• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CORPORATE SOCIAL

E. Manfaat Corporate Social Responsibility

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu laba, lingkungan, dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah.Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka panjang. 77

Dari sisi perushaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.

76 Ibid, hlm 33-34.

77 A.B Susanto, Op.cit, hlm 13.

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan.

Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan.

Begitupun sebaliknya, kontribusi positif pasti juga akan mendongkrak reputasi dan image positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal non finansial utama bagi perusahaan dan stakeholders-nya yang menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.

2. Layak mendapatkan social licence to operate

Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan manfaat dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendiri mereka ikut merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak ada keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnis di wilayah tersebut. Jadi program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransu sosial yang akan menghasilkan harmonni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan.78

3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan

CSR adalah merupakan upaya antisipatif dan preventif yang termasuk ke dalam upaya investatif untuk menurunkan risiko bisnis perusahaan.

Lebih baik suatu perusahaan mengeluarkan biaya untuk mengimplementasikan CSR daripada mengeluarkan biaya yang besar dalam menanggung rusaknya atau turunnya reputasi perusahaan.

4. Melebarkan akses sumber daya

Track record yang baik dalam pengelolaa CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

5. Membentangkan akses menuju Pasar

Investasi yang ditanamkan untuk Program CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar.79

6. Memperbaiki hubungan dengan stakehholders

Implementasi program CSR tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders sehingga dapat menciptakan trust kepada perusahaan.

7. Memperbaiki hubungan dengan regulator

Perusahaan yang menerapkan program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab utama untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut.

8. Meningkatkan semangat dan Produktifitas Karyawan

78 Marlono Anggusti, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Bandung : Books Terrace &

Library, 2010), hlm 34.

79 Ibid, hlm 35.

Karyawan meenjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya karena kesejahteraann yag diberikan perusahaan melalui CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

9. Peluang mendapatkan penghargaan

Banyak penghargaan ditawarkan bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan yang cukup tinggi.80

The Jakarta Consulting Group (JCG) menidentifikasikan setidaknya terdapat 6 manfaat penerapan CSR. Pertama, reduces risk and accusation of responsible behaviour, yaitu mengurangi resiko dari tuduhan-tuduhan menyangkut perbuatan-perbuatan yag tidak bertanggung jawab yang diterima oleh perusahaan. Penerapan CSR akan mendongkark citra dan reputasi perusahaan. Jika ada pihak tertentu yang menuduh perusahaan melakukan perbuatan yang tidak pantas maka perusahaan akan mendapatkan pembelaan dari masyarakat yang telah merasakan manfaat dari penerapan CSR perusahaan itu.

Kedua, CSR helps cushion and vaccinate during the time of crisis, yaitu CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang mengakibatkan suatu krisis. Sebagai contoh apabila perusahaan dilanda kabar miring yang tidak benar atau dalam keadaan perusahaan memang melakukan kesalahan, masyarakat akan lebih mudah memahami dan memaafkannya. Ketiga enhances employee engagement and pride, yaitu penerapan CSR akan meningkatkan keterlibatan dan kebanggaan masyarakat karena bekerja di perusahaan dengan reputasi baik dan konsisten membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Keempat, improve relation with stakeholder, yaitu dapat memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaa dengan para stakeholdernya. Kelima, sales increase, yaitu mampu meningkatkan penjualan. Hal ini sesuai dengan riset-riset yang telah menunjukkan

80 Ibid, hlm 36.

bahwa konsumen lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerapkan CSR secara konsisten. Keenam, other incentuve, yaitu insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.81

Oleh karena Corporate Social Responsibility memiliki banyak manfaat dan keuntungan, maka diharapkan perusahaan-perusahaan dapat lebih menjalankan tanggung jawab sosialnya lebih baik lagi.

81 Makalah Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholder Perusahaan, disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakehoders, yang dilaksanakan PT.Perkebunan Nusantara III(Persero) tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara.

BAB III

PENGATURAN TENTANG JOINT VENTURE COMPANY A. Sejarah Perkembangan Penanaman Modal

Momentum awal mengalirnya investasi ke Indonesia dimulai pada masa orde baru (1967-1997). Masa ini ditandai dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentag Penanaman Modal Dalam Negri. Keberadaan kedua undang-undang itu memberikan kesempatan kepada pemodal asing dan domestik untuk menanamkan investasinya. Pada masa Orde Reformasi (1998-2004), arus investasi ke Indonesia mengalami penurunan. Tahun 1997 menjadi awal bagi pertumbuhan negatif investasi asing. Kemudian tahun 1999 menorehkan catatan buruk bagi investasi dengan terjadinya defisit investasi yang terus berlanjut hingga 2003.82

Faktor penyebab utama rendahnya investasi yang masuk ke Indonesia adalah adanya anggapan dari para investor bahwa Indonesia merupakan negara yang belum aman dalam menanamkan ivestasi karena belum stabilnya kondisi bangsa Indonesia.83

Penanaman modal asing di Indonesia menjadi sesuatu yang sifatnya tidak dapat dihindarkan (inevitable), bahkan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan pembangunan nasional Indonesia memerlukan pendanaan yang sangat besar untuk dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.Kebutuhan pendanaan tersebut tidak hanya dapat diperoleh dari sumber-sumber pendanaan dalam negeri, tetapi juga luar negeri.84

82 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit, hlm 35-36.

83 Ibid, hlm 36.

84 David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, (Jakarta : PT.

Kharisma Putra Utama,2013), hlm 2.

Penanaman modal asing menjadi salah satu sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang pada gilirannya diharapkan akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas.Pentingnya peranana penanaman modal asing dalam pembangunan kekonomi Indonesia juga terefleksi dalam tujuan yang tertera dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal) sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia.85

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.86

Peningkatan penanaman modal asing di Indonesia tidak datang dengan sendirinya. Hal itu memerlukan kerja keras untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Di mana Indonesia harus memperhatikan masalah penegakan hukum, di samping masalah-masalah lainnya selain keterbatasan infrastruktur, keamanan dan stabilitas politik. Dalam melakukan penegakan hukum terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan,

85 Ibid, hlm 3.

86 Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 2 ayat (2).

yaitu : kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan yang harus berjalan secara harmonis.87

B. Dasar Hukum Penanaman Modal di Indonesia

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, iklim penanaman modal di Indonesia relatif berkembang pesat. Pertumbuhan penanaman modal tersebut terus berlangsung hingga tahun 1996 seiring dengan berbagai kebijakan liberalisme di bidang keuangan dan perdagangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Namun, pertumbuhan penanaman modal tersebut mengalami kemerosotan yang sangat tajam dan berujung dengan terjadinya krisis ekonomi pada penghujung tahun 1997.88

Keberadaan kedua instrumen hukum itu, diharapkan agar investor, baik investor asing maupun investor domestik untuk dapat menanamkan investasinya di Indonesia.89

Untuk meningkatkan jumlah investasi yang ditanamkan oleh investor Indonesia, diperlukan adanya perubahan yang radikal. Alasan perlunya perubahan kedua undang-undang ini adalah karena tidak sesuai lagi dengan tantangan dan kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional, melalui konstruksi pembangunan hukum nasional di bidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak kepada

87 David Kairupan, Op.cit, hlm 3-4.

88 Ermanto Fahamsyah, Op.cit, hlm 11.

89 H.Salim dan Budi Sutrisno, Op.cit, hlm 1.

kepentingan nasional (lihat penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007).90

Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dimaksudkan untuk memberikan :

1. Kepastian hukum;

2. Transparansi hukum;

3. Tidak membeda-bedakan investor;serta

4. Memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negri

Di samping itu, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah diatur tentang fasilitas atau kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada para investor. Kemudahan-kemudahan-kemudahan atau fasilitas itu, meliputi :

1. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto;

2. Pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum bisa diproduksi di dalam negeri;

3. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi tertentu;

4. Pembebasan atau penangguhan pajak penghasilan (PPn) atas impor barang modal;

5. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat;

6. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

7. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan;

8. Fasilitas hak atas tanah;

9. Fasilitas pelayanan keimigrasian; dan 10. Fasilitas perizinan impor.

Pemberian kemudahan ini dimaksudkan agar investor, terutama investor asing mau menambahkan investasinya di Indonesia. Manfaat adanya investasi itu adalah menggerakkan ekonomi masyarakat,

90 Ibid, hlm 5.

menampung tenaga kerja, meningkatnya kualitas masyarakat yang berada di daerah investasi, dan lain-lain.91

C. Bentuk Kerjasama Penanaman Modal

Apabila kita mengkaji ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing, maka dapat ditemukan dua bentuk penanaman modal asing, yaitu:

1. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

Patungan adalah bersama-sama mengumpulkan uang untuk suatu maksud tertentu; dan

2. Langsung, dalam artian seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara atau badan hukum asing.92

Penanaman Modal Asing yang dituangkan dalam bentuk kerjasama adalah:

1. Joint Venture

Joint venture adalah suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka (kontraktuil).93

2. Joint enterprise

Joint enterprise merupakan suatu bentuk kerja sama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri

91 Ibid, hlm 6-7.

92 Ibid, hlm 164.

93 Aminuddin Ilmar, Op.cit, hlm 61.

dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA, joint enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nila rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.94

3. Kontrak karya

Pengertian kontrak karya sebagai suatu bentuk usaha kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerja sama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN).95

4. Production Sharing

Production sharing adalah suatu perjanjian kerja sama kredit antara modal asing dengan pihak Indonesia yang memberikan kewajiban kepada pihak Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit.96

5. Portofolio Investment

Penggabungan modal asing dan modal nasional dalam bentuk portofolio investment tidak diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1967. Akan tetapi, di dalam praktik yang dilakukan oleh para pemodal dalam negeri khususnya pemodal WNI keturunan, penanaman modal asing semacam ini telah dilakukan secara meluas. Dalam praktik yang termasuk dalam kategori ini adalah investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik di pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam perusahaan(strategic partner).97

D. Joint Venture Company Di Indonesia 1. Dasar Hukum Joint Venture Company

Penanaman modal asing dalam pasal 1 angka (3) UU Penanaman Modal didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal

94 Ibid, hlm 62.

95 Ibid, hlm 64.

96 Ibid, hlm 65.

97 Ibid, hlm 68.

asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.98

Maka jelas yang dimaksud dengan penanaman modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture) , di mana terdapat penggabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri semata (foreign capital) dan modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic capital).99

Hal ini megakibatkan perusahaan yang di dalamnya terdapat unsur modal asing memiliki status sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk membedakannya dengan perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau juga perusahaan yang tidak berstatus PMA maupun PMDN atau yang sering dikenal sebagai perusahaan swasta nsaional atau perseroan terbatas biasa (PT Biasa).100

2. Tujuan Pendirian Joint Venture Company

Dalam memutuskan untuk membuat suatu joint venture, perlu juga diperhatikan beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan untung ruginya suatu kerja sama. Jika dilihat dari kepentingan modal domestik, joint venture akan memberikan manfaat karena:

a. Mitra lokal mendapat bantuan pendanaan dengan memanfaatkan modal asing;

98 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 1 angka 3.

99 David Kairupan, Op.cit, hlm 21.

100 Ibid, hlm 25.

b. Mitra lokal dapat memanfaatkan kemampuan manajemen asing yang kaya pengalaman;

c. Mitra lokal dapat memanfaatkan dan menembus pasar di luar negeri yang dikuasai oleh partner asing;

d. Mitra lokal dapat menerima transfer teknologi asing;

e. Mitra lokal dapat meningkatkan kemampuan karyawan domestik dengan training (keterampilan), yang diberikan pihak asing.101

Bagi penanam modal asing manfaat yang diperolehnya antara lain :

a. Mendapat akses ke sumber-sumber lokal;

b. Memperoleh pengalaman dan kiat-kiat mitra lokal dalam operasinya di dalam negeri;

c. Dapat memperoleh akses ke pasar domestik yang mungkin dimiliki oleh mitra lokal;

d. Dapat memperoleh pengurangan risiko usaha dengan pembagian beban risiko;

e. Mendapat kemudahan dan perlakuan sama, yakni melalui tindakan kebijaksanaan-kebijaksanaan deregulasi bagi kerja sama penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri yang saling memberi keuntungan.102

Selain itu tujuan dari pendirian joint venture menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak:

a. Pembatasan Risiko

Melaksanakan suatu kegiatan bisnis tentunya penuh dengan risiko. Dengan adanya joint venture , risiko yang mungkin akan timbul bisa diatasi bersama. Jadi ada pembatasan.

b. Pembiayaan

Dengan joint venture, pembiayaan suatu kegiatan bisnis dapat dilakukan dengan sederhana dengan menyatukan modal yang dibutuhkan.

c. Menghemat Tenaga

Dilihat dari kekuatan tenaga kerja yang dibutuhkan, dengan penanganan yang disatukan dengan joint venture, akan mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan sebanding dengan kegiatan yang dilakukan sendiri.

d. Rentabilitas

101 Zaeni Asyhadie, Op.cit, hlm 157.

102 Ibid, hlm 153-154.

Dengan adanya joint venture, rentabilitas(hal yang menguntungkan atau merugikan) dari investasi-investasi yang ada dari para pihak dapat diperbaiki.

e. Kemungkinan Optimasi Know-how

Joint venture mampu menyatukan partner-partner yang tidak sejenis baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Badan usaha yang tidak sejenis kegiatan bisnisnya dapat mengadakan kerja sama sehingga dapat terjadi diversifikasi usaha.103

3. Masalah dalam kerjasama Penanaman Modal Pada Joint Venture Company

Berbagai masalah atau kendala yang dihadapi oleh para pihak khususnya pihak pemodal dalam negeri dalam rangka kerja sama (joint venture) dengan penanaman modal asing menimbulkan banyak ketidakpuasan antara kedua belah pihak. Untuk itu, peran pemerintah sangat diperlukan melalui suatu kebijaksanaan yang terarah dan dapat memberikan kepastian hukum serta rasa keadilan di antara kedua belah pihak.104

Sunaryati Hartono menilai bahwa perusahaan asing yang telah mempunyai nama baik sering kali tidak begitu bergairah untuk menanamkan modalnya di negara-negara berkembang, sebab bukan hanya pasarannya yang kecil dengan tingkat daya beli masyarakat yang rendah, akan tetapi administrasi pemerintah dan struktur masyarakat yang belum bisa dengan cara atau tata kerja seperti yang dilakukan oleh peanaman modal asing. Ditambah lagi dengan adanya

103 Ibid, hlm 155-156.

104 Aminuddin Ilmar, Op.cit, hlm 68.

tingkat stabilisasi politik yang masih kurang stabil, sehingga mengancam bahaya nasionalisasi.105

Berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan kerja sama (joint venture) yang dilakukan antara modal asing dengan modal nasional, dimulai sejak permulaan suatu usaha kerja sama sampai pada pengelolaan perusahaan. Dimana Masalah lainnya adalah “choice of law” atau “pilihan hukum”. Hukum mana yang dipergunakan untuk mendasari perjanjian kerja sama tersebut agar dalam sengketa nantinya dapat ditentukan posisi hukum kedua belah pihak.106

Permasalahan lain yang sering muncul adalah pihak asing sering menganggap enteng partner domestik, seringkali pihak asing telalu menganggap enteng pihak domestik sehingga ujung-ujungnya menimbulkan disputes. Hal ini bisa dikarenakan :

a. Pihak asing datang dari negara lebih maju, sehingga menganggap dirinya lebih super.

b. Pihak domestik umumnya memegang saham dalam persentase yang lebih rendah dari pihak asing.

c. Seringkali pihak asing yang punya dana dan pikiran dan gagasan, sementara pihak domestik hanya punya otot.

d. Dalam kasus-kasus tertentu pihak domestik hanya dipakai namanya saja (trusteeship)

105 Ibid, hlm 69-70.

106Ibid, hlm 71.

Karena menganggap dirinya dalam posisi yang lemah, seringkali pihak domestik tidak terlalu getol dalam negoisasi suatu kontrak joint venture. Tetapi, sampai waktunya, yakni biasanya ketika perusahaan sudah mulai berjalan, jika terus menerus dianggap seperti itu, akhirnya bisa meledak. Pihak domestik, sungguhpun hanya memiliki persentase saham yang kecil, tetapi dapat berbuat sesuatu yang mengacaukan jalannya perusahaan. 107

Pihak asing kurang memperhatikan hukum Indonesia, dimana tidak semua pihak asing yang berbisnis dengan pihak domestik datang ke pihak lawyer untuk meminta proteksi dari akibat-akibat hukum yang timbul kelak. Biasanya jika lawyer tidak diikutsertakan sejak semula, maka berbagai kemungkinan hambatan dan pelanggaran hukum akan mungkin timbul.

Pihak domsetik bersikap amatiran, jika tidak hati- hati dalam memilih partner usaha, bisa-bisa pihak asing akan terjeblos. Sebab sungguhpun dalam negoisasi bisa mulus-mulus saja, tetapi pihak domestik yang semula kelihatan baik-baik saja, dapat berubah . Karena itu dalam proses negoisasi, mestinya juga pihak asing atau bahkan kedua belah pihak saling menjajaki tingkah pola pihak lawan negoisasi, sehingga apabila yakin benar

107 Munir Fuady, Op.cit. hlm, 136-137.

bahwa mitranya tersebut dapat dipercaya, barulah penandatanganan kontrak dilakukan.108

Kelemahan lain yang sering juga dijumpai dalam praktik kerja sama (joint venture) antara penanam modal asing dengan modal nasional terletak pada corak, sifat, dan karakter perjanjian kerja sama yang tidak begitu terinci dan pasti. Akibatnya di dalam menghadapi pelaksanaan perusahaan semua mengenai hal-hal yang sekecil-kecilnya harus dirundingkan kembali, hal mana memakan waktu yang lama dan kesabaran yang besar dari kedua belah pihak. Sebab, kendala yang sering kali ditemui adalah perbedaan persepsi antara pihak asing dengan pemodal nasional.109

4. Penyelesaian Sengketa di Bidang Penanaman Modal Pada Joint Venture Company

Istilah penyelesaian sengketa berasal dari bahasa Inggris , yaitu dispute resolution. Suatu konflik merupakan suatu indikasi yang salah atau bahwa ada sesuatu permasalahan yang perlu ditentukan sehingga konflik menciptakan konsekuensi yang merusak dan dapat berakibat luas.110

Pada era globalisasi ekonomi diperlukan cara-cara penyelesaian sengketa yang efektif sesuai dengan tuntutat kepentingan, sebab salah satu ciri bisnis atau perekonomian yang paling menonjol dalam era

108 Ibid, hlm 137-138.

109 Aminuddin Ilmar, Op.cit , hlm 75.

110 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2010), hlm 268.

globalisasi adalah sifatnya yang bergerak cepat, baik dalam transaksi maupun dalam pergerakan arus barang dan modal111. Sehingga mempengaruhi berbagai aturan tentang penyelesaian sengketa yang menyangkut tentang penyelesaian sengketa bisnis.

Apabila sengketa yang terjadi antara investor domestik dengan pihak pemerintah Indonesia dan masyarakat sekitarnya, hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia.

Dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam penanaman modal atara pemerintah dengan investor domestik. Dalam ketentuan itu , ditentukan empat cara , antara lain : a. Musyawarah dan mufakat;

b. Arbitrase

c. Alternatif penyelesaian sengketa;dan d. Pengadilan

Penyelesaian musyawarah dan mufakat merupakan cara untuk mengakhiri sengketa yang timbul antara pemerintah dengan investor

Penyelesaian musyawarah dan mufakat merupakan cara untuk mengakhiri sengketa yang timbul antara pemerintah dengan investor

Dokumen terkait