Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta dan merupakan kota perdagangan terutama untuk wilayah Indonesia bagian timur. Berikut akan diuraikan secara umum tentang kondisi fisik kota Surabaya.
2.4.1 LETAK GEOGRAFIS & WILAYAH ADMINISTRATIF
Kota Surabaya terletak pada posisi : 7’12’LS dan 112’36’BT – 112’36’BT Dengan luas secara keseluruhan 291 Km’ atau 29100 Hayang membujur di pantai utara Jawa dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Jawa
41 - Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
- Sebleah Timur : Laut Jawa dan Selat Madura
Berdasarkan PP no. 26 tahun 1992, Kotamadya DATI II Surabaya terdiri atas 5 wilayah Pembantu Walikota yang terdiri dari 28 kecamatan yaitu :
- Surabaya utara : Kecamatan Gubeng, Tegalsari, Bubutan, dan Kecamatan Simokerto .
- Surabaya Selatan : Kecamatan Sawahan, Wonokromo, Karangpilang, Wiyung, Dukuh Pakis, Wonocolo, Jambangan, dan Gayungan,
- Surabaya Barat : Kecamatan Tandes, Sukomanunggal, Asemrowo, Benowo, dan Lakarsantri.
- Surabaya Timur : Kecamatan Tambaksari, Gubeng, Rungkut, Tenggilis Mejoyo, Gunung Anyar, Sukolilo, Mulyorejo, dan Kenjeran.
- Surabaya Pusat : Kecamatan Genteng, Tegalsari, Bubutan, dan Simoerto.
42 Dari segi topografi kota Surabaya terletak pada daerah dataran rendah dengan kontur tanah relatif rata pada ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut. Sedangkan di bagian selatan kota terdapat perbukitan landai kea rah barat daya yaitu bukit indah dan bukit gayungan yang memiliki ketinggian sekitar 25-50 meter dari permukaan laut.
2.4.3 KONDISI GEOLOGI
Kemampuan tanah terhadap kondisi geologi di Wilayah Kotamadya Dati II Surabaya dari hasil penelitian Direktorat Geologi Bandung. Susunan geologi mengikuti pola yang sama di mana pencapaian lapisan keras di wilayah bagian utara dan timur adalah 10-18 meter, sedangkan makin ke barat yang merupaan tanah liat, permukaan keras semakin dangkal yaitu 4-10 meter.
2.4.4 KONDISI KLIMATOLOGI
Berdasarkan data dari stasiun pencatat kondisi klimatologi yang dikelola Badan Meteorologi dan Geofisika ( Stasiun Meteorologi Perak II ) Surabaya diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1) Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret di mana besarnya curah hujan minimal adalah 3189,5 mm dan maksimum sebesar 3.884,3 mm dengan jumlah hari hujan 183 hari.
2) Angin
Sesuai dengan letak geografisnya arah dan kecepatan angin di kota Surabaya berubah-ubah :
- Kecepatan angin rata-rata bulanan maksimum 12 km/jam dan minimum 3,5 km/jam
- Kecepatan angin rata-rata harian maksimum 7,9 km/jam dan minimum 1,3 km/jam
43 - Dalam bulan Desember sampai Maret kecepatan angin rata-rata 6 km/jam dan maksimum 12 km/jam kea rah utara. Sedangkan bulan Juni sampai September kondisi angin sama yaitu kecepatan angin rata-rata 6 km/jam dan maksimum 12 km/jam namun arahnya ke timur
3) Suhu Udara Pada stasiun Perak I :
- Suhu udara rata-rata sebesar 28’C - Suhu udara maksimum 34’C - Suhu udara minimum sebesar 23’C
Pada stasiun Perak II :
- Suhu udara rata-rata sebesar 28’C - Suhu udara maksimum sebesar 33’C - Suhu udara minimum sebesar 25’C
Suhu udara maksimum adalah 36,4’C terjadi pada bulan Oktober dan suhu udara minimum adalah 21,5’C terjadi pada bulan Januari- Februari. Tekanan udara rata-rata 1004,7-10017,7 mbs.
Kecepatan Angin : rata-rata 6,4 Knot dan maksimum 20,3 Knot Arah Angin Terbanyak : Januari : Barat
Februari : Barat-Barat Laut Maret : Barat-Barat Laut April : Barat-Barat Laut
Mei : Timur Juni : Timur Juli : Timur Agustus : Timur September : Timur Oktober : Timur Nopember : Timur-Barat Desember : Barat-Barat Laut
44 Kelembapan udara cukup tinggi karena Surabaya terletak di pesisir pantai dengan kelembapan maksimum sebesar 98% pada bulan Desember, sedangkan kelembaban minimum sebesar 30% pada bulan September. Sedangkan kelembapan rata-rata adalah 76%.
5) Penyinaran Matahari
Rata-rata penyinaran matahari selama tahun 1992 di Kotamadya Dati II Surabaya menurut stasiun Perak I sebesar 74% per bulan, sedangkan menurut stasiun Perak II sebesar 73% per bulan.
2.4.5 KONDISI EKONOMI SOSIAL DI SURABAYA
Surabaya telah mengklaim dirinya sebagai Kota Jasa dan Perdagangan. Lebih dari itu Kota Surabaya adalah Kota bisnis dengan berbagai aktivitas yang berlangsung. Ibarat sebuah toko, Surabaya adalah Toko Serba Ada. Didalamnya berlangsung segala aktivitas, serta tersedia segala fasilitas yang mendukung.
Perdagangan adalah aktivitas utama Kota Surabaya. Secara geografis, Surabaya memang telah diciptakan sebagai Kota Perdagangan. Sejak zaman Majapahit, kolonial, hingga saat ini, perdagangan menjadi aktivitas utama. Kini, aktivitas perdagangan di Surabaya tak hanya melayani kebutuhan lokal serta nasional.
Surabaya mulai berkembang menjadi kota dagang Internasional.
Dengan predikat Surabaya sebagai kota dagang, terdapat beberapa pilar-pilar utama penyangganya. Lokasi-lokasi ini yang menjadi ruang-ruang terjadinya aktivitas perdagangan.
Dengan posisi Surabaya sebagai Kota Perdagangan, Pasar Modern adalah pilar utamanya. Tampilan menarik, suasana nyaman, serta harga yang pasti merupakan keunggulan pasar modern yang sesuai dengan sibuknya aktivitas masyarakat kota. Pasar modern tersebar di seluruh penjuru kota Surabaya, baik di
45 pusat maupun di pinggiran kota. Keberadaan pasar modern yang banyak ini memberikan pilihan lebih banyak kepada masyarakat. Jumlahnya akan terus
berkembang seiring meningkatnya investasi di Surabaya.
Tanjung Perak merupakan pelabuhan penting di Indonesia Timur. Pelabuhan ini diakui sebagai pusat kolektor dan distributor barang ke kawasan Timur Indonesia. Tanjung Perak terhubung dengan beberapa kawasan industri dan pergudangan seperti SIER, Berbek, maupun Margomulyo. Aktivitas bongkar muat yang tak kenal henti
menandakan pergerakan barang yang lancar.
Untuk mendukung aktivitas perdagangan, di Surabaya juga terdapat pusat-pusat perkantoran. Layaknya pasar modern, perkantoran pun tersebar baik di pusat maupun pinggiran kota Surabaya. Di pusat kota, berdiri wisma Intiland, BRI Tower, Bumi Mandiri, dan lainnya. Selain itu pusat perkantoran berkembang pesat di kawasan Surabaya Barat seiring munculnya pusat bisnis baru di daerah HR Muhammad, kawasan perkantoran dan bisnis di Graha Family dan Pusat perbelanjaan Supermall Pakuwon.
Dalam era modern, Bank mengambil peran sentral dalam aktivitas manusia. Di lingkungan masyarakat perkotaan seperti di Surabaya, bank dimanfaatkan oleh masyarakat dalam level kebutuhan pribadi, keluarga, maupun instansi bisnis. Keberadaan layanan perbankan di Surabaya mutlak diperlukan demi keamanan dan kemudahan bertransaksi. Di Surabaya berdiri 61 instansi perbankan yang terdiri atas 6 bank pemerintah, 2 bank pembangunan daerah, 42 Bank Swasta Nasional, serta 11
Bank Internasional.
Sebagai kota bisnis, banyak wisatawan berkunjung ke Surabaya baik untuk kepentingan bisnis maupun berwisata. Untuk mendukung aktivitas tersebut, fasilitas hotel berbagai kelas terdapat di Surabaya. Surabaya memiliki berbagai tipe hotel di seluruh sisi kota. Beberapa hotel berbintang yang ada di Surabaya misalnya Shangri La, Sheraton, Majapahit, dan JW Marriot. Selain hotel berbintang, kini mulai muncul
46 Berdirinya banyak pusat perbelanjaan modern tak membuat pasar tradisional ditinggalkan. Di Surabaya, pasar tradisional masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat. Harga murah, keakraban suasana, serta seni tawar-menawar selalu menjadi daya pikat pasar tradisional ketimbang pasar modern. Pembenahan pasar-pasar tradisional terus dilakukan agar menjadi lebih nyaman dan aman.
Kampung Surabaya menjadi ruang kehidupan bagi masyarakat Surabaya. Selain untuk tinggal, kampung-kampung di Surabaya pun adalah lokasi beraktivitas produksi. Kini muncul kampung-kampung yang menjadi pusat aktivitas industri kecil rumahan. Setiap kampung hadir dengan produk khasnya baik penganan, pernak-pernik, pakaian, dan lain-lain. Dengan sentuhan pemerintahan kota, kini kampung-kampung tersebut dilabeli kampung-kampung unggulan dan menjadi potensi pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
2.4.5 KEBISINGAN DI SURABAYA (NOISE)
Kebisingan merupakan pencemaran fisik dari polusi udara juga harus diukur berdasarkan metode tertentu. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan harus memiliki kepekaan yang sesuai dengan tingkat kebisingan yang diukur. Alat yang digunakan untuk pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Baku mutu yang digunakan dalam acuan untuk menetapkan apakah daerah tertentu sudah terkena polusi bising atau belum adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 718/MenKes/Per/XI/1987 tentang Baku Mutu Kebisingan. Dalam baku mutu tersebut disebutkan bahwa batas maksimum kebisingan untuk kawasan pemukiman adalah 65 dBA dan kawasan industri 85Dba. Berikut disajikan data-data kebisingan di beberapa tempat di Surabaya yang diambil secara acak.
47
NO LOKASI KEBISINGAN
(dBA)
KETERANGAN
1 Kalianak 65-67 Tambak tepi jalan
2 Greges 62-65 Pemukiman
3 Asemrowo 52-56 Pemukiman
4 Gayungan 55-56 Pemukiman
5 Bawah Tol Simo 55-60 Jembatan Tol
6 Tj.Sari- Tandes 75-80 Komersial
7 Tambakboyo- Petojo 65-75 Institusional
8 Prempatan Kenjeran 78-84 Industri
9 Tanah Kali Kedinding 62-66 Pemukiman
10 Pasar Menur 75-80 Komersial
11 Jl. Raya Nginden 75-80 Komersial
12 Jl. Raya Kenjeran 70-77 Komersial
Tabel 3 : Pengukuran kebisingan di area sekitar Surabaya Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No 718/MenKes/Per/XI/1987
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada daerah pemukiman yang berada di dekat jalan raya telah terjadi polusi kebisingan, karena level kebisingan yang terjadi melebihi 65 dBA. Sedangkan untuk kawasan industri belum terjadi polusi kebisingan, karena baku mutu yang ada belum terlampaui. Untuk menanggulangi tingkat kebisingan yang ada maka perlu dilakukannya upaya penanaman barrier sebagai peredam kebisingan tersebut. Salah satu cara yang banyak digunakan adalah dengan melakukan penghijauan, baik di sepanjang sisi jalan raya maupun pada lahan-lahan yang ada di depan rumah pemukiman penduduk tersebut.
2.4.6 ARAH PENGEMBANGAN KOTA
Wilayah pengembangan di Surabaya terbagi atas 3 wilayah pengembangan (EP), yaitu : (Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya, 2005)
48 Meliputi Surabaya bagian dalam (pusat) kota dan sekitarnya yang akan dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan jasa untuk skala regional (Indonesia Bagian Timur) dan nasional, dengan dukungan pengembangan bidang kemaritiman di kawasan pelabuhan Tanjung Perak.
- Wilayah Pembangunan Surabaya Bagian Timur (WPSBT)
Meliputi wilayah Rungkut, Sukokilo dan sekitarnya yang kemudian akan dikembangkan sebagai pusat perdagangan local, industri, pendidikan, pariwisata dengan kegiatan utama adalah pengembangan kegiatan wisata pantai, olahraga, perumahan, dan pemukiman dengan kepadatan rendah dan bebas polusi.
- Wilayah Pembangunan Surabaya Bagian Barat (WPSBB)
Meliputi wilayah Karangpilang, Tandes dan Lakarsanti yang akan dikembangkan sebagai pemukiman dengan standar kualitas tinggi, hutan wisata, kawasan konservasi, industri dan pergudangan.
Tampak bahwa sesuai dengan arah kebijaksanaan pengembangan kota Surabaya, kawasan pusat kota merupakan pusat perkantoran dan perdagangan. Kawasan pusat kota merupakan daerah yang akan dikembangkan sebagai daerah sektor perkantoran. Dengan berkembangnya kawasan-kawasan yang dipersiapkan menjadi kawasan jasa tersebut jelas akan mendukung pertumbuhan ekonomi kota Surabaya. Hal tersebut tentu cukup memberikan peluang bagi berkembangnya kegiatan perdagangan, perkantoran dan jasa. Sehingga untuk perkembangan selanjutnya, kawasan-kawasan tersebut merupakan alternatif dibangunnya perkantoran maupun perdagangan dan jasa.
49