• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTABILITAS KINERJA

adalah 5.434.792 ton yang merupakan jumlah dari total stok di masyarakat dengan

A. Tinjauan Umum

Dari hasil Pengukuran Kinerja menunjukkan, bahwa sebagian besar indikator kinerja kegiatan telah memiliki benefits, sedangkan impacts baru sebagian kecilnya karena sebagian besar kegiatan masih memerlukan waktu untuk klarifikasi.

Secara umum, kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan selama tahun 2011 telah berjalan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, yang tampak dari hasil pengukuran kinerja dengan sasaran meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan kerawanan pangan, yang ditetapkan melalui 7 indikator berikut:

1. Jumlah Provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan, dengan capaian 100% atau 33 provinsi telah melakukan analisis.

2. Jumlah provinsi yang mengikuti sosialisasi dan apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA), dengan capaian 100% atau 33 provinsi.

3. Laporan hasil kajian angka konsumsi dan cadangan beras nasional, dengan capaian 100% 4. Jumlah Provinsi yang melakukan analisis SKPG dan melakukan intervensi penanganan

daerah rawan pangan, dengan capaian 87,88% atau 29 provinsi yang melaksanakan dari target 33 provinsi.

5. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan SKPG, dengan capaian 57,50% atau 230 kabupaten dari target sebanyak 400 kabupaten.

6. Jumlah desa rawan pangan yang melaksanakan Demapan, dengan capaian 100% atau 2561 desa.

7. Jumlah model akses pangan, dengan capaian 100% atau 2 laporan kegiatan.

Guna mendukung pelaksanaan kegiatan di Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan TA. 211 telah dialokasikan anggaran melalui Satker BKP Kementerian Pertanian untuk alokasi anggaran Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan sebesar Rp. 9.334.700 milyar, yang dialokasikan pada 5 kegiatan yang meliputi : Pengembangan ketersediaan dan penanganan daerah rawan pangan, Penanganan Daerah Rawan Pangan, Tersedianya Bahan Rumusan Kebijakan Ketahanan Pangan, Tersedianya Bahan Rumusan Kebijakan Akses Pangan serta Laporan kegiatan dan pembinaan.Sampai akhir tahun 2011, anggaran tersebut telah terealisasi Rp.8,7 milyar atau 94 persen, dari total anggaran Rp. 9,3 Milyar kegiatan yang paling terbesar pada subkegiatan kebijakan ketahanan pangan dimana kegiatan ini adanya kajian perberasan

sehingga total anggarannya mencapai Rp. 4,2 milyar sedangkan penyerapan yang paling terkecil pada penanganan daerah rawan pangan sebesar 89 persen.

Adapun rincian capaian Rencana Kerja Tahunan 2011 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Desa Mandiri Pangan (Demapan)

a. Input barupa bansos yang disalurkan untuk pelaksana Desa Mapan Reguler dan Replikasi TA. 2006 s/d 2011 sebesar Rp. 44.230.000.000 serta dana pembinaan/pendampingan yang dialokasikan melalui dana Tugas Pembantuan (TP) dan dan Dekonsentrasi. Dukungan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Pusat tahun anggaran 2011, telah dialokasikan dana sebesar Rp. 1.878.000.000 dengan realisasi capaian sebesar 90 %.

b. Output kegiatan Desa Mandiri Pangan adalah jumlah Desa Mandiri Pangan yang dibina sebanyak 2.561 desa di 399 kabupaten/kota atau terealisasi 99,53 persen dari target 2.573 desa, terdiri dari: (a) 262 desa Tahap Persiapan; (b) 466 desa Tahap Penumbuhan; (c) 359 desa Tahap Pengembangan; (d) 221 desa Tahap Kemandirian; (e) 939 desa Replikasi; dan (f) 314 desa sudah mandiri. Serta jumlah kelembagaan ketahanan pangan yang telah terbentuk sebanyak 3 kelompok kelembagaan, terdiri dari: (a) TPD (Tim Pangan Desa); (b) LKD (Lembaga Keuangan Desa); dan (c) Kelompok Afinitas. Keseluruhannya dibentuk di 2.851 desa di 399 kabupaten/kota pada 33 propinsi.

c. Outcomes yang dihasilkan jumlah desa yang telah mencapai kemandirian sebanyak 825 desa atau terealisasi 99,87 persen, terdiri dari: (1) 221 desa Mapan Tahun Anggaran 2008, (2) 354 desa Mapan Tahun Anggaran 2007; dan (2) 250 desa Mapan Tahun Anggaran 2006.

d. Benefits yang dihasilkan, jumlah KK miskin yang tertangani melalui Pengembangan Desa Mandiri Pangan sebanyak 898.250 KK miskin dari sasaran 255.000 KK miskin.

2. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP)

a. Input kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan berupa alokasi dana PDRP di Pusat sebesar Rp 500 juta, telah dicairkan Rp 150 juta (30%), untuk pemanfaatan kegiatan padat karya pembersihan lahan dan saluran irigasi, untuk 6 kelompok di Kecamatan Salam dengan masing-masing kelompok tani Rp 25 juta; Alokasi dana PDRP di 33

Propinsi (dana Dekonsentrasi) sebesar Rp 17.350 Juta, telah dicairkan Rp 11.522.330.168 (66,41%); Alokasi dana TP PDRP di 400 kabupaten sebesar

b. Output kegiatan PDRP telah memberikan manfaat bagi masyarakat yang mengalami rawan pangan dari hasil analisis SKPG dan penanganan rawan pangan karena bencana di 29 provinsi 230 kabupaten.

3. Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan

a. Input Kegiatan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan menggunakan anggaran sebesar Rp. 500,35 juta atau terealisasi 98,22 persen dari target alokasi 509,40 juta. b. Outputs, yaitu jumlah provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan sebanyak

33 provinsi atau terealisasi 100 persen.

c. Outcome kegiatan ini adalah jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi.

d. Benefits yang dicapai adalah tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan ketersediaan pangan di 33 provinsi dan impacts, tersedianya pangan sesuai kebutuhan di 33 provinsi.

4. Penyusunan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas)

a. Inputs yang digunakan untuk kegiatan penyusunan FSVA berupa anggaran sebesar Rp. 690,495 juta atau 87,63% dari total anggaran.

b. output Kegiatan penyusunan FSVA menghasilkan berupa (1) Jumlah Provinsi yang mengikuti sosialisasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi; (2) Jumlah provinsi yang mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi dan (3) Laporan FSVA tahun 2011 di 18 Provinsi sebanyak 18 buah atau terealisasi 100 persen.

c. Outcome kegiatan adalah provinsi yang menyusun FSVA sebanyak 18 provinsi atau terealisasi 100% dari target 18 provinsi.

d. Benefit yang didapatkan berupa tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan penanganan kerawanan pangan dan gizi di 33 provinsi.

5. Kajian Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional

a. Input Kajian Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional menggunakan anggaran sebesar Rp 2,83 milyar atau 94,95% dari total anggaran Rp 2,98 milyar.

b. Output yang dihasilkan berupa tersedianya angka konsumsi beras nasional per kapita dan angka cadangan beras di pemerintah, industri, jasa akomodasi dan penyedia makanan dan minuman serta masyarakat atau terealisasi 100 persen.

c. Outcomenya antara lain jumlah instansi yang memanfaatkan angka konsumsi dan cadangan beras nasional sebanyak 5 instansi.

d. Benefits yang dicapai adalah tersedianya bahan kebijakan ketersediaan dan cadangan beras di 33 provinsi. Sedang impact yang didapatkan adalah tersedianya kebutuhan beras sesuai kebutuhan di 33 provinsi.

6. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

a. Input Kegiatan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi menggunakan anggaran sebesar Rp. 466,45 juta atau terealisasi 80,36 persen dari total anggaran sebesar Rp. 580,44 juta.

b. Output yang dihasilkan adalah provinsi yang melakukan analisis SKPG dan intervensi sebanyak 29 provinsi serta kabupaten/kota yang menerapkan SKPG sebanyak 230 kabupaten/kota.

c. Outcome berupa provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 29 provinsi serta kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 230 kabupaten/kota.

d. Benefit yang dihasilkan, kabupaten/kota yang telah dapat mencegah/mengatasi terjadinya rawan pangan sebanyak 230 kabupaten/kota. Impact yang didapatkan adalah penurunan jumlah kabupaten/kota yang mengalami rawan pangan sebanyak 230 kabupaten/kota.

(8) Identifikasi Model Pengembangan Akses Pangan

a. Kegiatan identifikasi model pengembangan akses pangan menggunakan inputs anggaran senilai Rp.301.389.950,- atau terealisasi 99 % dari total dari total anggaran Rp.305.000.000,-

b. Outputs yang diharapkan, laporan identifikasi model pengembangan akses pangan serta laporan pertemuan dengan narasumber: identifikasi model akses pangan sebanyak 2 laporan.

c. Outcomes yang diharapkan, tersedianya berbagai bahan referensi model pengembangan akses pangan di 24 provinsi.

d. Benefits yang diharapkan, tersedianya informasi model pengembangan akses pangan di beberapa provinsi sebagai bahan rumusan kebijakan pengembangan model akses pangan masyarakat

(9) Apresiasi Kebijakan Pengembangan Akses Pangan.

a. Kegiatan apresiasi pengembangan akses pangan inputs anggaran senilai Rp.108.243.100,- atau terealisasi 98 % dari total dari total anggaran Rp.110.750.000 b. Outputs yang diharapkan, informasi kondisi, permasalahan akses pangan dan upaya

yang dilakukan daerah dalam penanganan masalah akses pangan serta rumusan bahan kebijakan peningkatan aksesibilitas pangan berdasarkan spesifik lokasi yang diikuti oleh 68 orang pejabat yang menangani akses pangan dari 32 provinsi

c. Outcomes yang diharapkan, diperolehnya persamaan persepsi antara pusat dan daerah yang berkaitan dengan kegiatan akses pangan

d. Benefits yang diharapkan, tersedianya rumusan dan persamaan persepsi terkait kegiatan akses pangan

Dokumen terkait