• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

2. Tinjauan Tentang Belajar dan Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003: 2) mengatakan secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sujarwo (2014: 1) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk mengembangkan kemampuan individu yang merupakan suatu perubahan secara optimal. Perubahan yang terjadi berupa tingkah laku yang meningkat daru suatu pengalaman., sehingga setiap orang harus mengembangkan kemampuan atau potensi yang ada di dirinya.

Menurut Sugihartono (2007: 74), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74)

16

mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua,

belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar (Dimyati & Mudjiono, 1994: 7).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah proses individu yang dialami oleh individu itu sendiri guna memenuhi kebutuhannya. Belajar juga meliputi sikap dan perilaku yang kompleks. Belajar juga merupakan proses yang dialami individu itu sendiri.

b. Karakteristik Anak SD

Menurut Ahmadi & Sholeh (2005: 38) masa usia sekolah dasar dapat dirincikan menjadi dua fase yaitu masa kelas-kelas rendah dan masa kelas-kelas tinggi. Masa kelas tinggi yaitu siswa berumur kira 9/10 tahun sampai kira-kira umur 12/13 tahun. Siswa kelas V yang menjadi subjek penelitian termasuk masa kelas tinggi sekolah dasar. Beberapa sifat anak yang terdapat pada masa kelas tinggiyang disampaikan Ahmadi & Sholeh (2005: 40) adalah:

17

1) memiliki minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan praktis,

2) realistis, ingin tahu, dan suka belajar,

3) pada akhir masa mulai timbul minat pada hal dan mata pelajaran tertentu, 4) sampai kira-kira umur 11 tahun anak suka meminta bantuan kepada orang

dewasa dalam menyelesaikan tugas belajarnya,

5) setelah umur 11 tahun, anak-anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar,

6) anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar, dan

7) anak suka berkelompok dan memilih teman-temansebaya dalam bermain dan belajar.

Sanjaya (2013: 265) mengatakan bahwa dikatakan fase operasional konkret karena pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang mereka jumpai dari pengalaman-pengalaman langsung Anak berpikir tentang objek-objek atau benda yang mereka temukan secara langsung. Mereka juga berpikir tentang aktivitas-aktivitas yang dapat mereka lakukan dengan menggunakan benda-benda yang ditemuinya itu.

Piaget (Izzaty dkk, 2013: 104) mengatakan bahwa masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir yaitu pada usia 7-12 tahun, di mana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental

18

untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret sehingga anak mampu berfikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak Sekolah Dasar (SD) adalah mampu memecahkan masalah yang bersifat konkret sehingga terletak pada tahap operasi konkret. Anak usia SD berpikir tentang objek-objek yang mereka temukan secara langsung.

c. Definisi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009: 12), prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan manusia yang selalu mengejar prestasi menurut bidang dan keampuan masing-masing.

Syah (2002: 141) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa guna mencapai tujuan. Tujuan yang akan dicapai adalah yang telah ditetapkan oleh sebuah program.

Dalam prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor baik berasal dari dalam maupun luar individu. Suryabrata (Heru, 2004: 15) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1. Faktor dari luar individu, meliputi:

a. Faktor sosial; yaitu pribadi guru yang mengajar, sikap orang tua terhadap anak yang sedang belajar, situasi pergaulan dan teman sebaya.

b. Faktor non sosial; yaitu belajar, cuaca, tempat tinggal, fasilitas, dan lain-lain. 2. Faktor dari dalam diri individu, meliputi:

yaitu kematangan fisik, kesehatan badan, kualitas

a. Faktor psikologis; yaitu minat, rasa aman, motif, pengalaman masa lampau, intelegensi, dan aspirasi.

19

Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa selama pembelajaran berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Pencapaian ini sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

d. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009: 12), prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1) prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai peserta didik,

2) prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia,

3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan,

4) prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bhwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.

20

Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat, dan

5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

3. Tinjauan Tentang Pendekatan Inkuiri

Dokumen terkait