• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUHDZIKIRTERHADAPKECEMASANPASIENKEMOTERAPI diRSUDPANEMBAHANSENOPATIBANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUHDZIKIRTERHADAPKECEMASANPASIENKEMOTERAPI diRSUDPANEMBAHANSENOPATIBANTUL"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH DZIKIR TERHADAP KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI

diRSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Falkutas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Di susun oleh : Zulfa Ratnaningsih

20120320096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH DZIKIR TERHADAP KECEMASAN PASIEN

KEMOTERAPI diRSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Falkutas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Di susun oleh : Zulfa Ratnaningsih

20120320096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

i

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah bersedia menenmani saya hingga tahap ini, mereka adalah:

Bapak (Nurkhamid) dan Ibu (Suwartiyah), dan papa kalian orang tua terbaik yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada anak-anaknya.

Terimakasih sudah memberi kesempatan Ifa dalam melanjutkan kuliah yang dulu sempat tertunda. Terimakasih selalu mendukung semua kegiatan yang Ifa

lakukan. Semoga bapak dan ibu selalu dalam lindungan Allah SWT. Saudara sedarah Fierdaus Andika Nur Fauzi, Fitra Tri Darul Khulud, Areta Fredella Islami yang selalu gangguin, selalu bertengkar gak pernah akur, mbak Ifa yakin kalau kalian sayang sama mbak Ifa. Semoga kita menjadi kebanggaan

bapak dan ibu, dan sukses mencapai cita-cita kalian. Amin.

Sahabat-sahabat tersayang Siti Qomariah sahabat dari lahir karena kita cuma beda 15 hari yang dari SD sampai SMP selalu satu sekolah, Nugraha Utama

sahabat SMA yang masih semangatin doain juga. Semoga kalian segera mendapat jodoh masing-masing. Amin. Dirsa, Nurul, Nova makasih kalian selalu semangatin aku, kalian emang the best. Anindya Sekar Utami, Dwi Puji Putranti, Hikmah Sayahputri, Dewi Pangestuti yang selalu menemani aku dalam

keadaan apapun dan menerima setiap keadaanku. Mr. I yang selalu mau jadi tempat keluh kesahku, selalu semangatin dalam keadaan apapun, selalu sabar,

terimakasih untuk kasih sayang yang diberikan selama ini, semoga doa kita terkabul Amin. Terimakasih untuk waktu , doa dan kasih sayang kalian. Semoga

kita dapat meraih impian kita masing-masing. Amin

Bu Akrim dosen pembimbing yang terbaik terimamakasih sudah membimbing Zulfa sampai Zulfa bisa seperti sekarang.

PSIK UMY, terimakasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan. Semoga PSIK UMY selalu menjadi lebih baik dan menjadi terbaik.

Amin

Keluarga besar UMY yang telah mengijinkan saya menuntut ilmu dan meraih impian-impian saya di kampus berkualitas Internasional ini.

Teman-teman seperjuangan PSIK UMY 2012, terimakasih sudah menerima saya menjadi salah satu bagian dari keluarga ini. Semoga kita semua bisa lulus dan

(5)

i

MOTTO HIDUP

Hasbunallah wani’mal wakiil

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung.” (QS. Ali Imran:173)

Laa Haula Wa laa Quwwata Illa Billah

“There is no power nor might except with Allah.”

(HR. Bukhari & Muslim)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya tulis ilmiah ini membahas tentang Pengaruh Dzikir terhadap Kecemasan Pasien Kemoterapi.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan, dorongan selama penulis melaksanakan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Ardi Premono, Sp.An.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp. Mat selaku Kaprodi Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Akrim Wasniyati.Skep.Ners.,MPH selaku dosen pembimbing yang telah membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan sehingga proposal ini dapat terwujud.

4. Ibu Shanti Wardaningsih., M.Kep., NS., Sp. Kep. J selaku PJ penelitian PSPN UMY.

(7)

i

pihak, yang telah membantu baik materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

6. Orangtua dan keluarga serta handai taulan yang telah memberi dorongan dan semangat agar proposal ini selesai.

Yogyakarta, 8 Agustus 2016

Zulfa Ratnaningsih

(8)

i

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

MOTTO HIDUP... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

INTISARI... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Keaslian Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Kanker ... 8

2. Kemoterapi ... 11

(9)

i

4. Meditasi ... 28

5. Dzikir ... 33

B. Kerangka Konsep... 38

C. Hipotesis ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 40

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 40

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 43

D. Variabel Penelitian... 43

E. Definisi Operasional... 44

F. Instrumen ... 44

G. Jalannya Penelitian... 45

H. Uji Validitas dan Rehabilitas... 46

I. Pengolahan Data... 48

J. Analisa Data... 49

K. Etik Penelitian... 50

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Wilayah... 54

B. Hasil Penelitian... 57

C. Pembahasan ... 61

(10)

i BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian... 6 Tabel 2 Pelayanan Rawat jalan dan rawat inap... 55

Tabel 3 Gamabaran karakteristik responden... 57 Tabel 4 Hasil ujiPaired Sample t-testkelompok intervensi dan

(11)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori... 38 Gambar 2 Kerangka Konsep... 38 Gambar 3 pra-eksperimentaldenganone-grup pre-post

test design, 40

(12)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan Lampiran 2. Surat Ijin penelitian

(13)

i

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Kuisioner Kecemasan

Lampiran 7. Satuan Acara Pengacara (SAP) Lampiran 8. Hasil Olah Data

INTISARI

(14)

i

setiap saat dan memiliki nilai ibadah bagi yang melakukannya.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh Dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi.

Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimentaldengan one-grup pre-post test design, Sampel yang digunakan sebanyak 17 responden yang dipilih melalui teknik probability sampling. Instrumen kecemasan yang digunakan adalahZung.Data dianalisis signifikan dengan uji statistik T-Test.

Hasil analisis paired t-test menunjukan nilai p=0,000 (p<0,005) Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum diberikan Dzikir dan setelah berdzikir, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati.

(15)

i

ABSTRACT

Cancer is one of the cause of death main around the world. Cancer treatment can be with surgery and chemotherapy. Chemotherapy himself had side effects of the physical and psychology, the impact of psychology cancer patient feel uncomfortable, anxious even afraid underwent chemotherapy. Anxiety disorder in patient chemotherapy can be handled by the way a pharmacology and non-pharmacology. One of the techniques non-pharmacology to anxiety is with a Dhikr therapy. Dhikr have the principle to calm and heart to be at ease, besides that dhikr can be done at any time and has value of worship for did this therapy.

The purpose of the study to determine yhe effect of dhikr towards anxiety level of the chemotherapy patient.

This study was an quasy pra-eksperimental with one-grup pre-post test design,Sample of this chemotherapy patient 17 respondents that had been chosen by probability sampling. This study used Zung instrument to measure anxiety level. The data world analyze with statistical test of T-test.

Paired t-test result showed p value=0,000 (p<0,005), it means that there were significant difference in intervention group before and after dhikr. In conclution, dhikr therapy affect the level anxiety of the chemotherapy patient.

(16)
(17)

INTISARI

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama diseluruh dunia. Pengobatan kanker bisa dengan pembedahan dan kemoterapi. Kemoterapi sendiri memiliki efek samping terhadap fisik dan psikologi, dampak psikologi pasien kanker merasa tidak nyaman, cemas bahkan takut menjalani kemoterapi. Gangguan kecemasan pada pasien kemoterapi dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi untuk kecemasan adalah dengan meditasi (Dzikir). Dzikir memiliki prinsip untuk menenangkan dan hati menjadi tentram, disamping itu dzikir dapat dilakukan setiap saat dan memiliki nilai ibadah bagi yang melakukannya.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh Dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi.

Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperimendengan desain Static-group comparison desaign. Sampel yang digunakan sebanyak 17 responden yang dipilih melalui teknik probability sampling. Instrumen kecemasan yang digunakan adalah Zung.Data dianalisis signifikan dengan uji statistik T-Test.

Hasil analisis paired t-test menunjukan nilai p=0,000 (p<0,005) Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum diberikan Dzikirdan setelah berdzikir, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruhdzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati.

(18)

ABSTRACT

Cancer is one of the cause of death main around the world. Cancer treatment can be with surgery and chemotherapy. Chemotherapy himself had side effects of the physical and psychology, the impact of psychology cancer patient feel uncomfortable, anxious even afraid underwent chemotherapy. Anxiety disorder in patient chemotherapy can be handled by the way a pharmacology and pharmacology. One of the techniques non-pharmacology to anxiety is with a Dhikr therapy. Dhikr have the principle to calm and heart to be at ease, besides that dhikr can be done at any time and has value of worship for did this therapy.

The purpose of the study to determine yhe effect of dhikr towards anxiety level of the chemotherapy patient.

This study was an quasy experiment with Static-group comparison desaign. Sample of this chemotherapy patient 17 respondents that had been chosen by probability sampling. This study used Zung instrument to measure anxiety level. The data world analyze with statistical test of T-test.

Paired t-test result showed p value=0,000 (p<0,005), it means that there were significant difference in intervention group before and after dhikr. In conclution, dhikr therapy affect the level anxiety of the chemotherapy patient.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, kanker servik dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% kematian karena kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu indeks massa tubuh tinggi, kurang konsumsi buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, penggunaan rokok, dan konsumsi alkohol berlebihan (Kemenkes, 2015).

(20)

2

pembedahan dan radiasi, dan terapi sistematik. Jenis terapi sistematik pada kanker adalah kemoterapi dengan obat sitotoksik, terapi hormonal, dan terapi biologi (Aru, 2007).

Kemoterapi adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan cara mengganggu fungsi reproduksi sel dengan cara memberikan sesuatu zat atau obat yang berfungsi dan mempunyai khasiat untuk membunuh sel-sel kanker (Fadil, 2014). Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk menghancurkan atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker (Citra, 2012).

Kemoterapi mempunyai efek samping fisik dan psikologis pada pasien kanker. Efek samping fisik kemoterapi yang umum adalah pasien akan mengalami mual dan muntah, perubahan rasa kecap, rambut rontok(alopecia), mukositis, dermatitis, keletihan, kulit menjadi kering bahkan kaku dan kulit bisa sampai menghitam, tidak nafsu makan, dan ngilu pada tulang (Nisman, 2011). Kemoterapi juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan, meningkatkan stres dan mempengaruhi kualitas hidup klien. Dengan kata lain tindakan kemoterapi secara signifikan berdampak atau mempengaruhi kualitas hidup dari klien kanker diantaranya kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status ekonomi dan dinamika keluarga (Yusra, 2011). Dampak pada psikologis pasien kanker yaitu menyebabkan pasien kanker merasa tidak nyaman, cemas bahkan takut menjalani kemoterapi (Satriaet al,2014).

(21)

3

Kecemasan adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman khawatir, gelisah, takut, dan tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati, 2010). Cemas mempengaruhi seseorang dalam tiga hal yaitu perubahan fisik (menunjukan perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah, ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek), perubahan mental (khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat konsentrasi), perubahan perilaku seperti menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu (Hyman dan Pedrick, 2011).

Hasil penelitian tentang kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi yang dilakukan Hendianti (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 34,28% responden mengalami kecemasan sedang; 12,86% mengalami kecemasan berat; 4,28% mengalami kecemasan sangat berat. Ada beberapa strategi yang diajukan para ahli mengenai penurunan kecemasan antara lain pelatihan autogenik, pernafasan dalam dan santai, meditasi, aroma terapi, humor, relaksasi otot (Mohammad, 2014).

(22)

4

meditasi tidaklah dikenal namun memiliki padanan arti dengan dzikir yaitu mengingat Tuhan (Yang Suci dan transenden) dalam bentuk shalat (Muhamad, 2009).

Dzikir adalah semua amal atau perbuatan baik lahir maupun batin, yang membawa seseorang untuk mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya, salah satu kegiatannya adalah mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang dalam kondisi dan waktu tertentu (Irham, 2011). Membaca kata secara berulang-ulang juga memiliki manfaat terapeutik yang sama layaknya meditasi dan relaksasi (Eliopoulus, 2005), salah satunya meningkatkan suasana hati dan menurunkan kecemasan (Hanlon et al, 2009). Dalam Surat Ar Ra‟ad ayat 28 : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

(23)

5

kemoterapi setelah melakukan kemoterapi ke tiga.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi di RSU Panembahan Senopati Bantul.

B. Rumusan Masalah

“ Apakah ada pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien kemoterapi di RSUDPanembahan Senopati Bantul?”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Penembahan Senopati Bantul.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden penelitian

b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien kemoterapi sebelum dan sesudah diberi intervensi dzikir

c. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pasien kemoterapi sebelum intervensi dan setelah intervensi

D. Manfaat dari Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(24)

6

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk pasien kemoterapi yaitu dengan melafalkan dzikir untuk mengurrangi kecemasan.

b. Manfaat bagi perawat

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada profesi perawat mengenai manfaat terapi dzikir untuk pasien kemoterapi.

2) Perawat dapat mengaplikasikan penelitian ini kepada pasien yang menjalani kemoterapi.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian No

. Judul Peneliti Hasil PersamaanPeneliti PerbedaanPeneliti

1 2 3 4 5 6

Sampel yang digunakan total sampling

(25)

7 Usia di Panti Sosial Tresna

Instrumen yang digunakan PSQI

Sampel yang digunakan purposive

(26)

BAB II Tinjauan Pustaka A. Kanker

1. Definisi

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga memengaruhi fungsi tubuh. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainya (Rama Diananda, 2007).

2. Gejala kanker

Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis, tempat, dan stadium kanker. Gejala umum kanker antara lain pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misal ada benjolan di paayudara, di perut, dsb), terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi laalat), demam kronis, terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara (pada kanker di leher), terjadi perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih (misal perubahan pola BAB, BAB berdarah,dsb), penurunan nafsu makan dan berat badan, keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan abnormal dari puting payudara) (Rama, 2007).

(27)

akibat pengobatan (misalnya, pembengkakan akibat sumbatan kelenjar getah bening pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf tepi, penururnan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi) (Rama, 2007).

3. Faktor Penyebab dan Resiko Kanker

Beberapa faktor penyebab kanker menurut (Sampemajung, 2012)merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan empat kategori agen eksternal :

a. Fisik kersinogen (radiasi ultraviolet dan pengion).

b. Kimia karsinogen (abses, komponen asap tembakau, kontaminan makanan). c. Biologi karsinogen (infeksi dari virus tertentu, bakteri atau parasit).

d. Hormon estrogen dan prosgeteron sangat berpengaruh pada insidensi kanker pada perempuan.

Penggunaan tembakau merupakan faktor resiko tetinggi yang menyebabkan 22% kematian akibat kanker secara umum, 71% kematian akibat kanker paru-paru. Virus yang dapat menyebabkan kanker yaitu virus hepatitis B / virus hepatitis C (HBV/HCV) dan Human Papilloma Virus (HPV). HPV bertanggung jawab 20% kematian akibat kanker dinegara penghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker pada tahun 2012 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia sebanyak 70% (WHO, 2013).Ada pula faktor resiko penyakit kanker menurut Kemenkes 2015 :

a. Faktor genetik,

b. Faktor karsinogen, di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis,

c. Faktor perilaku / gaya hidup, diantaranya yaitu merokok, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol,dan kurang aktivitas fisik.

(28)

Nanoteknologi berkembang sebagai bidang baru yang memiliki penelitian berpotensi tinggi dan dampak klinis, khusus di bidang kesehatan mendapatkan keuntungan dari nanoteknologi karena aplikasi yang muncul untuk pencitraan non-invasif dan terapi. Platform nanotechnologi disebut denagn besi oksida dengan relevansi khusus untuk terapi kanker, terapi berbasis nanopartikel besi oksida merupakan alternative penting untuk kemoterapi konvensional. Radiasi dan pembedahan (Yigitet al,2012).

Menurut ACS (2013) klasifikasi terapi kanker yang sering digunakan ada dua yaitu terapi adjuvant dan terapi neoadjuvant. Terapi adjuvant dan terapi neoadjuvant mengabungkan antara kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormonal dan pembedahan. Terapi adjuvant merupakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat sel kanker dan terapi pendamping berupa kemoterapi, terapi radiasi dan terapi hormonal untuk menghilangkan sel kanker yang masih tertinggal.

Terapi neoadjuvant yaitu terapi yang dapat diberikan untuk proses pengecilan diameter sel kanker terlebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan (terapi utama) (ACS, 2013). Terapi neoadjuvant didefinisikan sebagai pengguanaan agen sitotoksik yang terdiri dari kemoterapi individu atau gabungan antara terapi radiasi, terapi biologis atau terapi bertarget molekuler, sebelum operasi dengan maksud kuratif (Malingaet al,2013).

B. Kemoterapi 1. Definisi

(29)

2. Tujuan dari Kemoterapi

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau sesudah pembedahan. Kadang disertai dengan terapi radiasi, kadang cukup hanya kemoterapi. Tujuannya adalah membasmi seluruh sel kanker sampai keakar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak trjangkau pisau bedah, untuk mengontrol sel-sel kanker tidak menyebar dengan luas.

3. Efek Samping Kemoterapi

Efek samping kemoterapi timbul karena obat-batan kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat, yaitu: rambut rontok, sumsum tulang (berkurangnya hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih, membuat tubuh lemah, merasa lelah, sesak nafas, mudah mengalami perdarahan, an mudah terinfeksi), kulit (membiru/menghitam, kering, seta gatal), mulut dan tenggorokan (sariawan, terasa kering, dan sulit menelan), saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri pada perut), produksi hormon (menurunkan nafsu seks dan kesuburan) (Rama, 2007).

(30)

dengan motivasi yang tinggi untuk sembuh.

Adapun respon fisik yang dialami pasien yang menjalani kemoterapi adalah sebagai berikut

a. Toksisitas Kulit

Agen sitotoksik kemoterapi dapat menyebabkan efek samping pada kuku dan barier kulit (Fabbrociniet al, 2012).

b. Alopecia (kerontokan rambut)

Disebabkan kerusakan dari batang rambut sehingga mengakibatkan rambut mudah rontok (Luanpitpong dan Rojanasakul, 2012).

c. Penurunan berat badan

Disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh mual, muntah, dan mucositis (Laraet al, 2012).

d. Anemia

Eritropoiesis adalah proses dinamis yang mempertahankan jumlah eritrosit yang beredar di bawah perubahan kondisi fisiologis (Rim, 2012).

e. Penurunan nafsu makan

Disebabkan sinyal rasa lapar yang berasal dari hipotalamus berkurang dan sinyal kenyang yang dihasilkan oleh melacortins diperkuat (Cherwin, 2012).

f. Nyeri

Disebabkan oleh kanker itu sendiri, pengobatan kanker, kelemahan umum ataupun gangguan bersamaan yang terjadi. (Raphaelet al,2010).

Adapun Respon Psikologis yang dialami pasien yang menjalani kemoterapi adalah sebagai berikut :

a. Delirium

(31)

efek tidak langsung dari penyakit atau perawatan. b. Kecemasan

Kekhawatiran terhadap prognosis penyakit atau kepastian diagnostik, ketakutan akan kekambuhan penyakit.Perasaan cemas pada pasien kanker karena mereka takut akan dampak yang terjadi, misalnya perubahan body image dan kematian (Stuart, 2007). Cemas akan kematian bisa berakibat terganggunya proses pengobatan. Perasaan cemas bukan satu-satunya keluhan yang dirasakan pasien. Stres mungkin juga bisa dirasakan oleh mereka. Cemas dapat terjadi akibat perasaan stres berlebihan yang menghantui pasien. Dalam kondisi menderita penyakit kanker, pasien akan merasa marah sebagai respon terhadap perasaan cemas yang dianggapnya sebagai ancaman.

c. Depresi

Depresi mulai muncul saat gejala pertama, saat diagnosis, selama pengobatan dan perawatan paliatif (Holland dan Alici, 2010)

d. Emosiona

Respon emosional positif dapat menghasilkan sel spesialis “pembunuh” (Feldman, 2012).

e. Kesedihan

Kesedihan terkait kanker akan sangat relevan terjadi karena penderita kanker akan merasakan kerugian akibat penyakitnya (Trevino et al, 2011).

f. Kepasrahan

Kepasrahan hampir sama dengan berduka yaitu tidak percaya, marah, depresi, kepasrahan atau penerimaan (Pie robon, 2011).

(32)

1. Definisi kecemasan

Cemas diartikan sebagai perasaan yang berlebihan tentang sesuatu yang tidak jelas dan dianggap sebagai ancaman (Hyman dan Pedrick, 2012). Kecemasan adalah emosi atau perasaan menyakitkan yang timbul dari ketidakamanan sosial atau ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biologis secara puas (Mlek, 2011).

Cemas mempengaruhi seseorang dalam tiga hal yaitu perubahan fisik (perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah, ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek), perubahan mental (khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat konsentrasi), perubahan perilaku (menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu) (Hyman dan Pedrick, 2011).

2. Teori Kecemasan

Videback (2008) dalam bukunya menjelaskan berbagai teori yang menjelaskaan tentang terjadinyaa kecemasan, yaitu teori biologi dan teori psikodinamika.

a. Teori Biologi 1). Teori Genetik

Ansietas memiliki komponen yang dapaat diwariskan dari kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansiets, insidennya menapai 25% pada kerabat tingkat pertama dan wanita mempunyai resiko dua kali lipat dari pria. Kromosom 133 dikatakan terlibat dalam proses terjadinya gangguan panik dan sakit kepala hebat.

2). Teori Neurokima

(33)

benzodiazepin dan serotonin (5-HT). b. Teori Psikodinamik

1). Psikoanalitis

Freud memandang ansietas merupakan hal ilmiah seseorang sebagai stimulus untuk pelaku. Ia menjelaskan bahwa respon cemas merupakan mekanisme pertahanan manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap stimulasi tertentu.

2). Teori perilaku

Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu. Individu dapat memodifikasi perikalu maladaptif tanpa memahami penyebab tersebut. Perilaku yang berkembang dan mengganggu kehidupan individdu dapat ditiadakan atau dibuang melali pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli.

3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat dan panik. Tingkat atau level kecemasan yang dialami seseorang tergantung pada tingkat stres dan durasi stres tersebut (Videbeck, 2008). Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mengpengaruhi kondisi fisik dan psikis. Kecemasan berbeda dengandenag rasa takut, yang merupakan penilaian ointelektual terhadap bahaya. Kecemasan merupakan masalah psikiatri yang paling sring terjadi, tahapan tingkat kecemasan akan diperjelas sebagai berikut (Stuart, 2007):

a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehatri-hari; cemas menyebabkan individu menjadi waspada menajamkan indera dan meningkatkan lapang persepsinya

(34)

mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.

c. Kecemasan berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serat tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Tingkat panik (sangat berat) dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah menjadi proporsi, karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan walaupun dengan arahan. Panik mencangkup disorgamisasi kepribadian daan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor penyebaab munculnya perasaan cemas (Stuart dan Michele, 2007).

a. Teori Pshyoanalitik

Kecemasan terbagi dalam dua mcam, yaitu cemas primer (utama) dan cemas pengikut (subsequent). Dengan meningkatnya perkembanganego seseorang, maka kecemasan yang dihadapi juga berbeda. Freud menganggap bahwa kecemasan subsquent merupakan produk dari konflik antara id dan superego individu.

b. Teori Interpersonal

(35)

lingkungannya. Tingkat harga diri seseorang merupakan faktor yang sangat penting kaitannya dengan kecemasan. Seseorang yang mempunyai penghargaan tinggi bagi dirinyaa lebih mampu untuk mengatasi cemas.

c. Teori Perilaku

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan merupakan hasil dari frustasi yang disebabkan oleh berbagai hal yang berkaitan dengan pencapaian sebuah tujuan. Pendapat lain juga menagatakan bahwa kecemasan muncul karena adanya stimulus tertentu. Kecemasan juga disebabkan karena adanya konflik internal ketika individu diharuskan untuk memilih diantara banyak pilihan.

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang jelas, namun dapat diukur dari respon fisiologis terhadap kecemasan baik dari sistem kardiovaskular, pernapasan, neuromuskular, gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit. Kemoterapi kanker memiliki efek samping baik psikis atau pun fisik selama menjalani terapi. Oleh sebab itu perasaan cemas pada mereka yang menderita apabila yang menjalani kemoterapi wajar dialami. Pada kecemasan yang rendah dapat menyebabkan individu menjadi waspada dan lebih bersifat anti sipasif positif. Akan tetapi, jika terjadi kecemasan yang berlebihan misalnya pasien terlalu takut pada terapi yang dilakukan, dapat memberikan efek negatif pada terapi yang dijalaninya dan enggan menjalani kemoterapi (Eva dan Fredy, 2013).

5. Faktor resiko kecemasan

(36)

adaptif ataupun maladaptif (Stuart, 2007). a. Usia

Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua.

b. Jenis kelamin

Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita daripada pria. Dampak negatif dari kecemasan merupakan rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yaang nyata maupun pootensial. Keadaan cemas akaan membuat individu menghabiskan tenaganya, menimbulkan rasa gelisah, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal maupun hubungan sosial (Videbeck, 2008).

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam mengurai masalah baru.

d. Pendapatan (ekonomi)

Status sosial ekonomi yang rendah pada seseoraang akan menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.

e. Etnik

Etnik individu, meliputi ras, bangsa, suku, bahasa daerah, budaya atau latarbelakang seseorang. Etnik tertentu memiliki budaya tertentu yang has dan spesifik. Kebudayaaan mempengaruhi seseorang dalam sikap dan perilaku, termasuk didalamnya kemampuan untuk beradaptasi dengan stres.

(37)

Keyakinan seseorang meliputi sesuatu aspek kehidupan. Kepercayaan, pandangan hidup, agama, dan spiritualitas memiliki dampak positif terhadap kesehagtan mental individu. Seorang religius hidup penuh arti dan tujuan. Agama menyediakan dasar penghargaan terhadap diri dan identitas seseorang baik secara individu maupun sebagai anggota dari suatu masyarakat (komunitas).

6. Penanganan kecemasan

Ada beberapa strategi yang diajukan para ahli mengenai penurunan kecemasan antara lain pelatihan autogenik, pernafasan dalam dan santai, meditasi, aroma terapi, humor, relaksasi otot (Mohammad, 2014).

a. Pelatihan autogenik

Autogenik adalah kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah pernyataan positif kepada diri sendiri dalam keadaan relaksasi (Barnabas, 2008).

b. Pernafasan dalam dan santai

Buschet al.(2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas dalam terhadap nyeri, aktifitas autonomik, dan mood menunjukan bahwa teknik nafas dalam dapat mempengaruhi proses autonomik dan respon terhadap nyeri.

c. Meditasi

Jurnal Biological psichological mendefinisikan meditasi sebagai sebuah proses psikologi yang mendemonstrasikan penurunan aktifitas metabolik untuk merelaksasikan fisik dan mental untuk mencapai keseimbangan emosi (Eifring, 2013).

d. Humor

(38)

(Moscaritolo, 2009). e. Respon Kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan akan memperngaruhi perubahan dalam fungsi organ dalam tubunhnya. Menurut Stuart, 2007 dapat terjadi berbagai perubahan yang merupakan respon dari kecemasan yang meliputi:

1). Respon fisiologis

a.). Sistem Kardiovaskuler

Palpitasi, peningkatan tekanan darah, perasaan mau pingsan. b). Sistem Respiratori

Nafas cepat dan pendek, rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, pembengkakan pada tenggorokan

c). Sistem Neuromuskular

Reflek meningkat, mata menyelidik, insomnia, tremor, rigid, gelisah, muka tercekik, reaksi kejutan, wajah tegang, gerakan lambat, kelemahan secara umum

d). Sistem Gastrointestinal

Rasa tidak nyaman pada abdomen, nafsu makan menurun, mual, diare, rasa penuh diperut, rasa terbakar pada epigastrium.

e). Sistem Urinary

Tekanan pada kandung kemih, frekuensi buang air kecil meeningkat. f). Sistem Integumen

Wajah merah, rasa panas, dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh,

2). Respon perilaku

(39)

kurang, sering terjadi kecelakaan. 3). Respon kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi kuarang, pelupa, selalu salah dalam mengambil keputusan, bloking, penurunan lapang pandang, penurunan produktivitas, menarik diri, penurunan kreativitas, kebingungan, obyektivitas kurang, takut mati.

4). Respon afektif

Gelisah tidak sabar, tegang, nervous, mudah terganggu, ketakutan, mudah tersinggung, gugup.

7. Kecemasan pada pasien kemoterapi

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam Umi Lutfa & Arina Maliya 2008, faktor yang mem-pengaruhi kecemasan pasien antaralain :

a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain: 1) Usia pasien

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.

2) Pengalaman pasien men-jalani pengobatan Kaplan dan Sadock (1997) mengatakan pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-penga laman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu dikemudian hari. Apabila pengalaman individu tentang kemoterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan kemoterapi.

3) Konsep diri dan peran

(40)

individu terhadap dirinya dan mem pengaruhi individu berhu bungan dengan orang lain.

Menurut Stuart & Sundeen (1991) peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. Disamping itu pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, jadi setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya pada setiap waktu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu.

b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain: 1) Kondisi medis (diagnosis penyakit)

Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan. 2) Tingkat pendidikan

(41)

dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus (Jatman, 2000).

3) Akses informasi

Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan kemoterapi terdiri dari tujuan kemote rapi, proses kemoterapi, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses adminitrasi (Smeltzer & Bare, 2001).

4) Proses adaptasi

Kozier and Oliveri (1991) menga takan bahwa tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber di lingkungan dimana dia berada. Perawat merupakan sumber daya yang tersedia di lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan diri dalam meng hadapi lingkungan yangbaru.

5) Tingkat sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik. Berdasarkan hasil penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan pada klien menghadapi tindakan kemoterapi.

6) Jenis tindakan kemoterapi

(42)

terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang (Long, 1996). Semakin mengetahui tentang tindakan kemote rapi, akan mempengaruhi tingkat kecemasan pasien kemoterapi.

7) Komunikasi terapeutik

Komunikasi sangat dibutuhkan baik bagi perawat maupun pasien. Terlebih bagi pasien yang akan menjalani proses kemoterapi. Hampir sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi mengalami kecemasan. Pasien sangat mem butuhkan penjelasan yang baik dari perawat. Komunikasi yang baik diantara mereka akan menentukan tahap kemoterapi selanjutnya. Pasien yang cemas saat akan menjalani kemoterapi ke mungkinan mengalami efek yang tidak menyenangkan bahkan akan membahayakan. Dampak kecemasan terhadap sistem saraf sebagai neuro transmitter terjadi peningkatan sekresi kelenjar norepinefrin, sero tonin, dan gama aminobuyric acid sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan: a) fisik (fisiologis), antara lain perubahan denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan, mual, muntah, diare, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun ekstrim, kelelahan yang luar biasa; b) gejala gangguan tingkah laku, antara lain aktivitas psikomotorik bertambah atau berkurang, sikap menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan yang aneh-aneh; c) gejala gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi, pikiran meloncat - loncat, kehilangan kemampuan persepsi, kehilangan ingatan, phobia, ilusi dan halusinasi. D. Meditasi

1. Definisi

(43)

memusatkan konsentrasi. Jika beberapa pemikiran lain masuk menyelinap saat meditasi, maka pemikiran tersebut dihentikan dan kembali ke objek meditasi (Mason, 2012).

2. Klasifikasi meditasi

Meditasi adalah satu dari berbagai macam Complementary and Alternative Medicine (CAM), yang merupakan jenis pengobatan kedokteran dan kesehatan yang berbasis pada pasien yang dalam praktiknya diluar bidang kedokteran konvensional. CAM memiliki lima doamain, dalam hal ini meditasi termasuk ke dalam doamin intervensi yang menerapkan teknik yang dirancang untuk menfasilitasi kemampuan pikiran seseorang agar dapat mempengaruhi gejala dan fungsi tubuh seseorang (Hanlon dkk, 2009). Meditasi itu sendiri terbagi atas beberapa jenis, yaitu

a. Meditasi konsentrasi

Jenis meditasi yang pertama adalah meditasi konsentrasi. Pada jenis ini, fokus konsentrasi pada pernafasan, gambar, atau pun suara. Suara atau mantra lebih sering digunakan. Ketika akan berkonsentrasi, anda menggunakan salah satu media di atas unutk dijadikan titik fokus dan anda dapat menjernihkan pikiran dan memungkinkan untuk kesadaran yang lebh tinggi dan jelas ((Mason, 2012).

b. Meditasi pernafasan

(44)

mengendalikan pikiran menjadi lebih efektif (Mason, 2012). c. Meditasi kesadaran

Berbeda dengan metode konsentrasi, meditasi kesadaran tidak fokus pada satu objek, tetapi rentang fokus di perlebar agar lebih banyak objek yang bisa masuk. Kita akan lebih menyadari segala sesuatu disekitar anda, termasuk perasaan, yang dilihat, yang didengar, bau dan suara. Anda tidak harus bereaksi dengan objek tadi, tetapi hanya apapun yang terjadi dalam pikiran anda, karenanya anda tidak terlibat dengan objek-objek tersebut dan mulai menjadi tenang (Mason, 2012).

d. Meditasi berjalan

Meditasi ini membutuhkan tubuh dalam praktiknya, bisa dilakukan dengan berjalan bolak-balik baik di luar atau di kamar. Perhatikan pergerakan kaki, pernapaasan, dan tubuh anda saat berjalan, dan rasa atau saat kaki anda menyentuh tanah. Ketika pikiran anda mengembaara, berusahalah agar kembali ke proses berjalan dan bernapas (Mason,2012).

e. Meditasi mantra sederhana

Kata atau frase yang diulang-ulang ketikaa duduk dalam meditasi, dan pemilihan kata di lakukan oleh guru yang berpengalaman dan beberapa tradisi. Jika melakukannya sendiri, maka dapat menggunakan kata/ frase yaang memiliki pengaruh dan dapat memilih untuk mengulangi dengan suara yang keras atau hanya di dalam pikiran saat bermeditasi (Mason, 2012).

f. Meditasi konsep

(45)

segala sesuatu yang dimulai dengan pikiran dan perasaan saat mereka datang dan pergi. Teknik ini digunakan untuk memandu untuk memahami rasionalisasi pikiran anda dan tidak ikut terbawa oleh konsep tersebut (Mason, 2012).

3. Manfaat meditasi

Meditasi memiliki banyak sekali manfaat, diantanya adalah :

a. Meditasi memungkinkan untuk dapat fokus, menyelesaikan tugas dengan metode yang lebih baik dan lebih cepat (mason,2012)

b. Meditasi memungkinkan untuk memperbaiki tingkat stres, dengan berkurangnya stres maka dapat membuat keputusan yang tepat dan efektif dalam menyelesaikan suatu perkara. Meditasi bermanfaat ungtuk meningkatkan mood, menurunkan kecemasan dan meningkatkan tidur (Hanlon dkk, 2009)

c. Meditasi membuat komunikasi menjadi lebih efektif melalui kata-kata yang lebih efektif (Mason, 2012)

d. Meditasi dapat meningkatkan status kesehatan termasuk membantu memperbaiki kondisi jantung, tekanan darah dan lain-lain (Mason,2012) e. Meditasi meningkatkan kesehatan pikiran (Mason, 2012).

4. Meditasi dan dzikir

(46)

dengan cara selalu mengingat Allah.

Dzikir dan meditasi memiliki keasaan, yaitu menfokuskan konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang djadikan fokus konsentrasinya adalah Allah. Kegiatan membaca berulang-ulang (misalnya membaca kalimat dzikir) merupakan salah satu kegiatan untuk berkonsentrasi (Edelman & Mandle, 2010). Edelman & Mandle (2010) menabahkan bahwa doa merupakan salah satu bentuk dari meditasi, yang dalam praktiknya berfokus pada kata-kata suci. E. Dzikir

1. Definisi Dzikir

Dzikir berasal dari bahasa arab, yakni katadzakara, yadzkuru, dandzikranyang berati mengingat. Secara umum dzikir ialah semua amal atau perbuatan baik yang lahir maupun batin, yang membawa seseorang untuk mengingat Allah dan mendekat (taqorrub) kepada-Nya. Dari segi bahasa dzikir berarti menyebut, yakni mengucapkan sesuatu dengan lisan secara berulang-ulang dalam kondisi dan waktu tertentu, sedangkan dari segi istilah, dzikir adalah aktivitas yang meliputi tiga hal. Pertama, ucapan lisan, gerak raga, atau getaran hati. Kedua, usaha untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai (ghaflah) dengan selalu mengingat-Nya. Ketiga, memasuki suasana musyahabah (penyaksian secara langsung) dengan mata hati, didorong oleh rasa cinta yang mendalam kepada Allah (Irham, 2011).

2. Jenis Dzikir

(47)

Maha Suci Engkau maka periharalah kami dari siksa api neraka.”(Ali-Imran [3]:191) Dzikir lisan adalah ungkapan penyucian (tasbih), pujian (tahmid), pengagungan (tamjid) (Kabbani, 2007).

“sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS.Al-Muzammil [73]:8)

Dzikir hati mencangkup perenungan atas dalil yang menunjukan Zat dan sifat-sifat Allah, perenungan atas kewajiban yang mencangkup atas perintah dan larangan sehingga orang dapat memperhatikan hukum-hukum yang berikatan denganya, dan perenungaan atas rahasia makhluk Allah. (Kabbani,2007)

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”(Ali-Imran [3]:191)

Dzikir anggota tubuh mencangkup ketekunan anggota tubuh (mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki) dalam ketaatan, berbuat kebajikan, dan membersihkan dari segala dosa dan maksiat. Dengan makna seperti inilah, Allah menamakan shalat sebagai dzikir (Irham, 2011; Kabbani, 2007).

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengucapkan ”Subhanallah”, ”Alhamdulillah”, ”Laa ilaha Illallah”, dan ”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar matahari”(Bayumi, 2005).

3. Manfaat dzikir

(48)

Manfaat dzikir (Bayumi, 2005):

a. Surat Al Jumu‟ah ayat 10 : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan INGATLAH Allah banyak-banyak supaya kamu BERUNTUNG.”

b. . Surat An Anfal ayat 45 : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguhlah hati kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung (BERANI DAN YAKIN)”. c. . Surat Ar Ra‟ad ayat 28 : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

d. . Surat Al Ankabut ayat 45 :”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Qur‟an dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

e. Surat Ali Imran ayat 135 : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

f. Surat Ali Imran ayat 190 : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.

4. Penetapan waktu

(49)

waktu yang paling baik untuk berdzikir yaitu setelah shalat, ketika mendapat musibah, dan sepertiga malam (Amin& Al-Fandi). Menurut Zamry (2012) dzikir dilakukan minimal 21 menit dan maksimal tidak ada batasan waktu (lakukan semampunya) dan dua kali sehari (pagi dan sore). Masing-masing bacaan dilakukan sebanyak 33 kali.

5. Pengaruh dzikir terhadap kecemasan

Berbagai penelitian dan studi mengenai strategi untuk menurunkan kecemasan telah banyak dilakukan, diantara intervensi yang diterapkan adalah dzikir secara ilmiah terbukti dapat menurunkan kecemasan seseorang.

Edi Nurfadillah (2014) dalam penelitiannya menunjukan bahwa metode intervensi dzikir asmaul husna memberi efek positif untuk menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi. Dzikir tidak hanya memberikan efek relaksasi, tetapi juga dapat memberi pengaruh positif bagi yang meyakininya, beberapa rasa optimis sehingga memberikan ketentraman hati dan secara tidak langsung meningkatkan spiritual seseorang.

Kerangka Teori

Akibat dari kemoterapi - Fisik

- Psikis (cemas) Penatalaksanaaan

kanker

- Pembedahan - Kemoterapi

(50)

Gambar 1.

Kerangka Teori modifikasi dari teori Rama (2007), Yigitet al(2012), Malingaet al(2013), Fadil (2014), Mlek (2011), Hyman & Pedrick (2011), Muhammad (2014), Barnabas (2008),

Buschet al(2012), Eifing (2013), Irham (2011), Nisman ( 2011) A. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian menjelaskan bahwa peneliti akan meneliti adanya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Peneliti memberi intervensi dzikir dapat berpengaruh terhadap kecemasan pasien yang akan menjalani kemoterapi dengan tingkat kecemasan ringan, sedang, dan berat.

Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi H1 : ada pengaruh dzikir terhadap kecemasan pasien kemoterapi

Intervensi kecemasan - Pelatihan nafas dalam - Pelatihan autogenik - Meditasi (Dzikir)

Ringan Kecemasan pasien

yang akan menjalani kemoterapi Meditasi

Dzikir

Sedang

(51)

BAB III Metode penelitian A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimental dengan one-grup pre-post test design, yakni suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan satu kelompok kemudian diobservasi pada variabel dependen setelah melakukan intervensi. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan diawali dengan pretest dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembaliposttest(Nursalam, 2014).

Tabel 1. Desain one-grup pra-post test

Pra Perlakuan Pasca-tes

O1 I O2

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan:

O1 : Pengukuran kecemasan pertama kelompok eksperimen I : Intervensi (dzikir)

O2 : Pengukuran kecemasan setelah kemoterapi B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(52)

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui teknik sampling (Saryono, 2011). Teknik sampling merupakancara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yangbenar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Teknikpengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara non probability samplingjenispurposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilihsampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalahdalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yangtelah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :

a. Pasien yang akan melakukan kemoterapi b. Pasien kemoterapi yang beragama islam

c. Pasien kemoterapi di RSU Panembahan Senopati Bantul. d. Pasien kemoterapi yang bersedia menjadi responden

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus uji hipotesis 2mean berpasangan sebagai berikut (Ariawan, 1998).

n =δ2 (Z1−α/2+ Z1−β)2 (μ1−μ2)2 Keterangan:

n : jumlah perkiraan sampel δ : standar deviasi

(53)

Z1-β : kekuatan uji

(μ1-μ2) : perbedaan rata-rata kedua kelompok

Penelitin ini menggunakan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 95%. Untukperhitungan besar sampel, peneliti menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Syarif(2009) dalam Apriyani (2010) dengan standar deviasi 8,68 dan perbedaan rata-rata 6,2.

n = (8,62) 2 (1,96 + 0,84) 2= 15,36 = 15 ( 6,2) 2

Sampel minimal yang diperlukan sebanyak 15 responden pada kelompok. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadidrop out, diperlukan penambahan jumlahsampel sebanyak 10% pada setiap kelompok sehingga sampel yang diperlukan sebanyak17 responden pada setiap kelompok (Apriyani, 2010).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Panembahan Senopati Bantul pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni– Juli 2016.

D. Variabel Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pernyataan peneliti, dirumuskan dalam bentuk hubungan dua variabel,variabel bebasdanvariabel terkait(Notoadmojo, 2012). 1. Variabel bebas : dzikir

2. Variabel terikat : tingkat kecemasan pada pasien kemoterapi

Gambar 4. Variabel penelitian E. Definisi Operasional

Variable bebas Dzikir

Variabel terikat

(54)

1. Dzikir adalah bacaan doa takhalli, tahallli, tajalli dengan melafazkan bacaan Al-Baqiyyatush-Shalihah (Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, La ilaha Ilallah,

dan La haula walaquwwatailla) yang diucapkan oleh pasien yang akan melakukan kemoterapi selama 21 menit.

2. Kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan pasien kemoterapi yang akan menjalani kemoterapi. Data yang didapat dari pemberian kuesioner skala kecemasan Zung yang akan diisi oleh pasien kemoterapi. Hasil yang diperoleh antara lain yaitu ringan 20-44, kecemasan sedang 45-59, kecemasan berat 60-74 dan kecemasan sangat berat 75-80. Skala yang digunakan pada penelitian adalah skala ordinal.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan skala kecemasan Zung untuk mengukur tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi. Skala kecemasan zung yang terdiri dari 20 pertanyaan. Tiap pertanyaaan mempunyai skor 1-4 yang menujukan jawaban tidak pernah/ jarang sekali, kadang-kadang, sering dan hampir selalu. Nilai skor total berkisar 20-80, dimana semakin tinggi nilai skor total menunjukan kecemasan yang lebih berat. Nilai skor total yang dianggap sebagai batas kondisi kecemasan oleh Zung adalah 36 (Bittsita et al, 2010). Berdasarkaan nilai skor total, dibuat klasifikasi tingkat kecemasan sebagai berikut: normal 20-35, kecemasan ringan 36-47, kecemasan berat48-59dan kecemasan sangat berat 60-80 (neel, 1996). Intervensi penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri.

G. Jalannya Penelitian

(55)

beberapa tahapan antara lain: 1. Tahapan persiapan

a. Mengidentifikasi masalah

b. Peneliti mencari sumber referensi, buku, penelitian, artikel dan lain sebagainya.

c. Peneliti mengajukan judul

d. Peneliti membaca buku, dan refrensi mengenai judul yang diajukan e. Peneliti mengerjakan dan menyeleseaikan proposal

f. Melakukan ujian proposal dan mendapat persetujuan proposal untuk penelitian

g. Melakukan revisi proposal sebelum dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan penguji

h. Setelah proposal di setujui dosen pembimbing dan dosen penguji kemudian peneliti mengajukan ke etik Penelitian dibagian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

i. Setelah mendapat persetujuan etik penelitian, peneliti mengajukan permohonan penelitian dari universitas yang akan diserahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

j. Setelah mendapat ijin dari universitas, peneliti mengajukan ijin ke Bappeda Bantul untuk mendapatkan perijinan untuk melakukan penelitian di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

2. Tahapan pelaksanaan penelitian

(56)

sampe l

a. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel purposive samplinghanyaresponden yang sesuai dengan kriteria inklusi dimasukan sebagai

sampel utama dalam penelitian.

b. Pasien diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan

c. Pasien terlebih dahulu diberikan pretest sebelum dilakukan kemoterapi dengan menggunakan kuisioner tentang kecemasan sebelum mendapat pelatihan dzikir oleh peneliti

d. Dzikir diberikan pada pasien yang akan melakukan kemoterapi sebanyak 33 kali setiap bacaan dan dilakukan berulang selama 21 menit

e. Setelah selesai diberi intervensi dzikir kemuadian diberikan postes kepada pasien f. Mengumpulkan data, kemudian dilakukan pengolahan data dan selanjutnya

dianalisa.

Gambar 5. Pelaksanaan penelitian 3. Tahap penyusunan laporan

a. Data yang terkumpul dilakukan analisis secara kuantitatif b. Melakukan penyusunan laporan hasil penelitian

H. Uji Validitas dan Reabilitas

(57)

Insrumen yang digunakan sama untuk mengukur tingkat kecemasan responden yang akan menjalani kemoterapi.

I. Pengolahan data

Pengolahan data penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS for Windows versi 15.0.Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a) Editing data

Peneliti melakukan pemeriksaan ulang terhadap jumlah, kelengkapan pengisian, dan ketepatan dalam menjawab lembar data usia, jenis kelamin, jenis kanker, kuesioner tingkat spiritual dan kuesioner kecemasan.Editingdilakukan setelah data terkumpul. b) Coding data

Pemberian kode yang bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan mengklasifikasikan. Coding yang diberikan pada penelitian ini diantaranya adalah :

a. Usia : kode 1 untuk usia18-40 tahun, 2 untuk 40-60 tahun, dan 3 untuk 60 tahun keatas b. Jenis kelamin : kode 1 unuk laki-laki dan kode 2 untuk perempuan

c) Entry data

Data dari kuesioner dimasukan ke dalam programcomputer SPSS. J. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan program SPSSfor Windowsversi 15.0. 1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

(58)

meliputi mean, median, standar deviasi, tingkat kepercayaan, minimal dan maksimal (skor kecemasan sebelum dan sesudah intervensi satu kelompok). 2. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal (Santoso, 2010). Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro Wilk(p=>0,05) karena diperkirakan besar sampel kurang dari 50.

3. Analisis Bivariat

Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan dua variabel yang berhubungan atau berkorelasi (Notoadmojo, 2012). Jika dalam penelitian ini data terdistribusi normal, maka data akan dianalisa dengan statistik parametrik.

K. Etik Penelitian

(59)

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek karena peneliti menggunakan metode dzikir yang merupakan prosedurnon-invasif.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitianini semaksimal mungkin dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah didapatkan oleh peneliti dipergunakan untuk memberikan manfaat dalam bentuk penurunan tingkat kecemasan.

c. Risiko (benefit rasiio)

Peneliti semaksimal mungkin meminimalisisr resiko yang tidak menguntungkan subjek penelitian

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) a. Hak kebebasan responden (right to self determination)

Subjek pada penelitian ini mempunyai hak memutuskan untuk bersedia menjadi subjek penelitian atau tidak.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to fall disclosure)

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci tentang manfaat yang akan didapatkan, prosedur pengambilan data, dan kemungkinan hal-hal merugikan yang mungkin terjadi

c. Informend consent

(60)

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek diperlakukan secara adil selama keikutsertaannya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi dengan cara memberikan prosedur intervensi yang terstruktur dan serupa pada pasien kelompok intervensi.

b. Hak dijaga kerahasiaan (right to privacy)

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

a. Gambaraan umum RSUD Panembahan Senopaati Bantul

Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul merupakan pendukung penyelenggaraan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang direktur yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul beralamatkan di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Bantul.

(62)

Tabel 2. Pelayanan Rawat jalan dan rawat inap

Rawat Jalan Rawat Inap

Poli Penyakit Dalam Alamanda (obsgyn)

Poli Penyakit Anak Anggrek (anak)

Poli Tumbuh Kembang Bakung (dalam)

Poli Penyakit Bedah Cempaka (dalam)

Poli Bedah Ortopedi Flamboyan (dalam)

Poli Kebidanan Bougenvil (bedah)

Penyakit Kandungan Melati (bedah)

Poli Penyakit Mata Nusa Indah

Poli Penyakit THT Pav. Mawar 1

Poli Penyakit Syaraf dan Elektromedik

Pav.mawar 2

Poli Penyakit Kulit Pav.Wijayakusuma Kelamin dan Kosmetik Medik Pav.edelweis Poli Jiwa,Poli Gigi Teratai (perinatal0 Spesialis Orthodonsi dan Bedah

Mulut

ICU

Poli Rehabilitasi Medik / Fisioterapi

Poli Umum

Poli Paru Laboratorium Unit hemodialisa

Unit kemoterapi

b. Profil Bangsal Nusa Indah

(63)

di RSUD Panembahan Senopati Bantul yang berada dibawah koordinasi Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul (Anonim, 2016).Bangsal Nusa Indah ini memiliki empat orang perawat dan dua orang staf. Pendidikan perawat paling tinggi di bangsal Nusa Indah adalah SI ners, sedangkan pendidikan paling rendah adalah D3.Jadwal kemoterapi setiap pasien berbeda diantaranya ada pasien yang melakukan kemoterapi selama 3 minggu sekali dan 1 minggu sekali tergantung dari kanker yang diderita. Pasien setiap harinya datang pukul 07.30 WIB dan pemberian obat diberikan pukul 09.00 WIB dilakukan oleh perawat bangsal Nusa Indah.

(64)

Bansal Nusa Indah dengan responden yang berjumlah 34 responden.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin dan jenis kanker, dapat dilihat pada tabel 2 :

Tabel 2. Karakteristik Reponden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan Jenis Kanker pada Pasien Kemoterapi

Karakteristik

Responden Intervensi

n %

Usia (tahun)

18-40 3 17,6

40-60 9 52,9

60 keatas 5 29,4

Jenis Kelamin

Laki-laki 7 41,2

Perempuan 10 58,8

Jenis Kanker

Ca mamae 8 47,1

Ca miomi

(65)

Ca prostat

Ca parotis 1 5,9

Ca melomanoma Ca buli

Ca kelenjar

betah bening 1 5,9

Ca leher 2 11,8

Ca stroma 1 5,9

Lain lain 2 11,8

Total 17 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 2 menunjukan bahwa responden berdasarkan usia yang terbanyak adalah usia 40-60 tahun sebanyak 10 reponden (58,8%). Responden sebagian besar menderita kanker payudara sebanyak 11 reponden ( 64,7%). Berdasarkan data diatas responden paling banyak adalah perempuan sebanyak 12 responden (70,6%).

Tabel 3.Skor Kecemasan Kelompok Intervensi Pasien Kemoterapi Intervensi Mean Median Std. deviasi Min max

Pretest 43,59 42,00 5,173 36 54

Postest 34,24 34,00 2,359 30 39

Sumber: Data Primer 2016

Hasil analisis data pada tabel 3 menunjukan bahwa rerata skor kecemasan adalah 43,59 (SD 5,173) pada pretest dan 34,24 (SD 2,359) pada postets.

2. Uji Normalitas Data

(66)

memenuhi syarat uji parametrik atau nonparametrik dengan melakukan uji normalitas data untuk melihat distribusi data tersebutnnormal atau tidak (Dahlan, 2013). Uji normalitas pada penelitian ini yaitu menggunakan uji Shapiro Wilk karena jumlah sample < 50. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Pvalue Keterangan

Pre-test 0,291* Normal

Post-test 0,433* Normal

Keterangan : *signifikan pada pvalue>0,05

Berdasarkan tabel 4 hasil uji normalitas data pada penelitian ini dapat dilihat bahwa pada variabelpres-testmenunjukan nilai signifikan > 0,05 (p value= 0,291) sehingga dapat dikatakan data tersebut terdistribusi normal. Pada variabelpost-test juga terdistribusi normal karena p value = 0,433.

3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah pemberian Intervensi Dzikir Pada penelitian ini, untuk meengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan setelah pemberian interveensi dzikir yaitu dengan menggunakan uji T Berpasangan atau Paired Sample T-Test. Hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Uji Paired Sample T-test Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi sebelum dan setelah dzikir

(67)

N Mean Delta

mean(∂x̅) Std. Deviation

Std.error

mean P.value

Preste

st 17 43,59 5,173 1,255

0,000 Postes

t 17 34,24 2,359 0,572

Sumber : Data Primer 2016

Hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-test menunjukan nilai signifikasi 0,000 (p=0,05) yang menunjukan adanya perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antarapretestdanpostestpada kelompok intervensi. C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan usia dan jenis kelamin, sebagian besar responden berada pada rentang usia diantara 40-60 tahun sebanyak 52,9%. Responden pada 58,8% dari total responden diantaranya berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan American Cencer Socienty tahun 2011, menyatakan dimana kanker payudara dapat menyerang perempuan usia 40-50. Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang rentan mengalami kanker dan kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang banyak paling banyak diderita.

(68)

66 kasus Kabupaten Kulon progo, 55 kasus di Gunung Kidu dan 50 kasus di Kota Yogyakarta (Bakri, dll 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2012) bahwa umur merupakan prediktor utama resiko kanker, terutama kanker payudara. Insiden kanker payudara akan meningkat dengan bertambahnya usia sampai dengan menopause.

2. Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi

Berdasarkan tabel 5, diperoleh bahwa tingkat kecemasan pasien kemoterapi sebelum dan setelah diberikan intervensi dzikir berupa penurunan rerata skor kecemasan yang menunjukan hasil yang signifikan dengan nilai 0,000 (p=0,05) yang menunjukan adanya perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah responden diberikan intervensi dzikir. Hasil ini didukung oleh peneliti Nurfadillah (2014) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Dzikir pada pasien Pre-Operasi yang menunjukan hasil adanya penurunan kecemasan yang signifikan pada responden peneliti.

Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian Hanan (2014), namun penelitian tersebut fokus pada salah satu indikator kecemasan, yakni kecemasan lansia yang menunjukan hasil adanya pengaruh dzikir terhadap penurunan kecemasan lansia dalam kenutuhan rasa nyaman pada lansia.

(69)

sehingga dapat mendatangkan ketenangan, kedamaian, kebahagian dan kelapangan (Zainul, 2007). Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengucapkan ”Subhanallah”, ”Alhamdulillah”, ”Laa ilaha Illallah”, dan ”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar matahari”(Bayumi, 2005).

Berdasarkan penelitian ini dan beberapa penelitian pendukung serta firman Allah SWT pada surat Ar-Radu : 28 mengenai dzikir dapat kita simpulkan bahwa intervensi yang terkait dengan aspek spiritual seperti dzikir memiliki efek positif dalam menimbulkan ketentraman hati sehingga dapat mengatasi kecemasan. D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

1. Kekuatan Penelitian

Kekuatan penelitian ini terletak pada jenis penelitian yang dilakukan, yaitu eksperimen. Penelitian eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi karena penelitian jenis ini dapat dilakukan dengan populasi yang terbatas. Hal ini berbeda dengan penelitian non-eksperimen yang banyak membutuhkan banyak responden. Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian eksperimen yang menjadikan peneliti menjadi ringan.

2. Kelemahan Penelitian

(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Karesteristik responden penelitian dari pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul menunjukan rerata rentang usia responden 40-60 tahun yang didominasi oleh perempuan dengan kanker terbanyakca mamae.

b. Kecemasan pasien kemoterapi yang diberikan intervensi dzikir menunjukan adanya penurunan tingkat kecemasan dengan nilai signifikan 0,000 (p<0,005)

c. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan intervensi dzikir pada pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul

B. Saran

1. Bagi pasien

Menjadikan terapi dzikir sebagai terapi tambahan untuk membantu mengatasi kecemasan pasien kemoterapi

2. Bagi instansi rumah sakit

a. Menyusun SOP tentang terapi komplementer dalam menangani masalah kecemasan pasien kemoterapi.

b. Membentuk tim atau unit penanganan kecemasan yang terdiri dari perawat yang telah tersertifikasi.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Gambar

Tabel 1. Keaslian penelitian
Gambar 2. Kerangka Konsep
Gambar 5. Pelaksanaan penelitian
Tabel 2. Pelayanan Rawat jalan dan rawat inap
+4

Referensi

Dokumen terkait

“kemampuan y ag dimiliki seorang konselor dalam mengatasi permasalah klien/peserta didik di sekolah ini saya katakan 60% berhasil dengan kemampuan yang dimilikinya, tetapi

Diagram Berjenjang 0 Sistem Pengelompokan Prestasi Akademik Mahasiswa Menggunakan metode K-means 1.0 Pengelompokan Menggunakan K- means 2.0 Laporan Hasil Cluster 1.1 Menentukan

Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kompetensi pembimbing klinik diantaranya adalah The Effective Clinical Teaching

Kajian makna pada tataran linguistic menurut urutannya berada pada bagian semantic setelah bidang kajian fonologi, morfologi, dan sintaksis.Dalam semantic kajian makna terarah

Computer Mediated Discourse Analysis Reproduksi Berita Wolipop Dalam Twitter.. Representasi Kapitalisme Dalam Film Snowpiercer (Analisis Semiotika Model John

Anglo-Indian dan orang India – antara kaum yang superior dan yang inferior. Logika mereka sudah pasti mengatakan bahwa kemenangan tidak mungkin terlepas dari tangan mereka,

Identifikasi morfologi makroskopis meliputi: bentuk koloni,warna koloni, karakteristik permukaan koloni, pertumbuhan koloni, elevasi koloni, dan tepi koloni. Sedangkan untuk

Rumusan masalah penelitian adalah: (1) Bagaimana perubahan peran ayah dan identitas ayah terkait dengan fenomena ikumen dalam masyarakat Jepang modern, dilihat dari