• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Teoritik Tentang Kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar

B. Kajian Teori

2. Tinjauan Teoritik Tentang Kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar

(d) Menumbuhkan rasa harga diri kepada murid.

(e) Dapat meningkatkan pemahaman diri pada murid sehingga merupakan kondisi yang dapaat menunjng pelaksanaan konseling.36

(3) Metode Pengulangan Materi

Pengulangan materi dilakukan dalam bentuk pengulangan pelajaran (terutama pada aspek-aspek yang belum dikuasai siswa atau anak), penambahan belajar, latihan-latihan, dan penekanan pada aspek-aspek tertentu tergantung dari jenis dan kesulitan tingkat belajar yang dialami siswa (anak).37

2. Tinjauan Teoritik Tentang Kesulitan Belajar

merupakan dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, dan berhitung.

b. Macam-macam Kesulitan Belajar 1) Kesulitan Belajar Membaca

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh anak karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak anak masuk SD dan kesulitan belajar membaca harus secepatnya diatasi.38

Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga sering memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca , menangis, atau mencoba melawan guru.

Anak berkesulitan belajar membaca sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak.39 Myklebust dan Johnson dalam Mulyono Abdurrrahman

38 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), 157

39 Ibid, 163

mengemukakan beberapa ciri anak berkselulitan belajar sebagai berikut:

a) Mengalami kekurangan dalam memori visual dan auditoris, kekurangan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang.

b) Memilki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari dalam seminggu.

c) Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan d) Memilki kekurangan dalam memahami waktu

e) Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap f) Miskin dalam mengeja

g) Sulit dalam menginterprestasikan globe, peta, atau grafik h) Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan.

i) Kesulitan dalam belajar berhitung j) Kesulitan dalam belajar bahasa asing40 2) Kesulitan Belajar Menulis

Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambing-lambang tulisan. Kegunaan kemampuan menulis bagi para siswa adalah menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memilki kemampuan untuk menulis, siswa akan

40 Ibid, 164

mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan ketiga jenis tugas tersebut. 41

Menulis adalah salah satu komponen sistem komunikasi.

Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menulis dengan tangan, yaitu (a) motorik, (b) perilaku, (c) Persepsi, (d) memori, (e) kemampuan melaksanakan cross modal, (f) penggunaan tangan dominan, dan (g) kemampuan memahami instruksi.

Kesulitan mengeja dapat terjadi jika anak mengalami gangguan memori dan gangguan persepsi, khususnya memori dan pesepsi visual dan auditori. Agar dapat menulis ekspresif, seseorang harus memiliki kemampuan menggunakan bahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan tangan, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan. Asesmen kemampuan menulis dapat dilakukan dengan instrument formal atau informal.42

3) Kesulitan Belajar Matematika

Matematika adalah bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia berpikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Hasil belajar matematika ada dua macam, perhitungan matematika dan penalaran matematika. Ada tiga elemen bidang

41 Ibid, 178

42 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, 201

studi matematika, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.

Kesulitan belajar matematika sering disebut juga disleksia, dan kesulitan belajar matematika yang berat disebut aleksia. Ada beberapa karakteristik anak berksulitan belajar matematika, (1) gangguan dalam memahami hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) gangguan asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami symbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitandalam bahasa dan membaca, dan (8) skor PIQ yang jauh lebih rendah dan pada skor VIQ.

Ada beberapa kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berksulitan belajar matematika, yaitu dalam memahami symbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca. Asesmen kesulitan belajar matematika dapat dilakukan secara informal atau secara formal.

Instrument asesmen formal memerlukan pengujian validitas dan reabilitas.

Beberapa prinsip pengajaran remedial matematika, yaitu (1) perlunya menyiapkan anak untuk belajar matematika, (2) mulai dari yang konkret ke abstrak, (3) kesempatan untuk berlatih dan mengulang yang cukup, (4) generalisasi ke berbagai situasi baru, (5) bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa, (6) perlunya

membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan keterampilan matematika, (7) penyediaan program matematika yang seimbang, dan (8) penggunaan kalkulator untuk menanamkan penalaran matematika.43

c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.

Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:

1) Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaaan yang muncul dari dalam diri siswa. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b) Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

43 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, 225-226

c) Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera pengelihat dan pendengar (mata dan telinga).

2) Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari luar diri siswa. Faktor ekstern sisa meliputi situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:

a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal

c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dipandaang sebagai faktor khusu ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan

psikis menurut Reber dalam Muhibbin Syah yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:

a) Diseleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.

b) Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.

c) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfungtion, yaitu gangguan ringan pada otak. 44 d. Diagnosis kesulitan Belajar

Penanganan anak berkebutuhan khusus dalam bentuk pemberian program remedial bertolakk dari konsep belajar tuntas (master learning), yang ditandai oleh sitem pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit pelajaran guru melakuakan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai

44 Muhibbin Syah, Psikologi belajar, 184-186

bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. 45

Sebelum melakukan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar.

Ketika melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa.

Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostic” kesulitan belajar.

Banyak langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener &Senf dalam Mulyono Abdurrahman sebagai berikut:

1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.

2) Memeriksa pengelihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.

3) Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

45 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, 12

4) Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.

5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khusunya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Secara umum, langkah-langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ).

Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat ialah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh di bawah normal (tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan khusu anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga /sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusus anak-anak abnormal.46

e. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang meliputi:

1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengetian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

46 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 186-187

2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.

3) Menyusun program perbaikan, khusunya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait