• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Perjanjian Lisensi Menurut Undang-

BAB II PROSES LAHIRNYA PERJANJIAN LISENSI

B. Tinjauan Yuridis Perjanjian Lisensi Menurut Undang-

Mengingat pentingnya Perjanjian Lisensi ini bagi pertumbuhan dan perkembangan industri secara khusus dan peningkatan ekonomi secara umum, maka Pemerintah RI telah mengatur hal-hal yang berkaitan dengan lisensi dan perjanjian lisensi dalam beberapa undang-undang, khususnya Undang-undang di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual. Namun dalam perkembangannya, dengan semakin berkembangnya teknologi, pengaturan mengenai lisensi dan perjanjian lisensi tersebut ternyata masih belum dapat membantu proses alih teknologi sebagaimana yang diinginkan. Oleh karena itu, dapat dipahami jika saat ini ada tuntutan kebutuhan untuk pengaturan perjanjian lisensi dalam rangka menciptakan peraturan hukum yang lebih memadai.84 Pengaturan mengenai perjanjian lisensi ini penting karena perjanjian lisensi yang selama ini dibuat dengan berlandaskan pada asas: konsensualitas, pacta sunt servanda dan kebebasan berkontrak sebagai asas hukum

84 Drs. C.S.T. Kansil, SH., Hak Milik Intelektual (Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta), Jakarta, Sinar Grafika, 1997, hal 5

perjanjian, selalu menjadi ajang perebutan dominasi di antara para pihak dalam perjanjian tersebut, sehingga sering menimbulkan perselisihan di antara mereka.

Oleh karena itulah perlu dibuat suatu pengaturan yang lebih baik lagi yang mengikutsertakan pihak di luar pemberi dan penerima lisensi dalam menentukan hal-hal lainnya sehingga dengan adanya pengaturan mengenai perjanjian lisensi ini, pembuatan perjanjian lisensi tidak hanya berdasarkan kesepakatan (consensus) kedua belah pihak tetapi juga berdasarkan Peraturan Pemerintah yang dibuat untuk itu.

Lisensi adalah Hak eksklusif yang diberikan oleh undang-undang kepada pemegang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI), termasuk memberikan persetujuan atau izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Seperti misalnya di dalam undang-undang tentang Merek mengatur bahwa pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain dengan perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa.85

Dalam beberapa definisi yang ada dalam ketentuan undang-undang di bidang HAKI khususnya Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 diperoleh gambaran bahwa hakekat lisensi atau lisensi yang sebenarnya adalah Pemberian izin oleh Pemegang HAKI baik yang berupa Merek Dagang atau Merek Jasa, kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk:

“…menggunakan Merek tersebut, baik seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu”.

85

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, hlm. 46.

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan perjanjian lisensi yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek adalah sebagai berikut :

Pasal 1 (13) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Pasal 43 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

1. Pemilik Merek terdaftar berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain dengan perjanjian bahwa penerima Lisensi akan menggunakan Merek tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa.

2. Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali bila diperjanjikan lain, untuk jangka waktu yang tidak lebih lama dari jangka waktu perlindungan Merek terdaftar yang bersangkutan.

3. Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari pencatatan perjanjian Lisensi berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga. 4. Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat oleh Direktorat

Jenderal dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Pasal 44 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

Pemilik Merek terdaftar yang telah memberikan Lisensi kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) tetap dapat menggunakan sendiri

atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk menggunakan Merek tersebut, kecuali bila diperjanjikan lain.

Pasal 45 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

Dalam perjanjian Lisensi dapat ditentukan bahwa penerima Lisensi bisa memberi Lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga.

Pasal 46 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

Penggunaan Merek terdaftar di Indonesia oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan penggunaan Merek tersebut di Indonesia oleh pemilik Merek.

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

1. Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya.

2. Direktorat Jenderal wajib menolak permohonan pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3. Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis penolakan beserta alasannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemilik Merek atau Kuasanya, dan kepada penerima Lisensi.

Pasal 48 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

1. Penerima Lisensi yang beritikad baik, tetapi kemudian Merek itu dibatalkan atas dasar adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek lain yang terdaftar, tetap berhak melaksanakan perjanjian Lisensi tersebut sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian Lisensi.

2. Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lagi wajib meneruskan pembayaran royalti kepada pemberi Lisensi yang dibatalkan, melainkan wajib melaksanakan pembayaran royalti kepada pemilik Merek yang tidak dibatalkan.

3. Dalam hal pemberi Lisensi sudah terlebih dahulu menerima royalti secara sekaligus dari penerima Lisensi, pemberi Lisensi tersebut wajib menyerahkan bagian dari royalti yang diterimanya kepada pemilik Merek yang tidak dibatalkan, yang besarnya sebanding dengan sisa jangka waktu perjanjian Lisensi.

Pasal 49 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

Syarat dan tata cara permohonan pencatatan perjanjian Lisensi dan ketentuan mengenai perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Perjanjian lisensi merek merupakan salah satu sarana untuk melindungi suatu merek dari tindakan pelanggaran dan kejahatan merek yang pada umumnya berupa pemakaian merek tanpa izin dan pemalsuan merek (infringement). Perjanjian lisensi merek tidak hanya memberi manfaat bagi pemilik merek selaku licensor, melainkan juga licensee. Bagi pemilik merek, dengan adanya perjanjian lisensi, mereknya akan semakin dikenal oleh konsumen dan dilindungi oleh hukum. Sedangkan bagi penerima lisensi, dapat menggunakan merek orang lain secara aman dan legal. Dalam kaitan dengan ini, selain dapat memberikan perlindungan hukum kepada pemilik hak merek, perjanjian lisensi juga berfungsi untuk menerobos hak merek yang sifatnya khusus (exclusive). Peraturan Pemerintah (PP) tentang perjanjian lisensi merek sebagai salah satu dasar hukum pelaksanaan perjanjian lisensi perlu segera dibuat.

Kehadiran PP tersebut akan sangat menopang berlakunya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.86

Lisensi merupakan pemberian izin yang bersifat komersial, dalam arti memberikan hak dan kewenangan untuk memanfaatkan hak atas paten yang dilindungi secara ekonomis dengan pemberian ijin yang dituangkan dalam perjanjian tertulis. Perjanjian yang dibuat antara pemilik dan penerima lisensi adakalanya mengandung larangan yang dapat merugikan penerima lisensi, sehingga secara tidak langsung negara juga turut dirugikan dengan adanya perjanjian yang tidak imbang. Dengan demikian peran pemerintah dalam mengawasi dan mengontrol sangat diperlukan sehingga perjanjian lisensi mempunyai aspek keseimbangan antara hak dan kewajiban antara pemberi dan penerima lisensi.87

Berdasarkan analisis terhadap isi peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dapat disimpulkan bahwa pentingnya perlindungan hukum melalui pencatatan lisensi Merek akan membawa dampak terhadap aspek lain yaitu aspek ekonomi, sehingga pengawasan oleh pemerintah melalui pembentukan Peraturan Pemerintah tentang pencatatan perjanjian lisensi merek sudah seharusnya dilakukan.

Masalah penyelesaian sengketa dalam perjanjian lisensi merek dapat dilakukan melalui forum pengadilan (Litigasi) atau melalui forum arbitrase (non

86

http://malpraktik-prasko.blogspot.com/2009/11/tinjauan-hukum-tentang-lisensi-haki.html, diakses tanggal 1 oktober 2010

87

Purba, A.Z.U, 2001, Makalah Dirjen Haki-Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta

Litigasi). Forum arbitrase biasanya sering digunakan dalam penyelesaian antara pemberi dan penerima lisensi merek, hal ini dilakukan karena cara ini dapat dicapai win-win solution dan dapat memenuhi rasa keadilan diantara mereka.

Pemilik merek terdaftar berhak menggunakan sendiri mereknya, atau memberikan kepada pihak lain dan pihak ketiga. Namun, agar pemberian lisensi merek dengan pihak lain tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, sebaiknya pemilik merek yang memberikan lisensi dan orang atau perusahaan penerima lisensi membuat perjanjian yang detil. Jika tidak, pemberi dan penerima lisensi bisa saling bersengketa.88

Peluang timbulnya sengketa semakin besar kalau salah satu pihak mengakhiri perjanjian lisensi sebelum batas waktunya berakhir. Pihak penerima lisensi bisa saja keberatan terhadap pemberi lisensi yang juga pemilik merek jika merek tersebut ditawarkan kepada pihak ketiga. 89

Pasal 44 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menyebutkan pemilik merek terdaftar yang telah memberi lisensi kepada salah satu pihak bisa menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya, kecuali diperjanjikan lain. Pasal 44 tersebut mengandung arti pada dasarnya lisensi eksklusif harus diperjanjikan. Kalau sejak awal ada perjanjian lisensi eksklusif, pihak ketiga yang ditawari akan berpikir dua kali menggunakan merek dimaksud.

88

Yusdinal, 2009, Perlindungan Hukum Terhadap Lisensi Paten, tesis, Undip Semarang, hal 80

89

Menurut Suharnoko, staf pengajar mata kuliah Perikatan dan Persetujuan Khusus Perdata, serta Hak Kekayaan Intelektual, pengakhiran lisensi sangat tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Bisa pula berakhir dengan sendirinya kalau jangka waktu perjanjian sudah habis, atau karena jangka waktu validitas merek yang menjadi basis lisensi itu sudah berakhir. Karena itu, peranan perjanjian kedua belah pihak sejak awal sangat menentukan.90

Jika sejak awal sudah diatur secara gamblang, pemberi dan penerima lisensi seyogianya dapat mengakhiri perjanjian mereka dengan baik. Namun dalam praktik, bisa saja muncul sengketa. Salah satu yang mencuat ke publik adalah lisensi merek Cap Kaki Tiga, yang selama ini dikenal sebagai merek minuman larutan penyegar.

Menurut Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Runtung, Lisensi merek merupakan sebuah izin dari pemberi lisensi merek sekaligus pemilik merek terdaftar, kepada calon penerima lisensi yang dibuat dalam tiga bentuk yaitu perjanjian lisensi lisan, perjanjian lisensi tertulis yang tidak terdaftar dan perjanjian lisensi tertulis yang terdaftar pada Direktorat Jendral Hak atas Kekayaan Intelektual.

Namun hanya jenis perjanjian lisensi tertulis yang dicatatkan pada Direktorat Jendral Hak atas Kekayaan Intelektual, yang mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga apabila pemilik merek yang sekaligus pemberi lisensi merek digugat oleh pihak lain yang mengaku mempunyai hak terhadap merek yang bersangkutan

90

http://bisnis.vivanews.com/news/read/182269, Perjanjian Lisensi Merek , diakses tanggal 15 Oktober 2010

sebagaimana ketentuan dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Dokumen terkait