• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN KERJASAMA PATUNGAN PMA DAN PMDN (JOINT VENTURE COMPANY) (STUDI TENTANG

CSR PT.TOYOTA ASTRA MOTOR)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

Priscila Patricia Yosephin 140200299

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan kasih karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini , yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada fakultas hukum Universitas Sumatera utara.

Skripsi ini berjudul : PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN KERJASAMA PATUNGAN PMA DAN PMDN (JOINT VENTURE COMPANY) STUDI TENTANG CSR PT.TOYOTA ASTRA MOTOR.

Berkat bimbingan dan arahan serta petunjuk dari dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan-kelemahan serta kekurangan-kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan dan arahan-arahan yang bersifat membangun agar penulis dapat lebih baik lagi di kemudian hari.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting. S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

2. Bapak O.K Saidin, S.H, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Universitas Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H, M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H, selaku ketua Jurusan Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Tri Murti Lubis, S.H.,M.H , selaku sekretaris departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Nazaruddin, S.H.,M.A selaku dosen penasihat akademik penulis.

8. Bapak Prof. Dr Bismar Nasution, S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing I, terimakasih atas segala perhatian, masukan dan bimbingan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik .

9. Ibu Tri Murti Lubis, S.H.,M.H, selaku Dosen Pembimbing II, terimakasih atas segala perhatian, masukan dan bimbingan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Hukum Ekonomi, Ibu dan Bapak yang sangat baik mengajar penulis selama masa perkuliahan.

(5)

11. Seluruh staf departemen Hukum Ekonomi secara khusus dan untuk staf fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Seluruh Bapak Ibu Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

13. Teruntuk sahabat-sahabat penulis yang selalu mendorong penulis untuk mengerjakan skripsi Adelina Tarigan, Lina Liani Purba, Trisny Wahyu Utami yang selalu ada disaat penulis mengerjakan skripsi.

14. Terimakasih buat geng cool kids, Adelina Tarigan, Lina Liani Purba, Trisny Wahyu Utami, Prima Sidabutar dan Sahabat Apriyeni yang juga selalu menemani penulis selama masa perkuliahan dari semester 1 sampai semester akhir. Sukses selalu ya teman-teman.

15. Teman-teman klinis perdata dan PTUN , Indah, Maulida, Adelina, Lina, Riwando, Azan, Rio yang rela bersusah payah mencari berkas bolak-balik ke pengadilan.

16. Teman-teman klinis pidana , Tamy, Prima, Bintang, Idola , Bosna, Adelina, Lina, Fandy, Sahabat yang sudah bekerja keras dalam menyelesaikan klinis ini.

17. Kepada teman-teman penulis yang selalu bersama-sama saling menyemangati penulis Anisa Herwina, Indra Sakti Ginting, Ridwan, Amsari, Alsya Azhari, Syadzwina, Ajeng Hanifa semangat skripsi ya teman-teman.

18. Kepada rekan-rekan grup A Fakultas Hukum USU 2014 semoga kita sukses selalu

(6)

19. Kepada rekan-rekan IMAHMI 2014, terimakasih buat kebersamaan nya selama ini. Terkhususnya untuk Azansyah Hashif, Elvi Rahmy, Dian Melati, Adelina, Lina, dan Laura Tarigan.

20. Kepada BPH IMAHMI , Azansyah Hashif, Adelina Tarigan, Fauzan Akbar Lubis yang telah menghidupkan IMAHMI dengan beragam kegiatannya yang bermanfaat.

21. Kepada Panitia Law Tour, dan teman-teman law tour terkhusunya roomate selama study tour, khairin, hany rahayu, laura tarigan, wuriyanti, adelina, lina, dian. Kalian luarbiasaa dan juga untuk suci dan intani ingat masa seramnya ya guysss..

22. Untuk teman-teman ku terkasih di kepanitiaan natal FH USU 2017 secara khusus seksi konsumsi, Herbet, Sahabat, Dian, Natasha, adelina, lina, Waristo, Saut, Ruth, Laura Tarigan, Nadya Primasha, Chessa Stefanny, dan Delila, semangat selalu ya teman-teman.

23. Untuk Alexander yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi.

24. Kepada Junior dan Senior penulis yang selalu memberi tegur sapanya kepada penulis.

25. Teruntuk sepupu penulis Vaniananda Kezyamadea br bangun yang sangat penulis sayangi . Semoga kita bisa wisuda bareng ya sukses dalam skripsi nya.

Dan tak henti –henti nya penulis berterimakasih kepada kedua orang tua penulis , ayah penulis yakni Alm Drs. Wardi Bangun, dan Ibu penulis

(7)

Tabitta Desrianta, yang selalu memberikan dukungan, doa dan perhatian kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan kepada saudara kandung penulis Putri Elis dan abang ipar penulis Alboyn Pelawi serta keponakan Penulis ceccilia Grace yang telah memberika dukungan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulis baik dalam doa maupun dengan ucapan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Semoga ilmu yang telah penulis peroleh selama ini dapat bermakna dan berguna bagi penulis dan orang lain.

Medan, Februari 2018

Penulis,

Priscila Patricia Yosephin

(8)

DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

KATA PENGANTAR`... i

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Metode Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan... 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY A. Sejarah dan Perkembangan Corporate Social Responsibility ... 19

B. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility ... 25

C. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility ... 31

D. Konsep Corporate Social Responsibility ... 34

E. Manfaat Corporate Social Responsibility ... 37

BAB III PENGATURAN TENTANG JOINT VENTURE COMPANY A. Sejarah Perkembangan Penanaman Modal ... 41

B. Dasar Hukum Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia ... 43

C. Bentuk Kerjasama Penanaman Modal ... 45

(9)

D. Joint Venture Company Di Indonesia

1. Dasar Hukum Joint Venture Company ... 46 2. Tujuan Pendirian Joint Venture Company ... 47 3. Masalah dalam kerjasama Penanaman Modal Pada

Joint Venture Company ... 49 4. Penyelesaian Sengketa di Bidang Penanaman Modal

Pada Joint Venture Company ... 52 5. Bidang Usaha Yang Tertutup dan Terbuka Bagi

Penanaman Modal Pada Joint Venture Company ... 57 BAB IV PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN KERJASAMA PATUNGAN PMA DAN PMDN (JOINT VENTURE COMPANY) STUDI TENTANG CSR PADA PT.TOYOTA ASTRA MOTOR

A. Faktor yang mempengaruhi penerapan Corporate Social Responsibility dalam pengelolaan Joint Venture Company ... 61 B. Konsekuensi hukum bagi Joint Venture Company berkaitan

dengan perumusan Corporate Social Responsibility dalam UU No. 40 tahun 2007 ... 63 C. Pelaksanaan Corporate Social Responsilbility dalam

pengeolaan Joint Venture Company (CSR PADA PT Toyota Astra Motor) ... 70 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 85

(10)

ABSTRAK

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN KERJASAMA PATUNGAN PMA DAN PMDN

(JOINT VENTURE COMPANY) STUDI TENTANG CSR PT. TOYOTA ASTRA MOTOR

Oleh:

* Priscila Patricia

** Bismar Nasution

*** Tri Murti Lubis

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.Dimana perusahaan yang dimaksud secara khusus adalah Joint Venture Company. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah tinjauan umum tentang Corporate Social Responsibility, pengaturan tentang Joint Venture Company, dan Pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam pengelolaan perusahaan kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) studi tentang CSR PT. Toyota Astra Motor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif, data sekunder dikumpulkan dengan metode studi pustaka ( library research) dan dianalisis dengan metode analisis data kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah pertama, Corporate Social Responsibility yakni bentuk tindakan suatu perusahaan untuk memberikan suatu perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan melalui peran serta perusahaan tersebut dalam memberikan kontribusi bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Kedua, joint venture sendiri yang diartikan sebagai salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Perusahaan Asing dengan Perusahaan Indonesia dengan membentuk badan hukum berupa Perseroan Terbatas. Ketiga, dalam hal ini PT.Toyota Astra Motor sebagai joint Venture Company yang merupakan badan hukum berbentuk PT, harus melaksanakan Corporate Social Responsibility dalam pengelolaan perusahaannya.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility,Joint Venture Company, Penanaman Modal.

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi dan krisis politik sejak tahun 1997, yang sampai saat ini masih belum pulih kembali sepenuhnya telah memunculkan agenda baru bagi Indonesia pada saat itu, yaitu pemulihan ekonomi melalui peningkatan penanaman modal serta demokratisasi di berbagai penanaman bidang. Dimana pemulihan ekonomi melalui peningkatan penanaman modal dapat dilakukan dengan menggerakan kegiatan penanaman modal.1

Dengan adanya investasi tentu akan menghasilkan keuntungan atau profit bagi investornya, dan bagi negara yang ditanamkan modalnya antara lain untuk menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka, menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah, sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru, meningkatkan ekspor dari negara-negara tuan rumah, menghasilkan pengalihan pelatihan teknis, memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memperoduksi barang setempat menggantikan barang impor, menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan demi kepentingan penduduk negara tuan rumah, membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia agar lebih pemanfaatannya daripada semula.2

Mencermati peran penanaman modal cukup signifikan dalam membangun perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade terakhir ini baik negara-negara maju maupun negara-

1 Ermanto Fahamsyah, Hukum Penanaman Modal (Yogyakarta : LaksBang PRESSindo, 2015), hlm 1.

2 Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012), hlm 109-110.

(12)

negara berkembang berusaha secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing.3 Karena itu, persaingan untuk memperebutkan modal asing sekarang ini sudah semakin seru, dengan kompetisi yang cukup ketat. Berbagai insentif dan kemudahan untuk investor asing yang akan menanam modalnya di suatu negara semakin diramu secara menarik.4 Berbagai kemudahan tersebut salah satu nya adalah dengan melakukan kerjasama.

Kerja sama antara modal modal asing dan nasional dapat diadakan dalam bidang usaha yang terbuka bagi modal asing. Kerja sama ini cenderung menggunakan bentuk perusahaan Joint Venture. Kesepakatan antara investor asing dan nasional dituangkan dalam perjanjian Joint Venture, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam membuat Anggaran Dasar Perusahaan Joint Venture.5

Pengaturan pemerintah dalam menetapkan bentuk usaha kerja sama (joint-venture) antara penanaman modal asing dengan modal nasional dalam penjabarannya dilaksanakan pertama kali melalui instruksi Presidium Kabinet Nomor 36/U/IN/6/1967 yang ditetapkan dalam bentuk usaha kerja sama joint enterprise (perusahaan campuran) yang juga merupakan salah satu bentuk usaha kerja sama (joint-venture).6

3 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm 4.

4 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), hlm 131.

5 Budiman Ginting, Hukum Investasi, (Medan: PUSTAKA BANGSA PRESS, 2007), hlm 1.

6 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2004), hlm 48.

(13)

Peningkatan penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No 6 Tahun 1968 Tentang PMDN yang kemudian mengalami perubahan dan penambahan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 dan 12 Tahun 1970 hingga dewasa ini mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan dengan keadaan sebelum dikeluarkannya peraturan tersebut7, karena selalu mengalami perkembangan yang pesat maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Penanaman Modal yang terbaru yakni UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang substansi nya menyatukan antara Penanaman Modal Dalam Negri dan Penanaman Modal Asing.

Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang penanaman modal asing bahwa pelaksanaan atau aplikasi penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk usaha yaitu, oleh pihak asing, ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional.8

Dalam Pasal 3 Undang-Undang No 1 Tahun 1967, ditentukan bahwa perusahaan-perusahaan dengan penanam modal asing tersebut yang dijalankan untuk seluruh atau sebagian besar di Indonesia sebagai kesatuan-kesatuan tersendiri harus berbentuk badan hukum menurut badan hukum Indonesia. Konsekuensi ketentuan tersebut adalah secara prinsip penggunaan badan usaha bagi penanaman modal asing harus berbadan hukum. Indonesia akan mempunyai konsekuensi yuridis bahwa perusahaan PMA tersebut akan terikat dengan hukum Indonesia pada setiap perbuatannya. Bentuk badan usaha yang dimaksud dalam pasal 3

7 Ibid., hlm 47.

8 Ibid., hlm 49.

(14)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tersebut , satu-satunya adalah Perseroan terbatas.9

Joint Venture sebagai badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas wajib melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.10

Tanggung Jawab Sosial perusahaan telah tercantum dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 mengenai tanggung Jawab sosial dan lingkungan. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, perusahaan, terutama yang berbasis sumber daya alam, berkewajiban untuk melaksanakan CSR, walaupun CSR seharusnya bersifat sukarela.11

Dalam melaksanakan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik- praktik tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang tanggung jawab sosial.12

9 H.Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, 2007), hlm 169.

10 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm 1.

11 A.B.Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility Pendekatan Strategic Management dalam CSR, (Jakarta : Gaprint Offset Printing, 2009) hlm v.

12 Ibid., hlm 48.

(15)

Implementasi CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profil risiko, serta kondisi operasional masing-masing perusahaan.13

Berdasarkan uraian diatas maka menjadi suatu hal yang menarik untuk memilih judul “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) .Dalam Pengelolaan Perusahaan Kerjasama Patungan (Joint Venture Company)studi CSR PT.Toyota Astra Motor “.

B. Perumusan Masalah

Setiap kegiatan penulisan skripsi dapat dipastikan ditemukannya hal- hal yang menjadi pokok permasalahan dan akan dikemukakan dalam pembahasannya.Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Tinjauan Umum Tentang Corporate Social Responsibility ?

2. Bagaimanakah Pengaturan Tentang Perusahaan Kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company)?

3. Bagaimanakah Pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam Pengelolaan Perusahaan Kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) Studi tentang CSR Pada PT.Toyota Astra Motor?

13 Ibid.

(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini yaitu : a) Untuk dapat mengetahui tinjauan umum tentang

Corporate Social Responsibility.

b) Untuk dapat mengetahui pengaturan tentang Perusahaan Kerjasama Patungan (Joint Venture Company).

c) Untuk dapat mengetahui Pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam Pengelolaan Perusahaan Kerjasama

Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) studi tentang CSR Pada PT.Toyota Astra Motor).

2. Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a) Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk memberikan informasi dalam bidang pengetahuan hukum umumnya maupun hukum ekonomi khususnya, dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai, serta untuk tercapainya perlindungan hukum .

(17)

b) Manfaat praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi masyarakat umum dan dapat berguna bagi kalangan penegak hukum untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta referensi mengenai Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Pengelolaan Perusahaan Kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) (Studi Tentang CSR PT.Toyota Astra Motor).

D. Keaslian Penulisan

Pemeriksaan atas penulisan skripsi ini telah dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan telah diketahui bahwa penulisan skripsi tentang Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Pengelolaan Perusahaan Kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) Studi Tentang CSR PT.Toyota Astra Motor belum pernah ditulis sebelumnya, dan jika dilihat dari latar belakang serta perumusan masalah yang dibuat dalam penulisan skripsi ini maka dapat dikatakan bahwa penulisan karya ilmiah ini merupakan karya sendiri yang mana diperoleh atas bantuan dari referensi-referensi dari buku, makalah-makalah, dari berbagai media elektronik serta atas dasar pemikiran sendiri.

Judul atas penulisan skripsi ini memiliki sedikit kesamaan dengan penulisan skripsi lainnya, antara lain Kedudukan Joint Venture Agreement

(18)

dalam Anggaran Dasar Perusahaan Patungan yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bernama Andreas Napitupulu, Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bernama Jaswinderjit.

Penulisan skripsi ini bukan hasil jiplakan atas karya orang lain dan juga bukan dibuat oleh orang lain, apabila ternyata terdapat judul serta permasalahan yang sama dikemudian hari maka skripsi ini akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Studi Kepustakaan merupakan suatu hal yang sangat membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Karena dengan melalui berbagai referensi-referensi buku yang ada memberikan cara-cara penyelesaian dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tentang penulisan yang sejenis yang tentunya sangat berkaitan dengan permasalahan- permasalahan yang diuraikan dalam penulisan karya ilmiah ini.

Secara singkat kepustakaan dapat membantu penulis dalam berbagai kebutuhan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini misalnya :

1. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji 2. Mendapatkan metode,teknik atau cara pendekatan pemecahan

permasalahan yang digunakan

(19)

3. Sebagai sumber data sekunder

4. Mengetahui sejarah dan perspektif dari permasalahan penulisan 5. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data

yang dapat digunakan 6. Memperkaya ide-ide baru

7. Dapat mengetahui siapa saja penulis lain dibidang yang sama dan siapa pemakai hasilnya.14

Adapun yang menjadi bentuk kerangka dalam Penulisan Karya ilmiah ini yaitu :

1. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. 15

Dalam berbagai tulisan istilah penggunaan Corporate Social Responsibility juga ternyata tidak diterima secara menyeluruh. Ada yang mempergunakan istilah Business Social Responsibility, dan Corporate Citizenship. Dalam Peristilahan Terakhir, perseroan dipersamakan sebagai mana layaknya manusia yang meiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian berarti perseroan dihadapkan juga pada berbagai macam kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan olehnya agar kehidupan

14 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 1997), hlm 115.

15 Hendrik Budi Untung , Op.cit, 2008, hlm 1.

(20)

perusahaan/Korporasi dan manusia-manusia yang terkait dan terlibat didalamnya dapat terus berlanjut.16

Rumusan atau defenisi yang diberikan diatas menunjukkan kepada masyarakat bahwa setidaknya ada tiga hal pokok yang membentuk pemahaman atau konsep mengenai Corporate Social Responsibility.

Ketiga Hal tersebut adalah :

a) Bahwa sebagai suatu artificial person, perusahaan atau korporasi tidaklah berdiri sendiri dan terisolasi, perusahaan atau perseroan tidak dapat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab terhadap keadaan ekonomi, lingkungan maupun sosialnya;

b) Keberadaan (eksistensi) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan atau korporasi sangatlah ditentukan oleh seluruh stakeholders-nya dan bukan shareholders-nya. Para stakeholders ini, terdiri dari shareholders, konsumen, pemasok, klien, customer, karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar dan mereka yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan (the local community and society at large);

c) Melaksanakan Corporate Social Responsibility berarti juga melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-hari perusahaan atau korporasi, sebagai wadah untuk memperoleh keuntungan melalui usaha yang dijalankan dan atau dikelola olehnya. Jadi ini berarti

16 Gunawan widjaja &Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum &Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, (Jakarta : PT.Percetakan Penebar Swadaya, 2008), hlm 8.

(21)

Corporate Social Responsibility adalah bagian terintegrasi dari kegiatan usaha (business), sehingga Corporate Social Responsibility berarti juga menjalankan perusahaan atau korporasi untuk memperoleh keuntungan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Corporate Social Responsibility sebagaimana halnya corporate citizenship, pada awalnya bukanlah suatu bentuk tanggung jawab yang mempunyai akibat hukum yang memaksa. Jadi lebih merupakan suatu moral obligation perusahaan terhadap :

1) Keadaan ekonomi 2) Keadaan sosial,dan

3) Keadaan lingkungan perusahaan yang terkait dengan kegiatan usaha atau jalannya perusahaan secara berkesinambungan .Hali ini menunjukkan bahwa bentuk atau wujud pelaksanaan Corporate Social Responsibility tidak selalu harus sama antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya .17

Selain dari Defenisi diatas Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility terdapat juga dalam Pengaturan Hukum di Indonesia yakni UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Adapun isi dari Pasal 74 UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah :

17 Ibid, hlm 9-10.

(22)

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan Lingkungan.18

2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang Pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.19 3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.20

4) Ketentuan Lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.21

2. Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN)

Pada Pasal 3 UUPM memberikan defenisi tentang PMA yaitu merupakan suatu kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanaman Modal

18 Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (1).

19 Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (2).

20 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (3).

21 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (4).

(23)

dalam negri selanjutnya disebut dengan PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negri dengan menggunakan modal dalam negri. 22

3. Joint Venture Company

Pasal 5 UUPM menyatakan bahwa :

1) Penanaman Modal dalam negri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum,tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.23

2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang- undang.24

3) Penanam modal dalam negri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan :

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas

b. Membeli saham;dan

22 Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 3 .

23 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 5ayat(1).

24 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 5ayat(2).

(24)

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.25

Pengertian Joint Venture menurut Amirizal menulis bahwa joint venture adalah kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractueel).26

Peter Mahmud mengemukakan bahwa kontrak Joint Venture adalah :

“Suatu kontrak antara dua perusahaan untuk membentuk suatu perusahaan baru.Perusahaan baru inilah yang kemudian disebut perusahaan joint venture”.27

F. Metode Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini, maka metode penulisan yang digunakan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Penyelesaian penulisan skripsi ini menggunakan cara penelitian hukum normatif yang bersikap desriptif. Dalam hal ini pengertian penelitian hukum normatif yaitu mengenai Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Pengelolaan Perusahaan Kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) Studi Tentang CSR PT.Toyota Astra Motor melalui data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif karena dalam penelitian ini ditujukan

25 Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 5 ayat (3).

26 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 2005), hlm 134.

27 H.Salim HS & Budi Sutrisno, Op. cit, hlm 206.

(25)

untuk dapat mendeskripsikan serta memaparkan secara jelas, lengkap dan akurat tentang perusahaan kerjasama patungan di Indonesia . 2. Data Penelitian

Data yang dipergunakan berupa data sekunder. Adapaun data sekunder yang dimaksudkan adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka, yang mencakup :

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir, ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan (ide). Bahan/sumber primer ini terdiri dari28 instruksi Presidium Kabinet Nomor 36/U/IN/6/1967, Peraturan Perundang-Undangan yakni Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan primer, 29yakni hasil karya para ahli

28 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001), hlm 29.

29 Ibid.

(26)

hukum berupa buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

c) Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan yang sifatnya berkelanjutan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus besar bahasa Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library research) yaitu dalam mencari bahan-bahan penulisan karya ilmiah ini penulisan memperolehnya dari perpustakaan juga meliputi sumber-sumber lainnya seperti media elektronik, makalah-makalah termasuk juga meliputi peraturan perundang-undangan yang tetap berlaku.

4. Analisis data

Penelitian hukum normatif menelaah data sekunder yang penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam melakukan analisa data ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan :

a) Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b) Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahann hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

(27)

c) Mengolah dan menginterpretasikan data guna memperoleh kesimpulan dari permasalahan.

d) Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu yang dituangkan dalam bentuj pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdapat 5 (lima) bab yang setiap bab nya memiliki bagian sub- babnya tersendiri, yang saling berkaitan datu dengan yang lainnya. Adapun bentuk dari sistematika penulisan skripsi ini adalah :

Bab I tentang pendahuluan. Pada bab ini akan membahas pengantar untuk dapat memberikan penjelasan secara singkat tentang ruang lingkup dari penulisan karya ilmiah ini meliputi latar belakang permasalahan, keaslian penulisan karya ilmiah, tujuan dari penulisan, manfaat dari penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan serta pengumpulan data yang dilakuakan dalam mengerjakan penulisan karya ilmiah ini.

Bab II membahas tentang sejarah dan perkembangan Corporate Social Responsibility, dasar hukum Corporate Social Responsibility, Ruang lingkup Corporate Social Responsibility serta membahas tentang konsep yang digunakan dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility dan Manfaat dari Corporate Social Responsibility.

(28)

Bab III membahas tentang sejarah dan Perkembangan Penanaman modal, dasar hukum kegiatan Penanaman modal, bentuk kerjasama Penananaman modal serta lebih khususnya membahas tentang Joint Venture Company.

Bab IV membahas tentang Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pengelolaan perusahaan kerjasama Patungan PMA dan PMDN (Joint Venture Company) studi tentang CSR pada PT.Toyota Astra Motor dimana membahas tentang faktor yang mempengaruhi penerapan Corporate Social Responsibility, konsekuensi hukum bagi joint venture company , serta bagaimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam Pengelolaan Joint Venture company (Studi pada PT.Toyota Astra Motor)

Bab V membahas dari bab-bab sebelumnya sehingga akan ditemukan suatu penarikan akan suatu kesimpulan serta garis-garis besar dan juga pemahaman atas pemaparan materi dari karya ilmiah ini. Saran dari penulis kiranya penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan sebuah masukan yang positif terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility oleh Perusahaan- Perusahaan Kerjasama Patungan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility yang marak diimplementasikan banyak perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang. Konsep ini tidak lahir begitu saja.30

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan menjalani beberapa tahap yang dipengaruhi oleh sepak terjang para pelaku usaha dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Konsep tersebut juga mendapat pengaruh dari perkembangan ideologi dan tatanan kehidupan bangsa dan antarbangsa. Segala hal tersebut ikut memberikan kontribusi hingga tiba pada suatu saat dimana para pelaku usaha menyadari perlunya aksi bersama masyarakat setempat demi kepentingan semua pihak.31

Gema CSR semakin terasa pada tahun 1960-an saat di mana secara global, masyarakat dunia telah pulih Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah mendorong berkembangnya beragam aktivitas yang terkatit dengan

30 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing, 2007), hlm. 3.

31 Matias Siagian dan Agus Suriadi, CSR Pespektif Pekerjaan Sosial (Medan: FISIP USU PRESS, 2010), hlm. 6.

(30)

pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya sektor produktif dari masyarakat.32

Ada dua jenis skandal tentang korporasi pada zaman itu melawan masyarakat yang cukup menggemparkan dan pada akhirnya semakin memperkuat ketidakpercayaan masyarakat pada korporasi diantaranya adalah yang terungkap dalam kasus Holocaust dan Agent Orange.

Keadaan ini pula yang kemudian melahirkan undang-undang tentang boikot di Amerika Serikat, yang memberikan hak kepada masyarakat luas untuk memboikot penggunaan produk tertentu yang dihasilkan oleh produsen tertentu, manakala diketahui bahwa produsen atau manufaktur tersebut telah melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan kewajiban dan tanggung jawab sosial dan lingkungannya.33

Redanya perang antarnegara melahirkan kesempatan bagi masyarakat dan negara untuk berbenah diri. Jika selama perang pertahanan dan keamanan menjadi pusat perhatian dan ikhtiar, maka pada masa tenangn dan damai berbagai negara mulai mengalihkan perhatian, ikhtiar dan prioritas ke arah mengakhiri penderitaan dan kesengsaraan berkepanjangan yang melanda masyarakat yang selama ini bukan dianggap sebagai masalah berarti, justru dianggap sebagai masalah serius dan harus dicari solusinya.34.

32Yusuf Wibisono, Op. Cit., hlm. 3-4.

33 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Op.cit ., hlm 12.

34 Matias Siagian dan Agus Suradi, Op.cit., hlm 9.

(31)

Kesadaran atas tanggung jawab sosial perusahaan meningkat juga ketika Howard R.Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman. Bowen mengemukakan bahwa perusahaan dalam praktek ekonominya tidak boleh berjalan sendiri, melainkan harus menyelaraskan praktek ekonominya dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat setempat dimana perusahaan itu berada. Pengakuan masyarakat banyak terhadap asas-asas tanggung jawab sosial yang dikemukakannya menjadikan ia dikelompokkan oleh banyak tokoh sebagai bapak tanggung jawab sosial.35

Pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi juga muncul dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow tahun 1966.

Pandangan Thurow pun tak kalah tajamnya. Menurutnya, kapitalisme tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang disebut sustainable society. Thurow memang agak pesimis bahwa konsep itu bisa diimplementasikan. Namun demikian, perilaku karitatif sudah banyak digelar oleh korporasi.36

Kaith Davis, pakar sosiologi perusahaan selanjutnya tampil dengan buku berjudul Iron Law of Social Responsibility, yang mengembangkan pemikiran Bowen. Dalam konsepnya, Davis mengemukakan bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hubungan

35 Ibid, hlm 10.

36 Yusuf Wibisono, Op.cit, hlm 5.

(32)

positif dengan ukuran perusahaan. Kajian ilmiah yang dilakukannya antara lain menyimpulkan, bahwa semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula tanggung jawab yang harus ditunaikannya pada masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis bahwa ukuran perusahaan senantiasa sebanding dengan ukuran sumber daya alam yang digunakan dalam praktek bisnis perusahaan itu.37

Pada dasawarsa 1970-an, terbitlah “The Limits to Growth”. Buku yang hingga kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para cendekiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara disisi lain, manusia bertambah secara eksponensial. Karenanya, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya kearah Community Development. Intinya kegiatan kedermawanan ala Robin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat semisal pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar, dan sebagainya. Dasar 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil Society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi praktek CD. CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak.38

Pada saat itu berkembang pemikiran dan upaya menjadikan program pengembangan masyarakat sebagai aktivitas ekonomi yang bersifat lintas bagian. Dengan demikian perusahaan harus mengembangkan aktivitas ekonomi yang menguntungkan secara ekonomi sekaligus mengandung makna dan sifat sosial. Pemikiran ini berupaya menepis anggapan yang selama ini melekat pada benak pelaku usaha,

37 Matias Siagian dan Agus Suradi, Op.cit., hlm 11.

38 Yusuf Wibisono, Op.cit, hlm 6.

(33)

bahwa aktivitas yang menguntungkan secara ekonomi senantiasa bersebrangan dengan aktivitas sosial.39

Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KKT Bumi (Earth Summit). KTT yang diadakan di Rio de Jenairo, Brazil ini menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang mesti dilakukan. Terobosan besar dalam konteks CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P”

(profit, people dan planet) yang dituangkan dalam bukunya “ Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” yang di release pada tahun 1997. Ia berpendapat bahwa jika perusahaan ingin sustain , maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni, bukan Cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut menjaga kelestarian lingkungan (planet).40

Gaung tanggung jawab sosial perusahaan makin menggema setelah diselenggarakannya pertemuan puncak yang melibatkan hampir semua negara membahas berbagai hal berkenaan dengan pembangunan berkesinambungan (World Summit on Sustainable Development). Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan yang berkesinambungan memerlukan kerja sama yang melibatkan berbagai pihak. Perusahaan tidak boleh melakukan aktivitas ekonomi tanpa memperhatikan dan memberi manfaat bagi pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat, serta kepentingan umat manusia secara keseluruhan.41

Sejarah kehadiran tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia dipengaruhi perkembangan yang berlangsung di negara-negara lain.

39 Matias Siagian dan Agus Suradi, Op.cit., hlm 16.

40 Yusuf Wibisono, Op.cit, hlm 6.

41 Matias Siagian dan Agus Suradi, Op.cit., hlm 17.

(34)

Perkembangan ini didukung oleh sikap politik ekonomi pemerintah Indonesia yang semakin membuka diri terhadap penanaman modal asing.

Dengan demikian, sejarah kehadiran tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan erat dengan perilaku sosial para penanam modal internasional atau perusahaan-perusahaan multi nasional yang melakukan aktivitas ekonomi di Indonesia.42

Penilaian atas implemantasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia pun terus berkembang. Dimana pada akhirnya tanggung jawab sosial perusahaan itu ditempatkan pada ranah yuridis dalam bentuk peraturan perundang-undangan43.

Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas.44

Selain itu makna Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab

42 Ibid, hlm 24.

43 Ibid, hlm 26-27.

44 Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, (Bandung : Rekayasa Sains Bandung, 2007), hlm 207.

(35)

sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.45

B. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility

Di Indonesia isu CSR terus bergulir seiring dengan munculnya berbagai tuntutan, tekanan, dan resistensi baik dari masyarakat lokal maupun LSM/NGO terhadap aktivitas dunia usaha. Akar dari tuntutan itu sendiri tidak terlepas dari :

a. Dampak industrialisasi terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan;

b. Proses demokratisasi;

c. Perkembangan dunia Informasi dan Teknologi (IT) ; d. Tantangan globalisasi dan tuntutan pasar bebas; dan e. Budaya perusahaan (corporate culture).

Menyikapi hal tersebut, pembuat undang-undang (legislatif dan eksekutif) mengakomodir tuntutan itu dengan mengambil sikap yang tidak populis di kalangan dunia usaha, yaitu dengan kebijakan menormakan CSR yang semula didasari atas etika bisnis yang sarat dengan nilai-nilai moral, dijadikan sebagai norma hukum yang dituangkan ke dalam produk peraturan perundang-undangan. Kebijakan seperti ini disebut sebagai transformatif nilai.46

1. Corporate Social Responsibility dalam Undang-Undang Penanaman Modal

45 Hendrik Budi Untung, Op.cit, 2008, hlm 1.

46 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandatory, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), hlm 123.

(36)

Dilihat dari substansi Undang-Undang Penanaman Modal terdapat beberapa pasal yang esensial berkaitan dengan CSR yang terlihat dari :

a. Pasal 3 ayat (1) UUPM mengenai asas Penanaman modal, menegaskan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas :

1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Keterbukaan, yaitu asas terbuka atas masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa segala kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas perlakuan pelayanan nondiskriminatif berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal luar negeri maupun antara penanam modal luar negeri maupun antara penanam modal dari negara asing lainnya

5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa datang.

8. Berwawasan lingkungan, yaitu penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup daripada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasioan, yaitu asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi nasional.47

b. Pasal 3 ayat (2) UUPM mengenai tujuan penyelenggaraan penanaman modal dapat dilihat pada, yaitu :

47 Ibid, hlm 140-141.

(37)

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

2. Menciptakan lapangan kerja;

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.48

c. Berkaitan dengan ketenagakerjaan menegaskan bahwa sebagai berikut : 1. Pasal 10 ayat (1) UUPM menegaskan

“Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia”49 2. Pasal 10 ayat (3) UUPM menegaskan

“Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.50

3. Pasal 10 ayat (4) menegaskan

“Perusahaan penanaman modal yang memperkerjakan tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.51

d. Berkaitan dengan kewajiban penanaman modal, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 15 UUPM sebagai berikut bahwa setiap penanam modal berkewajiban :

a) Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b) Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c) Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanamn Modal;

d) Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e) Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.52

Dengan ditegaskan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kewajiban penanam modal, maka pasal 15 UUPM telah meletakkan

48 Republik Indonesia, Undang-Undang 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI. Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 3 ayat (2).

49 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 10 ayat (1).

50 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 10 ayat (3).

51 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 10 ayat (4).

52 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI.

Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 15.

(38)

landasan yuridis perubahan paradigma sifat CSR dari voluntary menjadi mandator. Apalagi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 UUPM. Perubahan paradigma ini diperkuat dalam penjelasan umum UUPM yang menyatakan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptkana hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”.53

e. Pasal 16 UUPM menegaskan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab sebagai berikut.

1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara ;

4. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

5. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

6. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.54

Tanggung jawab penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 UUPM lebih mengarah pada prinsip CSR, sehingga perusahaan yang tidak menerapkan prinsip CSR dalam aktivitasnya tetap dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 UUPM.55

f. Pasal 17 UUPM menegaskan bahwa :

Setiap penanam modal yang bergerak di bidang usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan diwajibkan untuk mengalokasikan sebagaian dananya untuk pemulihan lokasi usahanya sehingga memenuhi standar lingkungan hidup yang pelaksananya diatur sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.56

g. Pasal 34 berkaitan dengan sanksi mengaskan sebagai berikut :

53 Bursya Azheri, Op.cit, hlm 143.

54 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 16.

55 Busyra Azheri, Op.cit, hlm 143.

56 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 17.

(39)

1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa :

a) Peringatan tertulis;

b) Pembatasan kegiatan usaha;

c) Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;

atau

d) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.57 2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.58

3. Selain dikenal sanski administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.59

Dari beberapa ketentuan CSR yang diatur dalam UUPM menunjukkkan bahwa CSR telah ditegaskan sebagai suatu keharusan (mandatory) dalam makna liability bagi investor. Bagi investor yang tidak menerapkan CSR dalam aktivitas usahanya dikenakan sanksi bersifat administratif maupun sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.60

2. Corporate Social Responsibility dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas

Di banyak negara, kegiatan CSR merupakan kegiatan yang sudah lazim dilakukan oleh suatu perusahaan. Kegiatan ini tidak diatur dalam ketentuan tersendiri, tetapi esensinya tersebar dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan. Disamping itu, faktor pendukung utama penerapan CSR adalah adanya kesadaran dari perusahaan itu sendiri, meskipun motifnya sebagai upaya untuk menjaga hubungan baiknya dengan stakeholders. Sedangkan di Indonesia, kegiatan CSR baru marak dilakukan pada beberapa tahun belakangan, Dalam UU PT dinyatakan

57 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 34 ayat (1).

58 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 34 ayat (2).

59 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.4724, Pasal 34 ayat (3).

60 Busyra Azhari, Op.cit, hlm 145.

(40)

secara eksplisit bahwa CSR merupakan suatu kewajiban bagi perseoran.

Dengan adanya pengaturan seperti ini, berarti telah terjadi suatu “revolusi”

terhadap prinsip tanggung jawab dalam konsep CSR, dari bersifat sukarela (voluntary) berubah menjadi keharusan (mandatory) dalam makna legal responsibility.61

CSR yang dimaksud dalam UUPT dapat dilihat pada pasal 1 angka 3 UUPT menegaskan :“tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untu berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”.62

Selain itu rumusan mengenai CSR diatur juga dalam pasal 74 UUPT yang terdiri dari empat ayat sebagai berikut :

a. Pasal 74 ayat (1) menyatakan bahwa

“perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan63

b. Pasal 74 ayat (2) UUPT menyatakan bahwa

“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.”64

c. Pasal 74 ayat (3) UUPT juga menegaskan bahwa :

“perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan”.65

d. Pasal 74 ayat (4) UUPT menegaskan bahwa

61 Ibid, hlm 145-146.

62 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106, Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 1 angka 3.

63 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (1).

64 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (2).

65 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (3).

(41)

“ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.66

C. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

Broadway dan Vogel menyatakan ada tiga dimensi yang harus diperhatikan , sehubungan dengan ruang lingkup CSR yaitu:

a. Corporate philanthrophy adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu perusahaan, di mana usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal perusahaan.

Usaha-usaha amal ini dapat berupa tanggapan langsung perusahaan atas permintaan dari luar perusahaan atau juga berupa pembentukan suatu badan tertentu, seperti yayasan untuk mengelola usaha amal tersebut.

b. Corporate responsibility adalah usaha sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ketika sedang mengejar profitabilitas sebagai tujuan perusahaan.

c. Corporate policy adalah berkaitan erat dengan bagaimana hubungan perusahaan dengan pemerintah yang berkaitan dengan posisi tawar suatu perusahaan dengan adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah yang memengaruhi persahaan maupun masyarakat secara keseluruhan.67

Perkembangan CSR dalam praktik etika dunia usaha modern dewasa ini mencoba memberikan pembatasan ruang lingkup CSR.

66Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Lembaran Negara RI Tahun 2007 No.106 Tambahan Lembaran Negara No.4746, Pasal 74 ayat (4).

67 Busyra Azheri, Op.cit , hlm 36.

(42)

Menurut Jack Mahoney dalam orasinya menegaskan bahwa melalui praktik dunia usaha modern dewasa ini, ruang lingkup CSR minimal dapat dibedakan atas empat, yaitu :

1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas

Diharapkan perusahaan tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi mencari keuntungan, melainkan juga ikut memikirkan kebaikan,kemajuan,dan kesejahteraan masyarakat dan keterlibatan nya, dalam berbagai kegiatan sosial dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi. Dari sekian banyak bentuk kegiatan sosial yang dapat dilakukan perusahaan, yang paling banyak mendapatkan sorotan adalah kegiatan sosial yang dapat memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi.68

2. Keuntungan ekonomis yang diperoleh perusahaan

Kegiatan usaha dewasa ini, sulit untuk memisahkan antara keuntungan ekonomis dan keuntungan sosial. Fakta empiris menunjukkan bahwa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial sangat menunjang aktivitas usaha itu sendiri, yang pada akhirnya akan menguntungkan perusahaan.Keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah lingkup tanggung jawab moral dan sosial yang sah dari suatu perusahaan.. Fakta menunjukkan bahwa dengan keterlibatan aktivitas sosial sebagai wujud CSR

68 Ibid, hlm 37.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa menurut hemat hakim, pidana terhadap anak yang berkonflik dengan hukum adalah merupakan hal yang refresif akibat perbuatan yang dilakukan karena

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan korban perang di Suriah ditinjau menurut hukum internasional, diantara banyak

Bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan usaha pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK” sebagaimana yang didakwakan

3. suatu sebab yang halal. Pos Indonesia bergerak dalam bidang jasa, maka faktor yang sangat penting yang perlu di perhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Bahan hukum primer yang

Ketidakterlaksanaannya suatu kontrak konstruksi dapat menimbulkan perselisihan atau yang sering disebut dengan “sengketa konstruksi” diantara pihak pengguna dengan pihak

Maka dengan demikian, berdasarkan pembahasan yang dijelaskan sebagaimana yang dimaksud di atas, timbul keinginan untuk mengkaji tentang keringanan pajak sebagai bentuk insentif

Maka, atas pertimbangan tersebutlah Majelis Hakim menyatkan bahwa terdakwa harus dilepaskan dari tuntutan hukum (ontslag van rechtvervolging). Dari pemaparan