• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.13

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik yang mengembangkan potensinya. 14

Oemar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendefenisikan pendidikan Islam dengan prsoses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, mesyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajar suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantaranya profesi-profesi asas dalam masyarakat.15

12

Pupuh Fathurrahman, op. cit, h. 41-42.

13

Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1.

14

Pupuh Fathurrahman, op.cit., h. 43

15

Abul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006) h, 26.

Cara mengubah tingkah laku itu melalui proses pengajaran. Perubahan tingkah laku ini tidak berhenti pada level individual (etika profesional) yang menghasilkan kesalahan individual, tetapi juga mencakup level masyarakat (etika sosial), sehingga menghasilkan keshalehan sosial.16

Dari pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa hakikat pendidikan seharusnya lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, tidak sekedar mentransfer pengetahuan. Yang sifatnya penigkatan, yaitu dari yang buruk menuju yang baik, dari yang minimal menuju maksimal, dari yang potensial menjadi aktual, dari yang pasif menuju yang aktif. Dan bersifat umum, tidak hanya untuk diri pribadi, tapi bagi orang lain.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan Islam merupakan landasan optimal untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan Islam.17

a. Dasar Historis

Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa depan, karena dasar ini memberi data input tentang kelebihan dan kekurangan kebijakan serta maju mundurnya prestasi pendidikan yang telah ditempuh.

Firman Allah Shubhanahu Wata‟ala dalam al-Quran Surah Al-Hasyr (59) ayat 18:

اَهُّيَأ اَي ََّاللَّ َّنِإ ۚ َ َّاللَّ اىُقَّتاَو ۖ ٍدَغِل ْتَمَّدَق اَم ٌسْفَن ْرُظْنَتْلَو َ َّاللَّ اىُقَّتا اىُنَمآ َنيِذَّلا َنىُوَاْمَت اَاِم ٌرٌِي َب

Terjemahannya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnnya untuk hari esok

16

Ibid, h. 26.

(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.18

Berdsarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa hendaknya setiap manusia, hendaknya senantiasa memperhatikan dan belajar dari sejarah setiap peristiwa dalam, sehingga dapat melakukan yang lebih baik untuk hari esok atau di masa depan.Terkhusus bagi tenaga pendidik hendaknya senantiasa memperhatikan dan belajar dari berbagai sejarah pendidikan, sehingga dapat menjadi acuan dalam mengambil tindakan yang lebih baik dalam dunia pendidikan kedepannya, yang tidak sekedar mengacu pada tujuan dunia, namun tujuan akhir yaitu akhirat dalam hal ini, terkait melakukan komunikasi yang baik dalam membina karakter Islami pesert didik.

b. Dasar Sosiologis

Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosiobudaya, yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini juga berfungsi sebgai tolak ukur dari tingkat relevansi ouptut pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak kahilangan konteks atau tercabut dari akar masyarakatnya. Prestasi pendidikan hampir tidak berguna jika prestasi itu merusak tatanan masyarakat. Demikian juga, masyarakat yang baik akan menyelenggarakan format pendidikan yang baik pula.

c. Dasar Ekonomi

Dasar ekonomi adalah dasar yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi finansial, menggali, dan mengatur sumber-sumber serta bertanggungjawab terhadap rencana dan anggaran pembelajarannya. Dikarenakan pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang luhur maka sumber-sumber finansial dalam menghidupkan pendidikan yang bersih, suci, dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat. Ekonomi yang kotor menjadikan ketidak berakahan hasil pendidikan. Misalnya, untuk pengembangan pendidikan, baik untuk kepentingan honorarium pendidik maupun biaya oprasional sekolah, uatu lembaga pendidikan mengembangkan sistem rentenir.

18

d. Dasar Politik dan Administratif

Dasar politik dan adminitrasi adalah dasar yang memberikan bingkai idiologis yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar politik menjadi penting untuk pemerataan pendidikan, baik seara kuantitatif maupun kualitatif. Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan umum („ammah) dalm rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan hanya untuk golongan atau kelompok tertentu. Sedangkan dasar administrasi berguna untuk memudahkan peayanan pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguann teknis dalam pelaksanaannya. e. Dasar Psikologi

Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu menigkatkan prestasi dan kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah, di lingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.

f. Dasar Filosofis

Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar oprasional lainnya. Bagi masyarakat sekuler dasar ini menjadi acuan terpenting dalam pendidikan. Sebab, filsafat bagi mereka merupakan induk dari segala dasar pendidikan. Sementara bagi masyarakat

religious, seperti mayarakat muslim, dasar ini sekedar menjadi bagian dan

cara berpikir di bidang pendidikan secara sistematik, radikal, dan universal, yang asas-asasnya diturunkan dari nilai iladiyah.

g. Dasar Religious

Dasar religious adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini menjadi penting dalam peniddikan Islam. Sebab dengan dasar ini, semua kegiatan pendidikan menjadi bermakna. Konstruksi agama membutuhkan aktualisasi dalam berbagai dasar pendidikan yang lain. Agama menjadi

frame bagi semua dasar pendidikan Islam. Aplikasi dasar-dasar yang lain

merupakan bentuk realisasi dari yang bersumber dari agama dan bukan sebaliknya. Apabila agama menjadi frame bagi semua pendidikan Islam,

maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai ibadah. Sebab ibadah merupakan aktuaisasi dari (selfactualization) yang paling ideal dalam dalam pendidikan Islam.

Dari penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa ada bebrapa dasar pendidikan agama Islam yang mencakup berbagai aspek yang dimana semua dasar tersebut saling berkaitan untuk menjadikan pendidikan agama Islam sebagai dasar yang ideal dalam pencapaian tujuan pendidikan Nasional.

Ali Ashaf menawarkan tujuan pendidikan Islam yaitu dengan “terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah Shubhanahu Wata‟ala pada tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya”.19

Tujuan umum tersebut merupakan kristalisasi dari tujuan khusus pendidikan Islam. Menurutnya, tujuan khusus pendidikan Islam adalah sebagai berikut:20

1. Mengembagkan wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern.

2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan kebijakan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan pembangunan nasional.

3. Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk mneghargai dan membenarkan superioritas komperaif kebudayaan dan peradaban Islami di atas kebudayaan lain

19

Ibid, h. 60

4. Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalama imajinstif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.

5. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep tentang pengetahuan yang diatur.

6. Mengembangkan wawasan rasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam dengan melatih kebiasaan yang baik.

7. Mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.

Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islambad adalah:

Arifin H.M Educated should aim at the balanced growth of total

personality of man thouhg the treaning of man’s spirit, inttelect the retional self, feeling and bodily sense. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collecyively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of education ;ies in the realization of complate submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.21

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya.

21Bukhari Umar, op. cit, h. 62

Oleh karena itu, pendidikan Islam bertujuan untuk menimbulkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra. Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua asspeknya, baik aspek spiritual, intelektuall, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya. Tujuan terakhir dari pendidikan Islam itu teletak dalam realisasi sikap penyerahan dan sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan.

Sebagai hamba Allah Shubhanahu Wata‟ala yang berserah kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman kecara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya, agar terealisasi cita-cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah.22

3. Ruang Lingkup Penddikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Sahubhanahu Wata‟ala, hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain (lingkungannya).

Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah sebagai berikut: 23

a. Pengajaran Keimanan

Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menuruti ajaran Islam, inti dari pengajaran itu adalah rukun Islam.

22

Bukhari Umar, op. cit, h. 62.

b. Pengajaran Akhlak

Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pemebentukan yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik. c. Pengajaran Ibadah

Pengajaran ibadah adalah pengajaran tetang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaanya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.

d. Pengajaran Fiqih

Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang tantangan hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pengajaran Al-Qur‟an

Pengajaran Al-Qur‟an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Qur‟an dan mengerti arti keandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Qur‟an . Akan tetapi dalam nya hanya ayat-ayat tertentu yang dimasukkan dalam materi pendidikan agama Islam yang disesuaikan dengan penidikan.

f. Pengajaran Sejarah Islam

Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentanag pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awal sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.

Dari penjelasan di atas, dapat peneliti pahami bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya yang mencakup kehidupan dunia dan akhirat.

4. Guru dan Pendidikan Karakter

Dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa dtiru atau menjadi idola begi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri peserta didiknya, sehingga ucapan, karakter, dan kepribadian guru menjadi cermin peserta didik. Dengan demikian guru memiliki tanggungjawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas menusiawi itu merupakan transformasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis harmonis, dan dinamis. Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan perananya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta didik di sekolah, sebagai berikut:

a. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran

Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya.

b. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran

Guru dituntut untuk peduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang diempunya. Dalam hal ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintegerasikan dalam proses pembelajaran.

c. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia.

Para guru melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatannya menjurus pada pengembangn kemampuan efektif, dan psikomotorik.

d. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik.

Lingkungan terbukti sangat penting dalam pembentukan pribadi manusia, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter.

e. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam mengembangan pendidikan karakter

Bentuk kerjasama yang bisa diakukan adalah menempatkan orang tua peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan narasumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.24

5. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Langgulung, Di era modern ini peran guru bukan hanya sebagai pengajar (mu’allim, transfer knowledge) saja, tetapi mempunyai tugas sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar, yaitu relasi dan aktualisasi sifat-sifat Ilahi manusia, dengan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilliki.25

24

https://www.kompasiana.com/amp/ah

Selain itu, tugas pendidik juga sebagai pengelola(human of learning), pengaruh (director of learning), fasilitator, dan perencana (the utur society). Oleh karena itu, tugas pendidikan dapat disimpullkan menjadi:26

a. Sebagai pengajar (mu’allim, instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, dan melaksanakan program penilaian (evaluation) setelah program dilaksanakan;

b. Sebagai pendidik (murbbi, educator) yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadianinsan kamil, seiring dengan tujuan Allah menciptakannya;

c. Sebagai pemimpin (manager) yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri dan anak didik serta masyarakat terkait, yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan antisipasi atau program yang telah dilakukan

Jadi, penulis berpendapat bahwa guru memiliki tanggungjawab yang besar dan luas, karena perannya tidak sekedar menjadi pengajar yang hanya memindahkan ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif, tapi yang cukup penting yaitu sebagai pendidik dan pemimpin yang berusaha mengarahkan peserta didik agar memperbaiki akhlaknya dengan memberi motivasi-motivasi pengarahan, dan pengontrolan.

6. Guru Sebagai Tenaga Profesional

Sebagai tenaga profesional, guru bukan saja dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Dalam diskusi pengembangan model pendidikan

26 Heri Gunawan. op. cit. h. 169

profesional tenaga kependidikan yang dilaksanakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990 lalu, dirumuskan 10 ciri suatu profesi yaitu, (1) memiliki fungsi dan signifikansi sosial; (2) memiliki keahlian dan keterampilan tertentu; (3) keahlian/keterampilan diperoleh melalui teori dan metode ilmiah tertentu; (4) didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas; (5) diperoleh dalam masa pendidikan yang cukup lama (6) aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.(7) memiliki kode etik; (8) kebebasan untuk memberikan judgemen dalam menyelesaikan masalah dalam lingkungan kerjanya (9) memiliki tanggungjawab profesional dan ekonomis;(10) ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan yang laayak atas profesinya.27

Jika ciri-ciri profesionalisme tersebut di atas ditujukan pada pofesi pada umumnya, maka khusus untuk profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga. Pertama, seorang guru yang profesional harus menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya karena bidang pengetahuan apapun yang selalu mengalami perkembagan, maka seorang guru harus profesional juga harus terus menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman. Untuk dapat melakukan dan meningkatkan perkembagan ilmu yang diajarkannya itu, seorang guru harus seara terus menerus melakukan penelitian dengan melakukan berbagai macam metode.

Kedua, seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan menyampaikan dan mengajarkan ilmu yang dimilikinya, kepada

27

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta, Kencana Pemuda Media Group, 2008), h 154.

murud-muridnya secara efektif dan efisien. Untuk itu, seorang guru harus memiliki ilmu keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga bidang keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik, dan metodik. Istilah pedagogik diterjemahkan dengan istilah ilmu mendidik, dan yang dibahas terkait mengasuh dan membesarkan seorang anak. Sedangkan didktik adalah pengetahuan tentang interaksi belajar mengajar secara umum. Yang dibahas disini adalah antara lain bagaimana cara membuat persiapan pengaajaran sesuatu yang sangat perlu, cara menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara menilai hasil pembelajaran. Adapun metodik adalah pengetahuan tentang cara mengajarkan bidang engethuan tertentu. Beberapa matapeajaran dipandang memerulukan cara-cara khusus menyajikannya, dan untuk ini disajikan metodik khusus. Pelajaran yang memerlukan metodik yang khusus ini misalnya menggambar, pekeraan tangan, dan olahraga.

Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh pada kode etik profesional sebagaimana tersebut di atas. Kode etik di sisi lebih dikhususkan lagi tekanannya paa perlunya memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak yang mulia itu, serang guru akan dijadikan panutan, contoh dan teladan. Dengan cara yang demikian ilmu yang diajarkan atau nasiahat yang diberikannya pada para peserta didik akan didengarkan dan dilaksanaakannya dengan baik. Tentang perlunya akhlak yang baik bagi seorang guru yang profesional ini sudah ama menjadi perhatian dan kajian para ulama di zaman klasik. Sebagaimana pendapat ahli terkait guru yang baik yaitu :

Ibn Muqaffah ( Lahir di Persia tahun 106 H) misalnya, mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mau berusaha memulai dengan mendidik

, memperbaiki tingkah lakunya, meluruskan pikirannya, dan menjaga kata-katanya terlebih dahulu sebelum menyampaikan kepada orang lain. 28 Sehingga penulis berpendapat bahwa guru yang profesional atau guru yang baik, ialah guru yang senantiasa berusaha memberikan yang terbaik kepada peserta didiknya, yang dimana sebelum memberikan ilmu dan nasihat ia terlebih dulu harus memperbaiki dirinya, baik dari segi ilmu dan akhlak.

Guru harus selalu mengontrol, menasihati, memberikan pesan-pesan moral tentang ilmu untuk masa depan anak diidknya dan tidak memberikan mereka melanjutkan pelajarannya kepada yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran sebeumnya.

Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, seorang guru disamping sebagai pengajar juga harus sebagai pendidik. Dengan demikian disamping membimbing peserta didik untuk menguasai sejumlah pegetahuan, keterampilan, (mengajar). Seyogiyanya guru juga membimbing peserta didiknya mengembangkan segenap potensi-potensi yang ada dalam diri mereka (mendidik).

C. Tinjauan Tentang Karakter Islami

Dokumen terkait