• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

3. Tinjauan Tentang Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial adalah pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan dan membuat jadi lebih baik. Pembelajaran remedial ini bertolak dari konsep belajar tuntas (mastery learning). Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan bagi anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran ini, diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai.

Menurut Mukhtar dan Rusmini (2003: 7) menyatakan bahwa “Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan pengajaran dan membuat menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan yang maksimal”. Pengajaran remedial adalah pengajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan pada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar peserta didik. Pada hakikatnya semua peserta didik akan dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaian berbeda.

Menurut Mulyadi (2010: 44), “Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan, yang bermaksud membuat baik atau penyembuhan”.

Sementara itu menurut Henry Guntur Tarigan (2000: 43) menyatakan bahwa, “Pengajaran remedial dalam pendidikan berarti tindakan atau proses penyembuhan atau remedy atau penanggulangan ketidakmampuan atau masalah- masalah pembelajaran”. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 144) “Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran

commit to user

yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, tau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi baik”.

“Remedial education is an educational effort to help learners to overcome their difficulties in learning, specifically in reading, writing and arithmetic (3Rs). This effort is realized through the teaching and learning activities which help learners through the use of suitable alternative approach, learning materials activities to suit their difficulties in learning. In addition, it also stresses on changing learners attitude towards their learning.” International journal of special education. (http://www.internationalsped.com/Bolich2.DO, diakses Senin, 18 April 2011).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial adalah pengajaran yang ditujukan kepada peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses belajar yang bersifat menyembuhkan dan membetulkan anak menjadi baik untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara optimal.

b. Tujuan Pengajaran Remedial

Menurut Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (2004: 146), pengajaran remedial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :

1) Agar siswa memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya. 2) Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar kearah yang lebih

baik.

3) Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.

4) Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.

5) Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran remedial pada hakikatnya bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa agar memahami dirinya terutama mengenai prestasi belajarnya sehingga ia dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar atau mengatasi hambatan-hambatan

commit to user

lainnya yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Melalui pengajaran remedial bertujaun mengembangkan sikap serta kebiasaan baru dalam belajar.

c. Fungsi Pengajaran Remedial

Dalam keseluruhan proses pembelajaran, pengajaran remedial menurut Mukhtar dan Rusmini (2003: 22), berfungsi sebagai : (1) korektif, (2) pemahaman, (3) penyesuaian, (4) pengayaan, (5) akselerasi, dan (6) terapeutik. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Fungsi Korektif

Fungsi koreksi ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi, dan lain-lain. Dengan perbaikan terhadap hal-hal di atas, maka prestasi siswa beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat diperbaiki.

2) Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman ini berarti bahwa dengan pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman langsung yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.

3) Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian berarti bahwa pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar. Hal ini harus disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitannya, sehingga diharapkan siswa lebih terdorong untuk belajar.

4) Fungsi Pengayahan

commit to user

memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial. Demikian juga metode dan alat pembelajaran yang digunakan, sehingga hasil yang diperoleh siswa diharapkan menjadi lebih banyak, lebih dalam atau singkatnya prestasi belajarnya lebih kaya.

5) Fungsi Akselerasi

Fungsi akselerasi berarti bahwa dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik denagan menggunakan waktu yang lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi.

6) Fungsi Terapeutik

Fungsi terapeutik berarti bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran remedial dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpanagn. Hal ini tentunya akan dapat menunjang tercapainya prestasi belajar yang lebih baik akan dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik) (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 146-147) .

d. Pengajaran Remedial dalam Konteks Belajar Tuntas

Pengajaran remedial bertitik tolak dari konsep belajar tuntas, yang ditandai dengan adanya system pembelajaran dengan modul. Artinya pada setiap kegiatan pembelajaran dari suatu unit pembelajaran, guru harus melakukan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi formatif, siswa-siswa yang belum mengausai bahan pelajaran hendaknya diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai secara optimal.

Menurut Iscak SW dan Warji R (2002: 7), bahwa “belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu system yang menginginkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional (pembelajaran) umum (basic learning objectives) dari suatu satuan atau unit pembelajaran secara tuntas”.

Belajar tuntas ini merupakan salah satu pendekatan yang mencoba untuk melihat kesulitan belajar yang disebabkan oleh rendahnya penguasaan

commit to user

ketrampilan akademik. Rendahnya pengausaan ketrampilan akademik ini disebabkan siswa belum mengausai materi yang disajikan guru secara tuntas.

Untuk mengausai suatu materi/bahan pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi setiap siswa. Apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanannya tepat, setiap siswa akan mampu mengausai materi/bahan pelajaran yang diberikan kepadanya,

Block & Burn (1976) dalam Arnie Fajar (2004: 236), menyatakan bahwa ada 3 kelebihan dari pembelajaran tuntas, yaitu ;

1) Pembelelajaran tuntas lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menganut paham pembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas termasuk juga pencapaian siswa dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari) lebih lama.

2) Efisiensi belajar siswa keseluruhan lebih tinggi pada pembelajaran tuntas. Siswa yang tergolong lambat menguasai standar kompetensi/pokok bahasan secara tuntas dapat belajar hampir sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.

3) Sikap yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti pembelajaran tuntas positif, dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menganut faham pembelajaran tuntas. Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu materi yang dipelajarinya. Sikap positif lainnya misalkan adanya rasa percaya diri yang berarti, kemampuan belajar secara kooperatif atau dengan yang lainnya, dan sikap positif terhadap pemelajaran dengan memberikan perhatian yang besar.

e. Bentuk-bentuk Pendekatan Pengajaran Remedial

Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran remedial adalah pendekatan yang bersifat kuratif, preventif, dan pengembangan. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 169-174) menguraikan tiga pendekatan dalam pengajaran remedial tersebut sebagai berikut :

1) Pendekatan Kuratif

commit to user

dikembangkan oleh guru, yaitu : (1) strategi pengulangan, (2) strategi pengayahan dan pengukuhan, dan (3) strategi percepatan/akselerasi.

2) Pendekatan Preventif

Pendekatan ini ditujukan kepada siswa yang pada awal kegiatan belajar telah diduga akan mengalami kesulitan belajar.

3) Pendekatan Pengembangan

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kesulitan siswa harus diketahui guru sedini mungkin agar dapat diberikan bantuan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

f. Metode Pengajaran Remedial

Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial adalah metode yang dilakukan dalam keseluruhan bimbingan belajar, mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode tersebut antara lain :

1) Metode Tanya Jawab

Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan belajar yang dialami siswa.

2) Metode Diskusi

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.

3) Metode Tugas

Metode ini digunakan dalam rangka mengenal kasus dan pemberian bantuan kepada siswa berkesulitan belajar.

4) Metode Kerja Kelompok

Sasaran metode ini adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar. 5) Metode Tutor

Metode ini menggunakan teman sebaya yang memiliki prestasi tinggi di dalam kelas sebagai tutor. Tutor ini diberikan tugas oleh guru untuk

commit to user

membantunya dalam melakukan pembelajaran. Dengan adanya tutor dari teman sendiri, diharapkan siswa termotivasi untuk belajar.

6) Metode Pengajaran Individual

Pengajaran individual ini adalah interaksi antara guru-guru secara individual dalam proses belajar mengajar. Pengajaran ini bersifat terapeutik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Hasil dari pengajaran individual adalah perubahan prestasi belajar serta perubahan dalam pemahaman diri siswa (Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, 2004: 182).

g. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut ;

1) Meneliti kasus dengan permasalahannya

Tujuan penelitian kasus ini adalah peneliti memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kasus yang sedang diteliti, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus ini akan dapat ditemukan murid-murid yang perlu mendapatkan pengajaran remedial (remedial teaching). Selanjutnya meneliti dalam domain apa mengalami kesulitan apakah kognitifnya seperti hafalan, pemahaman ataukah aplikasinya : efektif seperti pengganggapan, sikap maupun penghargaan, ataukah psikomotornya : ketrampilan, kemampuan ekspresinya dan lain-lainnya.

2) Menentukan tindakan yang harus dilakukan

Langkah ini sebagai usaha untuk melakukan karakteristik kasus yang ditangani. Setelah karakteristik ditentukan, maka tindakan pemecahan sebagai berikut :

a) Kasus ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial.

b) Kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial harus diberi layanan konseling lebih dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang mempengaruhi cara belajarnya.

commit to user

3) Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling

Tujuan dari layanan khusus ini adalah mengusahakan agar siswa yang menjadi kasus itu terbebas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga siap menghadapi kegiatan belajar secara wajar.

Dalam kenyataannya, guru juga dapat menghadapi masalah sendiri, apabila :

a) Kasus yang mempunyai latar belakang kurang termotivasi dan minat belajar.

b) Kasus mempunyai latar belakang sikap negative terhadap guru. c) Kasus mempunyai latar belakng kebiasaan belajar salah.

d) Kasus mempunyai latar belakang ketidakcocokkan antara keadaan pribadi dengan lingkungan dan programnya.

Beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan mengenai berhasil tidaknya layanan pada langkah ke-3 ini yaitu :

a) Menunjukkan minat untuk mencari pemecahan masalahnya. b) Adanya sikap terbuka karena ketegangan mulai berkurang. c) Mulai menyadari masalahnya secara realistis.

d) Menunjukkan sikap positif dalam memilih langkah pemecahan berikutnya. e) Menunjukkan kesediaan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungnnya. 4) Langkah pelaksanaan pengajaran remedial

Sasaran pokok langkah ini adalah peningkatan prestasi belajar matematika dan peningkatan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung pecahan.

5) Melakukan pengukuran terhadap prestasi belajar

Pengukuran ini untuk mengetahui apakah rencana yang telah ditetapkan dalam pengajaran remedial sesuai dengan pembelajaran. Pengukuran prestasi ini dilakukan dengan alat tes.

6) Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik

Langkah ini adalah menafsirkan dengan membandingkan kriteria pada proses belajar mengajar. Hasil penafsiran dapat terjadi 3 kemungkinan : (1)

commit to user

kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan, (2) kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan, dan (3) kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 174-179).

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penyusun dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu penggerak atau pendorong dalam diri seseorang yang sangat penting. Dengan adanya motivasi seseorang dapat melakukan segala sesuatu untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu, termasuk prestasi belajar yang baik. Maka dengan adanya motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Motivasi belajar dapat ditumbuhkan dengan beberapa cara, diantaranya denagn pemberian angka, hadiah, sainagn/kompetisi, ego evolvement, member ulanagn, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.

Sedangkan bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah sangat rentan sekali untuk mengalami kesulitan dalam belajar Matematika. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian pengajaran perbaikan atau pengajaran remedial, dimana pengajaran remedial ini bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuat menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujaun yang maksimal.

Dokumen terkait