• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Unsur Intrinsik

2. Tokoh dan Penokohan

Suatu karya sasta (novel) di bangun oleh usnur intrinsik dan extrinsik, dalam unsur intrinsik suatu karya sastra di bangun dalam karya itu sendiri yang menjadikan cerita tersebut menjadi utuh. Tokoh dan penokohanlah unsur yang paling sering di sorat atau sering muncul dalam suatu karya karena tokoh dan penokohan ini sangat sentral dan unsur terpenting dalam menyajikan suatu cerita. Tokoh merupakan pelaku cerita yang memerankan orang-orang yang ada dalam cerita. Istilah „tokoh‟ menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: „siapa tokoh utama novel itu?‟ atau „ada berapa jumlah pelaku novel itu?‟, atau „Siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu?‟ dan sebaginya. Adapun Robert staton menyatakan bahwa tokoh adalah orang yang berperan penting dalan setiap cerita.24

Novel merupakan salah satu karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun, namun jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata dan seolah kita dapat merasakan kejadian-kejadian dalam cerita tersebut. Hal ini berarti novel bergumul dengan para tokoh yang terdapat dalam karya tersebut. Walgito mengungkapkan bahwa setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya.25 Manusia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Dalam novel para tokoh rekaan ini menampilkan berbagai watak dan perilaku yang terkait dengan kejiwaan dan pengalaman psikologis atau konflik-konflik sebagaimana dialami oleh manusia dalam kehidupan nyata.

Salah satu unsur pembangun novel adalah tokoh. Tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya naratif, karena tokoh adalah pembuat konflik atau “Siapa yang melakukan dan dikenai sesuatu dalam cerita tersebut”. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan

24

Robert Stanton, op.cit, h. 17 25

17

sekaligus, misalanya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal. Menurut Nurgiyantoro tokoh-tokoh dalam novel yaitu tokoh utama dan tambahan, tokoh protagonist dan antagonis, tokoh sederhana dan bulat, tokoh statis dan berkembang, tokoh tipikal dan netral.26

Menurut Sayuti terdapat dua macam jenis tokoh dalam setiap karya fiksi menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh penunjang (periferal).27 Cara menentukan yang mana tokoh utama dan yang mana tokoh penunjang adalah dengan membandingkan setiap tokoh di dalam cerita. Adapun kriteria tokoh utama adalah: bertindak sebagai pusat pembicaraan dan sering diceritakan, sebagai pihak yang paling dekat kaitannya dengan tema cerita, dan lebih sering melakukan interaksi dengan tokoh lain dalam cerita.

Penokohan atau disebut perwatakan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya. Watak, perwatakan dan karakter merujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.28 Tokoh cerita (character) menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapandan apa yang dilakukan dalam tindakan.29

Dalam menggambarkan karakter atau watak seorang tokoh, penulis bisa menuliskannya langsung atau “menitipnya” dalam dialog sang tokoh tersebut. Penjelasan langsung bisa berupa gambaran fisiknya, lingkungan kehidupannya, cara ia berkomunikasi, cara berjalan, pola pikir dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu, jika penulis memilih gambaran melalui dialog, maka ia harus menentukan gaya yang ia pilih: dialog atau monolog. Menurut Stanton dalam Semi yang dimaksud dengan penokohan

26

Burhan Nurgiyantoro, op, cit h. 176-194 27

Suminto A Sayuti, Cerita Rekaan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 6 28

Burhan Nurgiantoro, op.cit, h. 165 29

18

dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi. Pertama: mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita; yang kedua adalah mengacu kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita.30

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas dalam mengembangkan karakter tokoh-tokoh yang berfungsi untuk memainkan cerita dan menyampaikan ide, motif, plot dan tema yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral.

Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, memiliki watak dan perilaku tertentu. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.31 Aminuddin menambahkan palaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.32

Tokoh merupakan unsur yang vital dalam karya sastra karena ia merupakan pelaku yang berperan untuk mentransmisikan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Sudjiman mendifinisikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.33Tokoh dikatakan sebagai individu rekaan karena tokoh tidak betul-betul ada dalam kehidupan nyata. Akan tetapi tokoh pasti memiliki beberapa kemiripan dengan individu tertentu dalam kehidupan nyata karena dengan cara ini tokoh bisa menjadi relevan dengan pembaca. Relevansi tokoh dengan pembaca inilah yang membuat tokoh tersebut dapat diterima.

Tokoh dapat dilihat berdasarkan perkembangannya dalam cerita, yaitu perubahan-perubahan watak yang terjadi pada tokoh dalam perjalanan cerita.Berdasarkan perkembangan tersebut tokoh kompleks

30

M. Atar Semi, op. cit, h. 39 31

Melani Budianta, op.cit, h. 86 32

Aminuddin, Pengantar apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 79

33

19

yang dalam perkembangan lakuan memperlihatkan berbagai segi wataknya yang tidak sekedar hitam-putih.Kelemahan dan kekuatannya tidak ditampilkan sekaligus melainkan berangsur-angsur.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tokoh adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengemban peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita tokoh merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya tokoh tidak akan terjalin sebuah cerita.

Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.Pemberian watak pada tokoh suatu karya disebut perwatakan.Sudjiman mendefinisikan penokohan sebagai penyajian watak dan penciptaan citra tokoh.34 Adapun yang dimaksud dengan penokohan dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi, pertama mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang kedua adalah mengacu kepada perbaruan dari minat, keinginan, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita.35

Secara sederhana metode penokohan dibedakan menjadi dua, yaitu metode langsung atau metode analitis dan metode tak langsung atau metode dramatik.36 Metode langsung atau metode analitis memaparkan sifat tokoh dan menyajikan secara langsung. Metode ini memperkecil kemungkinan pembaca salah menafsirkan watak tokoh, akan tetapi metode ini kurang memancing imajinasi pembaca karena semua wataknya telah dipaparkan secara jelas.

Pada metode tidak langsung atau metode dramatik, para pembaca dituntut untuk dapat menafsirkan watak tokoh-tokohnya melalui lakuan, cakapan, pikiran, dan penampilkan fisik tokoh serta gambaran lingkungan atau tempat tokoh berada.

34

Ibid., h.58. 35

M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa raya, 1998), h.39 36

20

Menurut Waluyo, perwatakan tokoh biasanya terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi fisik, dimensi sosial dan dimensi psikis.37 Untuk membentuk tokoh yang hidup, ketiga dimensi ini tidak dapat dipisahkan atau tampil sendiri-sendiri. Dimensi fisik biasanya berupa usia, tingkat kedewasaan, jenis kelamin, postur tubuh, deskripsi wajah dan ciri-ciri khas fisik lain yang spesifik. Dimensi sosial merupakan deskripsi tentang status sosial, jabatan, agama atau ideologi, aktivitas sosial dan suku atau bangsa. Dimensi psikis meliputi mentalitas, ukuran moral, kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan, kecerdasan dan kecakapan khusus.

Adapun Sumardjo dan Saini mengemukakan lima cara yang dapat menuntun pembaca sampai pada karakter tokoh, yaitu: melalui apa yang diperbuat tokoh, tindakan-tindakan tokoh, ucapan-ucapan tokoh, penggambaran fisik, pikiran-pikiran tokoh, dan melalui penerangan langsung, yaitu watak tokoh dijabarkan secara langsung.38 Metode-metode untuk analisis watak yang telah disebutkan diatas menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas tokoh dalam sebuah karya.

Jadi, menurut beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh itu. Penokohan dapat digambarkan melalui dialog antar tokoh, tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau pikiran-pikiran tokoh. Melalui penokohan, dapat diketahui bahwa karakter tokoh adalah seorang yang baik, jahat, atau bertanggung jawab.

3. Latar

Latar atau setting merupakan suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal, biasanya berupa waktu, tempat, dan ruang. Termasuk di dalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode, sejarah, dan lain-lain.

37

Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi (Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press, 1994), h. 171-172

38

Jakob Sumardjo dan Saini K.M. Apresiasi Kesusastraan (Jakarta : PT Gramedia, 1986), h. 65

21

Latar cerita mencangkup keterangan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat di mana peristiwa itu terjadi.

Menurut Ida Rochani dalam bahasa Indonesia kata Setting (dari bahasa Inggris) sering diterjemahkan sebagai latar. Setting atau latar maksudnya tempat dam masa terjadinya cerita.39 Sedangkan menurut Budianta latar yakni segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.40

Latar juga merupakan salah satu hal yang tak boleh luput dari penulisan novel. Dengan latar cerita yang baik, pembaca akan mudah dibuat jatuh hati pada novel. Latar merupakan tempat dimana sebuah potongan cerita berlangsung. Ia bisa dijelaskan secara langsung atau melalui dialog para tokohnya.

Dokumen terkait