• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Tinjauan Tentang Manajemen Rantai Pasok

Tuntutan kepada perusahaan untuk selalu memberikan gagasan dan menciptakan nilai tambah bagi konsumennya semakin kuat dari tahun ke tahun. Perusahaan dituntut untuk dapat menyampaikan produknya dengan lebih efektif, cepat, dan lebih efisien. Kemampuan untuk mengintegrasikan mata rantai pasokan (supply chain) inilah yang dinilai dapat meningkatkan kompetisi tersebut. Menurut Lambert dan Cooper (2000), istilah supply chain management pertama kali diperkenalkan oleh konsultan pada tahun 1980an dan mulai dikembangkan oleh akademik pada tahun 1990an. Pada tahun 1986, The Council of Logistics

Management (CLM) mendefinisikan manajemen logistik sebagai proses

merencanakan, melaksanakan dan mengawasi efisiensi, aliran modal, penyimpanan bahan baku, inventaris dalam proses barang jadi dan aliran informasi dari produksi hingga konsumsi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pada akhirnya timbul kekeliruan pemahaman terhadap manajemen logistik dan SCM. CLM mengumumkan pada tahun 1998 bahwa logistik merupakan bagian dari proses rantai pasok yang merencanakan, menerapkan, dan mengendalikan efisiensi, efektivitas aliran dan penyimpanan barang, jasa dan menyampaikan informasi dari produksi hingga konsumsi sesuai dengan permintaan pelanggan.

Pemasok (Suppliers) merupakan bagian penting dalam suatu sistem konversi, yang dimulai dari input faktor berupa bahan baku, bahan pembantu, dan komponen peralatan untuk mesin, serta untuk output berupa bahan untuk pembungkus (packaging). Di dalam penyediaan bahan baku (raw materials), baik untuk perusahaan manufaktur atau jasa/pelayanan, akan menjadi penentu dalam

pemenuhan pesanan permintaan pasar. Apabila sumber dari bahan baku tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan maka akan terjadi stagnasi pada proses konversi yang disebabkan tidak terpenuhinya pesanan permintaan dari pasar maupun pelanggan (Tampubolon, 2014). Oleh karena itu, menciptakan sebuah rantai pasokam yang efektif membutuhkan dihubungkannya pasar, saluran distribusi, pemrosesan, dan pemasok. Desain dari rantai pasok harus memungkinkan semua pelaku dalam rantai untuk mencapai keuntungan yang signifikan, dengan demikian memberi mereka insentif untuk berkooperasi. Menurut Stevenson (2014), rantai pasokan tersebut harus memungkinkan peserta untuk:

1. Berbagi ramalan

2. Menentukan status pesanan secara real time 3. Mengakses data persediaan rekanan

Manajemen rantai pasok atau supply chain management sendiri dapat diartikan sebagai suatu manajemen dari aliran barang informasi dan finance yang melewati rantai pasokan dari manufaktor ke distributor dan kemudian ke retailer (Deitiana Tita, 2004). Menurut Jacobs (2015), gagasan utama dari manajemen rantai pasokan adalah untuk menerapkan satu pendekatan sistem terpadu untuk mengelola arus informasi, bahan baku, dan pelayanan dari pemasok bahan baku melalui pabrik dan gudang untuk pelanggan akhir.

Supply Chain (rantai pasokan) adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Dapat juga disebut sebagai jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubunganyang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang (Indrajit, 2003).

Definisi lain mengenai supply chain, Richardus dan Djokopranoto (2003), mengatakan bahwa SCM adalah kegiatan transformasi bahan baku sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui proses distribusi, kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian tradisional dan berbagai kegiatan penting yang berhubungan dengan supplier dan distributor, kegiatannya meliputi penetapan:

13

1. Pengangkutan

2. Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer) 3. Supplier

4. Distributor

5. Hutang maupun piutang 6. Pergudangan

7. Pemenuhan pesanan

8. Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan

Menurut Tampubolon (2014), terdapat tiga konsep dasar manajemen rantai pasok yaitu pengawasan bahan, informasi, dan keuangan sebagai pergerakan dalam suatu proses dari pemasok ke produsen hingga ke konsumen akhir. Supply

Chain Management sendiri melibatkan koordinasi dan mengintegrasikan arus baik

di dalam dan di antara perusahaan. Hal ini mengungkapkan bahwa tujuan akhir dari setiap sistem manajemen rantai pasokan yang efektif adalah untuk mengurangi persediaan (dengan asumsi bahwa produk tersedia jika diperlukan). Sedangkan tujuan utama dari strategi supply chain management (SCM) yaitu : 1. Penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan

konsumen

2. Mengurangi biaya

3. Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain 4. Mengurangi waktu

5. Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi

Manajemen Rantai Pasokan memiliki beberapa aktivitas yaitu meramalkan permintaan pelanggan, membuat jadwal produksi, menyiapkan jaringan transportasi, memesan persediaan pengganti dari para pemasok, mengelola persediaan, menjalankan produksi, menjamin kelancaran transportasi sumber daya kepada pelanggan, dan melacak aliran sumber daya pada seluruh pelaku rantai pasok. Manajemen Rantai Pasokan yang berhasil membutuhkan kepercayaan di antara rekan dagang, komunikasi yang efektif, visibilitas rantai pasokan, kemampuan manajemen peristiwa, dan metrik kerja.

2.3.1. Komponen dan Strategi Manajemen Rantai Pasok

Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu :

1. Upstream Supply Chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan penyalurnya dan koneksi mereka kepada para penyalur. Hubungan para penyalur tersebut dapat diperluas kepada beberapa strata dan di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan. 2. Internal Supply Chain

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam organisasi. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Pada bagian ini, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Downstream Supply Chain

Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan

pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam proses ini, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sale service.

Dalam strategi rantai pasokan, terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu sebagai berikut : 1. Banyak Pemasok (Many Supplier)

Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok salig bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman.

2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)

Strategi ini membuat perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang memiliki komitmen, pemasok akan cenderung lebih memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir.

15

Dengan sedikit pemasok akan mengakibatkan pemasok dan pembeli menghadapi resiko lainnya. Kinerja rantai pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang pemasok yang bermitra dengan perusahaan lainnya.

3. Vertical Integration

Vertical Integration merupakan pengembangan kemampuan memproduksi

barang atau jasa yang sebelumnya dibeli. Integrasi vertikal dapat berupa : a. Integrasi kebelakang (Backward Integration) berarti penguasaa kepada

sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja. b. Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada

konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang semula sebagai distributornya.

4. Kairetsu Network

Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari sedikit pemasok dan integrasi vertikal, misalnya mendukung secara

financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian

menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan Kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian teknis dan kualitas perodukai yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota Kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil.

5. Perusahaan Maya (Virtual Company)

Perusahaan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang tidak tetap sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung selalu berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, desain produk atau distribusinya. Hubunagn bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja yang ramping. Keuntungan yang bisa diperolah diantaranya adalah keahlian

manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang rendah, fleksibilitas dan kecepatan dan hasil yang diharapkan adalah efisiensi.

2.3.2. Proses Manajemen Rantai Pasok

Proses manajemen rantai pasok adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Supply Chain Management Sumber: Pujawan, 2005

Bagan diatas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai pasok, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmiri pesanan dan laporan status pesanan. Sedangkan arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan. Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang

Finansial : invoice, term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Supplier Tier 2 Supplier Tier 1 Manufac-turer Distribu-tor Ritel /Toko Finansial : pembayaran

Material : retur, recycle, repair

17

mempunyai kepentingan dalam arus barang yaitu, supplier, perusahaan manufaktur, distributor, retail outlets, dan costumers. Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut :

1. Chain 1: Supplier

Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, suku cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan

suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau

sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.

2. Chain 1-2: Supplier – Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers,

manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini.

Tidak jarang terjadi penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.

3. Chain 1-2-3: Supplier – Manufacturer – Distrubutor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.

4. Chain 1-2-3-4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail outlet

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet). 5. Chain 1-2-3-4-5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail outlet –

Customer

Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.

Dokumen terkait