• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.6.5 Sumber Data Sekunder

1.7 Sistematika Penyajian

2.1.2 Tokoh Tambahan

2.1.2.1 Tokoh Rajib

Rajib adalah seorang pengedar narkoba bukan pemakai. Dia mengedarkan narkoba untuk membiayai kuliahnya dan menghidupi keluarganya. Pengarang menggambarkannya secara dramatik, berikut kutipannya :

(36) Kalau kamu pengen masalah kamu berhenti, hirup ini sampai bubuknya hilang. Kalau kamu memang nggak punya beban apa-apa, buang saja. Atau cicipin buat main- main. Asyik lagi! Yang lain udah pada nyobain. Efeknya lebih asyik dari rokok. Cobain deh di WC (hlm. 63)

(37) Rajib mengangkat bahu. ”Ibu saya mengudap penyakit asma yang parah, adik saya kelaparan. Ini bukan bahaya. Ini jalan keluar.” (hlm. 77).

(38) Dia bukan pelajar disini. Konon kabarnya dia hanya alumni. Dan di senang bertandang ke sekolah ini, setelah pulang kuliah. Entah dia kuliah dimana. Dia juga sering melatih basket. Para guru, beberapa sangat akrab dengannya. Kabarnya dulu dia siswa yang berprestasi. Anak-anak sekolah ini memanggilnya Rajib. Beberapa teman saya sering bertemu dengannya (hlm. 62).

Dulu Rajib adalah pacar Vela sebelum Arimbi mengenalnya. Pengarang menggambarkannya secara dramatik, berikut kutipannya;

(39) ”Saya dulu pacaran dengan Rajib,” kata Vela ketika suatu siang kami telah melewati gelinjang penuh keringat (hlm. 73)

Rajib juga laki- laki yang penyayang, walaupun ia pernah disakiti Arimbi karena telah menghancurkan Vela, ia tetap memperhatikan Arimbi. Dia menyuruh salah satu teman wartawannya ke Panti tempat Arimbi didetoksifikasi untuk mencegah Arimbi bunuh diri. Pengarang menggambarkannya secara dramatik, berikut kutipannya;

(40) ”Rajib mempercayai saya untuk datang ke sini,” akhirnya hanya itu yang meluncur dari bibir saya.

Kamu wartawan?”

Saya mengangguk. ”Tapi saya ke sini bukan dalam urusan pekerjaan saya. Saya hanya ingin bertemu denganmu.”

Arimbi tertawa pelan. Serak. Wajahnya dipenuhi semburat merah. Dia tertawa dengan penuh emosi. ”Rajib selalu tepat menebak kapan saya akan bunuh diri!” Saya terperanjat (hlm.19).

Rajib termasuk orang yang bisa menepati janji dalam mengenalkan cara baru mengkonsumsi narkoba Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya;

(41) Janji Rajib bahwa saya akan menemukan penghiburan yang lebih dahsyat dalam kelompok ini ternyata benar. Dari Vela, saya mendapat masukan baru tentang cara menyuntik (hlm. 70).

Walaupun sebagai pengedar, Rajib orang yang baik dan suka melindungi, terutama pada Vela dan Arimbi saat mereka melarikan diri dari panti. Rajib melindungi dan menghidupi mereka di rumah kontrakannya. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya;

(42) Vela tahu, dia telah menjadi kekasih Rajib. Tapi dia tidak merasakan getar apa-apa. Yang dia tahu, semakin hari Rajib semakin melindungi dirinya (hlm. 79)

(43) Kami tinggal di rumah kontrakan Rajib untuk sementara. Kami tidak keluar rumah, karena takut ditemukan orang-orang yang kami kenal. Rajib memberi kami ruang tidur yang tak lain adalah kamarnya sendiri (hlm.161)

(44) Rajib juga berbaik hati membelikan kami bebrapa potong baju dan celana dalam (hlm 161).

(45) Tentu saja dia juga menanggung makan kami. Tiga kali sehari. Pagi-pagi sekali dia berjalan kaki ke pasar Tibet dekat rumah, dan pulang

dengan membawa tiga bungkus nasi lengkap dengan lauk-pauk (hlm. 161).

Melihat kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Rajib seorang pengedar (kutipan 36, 37 dan 38). Dulu dia pacaran dengan Vela (kutipan 39). Rajib juga seorang laki- laki penyayang (kutipan 40).Dia juga seorang laki- laki yang bisa menepati janji (kutipan 41). Walaupun pengedar dia orang yang baik hati, suka melindungi (kutipan 42, 43, 44, dan 45).

2.1.2.2 Tokoh Vela

Vela adalah teman Arimbi dan Rajib. Secara fisiologis dia bertubuh kurus, cantik, dan keturunan Menado-Belanda. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya;

(46) Ada delapan orang yang berkumpul dengan paras yang sama. Bolong dan tidak peduli. Satu diantaranya seorang gadis yang bertubuh sangat ceking. Rambutnya kemerahan dengan paras yang sangat manis. Dia berdarah Menado-Belanda. Namanya Vela. Entah kenapa saya langsung menyenanginya. Terlebih karena matanya yang sayu dan lemah. Dia menggenggam tangan saya dengan kencang ketika kami berkenalan (hal. 70).

Vela gadis yang mudah mengambil hati, dengan keramahannya dia berhasil membujuk Arimbi untuk datang ke kostnya. Pengarang menggambarkan secara dramatik, berikut kutipannya;

(47) ”Besok mau datang ke kost saya?” Ia menawarkan dengan suara ramah. Saya mengangguk. Vela gadis yang mudah mengambil hati. Ketika dia menyudahi percakapan pendek ini, saya merasakan sesuatu yang bergetar samar (hlm. 71).

Dia sama seperti Arimbi, seorang pemakai narkoba. Pengarang menggambarkan secara dramatik, berikut kutipannya;

(48) ”Kamu terlalu lama. Saya sudah sakaw.... ,” katanya dengan suara bergetar. Keringat di dahinya sebesar butiran jagung. Dia tidak menyalakan api. Tidak meyiapkan aluminium foil seperti layaknya orang yang siap menikmati shabu (hlm.71).

(49) ”Saya menyimpan sedikit,” katanya sambil menarik laci di meja rendahnya. Selipat kertas putih kecil. Dia membukanya dengan hati-hati. Menjaga isi dalamnya agar tak jatuh. Serbuk put ih itu (hlm. 72).

Vela mempunyai sifat menimpakan kesalahan ke orang lain. Ia menyalahkan Arimbi yang menyebabkan dia dan Rajib lebih menderita. Pengarang menggambarkan secara dramatik. Berikut kutipannya:

(50) ”...Orang-orang seperti kamu banyak memanipulasi keadaan untuk menghancurkan diri. Kamu lari pada narkoba untuk mendapatkan keberanian palsu. Mencari jalan keluar. Kamu datang kepada saya seperti prajurit yang lepas dari kepungan lawan. Kamu sperti telah memenangkan hidup. Saya salah. Saya terkesima. Atau lengah. Saya melihat kamu sebagai harapan. Saya melihat kamu sebagai pelipur lara. Saya lupa. Kamu bukan saya. Kamu tidak seperti saya. Saya malah larut dalam tarikan tanganmu. Saya hanyut. Hanyut. Dan sekarang saya seperti ini. Rajib seperti ini. Semua karena kamu,” Vela tersedu. Kamu adalah kesalahan....” (hlm. 230).

Vela teman lesbiannya Arimbi. Pengarang menggambarkan secara analitik, berikut kutipannya;

(51) Kami saling menggeliat. Darah saya berdesir-desir. Seperti melonjak-lonjak riang atas kejutan yang saya rasakan. Saya digulung nafsu. Yang membuat saya bahkan tidak bisa lagi mengontrol seluruh gerak saya. Entah apa saja yang saya lakukan, terhadap diri saya, terhadapnya. Saya tak bisa menghitung waktu saat saya menelanjangi tubuh saya sendiri, dan menelanjangi tubuhnya. Nafsu membuat segalanya berubah dengan

cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling, menusuk, meremas (hlm. 72).

Vela termasuk gadis yang penurut. Dia pun mudah terpengaruh saat Rajib menawarinya sebagai pengedar. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya:

(52) Vela menurut. Petualangannya yang lebih dahsyat Vela lakukan bersama Rajib. Menyisir diskotek-diskotek di Kuta yang dipenuhi bule. Menyusuri tongkrongan anak-anak muda di Yogja dan rutin menelusuri pinggiran Dago di Bandung. Berkali-kali mereka nyaris tertangkap polisi di bandara. Tapi akal Rajib begitu licin, sehingga mereka selalu saja bebas (hlm. 79).

Vela selalu hidup dalam penderitaan Selama tinggal di Jakarta, dia selalu disakiti dan diperlakukan tidak baik oleh saudaranya dan pernah diperkosa. Pengarang menggambarkan secara analitik, berikut kutipannya:

(53) Tapi dia di hina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu. Tidak leluasa menonton televisi karena selalu disindir menghabiskan listrik orang tanpa membayar. Tidak bebas berdandan, karena satu-satunya bedak yang dia beli dari hasil menabung ditumpahkan dengan sengaja oleh sepupunya yang selalu siap menerkam. Dia tidur meringkuk di ranjang besi di bawah tangga dapur (hlm. 75).

(54) Semalam dia diperkosa. Dan sekarang dia merasa sengsara.

Vela menangis. Dia merasa diludahi. Dia merasa lebih tak berharga dari sekedar bukan siapa-siapa. Dia lebih sengsara dari gadis malang yang tidur di bawah tangga (hlm. 82).

(55) Tiga hari setelah penyiksaan di bak mandi itu, Vela meringkuk di kamar karena demam tinggi. Suhu tubuhnya panas, dan dia terus-terusan

Melalui kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Vela seorang gadis yang secara fisiologis bertubuh kurus, cantik, keturunan Menado-Belanda (kutipan 46). Vela gadis yang ramah (kutipan 47). Dia juga seorang pemakai narkoba (kutipan 48 dan 49). Dia mempunyai sifat menimpakan kesalahan ke orang lain (kutipan 50). Vela teman lesbian Arimbi (kutipan 51) Vela gadis yang penurut (kutipan 52). Hidupnya menderita (kutipan 53, 54, dan 55).

2.2 Latar

Salah satu unsur yang menjadi andil dalam membangun cerita yaitu latar. Unsur latar ini memberikan pengertian suatu tempat, waktu dan lingkungan sosial. Dalam novel JBAN ini ketiga pengertian tersebut yang akan dianalisis, lebih tepatnya akan dianalisis latar tempat, latar waktu dan latar sosialnya. Latar tempat memfokuskan pada tempat terjadinya peristiwa penyalahgunaan narkoba itu berada berkaitan dengan penyebabnya. Latar waktu memfokuskan pada waktu terjadinya peristiwa, misalnya pagi, siang, malam, pukul, esok hari, dan lainnya yang mengacu pada waktu. Latar sosial memfokuskan pada tata cara berperilaku, kebiasaan hidup, status sosial, keyakinan dan ada kemungkinan prinsip hidup dalam lingkungan sosial yang dihadapi.

Dokumen terkait