• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan

Perancangan lanskap merupakan suatu perluasan dari perencanaan tapak dan termasuk dalam proses perencanaan tapak. Perencanaan ini lebih ditekankan pada seleksi komponen-komponen rancangan, bahan tanaman, dan kombinasinya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala di dalam rencana tapak (Laurie, 1984).

Menurut Simonds (1983), hasil dari perancangan yang menakjubkan terjadi karena menggunakan dan memadukan kelebihan-kelebihan yang ada pada tapak dalam rancangannya. Laurie (1984) juga menyatakan bahwa bentuk dan wujud rancangan timbul dari potensi dan kendala tapak serta perumusan yang jelas atas masalah perancangan.

Simonds (1983) mengatakan perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian dalam perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, dimana setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur dan kualitas lainnya. Kesemuanya ini dapat dengan baik mengespresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai.

Pemilihan bahan atau material juga merupakan hal penting dalam kegiatan perancangan lanskap (Laurie, 1984). Perbedaan dari jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Objek, ruang dan materi harus didesain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983).

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam rancangan, bentuk dan wujud akan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak serta suatu rumusan yang jelas atas masalah perancangan. Sumber bentuk yang sangat penting dalam perancangan adalah berasal dari suatu pemikiran fungsi atau kegunaan yang diinginkan.

Di dalam perancangan lanskap, penerapan prinsip-prinsip perancangan merupakan hal yang mendasar. Menurut Van Dyke (1982), prinsip perancangan terdiri dari kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan penekanan (emphasis). Kesatuan dapat diciptakan antara lain melalui pengulangan bentuk (repetition), penggunaan modul, grid dan tema; keseimbangan dapat diciptakan melalui

pengaturan secara simetris, asimetris maupun radial; sedangkan penekanan dapat diciptakan melalui pengarahan, pengaturan letak dan kontras elemen dan variasi dalam ukuran dan jumlah elemen.

Menurut Simonds (1983), terdapat sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merancang sebuah lanskap, yaitu dengan mengeliminasi elemen-elemen yang kurang baik. Dalam lanskap, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis.

Loidl dan Bernard (2003) mengemukakan bahwa perancangan adalah membuat bentuk, sebuah kreativitas yang ditujukan untuk mengembangkan bentuk. Merancang tidak seperti pekerjaan seni. Kegiatan perancangan biasanya terkelola dan dibuat secara langsung. Skala pekerjaan arsitektur lanskap pada dasarnya membutuhkan persiapan perantara dalam langkah-langkah dari sebuah gambaran simbolik sebagai gagasan yang abstrak dari realitas masa depan. Simond dan Starke (2006) mengatakan bahwa langkah pertama yang dilakukan dalam melakukan perancangan model arsitektur lanskap, atau proyek teknik adalah untuk memiliki pengertian yang jelas tentang apa yang akan dirancang.

Perancangan merupakan proses yang dinamis dengan perpindahan yang konstan dari kepala menuju tangan, kemudian dari ide menjadi gambar. Setiap garis, setiap titik yang ditempatkan di lembaran kertas adalah bagian dari usaha untuk menghubungkan ide di kepala. Desainer menggambar dengan mengembangkan proses dan keputusan yang terkait untuk menciptakan desain yang sempurna (Loidl dan Bernard, 2003).

Proses Perancangan

Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut Simonds (1983) terdiri atas commisioning, research, analysis, synthesis, construction, dan operation. Commisioning merupakan suatu tahap dimana klien menyatakan keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulan atau inventarisasi data. Analisis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan, ketentuan standar, potensi, dan pembuatan program

pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep, serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian dan perbaikan serta observasi penampakan.

Ecocity

Ecocity atau Kota Hijau (Green City) adalah kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berkelanjutan yang dimaksud adalah dalam segala aspek kehidupan dan penunjangnya bagi warganya, maupun unsur lainnya baik tumbuhan dan tanaman, hewan dan satwa liar, hingga tanah, air dan udara (Arifin, Munandar, Arifin, Pramukanto, Damayanti., 2008). Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi kenyamanan, keamanan dan keindahan. Menurut Arifin et al. (2008), kota hijau hendaknya dapat mencukupi kebutuhan bahan dan energi bagi semua penghuninya, serta tidak tercemari baik dari bahan padat, cair maupun gas. Untuk mewujudkannya, salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah penyediaan, pengembangan dan penataan Ruang Terbuka Hijau kota.

Pengertian ecocity yang berkembang saat ini adalah kota yang memiliki

energy footprint rendah (Moughtin, 2005). Yaitu, kota yang tidak banyak membutuhkan banyak energi untuk membangun, memelihara atau membongkarnya. Hal tersebut dapat dicapai dengan pemilihan material dan desain yang akan digunakan dalam pembangunan pemukiman. Material yang akan digunakan dipilih dengan spesifikasi yang dapat meminimalisir terbuangnya aliran energi. Hal tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan material yang lokasinya dekat dengan lokasi pelaksanaan proyek atau material yang memang banyak tersedia di dekat tempat tersebut. Sehingga, diperlukan energi yang sedikit untuk memindahkannya.

Green Wall

Penanaman ini dilakukan pada struktur vertikal seperti dinding atau panel yang dapat dilakukan dimana saja. Penanaman atau penghijauan pada area ini menjadikan dinding lebih menarik dan bahkan dapat menciptakan habitat satwa (Arifin et al., 2008).

Jenis Green Wall

Menurut Sharp (2007) ada dua kategori mayor dari green wall, yaitu green facade dan living wall. Green facade adalah sistem dinding dimana tanaman merambat ditrain untuk menutup dinding dengan struktur pendukung yang didesain khusus. Material tanaman dapat ditanam pada tanah, pada planter dan

pada atas atap. Green facade dapat ditambahkan pada dinding atau bangunan eksisting sebagai struktur bebas. Living wall juga disebut biowalls, atau vertical gardens adalah susunan dari panel vegetasi atau sistem fabric terintegrasi yang diletakkan pada struktur dinding atau bingkai. Panel modul dapat terbuat dari kontainer plastik polypropylene, geotekstil, sistem irigasi, media tanam dan tanaman. Sistem ini mendukung variasi macam-macam spesies tanaman, termasuk campuran dari tanaman groundcover, semak rendah, tanaman musiman, dan

edible plants. Living wall mampu tumbuh dengan baik di tempat dengan penyinaran penuh, tempat ternaungi dan aplikasi interior. Living wall dapat digunakan baik di tempat beriklim tropis maupun temperate. Living wall tersusun dari bermacam tanaman yang ditanam di panel. Tanaman dapat dibibitkan terlebih dulu, disusun 4-6 bulan kemudian pada sebuah bingkai struktur dinding. Living wall membutuhkan perawatan yang lebih intensif untuk ketersediaan air regular, nutrisi, dan pupuk dari tipe green facade. Contoh dari living wall dan green facade dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Contoh Green Wall Tipe LivingWall

Sumber: Elmich.com [7 Februari 2010]

Gambar 3. Contoh Green Wall Tipe Green Facade

Sumber: 100K house.com [7 Feb 2010]

Tanaman yang Digunakan dalam Green Wall

Jenis tanaman biasanya dipilih berdasar pada toleransinya dalam sistem pertumbuhan, dan kondisi lingkungan spesifik; warna; tekstur; kecepatan perbanyakan; dan sistem perakaran. Tanaman yang digunakan pada eksterior vertikal atau outdoor dihadapkan pada kondisi iklim yang lebih keras dari pada bagian indoor. Dengan demikian spesies yang lebih tahan harus dipilih untuk eksterior vertikal. Tanaman dengan toleransi terhadap angin dan panas harus dipilih pada tempat yang memiliki iklim kurang bersahabat.

Pemilihan tanaman akan mempengaruhi sistem yang medukung desain. Pertumbuhan tanaman yang lebih cepat akan membutuhkan ruang yang lebih besar dari tanaman yang kurang agresif pertumbuhannya. Masa dari tanaman memiliki implikasi lebih jauh terhadap struktur (Sharp, 2007). Dengan demikian rancangan struktur dan jenis tanaman tang digunakan haruslah diperhitungkan dengan lebih tepat.

Pemasangan Green Wall

Green facade dapat dipasang menempel pada dinding dengan diatur 3-18 inchi dari permukaan dinding menggunakan mounting clips. Kedalaman dari modul tralis melindungi permukaan dinding dengan menjaga tanaman dari pemasangan langsung pada dinding untuk mencegah permasalahan yang dapat merusak struktur bangunan. Struktur tersebut juga membantu mendistribusikan berat tanaman melalui struktur dan dinding. Pada sistem kabel dan tali, pancang dipasang pada salah satu ujung untuk penyangga dan pengatur pertumbuhan tanaman.

Panel yang belum dipasang pada living wall membutuhkan waktu 6-12 bulan untuk perbanyakan tanaman hingga siap digunakan sebagai bahan pengisi panel. Panel dapat ditanam secara horizontal sampai hari pemindahan ke tapak, kemudian panel tersebut diberdirikan secara vertikal.

Gambar 4. Contoh Pemasangan Green Wall Jenis Living Wall Sumber: Elmich.com [7 Feb 2010]

Manfaat Green Wall

Green wall memiliki dua manfaat yaitu manfaat lingkungan dan manfaat komersial (Natural Habits, 2009). Manfaat lingkungan yang diberikan seperti: (1) meningkatkan insulasi thermal bagi bangunan, (2) meredam bising, (3) mengurangi efek tampias hujan, (4) membersihkan kondisi air yang kurang baik, (5) membersihkan udara, dan (6) menyehatkan lingkungan tempat tinggal dan manusianya. Manfaat komersial yang diberikan berupa: (1) green branding dari bangunan sebuah perusahaan, (2) green star rating point, (3) meningkatkan nilai seni bangunan, (4) menghemat ruang, dan (5) meningkatkan produktivitas karyawan.

Green wall membuat udara lebih bersih. Sebuah penelitian menyebutkan, bila tanaman di bagian atap atau dinding mempunyai tebal sekitar 10 cm, maka dapat mengurangi pemakaian AC sekitar 25 persen. Sebuah ruangan yang terletak tepat di bawah green roof atau green wall mempunyai suhu udara lebih rendah, yaitu sekitar 3 derajat hingga 4 derajat Celsius dibandingkan dengan suhu udara di luar ruangan (Syachmy, 2010).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2010. Kegiatan penelitian akan dilakukan di Sentul City, Bogor (Gambar 5). Permukiman ini dikembangkan dan dikelola oleh PT Sentul City Tbk, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang property perumahan. Objek penelitian ini adalah marketing office Sentul City (Gambar 6).

Gambar 5. Lokasi Marketing Office Sentul City

Bogor, Jawa Barat

Gambar 6. Marketing Office Sentul City

Sumber: Dokumentasi Andhika Galih Adi Nugraha

Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat dan data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang Digunakan Dalam Penelitian

Hardware dan Software Fungsi

Hardware

Kamera Digital Laptop

Survei pengambilan gambar Pengolahan grafis

Software

AutoCad 2010 Sketch up 6

Adobe Photoshop CS3

Pembuatan gambar rancangan Pembuatan rancangan 3D Pembuatan ilustrasi dan finishing gambar

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kegiatan perancangaan green wall di MO Sentul City, Bogor yang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan (Gambar 7), yaitu: 1. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, pembuatan usulan penelitian dan perijinan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Merupakan tahapan pengambilan data berupa data primer data sekunder. Data tersebut diperoleh secara langsung di lapang dan studi pustaka yang mendukung penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data biofisik tapak,

data konstruksi bangunan, visual tapak yang akan digunakan selanjutnya dalam menghasilkan gambar rancangan green wall. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian berikut sumber, cara pengambilan dan bentuknya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Data yang Diperlukan

No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan Bentuk Data 1 Biofisik

Angin Lapang Survey lapang dan

data sekunder

Deskriptif dan spasial

Curah hujan BMKG Data sekunder Deskriptif

Kelembaban BMKG Data sekunder Deskriptif

Suhu Survey lapang dan

data sekunder Jenis vegetasi

di Sentul City

Laporan ANDAL Data sekunder Deskriptif 2 Peta dasar dan

konstruksi bangunan Gambar detail

konstruksi MO

Sentul City Data sekunder Gambar

Teknik Peta dasar tapak Sentul City Data sekunder Spasial 3 Visual tapak

Good view Lapang Survey lapang Deskriptif dan spasial

Bad view Lapang Survey lapang Deskriptif dan spasial

4 Sosial

Keinginan pihak Sentul City

Sentul City Wawancara Deskriptif

Gambar 7. Bagan Proses Perancangan Green Wall

Persiapan Penelitian Usulan dan Perijinan penelitian Pengumpulan Data Analisis Data Biofisik Data Konstruksi dan Peta Dasar Data Visual Data Sosial Perancangan Potensi dan Kendala Rancangan Green wall Konsep

3. Analisis

Pada tahap ini akan dilakukan analisis tapak terhadap potensi dan kendala yang dijumpai pada tapak. Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis deskriptif terhadap keadaan biofisik tapak, bangunan, visual dan sosial lanskap MO Sentul City.

4. Konsep Dasar

Pada tahap ini dilakukan pembuatan konsep dasar rancangan green wall

yang akan dikembangkan berdasarkan potensi dan gambaran umum yang telah diperoleh.

5. Perancangan

Penelitian ini menghasilkan rancangan green wall yang berfungsi sebagai elemen pendukung dari green building yang diharapkan mampu mewujudkan Sentul City ke arah ecocity. Rancangan ini berupa gambar hasil rancangan yang akan dilengkapi sketsa untuk menggambarkan situasi kegiatan yang ada pada tapak setelah dilakukan pemasangan green wall dan dilengkapi juga dengan gambar potongan, perspektif, gambar detail konstruksi green wall, dan planting plan yang menjelaskan spesifikasi teknis pemasangan green wall.

KONDISI UMUM

Geografi

  Sentul City terletak di Kecamatan Citereup dan Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini berlokasi 35 km dari Selatan Jakarta dan 5 km dari sebelah timur Kota Bogor. Sentul City memiliki luas keseluruhan 3.000 ha. Wilayah Sentul City terdiri dari beberapa desa yaitu, Babakan Madang, Sumur Batu, Cijayanti, Citaringgul, Bojong Koneng, Cipambuan, Kadungmangu, dan Cadasngampar. Kawasan ini dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu Gunung Pangrango, Gunung Pancar, Gunung Paniisan, Gunung Liang, Gunung Garangsang, Gunung Salak dan Gunung Hambalang. Kawasan ini juga dilalui oleh aliran sungai Citereup, Cikeas, Citaringgul, dan Cijayanti. Wilayah MO sendiri masuk ke dalam Desa Citaringgul, Kecamatan Citereup.

Sentul City berbatasan dengan beberapa desa. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cipambuan dan Desa Kadumangu. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nagra. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijayanti, Desa Cikeas dan Desa Cadas Ngampar.

Topografi

Topografi Sentul City merupakan kawasan yang dibuat bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian antara 200 m-750 m di atas permukaan laut. Kawasan ini memiliki luas sekitar 3.000 ha dan mempunyai kemiringan lereng yang berkisar antara 0% sampai dengan lebih besar dari 25% (Tabel 3), dengan detail kondisi kontur: (1) <8%: 1.109,3 ha, (2) 8%-15%: 706,3 Ha, (3) 15%-25%: 695 ha, dan (4) >25%: 489,4 ha (Tabel 3). Oleh karena itu, terdapat daerah yang dapat dan tidak dapat dibangun sehingga diketahui bahwa daerah yang boleh dibangun (daerah efektif) adalah daerah yang memiliki kemiringan lereng <15% (datar-bergelombang) yaitu seluas 1.815,6 ha (60,52% dari luas total area) dan daerah yang tidak boleh dibangun (daerah nonefektif) adalah daerah yang memiliki kemiringan lebih dari 15% (berbukit dan bergunung-gunung) atau seluas 1.184,4 ha (39,48% dari luas total area). MO sendiri masuk

ke dalam daerah efektif dengan ketinggian kurang lebih 200 mdpl. Pada tapak MO telah mengalami grading, sehingga level yang terbentuk terjadi akibat bentukan manusia. Untuk daerah nonefektif, pengelola menetapkan daerah ini sebagai daerah penghijauan bagi kawasan Sentul City

Tabel 3. Bentuk Wilayah, Kontur, Perbedaan Tinggi, Luas dan Proporsi Kawasan Sentul City Bentuk Wilayah Lereng (%) Perbedaan Tinggi (m) Luas (ha) Proporsi (%) Datar-berombak (undulating) 0-8 0-15 1.109,30 36,98 Bergelombang (rolling) 8-15 15-50 706,3 23,54 Berbukit (hilly) 15-25 50-200 695 23,17 Bergunung-gunung (mountainous) >25 >200 489,4 16,31 Sumber : ANDAL Sentul City (2000)

Tanah

Berdasarkan laporan ANDAL Bukit Sentul tahun 2000, tanah di kawasan Sentul City dikelompokkan ke dalam lima klasifikasi tanah, yaitu: Typic Hapludult, Type Dystropept, Oxic Dystropept, Typic Hemitpropept, dan Aquic Dystropept. Jenis dan klasifikasi kelima tanah tersebut tidak lepas dari kondisi batuan-batuan induknya yaitu sebagian besar memiliki struktur bongkah, kekarm berpasir ataupun berkembang. Secara umum, kelima jenis tanah tersebut memiliki kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) serta kandungan P2O5 dalam tanah yang rendah, kecuali kandungan bahan organik yang tergolong sedang sampai rendah. Kondisi ini mengakibatkan tanah di kawasan Sentul City sangat miskin hara, sehingga kesuburan tanahnya rendah. Hal ini sangat berpengaruh pada aspek pemupukan dan pengolahan tanah. Dalam usaha penanaman pada lahan seperti ini dilakukan pelapisan tanah baru yaitu tanah merah yang diambil dari daerah lain. Tanah tersebut digunakan sebagai media tanam dengan ketebalan 30-50 cm. Penilaian status kesuburan tanah di dalam Sentul City dapat dilihat pada Tabel 4. Perancangan green wall ini tidak menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hal tersebut dikarenakan tanah memiliki berat yang besar yang berpengaruh pada berat sistem.

Tabel 4. Status Kesuburan Tanah

No Klasifikasi KTK KB P2O5 Organik Kesuburan

1 Typic Hapluduit S R SR-R S R

2 Typic Dystropept S SR-R SR-R S R

3 Oxic Dystropept R-S SR-R SR R-S R

4 Typic Hamitnopept R SR SR S-T R

5 Aquic Dystropept S S S S S

Sumber: ANDAL Sentul (2000) Keterangan:

KTK : Kapasitas Tukar Kation KB : Kejenuhan Basa SR :Sangat Rendah

R : Rendah S : Sedang T : Tinggi

Hidrologi

Kawasan Sentul City dibangun pada daerah yang miskin akan air, baik air permukaan maupun air tanah. Pada awal pembangunan, guna memenuhi kebutuhan air minum dan penyiraman tanaman, air sungai Citeureup dan air hujan ditampung dalam waduk dan kolam untuk dijadikan sumber air baku. Kualitas air permukaan di kawasan Sentul City secara keseluruhan masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Golongan B (Laporan ANDAL Sentul City, 2000), sehingga untuk pemanfaatannya sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan dan aerasi. Untuk itu telah dibangun tempat khusus pengolahan air. Namun, setelah Sentul bekerja sama dengan PDAM Kota Madya Bogor, air untuk kebutuhan minum dan penyiraman tanaman tidak lagi bermasalah. Sehingga, sumber irigasi dari green wall akan berasal dari PDAM.

Vegetasi

Sentul City memiliki 86 jenis pohon yang dapat ditemukan pada area penghijauan di kawasan perumahan, perdagangan dan perkantoran, jalan utama dan jalan lingkungan, fasilitas umum, fasilitas komersial, lapangan golf dan nurseri. Sentul City juga memiliki 85 jenis semak, 7 jenis tanaman merambat, 7 jenis tanaman air dan 5 jenis rumput yang berhasil diidentifikasi (Ameliawati, 2010). Vegetasi yang ditanam di Sentul City tergolong vegetasi yang tahan terhadap penyinaran penuh matahari. Beberapa dari jenis tanaman yang ada dapat digunakan sebagai material green wall, agar sesuai dengan prinsip-prinsip

DATA DAN ANALISIS

Marketing Office

Bangunan yang menjadi objek penelitian ini merupakan bangunan baru. Bangunan ini dibangun untuk menggantikan kantor pemasaran yang lama. Tujuan dari didirikannya bangunan baru ini adalah agar lebih efektif dalam kegiatan kerja dengan letak lebih strategis. Bangunan ini oleh pihak Sentul City disebut dengan

marketing office (MO).

Bangunan ini mengakomodasi kegiatan berikut: manajemen, administrasi, pemasaran, galeri produk, transaksi pembelian, meeting, seminar dan lain-lain. Oleh karenanya lanskap MO ditata sedemikian rupa untuk mengakomodasi semua kegiatan yang ada di dalamnya.

MO merupakan bagian penting bagi sentul City dalam memasarkan produk yang ditawarkan dalam hal ini adalah rumah beserta lingkungannya. Diharapkan tempat ini mampu mempresentasikan konsep ecocity. Oleh karenanya, greenwall diharapkan mampu hadir sebagai elemen pelengkap yang mampu menguatkan konsep ecocity.

Kondisi Eksisting Tapak dan Bangunan

MO berada di muka Sentul City. Keberadaannya cukup mudah ditemukan karena lokasinya yang strategis dekat dengan pintu TOL Lingkar Luar Bogor dan Sentul Barat. MO ini berada di Jalan M.H. Thamrin yang merupakan salah satu jalan utama di Sentul City. Peletakan MO pada lokasi yang strategis ini dikarenakan fungsinya yang sangat penting bagi Sentul City Tapak MO berbatasan dengan Belanova Mall di sebelah barat. Tapak MO ini memiliki luas 15.995 m2. Kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 9.

Bangunan ini dibangun dengan koefisien dasar bangunan (KDB) sebesar 995 m2 atau 6,22% dari luas tapak keseluruhan. Hal tersebut menyediakan ruang terbuka sebagai daerah resapan air. Bangunan terdiri dari tiga lantai. Luas permukaan dinding luar bangunan sebesar 2.303 m2. Desain dari bangunan bergaya kontemporer. Hal tersebut dapat dilihat dari sudut-sudut bangunannya yang tidak lazim digunakan. Bentuk bangunan ini sangat geometrik dengan

dominasi garis tegas baik tegak lurus maupun diagonal (Gambar 10). Terdapat permukan dinding yang tegak lurus dan juga permukaan dinding yang miring (Gambar 11). Dinding tersusun atas pasangan bata dan glassfibre reinforced concrete (GRC). Sehingga perlu rancangan struktur yang tepat untuk menempelkan struktur green wall. Warna putih dominan dalam setiap sudut bangunan. Bagian dinding yang berwarna putih dan terbuat dari GRC tersebut menimbulkan kesan silau bagi pengguna jalan yang melihatnya ketika kondisi matahari terik.

Bangunan ini dibangun dengan konsep green building. Hal tersebut ditujukan untuk menghemat penggunaan energi terutama energi listrik. Bangunan ini didesain dengan banyak kaca sebagai dindingnya. Hal tersebut menyebabkan cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaan di dalam bangunan pada siang hari. Analisis mengenai kondisi bangunan dan alternatif perancangan berdasar kondisi bangunan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Analisis Kondisi Bangunan dan Alternatif Perancangan Green Wall Berdasarkan Kondisi Bangunan

Potensi:

Dinding bagian kanan bangunan atau sebelah timur merupakan bagian yang mudah terlihat

Alternatif perancangan: Membuat green wall pada

bagian dinding yang mudah terlihat

Struktur disesuaikan dengan kondisi bangunan

Kendala:

Ada bagian dinding yang memiliki kemiringan tidak 90˚

Bentuk bangunan tidak simetris

Beberapa bagian dinding tidak

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Untuk menuju Sentul City dapat melalui jalan TOL atau melalui jalan Babakan Madang. Bagi kendaraan beroda empat tentu saja dapat melalui

Dokumen terkait