• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum tidak pernah lepas dari kehidupan setiap masyarakat. Hukum itu tumbuh dan terus berkembang sesuai dengan zaman dan kebutuhan masyarakat. Perlindungan hukum merupakan istilah yang disusun atas dua suku kata. Kata “Perlindungan” dan “hukum”. Kata “perlindungan” atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai protection. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perlindungan dapat disamakan dengan istilah proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi, sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, protection adalah the act of protecting, yang artinya tindakan melindungi.15 Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, atau dengan kata lain perlindungan diartikan sebagai pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah.

Sementara istilah kata “hukum” dapat diartikan sebagai peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun

15 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, ninth edition (St.paul: West, 2009) hal.1343

pemerintah, undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup dan perilaku masyarakatyang luas dan tak terbatas ruang lingkupnya. Menurut R. Soeroso, mengartikan hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. Immanuel Kant mengatakan bahwa pengertian hukum itu masih sulit dicari karena luasnya ruang lingkup dan berbagai macam bidang yang dijadikan sumber ditemukannya hukum.16

Berdasarkan pengertian secara etimologi tersebut dapat dartikan bahwa perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Perlindungan hukum juga sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.17

2. Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen merupakan suatu bentuk perlindungan yang berasal dari pihak yang mempunyai wewenang untuk memberi perlindungan kepada konsumen atas hak-hak yang mereka miliki sebagai konsumen. Menurut

16 Bernard L Tanya, Yoan N Simanjuntak, Markus Y Hage, Teori Hukum (Yogyakarta : Genta Publishing, 2013) hal. 12

17 Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Peraturan Pemerintah RI,Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tata cara Perlindungan Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. 18 Sementara itu, A. Zen Umar Purba mengatakan bahwa perlindungan konsumen adalah sebagai satu konsep terpadu merupakan hal baru, yang perkembangannya dimulai dari negara-negara maju. Namun demikian, saat sekarang konsep ini sudah tersebar ke bagian dunia lain. 19 Sedangkan, menurut pakar hukum dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengartikan perlindungan konsumen yaitu, sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk, barang dan/atau jasa oleh konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat. 20

Pengertian perlindungan konsumen secara yuridis tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 pasal 1 angka 1 yang menyebutkan bahwa

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Dengan adanya Undang-undang Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, maka diharapkan upaya perlindungan konsumen di Indonesia bisa menjadi lebih diperhatikan. Selain itu, upaya untuk melakukan perencanaan penyelenggaraan,

18Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Jakarta : PT. Grasindo, 2000) hal. 9

19A. Zen Umar Purba, Perlindungan Konsumen : Sendi-Sendi Pokok Pengaturan, Hukum dan Pembangunan, Agustus 1992. hal. 393

20N.H.T Siahaan, Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab (Jakarta: Panta Rei, 2005) hal. 32

pengembangan dan pengaturan hukum perlindungan konsumen bertujuan untuk meningkatkan martabat dan kesadaran dan kesehjateraan konsumen.21

3. Konsumen

Istilah kata konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian tersebut secara harafiah diartikan sebagai “orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” atau“sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.22 Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, pengertian konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.23

Pengertian konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna atau pemanfaat barang atau jasa untuk tujuan tertentu. Dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen (UUPK) menyebutkan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia didalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dalam penjelasannya konsumen yang dimaksudkan dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir (ultimate consumer).

21Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen : Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran (Bandung :Nusa Media, 2008) hal. 18

22Ibid. hal. 7

23 Celi Tri S Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta ; Sinar Grafika, 2008) hal. 23

4. Pelaku Usaha

Pelaku usaha dapat diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa (produsen). Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer profesional, yaitu setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen.

Dengan demikian pelaku usaha bukan hanya sebagai penghasil produk atau jasa saja, tetapi jugamereka yang terkait dengan penyampaian/ peredaran produk hinggasampai ke tangan konsumen.

Menurut pasal 1 Butir 3 UUPK, menyebutkan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.24 Dalam penjelasan UUPK pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain lain.25 Dengan demikian, dapat dikatakan dalam pengertian ini produsen adalah bagian dari pelaku usaha.

5. Barang Kadaluwarsa (Expired)

Secara umum kadaluwarsa diartikan sebagai sesuatu yang sudah melewati batas waktu (jatuh tempo). Penggunaannya sangat sering dikaitkan dengan produk makanan, minuman, perawatan dan juga kesehatan. Kadaluwarsa dalam arti Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “tidak model lagi (baju, kendaraan, dan

24Az. Nasution, Op. cit., hal. 17

25Ibid

sebagainya); tidak sesuai dengan zaman; sudah lewat atau telah habis jangka waktunya (tentang tuntutan dan sebagainya); habis tempo; telah lewat dari batas waktu berlakunya sebagaimana yang ditetapkan (berkaitan dengan makanan).”26 Batasan pengertian kadaluwarsa yang dimaksud pada pembahasan ini yaitu mengacu pada suatu produk/barang yang dikomsumsi dan/atau digunakan yang dapat mengakibatkan kerugian hingga mengancam kesehatan konsumen.

Produk/barang tersebut yang dapat dikategorikan kadaluwarsa biasanya berupa makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik dan sebagainya.

Defenisi dari barang kadaluwarsa tidak dijelaskan di dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen. Namun, UUPK mengatur tentang larangan terhadap pelaku usaha yang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan / pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.27 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 180/MENKES/PER/IV/1985 tentang Makanan Kadaluwarsa, disebutkan pada pasal 1 huruf (d) bahwa tanggal daluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Informasi batas waktu kadaluwarsa suatu produk biasanya tercantum pada kemasan produk yang pada umumnya bertuliskan Expired Date (tanggal kadaluwarsa). Expired Date adalah kode yang diberikan untuk memberi informasi mengenai batas waktu maksimal sebuah produk aman untuk dikonsumsi. Artinya, produk/barang yang

26 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007)

27 Pasal 8 ayat 1 Huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

sudah melampaui tanggal kedaluwarsa, yang tercantum di kemasan, tidak boleh dikonsumsi karena dapat membahayakan kesehatan konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, pengertian barang kadaluwarsa dapat diartikan bahwa keadaan suatu barang dan/atau jasa ataupun produk kemasan makanan dan minuman yang tidak layak dikomsumsi/ digunakan oleh konsumen karena sudah melewati batas waktu pemakaiannya, dan apabila produk itu dikonsumsi/digunakan akan mengakibatkan dampak buruk hingga mengganggu masalah kesehatan konsumen. Maraknya peredaran produk/barang kadaluwarsa di tangan konsumen, haruslah diperhatikan oleh pemerintah untuk memberi perlindungan hukum kepada konsumen. Bentuk perlindungan konsumen yang diberikan adalah dengan mengeluarkan undang-undang, peraturan pemerintah, atau penerbitan standar mutu barang. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah pemerintah melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan ataupun standar-standar yang ditetapkan serta melakukan fungsi pengawasan terhadap produk/barang yang diproduksi maupun yang dijual oleh pelaku usaha.

Dokumen terkait