• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Tinjauan Umum Tentang ASEAN

1. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan ASEAN

Beberapa organisasi yang dibentuk sebelum ASEAN adalah South East Asia Treaty Organization (SEATO), Association of Southeast Asia (ASA), dana Malaysia Philipina Indonesia (Maphilindo). SEATO dibentuk pada tahun 1954 di Manila untuk membendung pengaruh komunis di Asia Tenggara. Berangggotakan Filipina, Thailand, Amerika Serikat beserta sekutunya. organisasi ini dibubarkan pada tahun 1977.

Sedangkan ASA dibentuk pada tanggal 31 Juli 1961 di Bangkok. Terdiri dari Filipina, Malaysia, dan Thailand. Pada saat itu Indonesia tidak bergabung karena terlibat dalam Gerakan Non Blok dan ASA diduga sebagai organisasi yang berpihak kepada Blok Barat dan Amerika Serikat.

Menurut Shofwan Al Banna Choiruzzad49, potensi konflik yang

begitu besar karena perselisihan wilayah warisan masa kolonial serta ketegangan Perang Dingin, membuat banyak diplomat di negara-negara Asia Tenggara merasa bahwa sebuah asosiasi yang benara-benar dapat memayungi negara-negara di kawasan ini adalah sebuah keharusan. Meskipun keraguan terhadap keberhasilan sebuah asosiasi baru, ASEAN, akhirnya berdiri pada tahun 1967.

49

Shofwan Al Banna, Choiruzzad., ASEAN di Persimpangan Sejarah: Politik Global, Demokrasi, dan

34

ASEAN berdiri pada tahun 1967 disaat situasi politik Internasional tidak stabil dan sedang terjadi perang dingin antara blok barat dan blok timur. Pada saat itu pula, situasi regional dan internasional juga sedang berubah. Pada awal pembentukan, ASEAN hanya terdiri dari lima negara: Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.

Embrio lahirnya ASEAN dimulai ketika tahun 1961 dengan dibentuknya Association of Southeast Asia (ASA), tetapi konflik yang pecah antara Fillipina dan Malaysia pada tahun tersebut menghancurkan

upaya awal tersebut.50 Suasana politik saat itu bagi negeri serumpun

Indonesia, Malaysia, dan Singapura juga sedang tidak berada dalam suasana yang stabil.

Negara anggota dari ASEAN terdiri dari dua kelompok yaitu negara pendiri dan negara yang bergabung setelah ASEAN terbentuk. Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Fillipina merupakan negara pendiri ASEAN. Negara selanjutnya yang bergabung dengan ASEAN adalah Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, dan Vietnam.

50 Bambang Cipto., Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika,

35

2. Regionalisme ASEAN

Keberlangsungan hubungan antar kawasan di asia tenggara tidak terlepas dari norma-norma dan prinsip sebagai sumber nilai yang

melatarbelakangi pondasi keberlangsungan hubungan antar negara51.

Amitav Archa menyatakan ada dua sumber nilai yang menjadi landasan pembentukan norma pada organisasi regional khususnya ASEAN. Pertama, sebuah organisasi seperti ASEAN dapat belajar dari organisasi regional lain atau organisasi dunia yang ada. Kedua, sumber juga bisa didapatkan dari nilai-nilai sosial, politik, dan budaya

setempat.52

Di dalam hubungan regional kawasan, seringkali terjadi perkembangan pola integrasi kawasan yang berdasar pada nilai ekonomi dan sosial. Pola integrasi ini hadir melalui kerangka pemahaman yang sama: memiliki kesadaran dan identitas regional yang sama. ASEAN telah melakukan hal tersebut. Integrasi regional yang dilakukan ASEAN ataupun organisasi regional lainnya adalah bertujuan mengurangi hambatan terhadap pergerakan barang, jasa, modal, serta tenaga kerja.

Regionalisme dapat dipandang sebagai pendekatan yang realistik dan tepat sebagai cara untuk mewujudkan kerja sama dalam bidang

apapun, khususnya bidang keamanan negara dan kawasan.53

51

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, regionalisme diartikan sebagai paham atau kecendurungan untuk mengadakan kerjasama yang erat antar negara di suatu kawasan.

52

Amitav Archa dalam Bambang Cipto., Op.cit, halaman 22. 53 Zainuddin Djafar, Moon Young Ju, et al., Op.cit, halaman 18.

36

3. Komunitas Ekonomi ASEAN

Bali Concord atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali pada tahun 2003, merupakan awal digagasnya suatu bentuk komunitas dalam lingkup Asia Tenggara terkait permasalahan kerjasama regional di bidang ekonomi yang ditargetkan tercapai pada tahun 2020. Para pemimpin ASEAN bersepakat untuk membentuk Komunitas Ekonomi di kawasan ASEAN demi mewujudkan terbentuknya Komunitas ASEAN. Tiga pilar utama dari Komunitas ASEAN salah satunya adalah bidang ekonomi.

Keputusan penting pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu pada bulan Januari tahun 2007 adalah mempercepat jadwal pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi tahun 2015, demi terwujudnya proses integrasi di ASEAN yang lebih cepat.

Konsep integrasi ekonomi yang digagas oleh para pemimpin ASEAN bukanlah pada tingkat integrasi yang dicapai Uni-Eropa saat ini dan bukan pula sekedar meniru apa yang telah ditempuh komunitas ekonomi eropa. Lalu, pada saat KTT di Bali tahun 2003, pemimpin ASEAN menekankan bahwa integrasi ekonomi yang hendak dicapai tidak akan menggiring ASEAN menjadi suatu unifikasi politik, sehingga

tidak akan ada institusi supranasional seperti Komisi Eropa.54

Komunitas Ekonomi ASEAN bertujuan sebagai realisasi dalam ASEAN Vision 2020 untuk menciptakan kawasan yang stabil, sejahtera,

54

Dewi Fortuna Anwar, et al., Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), halaman 111.

37

dan berdaya saing tinggi. Mempunyai landasan kepentingan bersama guna memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerjasama

regional. Komunitas Ekonomi ASEAN membaca peluang

keanekaragaman di kawasan menjadi sebuah karakter kawasan yang saling mengutungkan melalui pasar tunggal. Salah satu poin konsep dari Komunitas Ekonomi ASEAN adalah: untuk mencapai komunitas ekonomi yang terintegrasi secara penuh, ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi dan kerjasama.

4. Konektivitas ASEAN

Dalam usaha untuk memenuhi tercapainya proses integrasi ekonomi di kawasan ASEAN diperlukan suatu strategi untuk menjembatani proses integrasi tersebut. Salah satunya adalah membangun konektivitas di regional ASEAN untuk mendorong pertumbuhan kompetisi, memperlancar arus barang dan jasa, terintegrasinya jaringan produksi dan meningkatkan perdagangan serta investasi.

Di KTT ASEAN ke-15 di Cha-am, Hua Hin, Thailand bulan Oktober 2009, para pemimpin ASEAN mengeluarkan Pernyataan Kepala Negara tentang konektivitas ASEAN melalui: konektivitas fisik, konektivitas kelembagaan dan konektivitas antara penduduk. Ide konektivitas ASEAN adalah untuk menonjolkan wilayah ASEAN sebagai wilayah strategis yang terletak dijantung perekonomian dan wilayah pertumbuhan dengan dikeliling oleh India, Cina, Jepang, Korea

38

Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Peningkatan konektivitas ASEAN akan mendorong ASEAN sebagai pusat wilayah Asia timur dan

mempertahankan sentralitas ASEAN.55

Inti dari konektivitas ASEAN adalah untuk menjamin kelancaran hubungan dari transportasi, energi, informasi dan komunikasi di kawasan ASEAN dengan melakukan strategi liberalisasi perdagangan, barang, jasa, dan investasi.

5. Pasar Tunggal Penerbangan ASEAN

Guna mencapai proses integrasi ekonomi dan konektivitas di kawasan ASEAN, maka salah satu faktor untuk mencapai proses tersebut adalah di bidang transportasi, khususnya transportasi udara melalui angkutan udara.

Pasar tunggal penerbangan ASEAN adalah suatu karakteristik yang tipikal menyangkut harmonisasi keselamatan, kompetisi dan peraturan lainnya seperti di Uni Eropa, dan kebijakan bersama perundingan dengan negara-negara ketiga. Tujuan dari pasar tunggal penerbangan ASEAN adalah untuk membangun liberalisasi penerbangan yang progresif serta pelayanan udara menurut Peta Jalan ASEAN untuk Integrasi Sektor Perjalanan Udara dan menjadi dasar terkait perjanjian

mulltilateral di bidang liberalisasi penerbangan.56

55

Fachri Mahmud, Op.cit, halaman 31. 56 Ibid., halaman 65.

39

Menurut Fachri Mahmud, pasar tunggal penerbangan dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Semua hambatan dihilangkan untuk perusahaan penerbangan ASEAN yang ditunjuk untuk mengangkut penumpang, barang dan aktifitas komersil terkait lainnya, antara negara peserta di kawasan ASEAN.

2. Kebijakan bersama disepakati untuk ongkos penggunaan (user charges57, tarif, tingkah laku berkompetisi dan bentuk peraturan lainnya)

3. Pemilikan mayoritas dan penguasaan efektif perusahaan penerbangan yang ditunjuk ada pada negara-negara ASEAN dan atau warga negara secara bersama-sama.

D. Tinjauan Umum Tentang Kedaulatan Negara dan Ruang Udara

Dokumen terkait