• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kanker

1. Definisi

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga memengaruhi fungsi tubuh. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainya (Rama Diananda, 2007).

2. Gejala kanker

Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis, tempat, dan stadium kanker. Gejala umum kanker antara lain pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misal ada benjolan di paayudara, di perut, dsb), terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi laalat), demam kronis, terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara (pada kanker di leher), terjadi perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih (misal perubahan pola BAB, BAB berdarah,dsb), penurunan nafsu makan dan berat badan, keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan abnormal dari puting payudara) (Rama, 2007).

Sedangkan dilihat dari penyebabnya, komplikasi akibat kanker dibagi menjadi 3, yaitu akibat lansung kanker (misalnya, sumbatan saluran cerna pada kanker usus, patah tulang pada kanker tulang, dan seterusnya), akibat tidak langsung (misalnya demam, penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh, dan sebagainya),

akibat pengobatan (misalnya, pembengkakan akibat sumbatan kelenjar getah bening pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf tepi, penururnan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi) (Rama, 2007).

3. Faktor Penyebab dan Resiko Kanker

Beberapa faktor penyebab kanker menurut (Sampemajung, 2012)merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan empat kategori agen eksternal :

a. Fisik kersinogen (radiasi ultraviolet dan pengion).

b. Kimia karsinogen (abses, komponen asap tembakau, kontaminan makanan). c. Biologi karsinogen (infeksi dari virus tertentu, bakteri atau parasit).

d. Hormon estrogen dan prosgeteron sangat berpengaruh pada insidensi kanker pada perempuan.

Penggunaan tembakau merupakan faktor resiko tetinggi yang menyebabkan 22% kematian akibat kanker secara umum, 71% kematian akibat kanker paru-paru. Virus yang dapat menyebabkan kanker yaitu virus hepatitis B / virus hepatitis C (HBV/HCV) dan Human Papilloma Virus (HPV). HPV bertanggung jawab 20% kematian akibat kanker dinegara penghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker pada tahun 2012 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia sebanyak 70% (WHO, 2013).Ada pula faktor resiko penyakit kanker menurut Kemenkes 2015 :

a. Faktor genetik,

b. Faktor karsinogen, di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis,

c. Faktor perilaku / gaya hidup, diantaranya yaitu merokok, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol,dan kurang aktivitas fisik.

Nanoteknologi berkembang sebagai bidang baru yang memiliki penelitian berpotensi tinggi dan dampak klinis, khusus di bidang kesehatan mendapatkan keuntungan dari nanoteknologi karena aplikasi yang muncul untuk pencitraan non-invasif dan terapi. Platform nanotechnologi disebut denagn besi oksida dengan relevansi khusus untuk terapi kanker, terapi berbasis nanopartikel besi oksida merupakan alternative penting untuk kemoterapi konvensional. Radiasi dan pembedahan (Yigitet al,2012).

Menurut ACS (2013) klasifikasi terapi kanker yang sering digunakan ada dua yaitu terapi adjuvant dan terapi neoadjuvant. Terapi adjuvant dan terapi neoadjuvant mengabungkan antara kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormonal dan pembedahan. Terapi adjuvant merupakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat sel kanker dan terapi pendamping berupa kemoterapi, terapi radiasi dan terapi hormonal untuk menghilangkan sel kanker yang masih tertinggal.

Terapi neoadjuvant yaitu terapi yang dapat diberikan untuk proses pengecilan diameter sel kanker terlebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan (terapi utama) (ACS, 2013). Terapi neoadjuvant didefinisikan sebagai pengguanaan agen sitotoksik yang terdiri dari kemoterapi individu atau gabungan antara terapi radiasi, terapi biologis atau terapi bertarget molekuler, sebelum operasi dengan maksud kuratif (Malingaet al,2013).

B. Kemoterapi 1. Definisi

Kemoterapi adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan cara mengganggu fungsi produksi sel. Dan kemoterapi juga merupakan cara pengobatan kanker dengan cara memberikan suatu zat atau obat yang berfungsi dan mempunyai khasiat untuk membunuh sel-sel kanker (Fadil, 2014).

2. Tujuan dari Kemoterapi

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau sesudah pembedahan. Kadang disertai dengan terapi radiasi, kadang cukup hanya kemoterapi. Tujuannya adalah membasmi seluruh sel kanker sampai keakar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak trjangkau pisau bedah, untuk mengontrol sel-sel kanker tidak menyebar dengan luas.

3. Efek Samping Kemoterapi

Efek samping kemoterapi timbul karena obat-batan kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat, yaitu: rambut rontok, sumsum tulang (berkurangnya hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih, membuat tubuh lemah, merasa lelah, sesak nafas, mudah mengalami perdarahan, an mudah terinfeksi), kulit (membiru/menghitam, kering, seta gatal), mulut dan tenggorokan (sariawan, terasa kering, dan sulit menelan), saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri pada perut), produksi hormon (menurunkan nafsu seks dan kesuburan) (Rama, 2007).

Efek samping fisik kemoterapi yang umum adalah pasien akan mengalami mual dan muntah, perubahan rasa kecap, rambut rontok (alopesia), mukositis, dermatitis, keletihan, kulit menjadi kering bahkan kuku dan kulit bisa sampai menghitam, tidak nafsu makan, dan ngilu pada tulang (Nisman, 2011; Smeltzer & Bare, 2002). Efek samping yang ditimbulkan membuat pasien merasa tidak nyaman, takut, cemas, malas, bahkan bisa sampai frustasi atau putus asa dengan pengobatan yang dijalani, sehingga dalam hal ini pasien kanker payudara sangat membutuhkan dukungan dari keluarga. Nisman (2011) menjelaskan bahwa semua efek samping kemoterapi dapat dikalahkan

dengan motivasi yang tinggi untuk sembuh.

Adapun respon fisik yang dialami pasien yang menjalani kemoterapi adalah sebagai berikut

a. Toksisitas Kulit

Agen sitotoksik kemoterapi dapat menyebabkan efek samping pada kuku dan barier kulit (Fabbrociniet al, 2012).

b. Alopecia (kerontokan rambut)

Disebabkan kerusakan dari batang rambut sehingga mengakibatkan rambut mudah rontok (Luanpitpong dan Rojanasakul, 2012).

c. Penurunan berat badan

Disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh mual, muntah, dan mucositis (Laraet al, 2012).

d. Anemia

Eritropoiesis adalah proses dinamis yang mempertahankan jumlah eritrosit yang beredar di bawah perubahan kondisi fisiologis (Rim, 2012).

e. Penurunan nafsu makan

Disebabkan sinyal rasa lapar yang berasal dari hipotalamus berkurang dan sinyal kenyang yang dihasilkan oleh melacortins diperkuat (Cherwin, 2012).

f. Nyeri

Disebabkan oleh kanker itu sendiri, pengobatan kanker, kelemahan umum ataupun gangguan bersamaan yang terjadi. (Raphaelet al,2010).

Adapun Respon Psikologis yang dialami pasien yang menjalani kemoterapi adalah sebagai berikut :

a. Delirium

efek tidak langsung dari penyakit atau perawatan. b. Kecemasan

Kekhawatiran terhadap prognosis penyakit atau kepastian diagnostik, ketakutan akan kekambuhan penyakit.Perasaan cemas pada pasien kanker karena mereka takut akan dampak yang terjadi, misalnya perubahan body image dan kematian (Stuart, 2007). Cemas akan kematian bisa berakibat terganggunya proses pengobatan. Perasaan cemas bukan satu-satunya keluhan yang dirasakan pasien. Stres mungkin juga bisa dirasakan oleh mereka. Cemas dapat terjadi akibat perasaan stres berlebihan yang menghantui pasien. Dalam kondisi menderita penyakit kanker, pasien akan merasa marah sebagai respon terhadap perasaan cemas yang dianggapnya sebagai ancaman.

c. Depresi

Depresi mulai muncul saat gejala pertama, saat diagnosis, selama pengobatan dan perawatan paliatif (Holland dan Alici, 2010)

d. Emosiona

Respon emosional positif dapat menghasilkan sel spesialis “pembunuh” (Feldman, 2012).

e. Kesedihan

Kesedihan terkait kanker akan sangat relevan terjadi karena penderita kanker akan merasakan kerugian akibat penyakitnya (Trevino et al, 2011).

f. Kepasrahan

Kepasrahan hampir sama dengan berduka yaitu tidak percaya, marah, depresi, kepasrahan atau penerimaan (Pie robon, 2011).

1. Definisi kecemasan

Cemas diartikan sebagai perasaan yang berlebihan tentang sesuatu yang tidak jelas dan dianggap sebagai ancaman (Hyman dan Pedrick, 2012). Kecemasan adalah emosi atau perasaan menyakitkan yang timbul dari ketidakamanan sosial atau ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biologis secara puas (Mlek, 2011).

Cemas mempengaruhi seseorang dalam tiga hal yaitu perubahan fisik (perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah, ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek), perubahan mental (khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat konsentrasi), perubahan perilaku (menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu) (Hyman dan Pedrick, 2011).

2. Teori Kecemasan

Videback (2008) dalam bukunya menjelaskan berbagai teori yang menjelaskaan tentang terjadinyaa kecemasan, yaitu teori biologi dan teori psikodinamika.

a. Teori Biologi 1). Teori Genetik

Ansietas memiliki komponen yang dapaat diwariskan dari kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansiets, insidennya menapai 25% pada kerabat tingkat pertama dan wanita mempunyai resiko dua kali lipat dari pria. Kromosom 133 dikatakan terlibat dalam proses terjadinya gangguan panik dan sakit kepala hebat.

2). Teori Neurokima

GABA (asam gama-amino butirat) merupakan suatu neurotransmiter inhibitor yang berfungsi sebagai agen ansietas alami tubuh dengan mengurangi ekstabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuro. Selain itu beberapa senyawa lain ikut terlibat dalam proses tersebut, diantaranya

benzodiazepin dan serotonin (5-HT). b. Teori Psikodinamik

1). Psikoanalitis

Freud memandang ansietas merupakan hal ilmiah seseorang sebagai stimulus untuk pelaku. Ia menjelaskan bahwa respon cemas merupakan mekanisme pertahanan manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap stimulasi tertentu.

2). Teori perilaku

Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu. Individu dapat memodifikasi perikalu maladaptif tanpa memahami penyebab tersebut. Perilaku yang berkembang dan mengganggu kehidupan individdu dapat ditiadakan atau dibuang melali pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli.

3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat dan panik. Tingkat atau level kecemasan yang dialami seseorang tergantung pada tingkat stres dan durasi stres tersebut (Videbeck, 2008). Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mengpengaruhi kondisi fisik dan psikis. Kecemasan berbeda dengandenag rasa takut, yang merupakan penilaian ointelektual terhadap bahaya. Kecemasan merupakan masalah psikiatri yang paling sring terjadi, tahapan tingkat kecemasan akan diperjelas sebagai berikut (Stuart, 2007):

a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehatri-hari; cemas menyebabkan individu menjadi waspada menajamkan indera dan meningkatkan lapang persepsinya

mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.

c. Kecemasan berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serat tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Tingkat panik (sangat berat) dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah menjadi proporsi, karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan walaupun dengan arahan. Panik mencangkup disorgamisasi kepribadian daan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor penyebaab munculnya perasaan cemas (Stuart dan Michele, 2007).

a. Teori Pshyoanalitik

Kecemasan terbagi dalam dua mcam, yaitu cemas primer (utama) dan cemas pengikut (subsequent). Dengan meningkatnya perkembanganego seseorang, maka kecemasan yang dihadapi juga berbeda. Freud menganggap bahwa kecemasan subsquent merupakan produk dari konflik antara id dan superego individu.

b. Teori Interpersonal

Sullivan (1953) berbeda pendapat dengan Freud, ia menganggap bahwa kecemasan akan muncul sampai seseorang memiliki kewaspadaan terhadap

lingkungannya. Tingkat harga diri seseorang merupakan faktor yang sangat penting kaitannya dengan kecemasan. Seseorang yang mempunyai penghargaan tinggi bagi dirinyaa lebih mampu untuk mengatasi cemas.

c. Teori Perilaku

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan merupakan hasil dari frustasi yang disebabkan oleh berbagai hal yang berkaitan dengan pencapaian sebuah tujuan. Pendapat lain juga menagatakan bahwa kecemasan muncul karena adanya stimulus tertentu. Kecemasan juga disebabkan karena adanya konflik internal ketika individu diharuskan untuk memilih diantara banyak pilihan.

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang jelas, namun dapat diukur dari respon fisiologis terhadap kecemasan baik dari sistem kardiovaskular, pernapasan, neuromuskular, gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit. Kemoterapi kanker memiliki efek samping baik psikis atau pun fisik selama menjalani terapi. Oleh sebab itu perasaan cemas pada mereka yang menderita apabila yang menjalani kemoterapi wajar dialami. Pada kecemasan yang rendah dapat menyebabkan individu menjadi waspada dan lebih bersifat anti sipasif positif. Akan tetapi, jika terjadi kecemasan yang berlebihan misalnya pasien terlalu takut pada terapi yang dilakukan, dapat memberikan efek negatif pada terapi yang dijalaninya dan enggan menjalani kemoterapi (Eva dan Fredy, 2013).

5. Faktor resiko kecemasan

Dalam berespon terhadap suatu stres yang dialami, individu dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yang memungkinkan seseorang untuk beradaptasi dengan

adaptif ataupun maladaptif (Stuart, 2007). a. Usia

Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua.

b. Jenis kelamin

Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita daripada pria. Dampak negatif dari kecemasan merupakan rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yaang nyata maupun pootensial. Keadaan cemas akaan membuat individu menghabiskan tenaganya, menimbulkan rasa gelisah, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal maupun hubungan sosial (Videbeck, 2008).

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam mengurai masalah baru.

d. Pendapatan (ekonomi)

Status sosial ekonomi yang rendah pada seseoraang akan menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.

e. Etnik

Etnik individu, meliputi ras, bangsa, suku, bahasa daerah, budaya atau latarbelakang seseorang. Etnik tertentu memiliki budaya tertentu yang has dan spesifik. Kebudayaaan mempengaruhi seseorang dalam sikap dan perilaku, termasuk didalamnya kemampuan untuk beradaptasi dengan stres.

Keyakinan seseorang meliputi sesuatu aspek kehidupan. Kepercayaan, pandangan hidup, agama, dan spiritualitas memiliki dampak positif terhadap kesehagtan mental individu. Seorang religius hidup penuh arti dan tujuan. Agama menyediakan dasar penghargaan terhadap diri dan identitas seseorang baik secara individu maupun sebagai anggota dari suatu masyarakat (komunitas).

6. Penanganan kecemasan

Ada beberapa strategi yang diajukan para ahli mengenai penurunan kecemasan antara lain pelatihan autogenik, pernafasan dalam dan santai, meditasi, aroma terapi, humor, relaksasi otot (Mohammad, 2014).

a. Pelatihan autogenik

Autogenik adalah kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah pernyataan positif kepada diri sendiri dalam keadaan relaksasi (Barnabas, 2008).

b. Pernafasan dalam dan santai

Buschet al.(2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas dalam terhadap nyeri, aktifitas autonomik, dan mood menunjukan bahwa teknik nafas dalam dapat mempengaruhi proses autonomik dan respon terhadap nyeri.

c. Meditasi

Jurnal Biological psichological mendefinisikan meditasi sebagai sebuah proses psikologi yang mendemonstrasikan penurunan aktifitas metabolik untuk merelaksasikan fisik dan mental untuk mencapai keseimbangan emosi (Eifring, 2013).

d. Humor

Humor sebagai strategi pengajaran memiliki manfaat, diantaranya membuat proses belajar menjadi menyenangkan, menfokuskan perhatian, menguatkan hubungan sosial, meningkatkan harga diri, dan meringankan stres dan kecemasan

(Moscaritolo, 2009). e. Respon Kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan akan memperngaruhi perubahan dalam fungsi organ dalam tubunhnya. Menurut Stuart, 2007 dapat terjadi berbagai perubahan yang merupakan respon dari kecemasan yang meliputi:

1). Respon fisiologis

a.). Sistem Kardiovaskuler

Palpitasi, peningkatan tekanan darah, perasaan mau pingsan. b). Sistem Respiratori

Nafas cepat dan pendek, rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, pembengkakan pada tenggorokan

c). Sistem Neuromuskular

Reflek meningkat, mata menyelidik, insomnia, tremor, rigid, gelisah, muka tercekik, reaksi kejutan, wajah tegang, gerakan lambat, kelemahan secara umum

d). Sistem Gastrointestinal

Rasa tidak nyaman pada abdomen, nafsu makan menurun, mual, diare, rasa penuh diperut, rasa terbakar pada epigastrium.

e). Sistem Urinary

Tekanan pada kandung kemih, frekuensi buang air kecil meeningkat. f). Sistem Integumen

Wajah merah, rasa panas, dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh,

2). Respon perilaku

kurang, sering terjadi kecelakaan. 3). Respon kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi kuarang, pelupa, selalu salah dalam mengambil keputusan, bloking, penurunan lapang pandang, penurunan produktivitas, menarik diri, penurunan kreativitas, kebingungan, obyektivitas kurang, takut mati.

4). Respon afektif

Gelisah tidak sabar, tegang, nervous, mudah terganggu, ketakutan, mudah tersinggung, gugup.

7. Kecemasan pada pasien kemoterapi

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam Umi Lutfa & Arina Maliya 2008, faktor yang mem-pengaruhi kecemasan pasien antaralain :

a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain: 1) Usia pasien

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.

2) Pengalaman pasien men-jalani pengobatan Kaplan dan Sadock (1997) mengatakan pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-penga laman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu dikemudian hari. Apabila pengalaman individu tentang kemoterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan kemoterapi.

3) Konsep diri dan peran

individu terhadap dirinya dan mem pengaruhi individu berhu bungan dengan orang lain.

Menurut Stuart & Sundeen (1991) peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. Disamping itu pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, jadi setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya pada setiap waktu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu.

b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain: 1) Kondisi medis (diagnosis penyakit)

Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan. 2) Tingkat pendidikan

Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola piker, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Noto atmodjo, 2000). Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengiden tifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar

dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus (Jatman, 2000).

3) Akses informasi

Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan kemoterapi terdiri dari tujuan kemote rapi, proses kemoterapi, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses adminitrasi (Smeltzer & Bare, 2001).

4) Proses adaptasi

Kozier and Oliveri (1991) menga takan bahwa tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber di lingkungan dimana dia berada. Perawat merupakan sumber daya yang tersedia di lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan diri dalam meng hadapi lingkungan yangbaru.

5) Tingkat sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik. Berdasarkan hasil penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan pada klien menghadapi tindakan kemoterapi.

6) Jenis tindakan kemoterapi

Adalah klasifikasi suatu tindakan terapi medis yang dapat mendatangkan kecemasan karena

terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang (Long, 1996). Semakin mengetahui tentang tindakan kemote rapi, akan mempengaruhi tingkat kecemasan pasien kemoterapi.

7) Komunikasi terapeutik

Komunikasi sangat dibutuhkan baik bagi perawat maupun pasien. Terlebih bagi pasien yang akan menjalani proses kemoterapi. Hampir sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi mengalami kecemasan. Pasien sangat mem butuhkan penjelasan yang baik dari perawat. Komunikasi yang baik diantara mereka akan menentukan tahap kemoterapi selanjutnya. Pasien yang cemas saat akan menjalani kemoterapi ke mungkinan mengalami efek yang tidak menyenangkan bahkan akan membahayakan. Dampak kecemasan terhadap sistem saraf sebagai neuro transmitter terjadi peningkatan sekresi kelenjar norepinefrin, sero tonin, dan gama aminobuyric acid sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan: a) fisik (fisiologis), antara lain perubahan denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan, mual, muntah, diare, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun ekstrim, kelelahan yang luar biasa; b) gejala gangguan tingkah laku, antara lain aktivitas psikomotorik bertambah atau berkurang, sikap menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan yang aneh-aneh; c) gejala gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi, pikiran meloncat - loncat, kehilangan kemampuan persepsi, kehilangan ingatan, phobia, ilusi dan halusinasi. D. Meditasi

1. Definisi

Meditasi adalah memusatkan konsentrasi pada satu titik (Edelman dan Mandle, 2012). Meditasi adalah memusatkan pikiran pada salah satu suara, suatu

Dokumen terkait