguna untuk menguapkan sebagian air dan membebaskan sebagian oksigen sehingga tercipta kondisi anaerobik bagi kultur selama proses fermentasi. Proses pemecahan komponen pada susu, denaturasi dan mengkoagulasi albumin dan globulin susu berlangsung dengan optimum (Rahman, dkk., 1992).

Berdasarkan flavornya, yoghurt dibedakan menjadi dua tipe, yaitu

plain yoghurt dan flavored yoghurt (Tamime dan Robinson, 2007). Plain yoghurt

merupakan yoghurt dengan cita rasa alami yang tidak ditambahkan flavor dari luar, sedangkan flavored yoghurt merupakan yoghurt yang ditambahkan flavor. Penambahan flavor biasanya dilakukan dengan menambahkan buah-buahan asli dalam bentuk yang diawetkan seperti buah dalam kaleng, buah kering atau puree. Menurut Robinson, dkk., (2000) yoghurt mengandung kadar air 85%, lemak 1,5%, protein 5,3%, kadar abu 1,0% dan laktosa 7,0%.

Konsumsi yoghurt baik untuk kesehatan yaitu dengan kandungan gizi tinggi yang terdapat dalam yoghurt. Menurut Koswara (2009) perubahan komponen gizi susu karena fermentasi antara lain yaitu laktosa menurun, asam organik meningkat, protein yang diubah menjadi peptide dan asam amino, urea menjadi amonia, lemak menurun sedangkan asam lemak rantai panjang meningkat, serta peningkatan vitamin asam folat, asam nukleat, senyawa flavor dan komponen sel bakteri.

Bakteri yang berperan dalam proses fermentasi pada yoghurt adalah bakteri asam laktat. Bakteri ini adalah Streptococcus thermophillus, Lactobacillus

19

tersebut dimungkinkan akan menghasilkan degradasi laktosa dan produksi asam laktat yang berakibat pada penurunan pH dan terbentuknya gumpalan yoghurt. Jumlah bakteri starter pada yoghurt adalah minimal 107 koloni/g (Kumalasari, dkk., 2012).

Streptococcus thermophillus merupakan bakteri yang tergolong dalam jenis

termofilik yang dapat tumbuh pada suhu 40 oC dan 50 oC namun bakteri ini masih mampu bertahan pada suhu 60 oC selama 15 menit. Bakteri ini berbentuk bulat, berbentuk rantai atau berpasangan, gram positif, anaerobik homofermentatif, dapat membentuk laktat, asetaldehid, dan diasetil dari laktosa dalam susu sapi (Diptasari, 2010).

Lactobacillus achidophilus merupakan bakteri jenis termofilik karena

mampu hidup pada suhu 45 oC. Selain menghasilkan asam laktat, bakteri ini juga menghasilkan asetaldehid, aseton, asetoin, dan diasetil dalam jumlah yang cukup rendah. Bakteri ini berbentuk koloni bersifat asidurik, yaitu mampu hidup pada kondisi asam dengan pH 5,5. Bifidobacterium adalah bakteri berbentuk batang, bersifat anaerob, gram positif tidak berspora, dan heterofermentatif. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 36-37 oC dan tidak tumbuh pada pH di atas 8,0 atau di bawah 4,5 (Fathir, 2010).

Berdasarkan Puspitasari, dkk., (2013) olahan makanan yoghurt yang telah disimpan selama waktu penyimpanan tertentu memiliki kandungan bakteri asam laktat yang semakin lama akan semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan dari olahan yoghurt yang terdiri dari suhu dan kondisi penyimpanan yang sangat mempengaruhi jumlah bakteri asam laktat yang ada pada produk olahan yoghurt.

Keuntungan mengkonsumsi yoghurt yaitu perbaikan nilai gizi, keseimbangan miklofora usus, metabolisme kolesterol, dan pencegah kanker (Koswara, 2009). Selain itu manfaat yang diperoleh dari konsumsi yoghurt adalah pencernaan yang semakin baik, yoghurt mampu mengatasi diare, mencegah resiko terserang darah tinggi, mencegah penyakit osteoporosis karena vitamin D yang cukup tinggi, dan mengandung berbagai zat gizi yang dapat mencegah terjadinya kanker (Teknikdiet, 2012).

Keuntungan mengkonsumsi yoghurt adalah adanya komponen hasil fermentasi, yaitu protein susu yang dipecah oleh bakteri yoghurt menjadi asam-asam amino bebas yang siap diserap oleh usus kecil tanpa harus dicerna lagi. Asam-asam amino yang dihasilkan yoghurt merupakan asam amino esensial yang tidak disintesis oleh tubuh seperti lisin dan histidin. Kandungan kalsium dalam yoghurt cukup tinggi, dapat mencapai 10 kali lipat lebih banyak daripada kalsium daging dan ikan berdasarkan berat. Yoghurt juga memiliki kandungan vitamin B yang lebih tinggi daripada susu. Selama proses fermentasi terjadi sintesis vitamin B1 (tiamin) dan vitamin B2 (riboflavin). Selain kandungan zat gizi, yoghurt juga memiliki manfaat untuk kesehatan karena keberadaan bakteri-bakteri hidup yang menguntungkan bagi kesehatan pencernaan yang dikenal sebagai probiotik (Helferich dan Westhoff , 1980).

Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan Sinurat dan Murniyati (2014) pada pembuatan permen jelly penggunaan karagenan konsentrasi 8% menghasilkan permen jelly dengan tekstur gel yang kuat, sangat kental namun tidak merata sehingga dianggap tidak membentuk gel. Sedangkan penggunaan karagenan konsentrasi 6% menghasilkan

21

permen jelly dengan tekstur gel yang mirip dengan permen jelly komersial sehingga dipilih menjadi perlakuan terbaik. Namun penggunaan karagenan konsentrasi 2% pada pembuatan permen jelly merupakan konsentrasi terendah yang masih mampu membentuk gel, tetapi tidak sebaik penggunaan karagenan konsentrasi 6%.

Berdasarkan hasil penelitian Purba (2011) pada pembuatan permen jelly dengan menggunakan daun pepaya, diperoleh hasil terbaik antara perbandingan daun pepaya : sukrosa didasarkan pada parameter aroma dan rasa uji organoleptik permen jelly yaitu 80:20 sedangkan jika dilihat dari kadar serat dan kadar vitamin

Dokumen terkait