• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

4.1.1 Tokoh Kala dan Penokohannya

Kesimpulan umum analisis tokoh Kala dan penokohannnya dalam novel Jejak Kala. Tokoh yang dianalisis, yaitu tokoh Kala. Penulis memilih tokoh Kala karena tokoh ini berperan sebagai tokoh utama, tokoh yang kemunculannya mendominasi dalam novel Jejak Kala. Kala di usianya yang masih kanak-kanak harus selalu bangun pagi dan bekerja membantu Emak di rumah Pak Dukuh. Kala berpikiran seandainya saja ia tidak lagi ingusan dan bersekolah, mugkin ia tidak perlu harus bekerja. Kala merasakan betapa enaknya jadi anak-anaknya Pak Dukuh, tidak perlu harus bangun pagi sehingga bisa tidur lebih lama. Kala sabar dalam

melakukan dan menyelesaikan pekerjaannnya. Kala sewaktu kecil memiliki tubuh kecil dan pendek. Kala suka berfantasi. Meskipun tubuh Kala kecil tetapi ia sanggup membawa barang belanjaan Bu Dukuh yang berat. Biarpun Kala masih kecil, tapi ia mempunyai rasa tidak tega dan memiliki kepedulian kepada Emaknya. Sebagai seorang yang sudah harus bekerja, Kala tetaplah seorang kanak-kanak yang memiliki keingninan untuk bermain. Kala berusaha untuk selalu bisa disukai dan tidak dibenci oleh orang lain. Kala berpendirian terhadap sesuatu yang diyakininya benar. Kulit hitam yang kusam, rambut keribo yang bergerombol, mata sipit nyaris tanpa alis, dan tubuh yang tidak pernah lebih tinggi dari pucuk tanaman jagung yang masih muda, adalah ciri fisik Kala kecil. Kala tumbuh menjadi Kala yang ramah, ceria, juga hangat pada siapapun. Kala adalah seorang yang bisa menghargai usaha orang lain. Kala juga mau berkorban untuk orang lain, membantu dan menyelesaikan pekerjaan orang lain dengan senang hati. Kala juga seorang yang bisa marah terhadap tekanan yang dihadapi. Kala adalah gadis yang ramah, rajin, cekatan, mau bekerja keras, dan tak pernah mengeluh, yang selalu dicari oleh siapa pun yang butuh bantuan atau sekedar uluran tangan dan semua senang dengan Kala. Kala yang beranjak dewasa pernah memikirkan untuk menikah. Kala menyayangi seorang anak asuhnya seperti anaknya sendiri. Kala seorang yang ingin membantu dengan segala jerih payah pikirannya. Kala sangat peduli terhadap perasaan seorang wanita. Kala adalah seseorang yang tidak ingin membuat orang lain susah akan kehadirannya.

Kala menemukan jawaban bahwa semua yang ia lakukan dalam kehidupannya tidaklah melulu harus selalu yang bisa dilihat nyata, tetapi sesuatu yang telah membekas dalam hati pada orang-orang yang ditinggalkannnya.

4.1.2 Plot

Dari hasil analisis yang telah dilakukan penulis pada bab III, maka plot novel Jejak Kala dapat dipaparkan menjadi lima tahap. Pemamparannya adalah sebagai berikut.

4.1.2.1 Tahap Situation atau Penyituasian

Tahap ini memberikan informasi awal, pelukisan dan penegenalan situasi latar dan tokoh(-tokoh) cerita, seperti; pengenalan tempat terjadinya cerita dalam novel berlangsung yaitu di kaki Gunung Boliohutu pada tahun 1963, pemunculan juga pengenalan terhadap tokoh utama dan beberapa tokoh lain, dipaparkan juga ciri fisik tokoh utama dan beberapa tokoh lain, digambarkan juga penokohan, tingkah laku juga aktifitas dari tokoh utama.

4.1.2.2 Tahap Generating Circumtance atau Pemunculan

Konflik

Tahap ini merupakan tahap pemunculan konflik, peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Seperti kenakalan-kenakalan masa kecil yang dilakukan oleh Kala terhadap tokoh lain seperti Pak Zae juga Ina yang menyulut kemarahan Emak dan berakibat bagi kesedihan Kala sendiri. Ada pemunculan tokoh baru juga seperti Kak Tien dan Kak Banar. Peristiwa-peristiwa juga masalah-masalah yang lebih kompleks lagi dari tahap sebelumnya. Dimunculkan pada saat Kala telah pindah ke kota, saat Kala melakukan penyuaian dengan keluarga baru yang menampungnya juga dengan lingkingannya di sekolah. Pemaparan tokoh Kala yang mulai beranjak menjadi remaja menjadi dewasa yang mulai mengenal sosok laki-laki, mulai mengenal cinta dan juga harus patah hati. Kala yang harus kehilangan orang-orang terdekatnya, karena harus menikah dan memutuskan untuk pamit dari keluarga yang sama-sama ditempati Kala, hal itu juga yang membuat Kala juga mulai memukirkan tentang pernikahan.

4.1.2.3 Tahap Rising Action atau Peningkatan Konflik

Tahp ini memunculkan kadar intensitas konflik yang telah dimunculkan pada tahap-tahap sebelumnya. Peristiwa-peristiwa

dramatik yang menjadi inti cerita juga semakin menegangkan. Pemaparannya dimunculkan lewat saat keluarga yang ditempati Kala bekerja diterpa badai rumah tangga yang hebat. Hal ini membuat Kala tidak bisa berdiam diri, karena bagaimana pun keluarga itu juga telah menjadi keluarga Kala juga. Kala sangat tidak ingin keluarga tersebut hancur, Kala ingi keluarga itu tetap utuh. Kala yang juga dengan sekuat tenaga dan pikiran mendampingi Kak Tien, karena tidak ingin keluarga tersebut sampai bercerai.

4.1.2.4 Tahap Climax atau Klimaks

Tahap ini merupakan konflik yang ditimpakan pada tokoh utama mencapai titik intensitas puncak. Tahap ini dimunculkan saat Kala harus mulai kehilangan orang-orang yang selama itu sangat dekat dengan Kala. Pertama Kala harus kehilangan Emak sebagai orang tua Kala. Kemudian ada permintaan dari Emak yang Kala belum bisa untuk memenuhinya yang sebelum itu Kala juga harus merasakan bagaimana kehilangan harga dirinya sebagai perempuan dan sangat membikin malu diri Kala. Juga Kala harus kehilangan keluarga yang menampungnya di kota juga sebagai tempat bekerja Kala, begitu juga Kala harus kehilangan anak majikan yang diasuhnya. Semua orang yang dicintai Kala harus meninggal meninggalkan Kala.

4.1.2.5 Tahap Denoument atau Penyelesaian

Tahap ini merupakan penyelesaian atau ketegangan dikendorkan setelah adanya klimaks, konflik-konflik diberi jalan keluar dan cerita diakhiri. Penyelesaian dimunculkan lewat perjuangan Kala menjalani dan mengatasi kesedihan dan kekosongan dalam hatinya yang bertubi-tubi karena setelah kehilangan orang-orang yang dicintai. Kala mulai mencari tempat tinggal dan pekerjaan baru ditempat lain setelah memutuskan pamit dari rumah anak asuh majikannya, yaitu Iswadi. Kala pun bertambah tua, penyakit yang dideritanya pun, akibat dari kesedihannya yang membuat tubuh Kala begitu lemah, harus juga bertambah parah mengerogoti lambat laun tubuh Kala. Membuat Kala memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di kaki Gunung Baliohutu dan berobat. Tetapi ketidakberdayaan Kala menghadapi penyakitnya berakhir pada kegelisahannya terhadap kematian. Kegelisahannya ini karena keberadaannya di dunia harus berakhir tanpa seorang keturunan pun yang akan meneruskan, tetapi kegelisahan itu akhirnya tertepis oleh suatu kesadaran bahwa bentuk perjalan hidup tidaklah harus sesuatu yang berbentuk nyata, tetapi lewat apa yang telah membekas pada lubuk hati dalam bentuk cinta, ketulusan, kebaikan, dan kepedulian pada orang lain.

Dokumen terkait