• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Umum Kurikulum

Arifin (2011:2) menjelaskan bahwa secara etimologis, istilah

kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang

artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Dalam bahasa

Perancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to

run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang

pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali

atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah

menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya.

Curriculum is the entire school program and all the people involved in.

Program tersebut berisi mata pelajaran-mata pelajaran (courses) yang

harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti

SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun)

dan seterusnya. Dengan demikian secara terminologis istilah kurikulum

(dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh

atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. The

curriculum has mean the subject taught in school or the course of study.

Arifin (2011:3) mengemukakan bahwa ada beberapa implikasi dari

a. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran.

b. Peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata

pelajaran.

c. Mata pelajaran hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah.

d. Tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.

Menurut A. Ferry T. Indratno, kurikulum adalah program dan isi

dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses

akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik

benang merah maka kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi

keberhasilan pendidikan (Yamin, 2012:15).

Pendapat lain dikemukakan oleh J. Galen Saylor dan William M.

Alexander (Arifin, 2011:4), “the curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground

or out of school.” Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya, kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman

melainkan semua upaya sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar,

baik di kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum secara

modern adalah semua kegiatan dan pengalaman belajar potensial

(isi/materi) serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan

pribadi peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas

2. Komponen Kurikulum

Arifin (2011:82-94) mengembangkan komponen kurikulum

menjadi komponen tujuan, komponen isi/materi, komponen proses, dan

komponen evaluasi.

Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis,

dalam penyusunan suatu kurikulum perumusan tujuan ditetapkan terlebih

dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan

suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan

negara atau falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk

mencapai tujuan negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung

oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan

pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang

ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal

(TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) maupun pendidikan

nonformal (lembaga kursus, pesantren). Tujuan kurikuler adalah tujuan

yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan

pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok

bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus (instructional objective)

adalah tujuan dari setiap sub pokok bahasan.

Isi/materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan

pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan

berdasarkan prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-

buruk, nilai, dan moral, (c) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek,

yang ada nilai seni.

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan

pembelajaran, yaitu upaya guru untuk mengajar peserta didik, baik di

sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui

kegiatan terstruktur dan mandiri. Pemilihan strategi pembelajaran harus

disesuaikan dengan tujuan kurikulum, karakteristik materi pelajaran, dan

tingkat perkembangan yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan

isi kurikulum, antara lain:

a. Strategi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan

materi, sementara siswa lebih banyak menerima materi.

b. Strategi pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry).

c. Strategi pembelajaran kelompok kecil, yaitu kerja kelompok dan

diskusi kelompok.

d. Strategi pembelajaran individual.

Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya

memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi

kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks,

karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat,

dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum

memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin

3. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Hidayat (2013:1-18) menjabarkan bahwa semenjak Indonesia

merdeka sejak tahun 1945 telah mengalami perubahan kurikulum, yaitu

pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.

Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka adalah

merupakan rencana pelajaran (leer plan). Zaman dan suasana kehidupan

berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan dan pendidikan lebih

menekankan pada pembentukan karakter. Rencana pelajaran 1947

dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit

merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada

pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat,

sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.

Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di

Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah

Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan

menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata

pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang

berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah

Dasar. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan

nasional. Yang menjadi ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana

pelajaran sehari-hari, silabus mata pelajarannya jelas, seorang guru

Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan

sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana

Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum

1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah

mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk

pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada

program Pancawardhana yaitu; daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral.

Kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi

kurikulum 1968, hal ini dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari

pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru.

Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran

menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan

kecakapan khusus. Titik berat kurikulum ini terletak pada materi apa saja

yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari segi

tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk

membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,

mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,

dan keyakinan beragama.

Pembaharuan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum

1975/1976. Kurikulum 1975 untuk SD/SMP dan SMA sedangkan

Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah

Menengah Kejuruan (STM, SMEA). Komponen yang terkandung dalam

hendak dicapai lembaga pendidikan dalam melaksanakan program

pendidikannya, (b) struktur program kurikulum, yaitu kerangka umum

program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah, (c) garis-garis

besar program pengajaran, yang didalamnya terdapat hal-hal yang

berhubungan dengan program pengajaran.

Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak

relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau

revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri sebagai

berikut: (a) berorientasi kepada tujuan pembelajaran, (b) pendekatan

pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif

(CBSA), (c) materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan

spiral, (d) menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan

latihan, (e) materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan

siswa, (f) menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984

dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol

dalam Kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut: (a) pembagian tahapan

pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan, (b) pembelajaran di

sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi

kepada materi pelajaran/isi), (c) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu

Indonesia, (d) dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik

secara mental, fisik, dan sosial, (e) dalam pengajaran suatu mata pelajaran

hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan

perkembangan berpikir siswa, (f) pengajaran dari hal yang konkret ke hal

yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang

sederhana ke hal yang kompleks, dan (g) pengulangan-pengulangan materi

yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi Kurikulum

2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan

dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis

dilaksanakannya UU No. 23 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Kurikulum saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang

menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan

(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah

ditetapkan. Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: (a) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara

individual maupun klasikal, (b) berorientasi pada hasil belajar dan

keberagaman, (c) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi, (d) sumber belajar bukan hanya

dan (e) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan

untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006), yaitu kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan disetiap satuan pendidikan. Esensi isi dan

arah pengembangan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi.

4. Peranan Kurikulum

Prof. Dr. Soedijarto, M.A. mengatakan bahwa sekolah merupakan

lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial

negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap,

demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan

rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang

mantap dan mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian

itu akan bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien,

kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur

(Yamin, 2012:36).

Menurut Hamalik (2007:11-13), “kurikulum memiliki tiga peranan yang dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, serta peranan kreatif. Peranan konservatif dalam kurikulum memiliki suatu tanggung jawab yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Peranan kritis dan evaluatif, memiliki peranan dalam kebudayan yang senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam kurikulum peranan kreatif dinilai berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang.”

5. Fungsi Kurikulum

Dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi preventif, yaitu mencegah kesalahan para pengembang

kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

rencana kurikulum.

b. Fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh pengembang kurikulum dalam

melaksanakan kurikulum.

c. Fungsi konstruktif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi para

pelaksana dan pengembang kurikulum untuk membangun kurikulum

yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Sementara, Hilda Taba (1962) mengemukakan terdapat tiga fungsi

kurikulum, yaitu (a) sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai

rekonstruksi sosial, dan (c) sebagai pengembangan individu (Arifin,

2011:12).

Dalam praktiknya, guru merupakan ujung tombak pengembangan

kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga

sebagai faktor kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum.

Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat

memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman

dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu

meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu

sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan

psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan.

Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai

pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di

sekolah. Kurikulum dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal

apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha

pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

B. Kurikulum 2013

1. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:66-68) menjelaskan dalam rangka mempersiapkan

lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan

ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan

melakukan penataan kurikulum. Kurikulum yang saat ini sedang

dikembangkan adalah kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum

2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau (competency based

curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan

untuk pengembangan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan,

keterampilan, dan sikap) dalam sebuah jenjang dan jalur pendidikan,

khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak. Beberapa aspek atau ranah yang

terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge) adalah kesadaran dalam bidang kognitif.

b. Pemahaman (understanding) adalah kedalaman kognitif dan afektif

yang dimiliki oleh individu.

c. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

d. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan

secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

e. Sikap (attitude) adalah perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak

suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan dari luar.

f. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan

Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis

kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang menekankan

pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas

dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan

peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi

tertentu.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013

dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan internal,

b. Tantangan eksternal,

c. Penyempurnaan pola pikir,

d. Penguatan tata kelola kurikulum, dan

e. Penguatan materi.

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan

dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan

Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,

dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait

dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan

produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak

berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Oleh sebab itu

tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar

sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat

ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki

kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi

beban.

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan

berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan

teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan

perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan

menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional

menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat

terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast

Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation

(APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga

terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas

teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

sebagai berikut: (1) penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi

yang dipelajari dan gaya belajarnya untuk memiliki kompetensi yang

didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya), (3) penguatan

pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari

siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui

internet), (4) penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa

aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran

saintifik), (5) penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim),

(6) penguatan pembelajaran berbasis multimedia, (7) penguatan pola

pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan

pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik, (8)

penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines),

dan (9) penguatan pola pembelajaran kritis.

Selanjutnya, dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata

kelola sebagai berikut: (1) penguatan tata kerja guru lebih bersifat

kolaboratif, (2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan

kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan,

dan (3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan

proses pembelajaran.

Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang

tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum

2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum

2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,

pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai

situasi di sekolah dan masyarakat.

b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang

memberikan pengalaman belajar, agar peserta didik mampu

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan

memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk

kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar

mata pelajaran.

e. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti.

f. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif,

mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan

vertikal).

4. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) sesuai dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan Kurikulum 2013 mengacu

pada Pasal 36 UU No. 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa

penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan

takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan

minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan

pembangunan daerah nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan globlal;

dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Tujuan pembelajaran

disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada

Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, yakni: “ Berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sani, 2014:45).

Mengacu pada penjelasan tersebut, maka diadakan perubahan

kurikulum dengan tujuan untuk melanjutkan Pengembangan Kurikulum

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu.

Dalam tujuannya, Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang

Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan

manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia.

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai

aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses

pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu,

sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui

penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses,

portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga

memerlukan penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2013:66).

5. Keunggulan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:163-164) mengharapkan implementasi Kurikulum

2013 dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal

ini dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang secara konseptual

Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat

alamiah (kontekstual), karena berawal, berfokus, dan bermuara pada

hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai

dengan potensinya masing-masing. Kedua, Kurikulum 2013 yang berbasis

karakter dan kompetensi mendasari pengembangan kemampuan-

kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu

dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat

dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga,

ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam

pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,

terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

C. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berdasarkan Kurikulum 2013 1. Pengertian Penilaian

Menurut Kunandar (2014:35), “penilaian (assessment) adalah

Dokumen terkait