• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Tranding Volume Activity (TVA)

Trading Volume Activity adalah salah satu parameter penting yang menunjukkan transaksi yang terjadi dalam aktivitas perdagangan pada suatu sesi atau mencerminkan jumlah saham yang berpindah tangan (Ong, 2011). nilai Trading Volume Activity berbanding lurus dengan likuiditas saham, semakin tinggi nilai Trading Volume Activity sebuah saham mempunyai makna bahwa suatu saham dapat dijual dengan mudah karena banyak yang bersedia membeli saham sehingga saham mudah dikonversikan menjadi uang kas.

Ketika volume sham yang diperdagangkan dengan informasi perdagangan melebihi volume saham yang diperdagangkan dengan likuiditas perdagangan, maka pedagang akan memperbesar penyebarannya. Informasi publik yang diberikan manajer akan diterima pedagang dan investor (baik investor yang memiliki informasi, maupun investor yang tidak memiliki informasi) sehingga berakibat terjadinya penurunan asimetri informasi. Hal ini akan menurunkan adverse selection risk yang dihadapi pedagang sehingga pedagang termotivasi untuk menurunkan penyebarannya.

Penghitungan Trading Volume Activity dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama. Notasi yang dapat digunakan sebagai berikut:

𝑇𝑉𝐴 =βˆ‘ π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘Žπ‘› 𝑖 π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘”π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘› π‘€π‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ 𝑑

βˆ‘ π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘Žπ‘› 𝑖 π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘€π‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ 𝑑 Dimana:

TVA = Trading Volume Activity I = Nama perusahaan T = Periode waktu tertentu 2.1.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Menurut Husnan (2008) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown, et al. (2008) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli diartikan sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Di bursa saham, harga pasar berarti harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap lembar saham perusahaan. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan adalah merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu dikaitkan dengan harga saham.

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika

nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Thohiri, 2011).

Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Thohiri 2011).

Nilai perusahaan dalam penelitian ini sebagai variabel independen dan dependen. Nilai perusahaan menjadi variabel independen ketika variabel dependen leverage, profitabilitas, dan EVA. Sedangkan menjadi variabel dependen ketika variabel independen TVA. Salah satu versi Tobin’s Q yang dimodifikasi dan disederhanakan oleh Chung & Pruitt (1994) terhadap rumus yang dibuat oleh Lindenberg & Ross (1981) dalam Sinaga (2011) adalah:

Q = Total Market Value of Firm / Total Asset Value

Atau:

Q = (MVS + D) / TA Dimana:

Q = Tobin’s Q

MVS = Market value of all outstanding shares, i.e. the firm’s Stock Price * Outstanding Shares.

D = Total Debt TA = Firm’s Assets

Rumus untuk pengukuran rasio ini ditulis ulang menjadi: Tobinβ€²s Q =(CP x S) + TL

TA Dimana:

Tobin’s Q = Nilai Perusahaan

CP = Current Price (harga saham pada tanggal tertentu) S = Share (jumlah lembar saham)

TL = Total Liabilities TA = Total Assets

Current price yang diambil dalam penelitian ini adalah harga saham pada tanggal 31 Desember. Alasan pemilihan tanggal ini adalah karena laporan keuangan pun dibuat per tanggal 31 Desember. Demikian juga untuk data jumlah lembar saham, total kewajiban, dan total aset yang diambil dalam penelitian ini adalah data yang tercatat dalam laporan keuangan masing-masing emiten per tanggal 31 Desember untuk periode tahun 2012 - 2016. Skala pengukuran yang digunakan untuk nilai perusahaan adalah skala rasio.

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobin’s Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika nilai Tobin’s Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika mempunyai nilai lebih kecil 1. Tobin’s Q telah digunakan untuk mengukur kesempatan tumbuh yang tidak dapat diamati pihak luar perusahaan (Erlina, 2006).

2.1.3 Leverage

Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Rasio solvabilitas (leverage ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan di biayai dengan utang (Kasmir, 2011). Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika di bandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Agar perbandingan penggunaan kedua rasio ini dapat terlihat jelas kita dapat menggunakan rasio leverage.

Keuntungan dengan mengetahui rasio leverage adalah (Kasmir, 2011):

1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.

2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.

3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4. Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan.

Rumusan dalam perhitungan rasio leverage/solvabilitas dalam penelitian ini menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang dapat dilihat sebagai berikut (Kasmir, 2011):

1) Debt to Asset Ratio (DAR)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahan yang didukung oleh hutang. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor. DAR dapat dihitung dengan rumus:

𝐷𝐴𝑅 = TL TA Dimana:

DAR = Debt to Asset Ratio

TL = Total Liabilities (Total Utang) TA = Total Assets (Total Aktiva) 2) Debt Equity Ratio (DER)

Rasio ini merupakan persentase penyediaan dana oleh para pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham. DER dapat dihitung dengan rumus:

DER =TL TE

Dimana: DER = Debt to Equity Ratio

TL = Total Liabilities (Total Utang) TE = Total Equity (total ekuitas)

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas pada penelitian ini sebagaai faktor keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan (Djamalludin, Rahmawati dan Ali, 2017).

Rumusan yang digunakan yaitu return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) yang dapat dilihat sebagi berikut (Fahmi, 2013):

1. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Fahmi, 2013). Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditepatkan. ROA dapat dihitung dengan:

ROA =EAT TA Dimana:

ROA = Return on Asset

EAT = Earning After Tax (Pendapatan setelah Pajak) TA = Total Asset

2. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2013). ROE dapat dihitung dengan:

ROE =EAT TE

Dimana:

ROE = Return on Equity

EAT = Earning After Tax (Pendapatan setelah Pajak) TE = Total Equity

Dokumen terkait