• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Dalam dokumen TRADISI GONDANG HASAPI BATAK TOBA (Halaman 27-37)

Mengkaji adalah berarti belajar, mempelajari, memeriksa, menyelidiki, memikirkan (mempertimbangkan dan sebagainya), menguji, menelaah, ataupun mengkaji baik buruk suatu perkara. Mengkaji suatu fungsi sosial dalam gondang hasapi yang terdapat pada acara ritual sipaha sada parmalim dimana peneliti akan mempelajari bagaimana penggunaan dan tujuan dari gondang hasapi tersebut.

Untuk memahami fungsi musik gondang hasapi yang terdapat pada ritual

sipaha sada parmalim, penulis mengacu pada pendapat Alan P. Merriam (1964:210-225) yang menjelaskan bahwa use (penggunaan) mengacu pada masalah situasi atau cara bagaimana musik itu akan digunakan atau bagaimana cara pengaplikasiannya, sedangkan function (fungsi) mengacu pada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik yang artinya mengapa suatu jenis musik tertentu yang digunakan, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kehidupan manusia itu sendiri. Lebih jauh lagi fungsi berperan bagi kehidupan sosial masyarakat.

Istilah fungsi sosial mengacu pada cara-cara bertingkah laku atau melakukan tugas-tugas kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup individu , orang seorang maupun sebagai keluarga, kolektif, masyarakat, organisasi dsb.

Pelaksanaan fungsi sosial dapat dievaluasi / dinilai apakah memenuhi kebutuhan dan membantu mencapai kesejahteraan bagi orang, dan bagi masyarakat, apakah normal dapat diterima masyarakat sesuai dengan norma sosial. Untuk dapat berfungsi sosial secara baik ada tiga faktor penting yang saling berkaitan untuk dilaksanakan yaitu:

faktor status sosial yaitu kedudukan seseorang dalam suatu kehidupan bersama, dalam keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat yaitu seseorang yang diberi kedudukan agar melakukan tugas-tugas yang pokok sebagai suatu tanggung jawab atas kewajibannya (kompetensi ). Misalnya seorang berstatus sebagai: ketua, ayah, mahasiswa, pegawai, dsb.

Faktor peran sosial yaitu peranan sosial, berupa kegiatan tertentu yang dianggap penting dan diharapkan harus dikerjakan sebagai konsekwensi dari

status sosialnya dalam kehidupan bersama (keluarga, kelompok, masyarakat).

Misalnya ayah harus berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarga, ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga dan mengasuh anak, anak berperan sebagai pembantu mengurus adik-adiknya yang kesekolah, dsb. Penampilan peranan sosial secara efektif menyangkut penyediaan sumber dan pelaksanaan tugas sehingga individu atau kelompok, seperti keluarga mampu mempertahankan diri, tumbuh dan berkembang, menyenangi dan menikmati kehidupan. Penampilan peran ini dinilai baik oleh orang yang bersangkutan maupun dinilai oleh masyarakat dilingkungannya

Faktor norma sosial yaitu hukum, peraturan, nilai-nilai masyarakat, adat istiadat, agama, yang menjadi patokan apakah status sosial sudah diperankan dan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya, dengan normal, wajar, dapat diterima oleh masyarakat, bermanfaat bagi orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat. Pekerja sosial dapat mengadakan evaluasi dan intervensi pelaksanaan fungsi yang dilakukan orang secara individu maupun sebagai kelompok11.

Ketiga faktor fungsi sosial diatas tentu saja sangat diperlukan dalam kehidupan lingkungan masyarakat. Dimana dalam status sosial terdapat kedudukan dari seseorang, dan peran sosial berisi tentang bagaimana kegiatan seperti ritual yang berkaitan dengan musik dan lain-lain dalam bermasyarakat serta norma sosial yang mengatur kehidupan masyarakat. Didalam ketiga faktor tersebut ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam lingkungannya

11 Sebuah artikel tentang peran dan fungsi sosial budaya oleh Muhammad Obby Yusuf (0bbzs-web.blogspot.co.id) diakses pada hari rabu 14 juli 2016, pukul 10:08:24 WIB)

serta terdapat komponen-komponen yang mengatur kegiatan dari masyarakat tersebut, seperti halnya sebuah upacara ritual pada masyarakat parmalim dan beberapa hal yang menjadi fungsi dari penggunaan suatu komponen musik dalam kegiatan parmalim.

Berkenaan dengan fungsi musik, menurut Alan P. Merriam terdapat sepuluh fungsi musik, yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, (10) fungsi pengintegrasian masyarakat (Merriam 1964: 219-226).

Dari keseluruhan fungsi musik tersebut akan ada beberapa yang akan dikaitkan dalam penggunaan komposisi gondang hasapi dalam acara ritual sipaha sada. Ritual ini mempunyai komponen-komponen yang mengisi sebuah upacara ritual.

Koentjaraningrat (1985:243) menyatakan bahwa komponen dari sebuah kegiatan upacara ada empat yaitu tempat upacara, saat upacara, benda-benda dan alat upacara serta orang yang melakukan dan memimpin upacara. Berdasarkan teori tersebut maka gondang merupakan benda upacara yang terdapat dalam acara ritual sipaha sada parmalim. penggunaan musik gondang juga mempunyai waktu dan tempat yang disediakan dalam ritual yang dimainkan oleh pargonci. Ritual ini dipimpin oleh Raja Marnakkok Naipospos atau disebut worship leader yang akan mengorganisir jalannya ritual sipaha sada.

Sipaha sada adalah salah satu upacara dalam agama malim. Upacara ini khusus memperingati ari hatutubu (hari kelahiran) Tuhan Simarimbulubosi yang jatuh pada ari suma (hari kedua) dan ari anggara (hari ketiga) bulan sipaha sada (bulan satu). Sebenarnya, sipaha sada dalam kalender batak adalah nama sebuah bulan yang bermakna bulan satu. Karena Simarimbulubosi lahir pada bulan satu, maka hari kelahirannya diperingati pada sipaha sada. Semua kegiatan dipusatkan di bale pasogit partonggoan, Huta Tinggi dengan diiringi musik tradisional yaitu gondang hasapi (kecapi) dan alat musik lainnya.

Repertoar gondang tangiang terdiri dari 10 komposisi gondang dimana masing-masing gondang memiliki komposisi lagunya tersendiri. Kekecualian terjadi untuk gondang Raja Simarimbulubosi dengan komposisi gondang yang sama juga disebut dengan gondang Haposoon Ni Tuhan Si Marimbulubosi.

Demikian pula dengan komposisi gondang Siboru Deak Parujar, dalam konteks tertentu juga disebut dengan gondang Pangharoanan.

Pada perayaan upacara Hatutubu Sipaha Sada, ke duabelas gondang yang ada biasanya dimainkan secara berurutan (fixed repertoire), terutama pada bagian awal pembuka kegiatan ritual, dimana raja ihutan (pimpinan upacara) memulai acara kegiatan ritual dimaksud. Namun, pereduksian jumlah gondang dalam repertoir dapat saja terjadi ketika aktifitas ritual beralih kepada kelompok punguan12.

Gondang dalam pengertian perangkat alat musik dapat diketahui dari penyebutan “gondang Batak” yang berarti sebagai ensambel musik. Penggunaan

12 http://mitrariset.com (diakses pada 23 juli 2016, pukul 14.23 WIB), ibrahim gultom (2010:283-285)

kata gondang dalam penyebutan ensambel musik bisa ditemukan pada pengkategorian dua bentuk ensambel musik tradisi Batak Toba, yakni Gondang Sabangunan (gondang bolon) dan Gondang Hasapi, kata gondang pada konteks kedua kata “sabangunan” dan “hasapi” bermakna “ensambel musik”.

Dalam antropologi, (Ihromi: 2006) upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan ada yang untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan, seperti upacara sakral ketika akan turun kesawah;

ada untuk menolak bahaya yang telah atau diperkirakan akan datang; ada upacara mengobati penyakit (rites of healing); ada upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia, seperti pernikahan, mulai kehamilan, kelahiran (rites of passage, cyclic rites); dan ada pula upacara berupa kebalikan dari kebiasaan kehidupan harian (rites of reserval) seperti puasa pada bulan atau hari tertentu, kebalikan hari lain yang mereka makan dan minum pada hari lain tersebut.

Karena sesuatu dipercayai sebagai sesuatu yang sakral, maka perlakuan kepadanya tidak boleh seperti terhadap benda-benda biasa, terhadap yang profan13. Ada tata tertib tertentu yang harus dilakukan dan adapula larangan atau pantangan (taboo) yang harus dihindari. Taboo juga dipakaikan kepada pelanggaran yang sangat prinsipil dalam ajaran suatu agama atau kepercayaan masyarakat, seperti incest, syirik, dan zina.

Bagi Durkheim, upacara-upacara ritual dan ibadat adalah untuk meningkatkan solidaritas, untuk menghilangkan perhatian kepada kepentingan individu. Masyarakat yang melakukan ritual larut dalam kepentingan bersama.

13 Profan adalah tidak bersangkutan dengan keagamaan dan tujuan: lawan sakral. Tidak kudus atau (suci) karena tercemar, kotor, dsb: tidak suci (www.id.wiktitionary.org/wiki/profan, )

Terlihat bahwa Durkheim menciutkan makna yang terkandung dalam upacara keagamaan kepada keutuhan masyarakat atau solidaritas sosial. Akan tetapi, banyak pula ibadat atau ritual yang dilakukan sendiri-sendiri, seperti doa, zikir, shalat tahajjud. Makna memperkuat hubungan dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, supaya manusia mendapatkan kepuasan batin, ketabahan, harapan, memperbaiki kesalahan (dengan sering minta ampun), adalah makna-makna penting yang terkandung dalam ibadat, disamping makna untuk tetap jujur, ikhlas, setia kepada janji.

Salah satu bentuk konkrit yang mudah dicermati adalah dari ritual yang dijalankan oleh parmalim. Menurut Ismail (2012), ritual merupakan ekspresi dari sistem upacara keagamaan yang merefleksikan adanya hubungan manusia dengan alam spiritual. Ismail menjelaskan bahwa pelaksanaan ritual ini memiliki fungsi sosial untuk mengintegrasikan individu-individu dalam masyarakat dari tekanan-tekanan sosial dan mengembalikan ritme harmonitas (Ismail, 2012:1). Ungkapan yang mengukuhkan kajian ritual sebagai salah satu bagian yang penting untuk dicermati dari suatu komunitas penghayat keyakinan adalah apa yang diungkapkan Soehadha (2008) yang mengatakan bahwa disamping doktrin, aspek utama dari agama adalah ritual. Ritual menurut soedha merupakan perwujutan dari pelaksanaan doktrin agama, sekalipun sebagai sarana pengungkapan sikap religiusitas seseorang, Soehadha menambahkan bahwa ketaatan seseorang terhadap agama tidak hanya dapat diwujudkan dari keyakinan mereka terhadap doktrin agama, namun juga diekspresikan penganutnya melalui ritual yang bersumber dari doktrin tersebut (Soedha 2008:165). Dengan mengidentifikasikan

dan mencermati ritual, maka akan terlihat bagaimana suatu kelompok mengukuhkan kembali eksistensi mereka (Sembiring 2012:10).

Oleh Durkheim (1912) dan Radcliffe-Brown (1922) upacara itu dianggap mempertebal perasaan kolektif dan integrasi sosial. Isi upacara-apakah pendeta itu berkata begini atau begitu, memegang tongkat ditangan kirinya atau sehelai daun ditangan kanannya itu soal kedua yang tidak dapat dibahas. Di dalam upacara, seperti di dalam mitos, manusia benar-benar terpesona oleh jurang yang memisahkan mereka, sebagai mahluk berbudaya, dari binatang dan fenomena alam lainnya.

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa manusia melakukan sebuah upacara keagamaan beralaskan perasaan ataupun penghayatan, dimana manusia benar-benar terpesona dengan alam dan sebagai mahluk yang berbudaya.

Sehingga dalam setiap upacara keagamaan yang mereka laksanakan akan mempunyai suatu sistem atau aturan yang akan dijalankan.

Sistem-sistem yang ada dalam setiap upacara keagamaan diantaranya adalah:

a. Kelakuan keagamaan. Dunia gaib bisa dihadapi manusia dengan berbagai macam perasaan, ialah cinta, hormat, bakti, tetapi juga takut, ngeri dsb., atau dengan suatu campuran perasaan tad. Tiap upacara keagamaan dapat terbagi kedalam empat komponen, ialah: tempat upacara, saat upacara, benda-benda dan alat-alat upacara, orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

b. Tempat upacara yang keramat adalah biasannya suatu tempat yang di khususkan dan yang tidak boleh didatangi oleh orang yang tidak berkepentingan.

c. Saat-saat upacara biasanya dirasakan sebagai saat-saat yang genting dan gawat, dan yang penuh dengan bahaya gaib. Saat-saat itu biasanya saat yang berulang tetap, sejajar dengan irama gerak alam semesta.

d. Benda-benda upacara merupakan alat-alat yang dipakai dalam hal menjalankan upacara-upacara keagamaan. Alat-alat itu seperti wadah untuk tempat sajian, alat kecil seperti sendok, pisau dsb. Untuk sajian juga, sering kali senjata, bendera dsb.

e. Orang-orang yang melakukan upacara. Orang-orang pemuka upacara keagamaan dalam berbagai macam religi dari berbagai macam suku bangsa didunia biasanya dapat kita bagi kedalam tiga golongan, ialah: pendeta, dukun, syaman.

f. Pantangan. Semua komponen upacara keagamaan ialah tempat, saat, alat-alat, dan pemuka-pemuka upacara keagamaan, tetapi juga kesusastraan keagamaan seperti apa yang telah tersebut diatas, mempunyai sifat sacral atau keramat harus mengindahkan pantangan atau larangan.

g. Unsur-unsur dari upacara keagamaan: bersaji, berkorban, berprosesi, upacara seni drama, berpuasa, intoxikasi, bertapa, bersamadi.

Dengan pendapat dari Koentjaraningrat tersebut, maka upacara ritual parmalim dalam hal ritual sipaha sada melakukan semua sistem-sistem upacara keagamaan tersebut baik dalam hal puasa, benda-benda dan alat-alat upacara dsb.

Untuk melengkapi sebuah sistem maka ada unsur-unsur yang membuat suatu kebudayaan itu akan terlihat semakin bermakna.

Setiap kebudayaan mempunyai tujuh unsur dasar, yaitu: kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, simbol, teknologi, bahasa, dan kesenian.

 Kepercayaan berkaitan dengan pandangan tentang bagaimana dunia ini

beroperasi. Kepercayaan itu bisa berupa pandangan-pandangan atau interpretasi-interpretasi tentang masa lampau, bisa berupa penjelasan-penjelasan tentang masa sekarang, bisa berupa prediksi-prediksi tentang masa depan, dan bisa juga berdasarkan common sense, akal sehat, kebijaksanaan yang dimiliki suatu bangsa, agama, ilmu pengetahuan, atau suatu kombinasi antara semua hal tersebut.

 Nilai mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga.

 Norma dan sanksi, norma mengungkapkan bagaimana seharusnya manusia

bertindak dan jika dilanggar akan mendapat hukuman atau sanksi atas pelanggarannya.

 Teknologi pengetahuan dan teknik-teknik suatu bangsa dipakai untuk membangun kebudayaan materialnya.

 Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau memberikan makna sebuah salib atau suatu patung budha, suatu konstitusi atau suatu bendera

 Bahasa adalah “gudang kebudayaan” sarana utama untuk menangkap, mengkomunikasikan, mendiskusikan, mengubah, dan mewariskan arti-arti ini kepada generasi baru.

 Kesenian, melalui karya seni, seperti seni sastra, musik, tari, lukis, dan drama,

manusia mengekspresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, serta perasaan-perasannya.

Ketujuh unsur dari kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur yang masih dijalankan dengan baik oleh ugamo malim. dimana unsur kebudayaan itu merupakan sesuatu yang tidak bisa lepas dalam setiap ritual parmalim, terlihat dalam simbol, nilai juga sampai pada kesenian. Dalam setiap upacara ritual yang dilaksanakan Ugamo Malim akan tersirat aturan-aturan ritual sesuai dengan ketujuh unsur diatas. Selain dari simbol, nilai dan juga kesenian termasuk juga nilai, norma dan kepercayaan yang terkandung dalam upacara ritual sipaha sada tersebut. Dan ketujuh unsur tersebut tentu saja tidak dapat dipisahkan.

Dalam dokumen TRADISI GONDANG HASAPI BATAK TOBA (Halaman 27-37)

Dokumen terkait