• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Transkrip Wawancara

1. Transkrip wawancara dengan subyek S1 Keterangan:

S1 : siswa pertama P : Peneliti

01. P : Yang nomor satu kok bisa ketemu seperti ini? Coba kamu jelaskan? 02. S1 : Soalnya ini yang persegi panjang dan segienam ini digabung trus ini

ada tiga gabungan itu 21 m, trus dibagi 3 jadi hasilnya satu gabungan itu 7 m. Makanya di sini ditulis persegi panjang ditambah segienam sama dengan 7.

03. P : Berarti kamu gak memakai konsep SPLDV ya, misalkan yang segienam dimisalkan x dan persegi panjang dimisalkan y.

06. S1 : Enak kalau langsung, lebih suka yang real daripada harus dimisalkan x, y gitu

07. P : Tadi ngerjaiinnya dibuat pasangan ya 08. S1 : Iya, kalau dipisahin malah susah 09. P : Di pisahin gimana maksudnya?

10. S1 : Dipisahin, nyari persegi panjang dulu trus nyari segienam gitu. 11. P : Terus yang nomor dua, kamu nangkep maksud dari soalnya gak? 12. S1 : Nangkep, pertamanya aku kirain volume yang akuarium yang baru

ternyata ukuran berarti nyari panjang rusuk akuarium yang baru. Jadi nyari volume akuarium lama terus dikali 8, habis itu diakar pangkat tiga.

13. P ; Jadi dalam pikiranmu Cuma ada satu ukuran aja ya? 14. S1 : Iya sih

15. P : Berarti bentuknya kubus, bisa gak bentuknya selain kubus? Misalkan balok

16. S1 : Gak ada, soalnya gak diketahui panjang atau tinggi, lebar 17. P : Berarti kamu nganggepnya akuarium yang baru juga kubus ya? 18. S1 : Iya

19. P : Misalkan kamu jadi Budi, dengan volume yang sama, volume yang 8 kali volume akuarium lama, pengen buat akuarium yang baru, kamu bakalan bikin kubus atau bentuk yang lain dengan volume yang sama?

20. S1 : Kalau saya sendiri mending buat yang kubus lagi tapi ukuran yang lebih besarP : Kepikiran gak kalau dengan volume yang sama, tapi bentuknya balok dengan ukuran yang beda-beda?

21. S1 : Tadi juga kepikiran kayak gitu tapi terpatok sama rusuknya jadi mikirnya Cuma kubus thok

22. P : Sekarang coba, bisa gak buat ukuran akuarium baru yang bentuknya balok. Digambar juga boleh

23. S1 : Gak kepikiran buat kayak gitu e

24. P : Kalau ngerjain soalnya biasa digambar gak? Walaupun gak disuruh. Misalkan Cuma buat sketsanya doang

matematikanya

26. P : Tapi menurutmu bisa ya kalau dibuat balok? 27. S1 : Bisa tapi gak tahu caranya

28. P : Terus yang nomor 3, kamu tahu maksud dari bingkai foto itu kayak gimana?

29. S1 : Bingkai...?

30. P : Bingkai itu dialas foto atau dipinggir foto? 31. S1 : Oh iya salah

32. P : Dikerjakan ulang boleh

33. S1 : Ini untuk yang 1 x 1, yang 10 cm butuh 10, kalau yang 16 cm butuh 16. 34. P : Jadi kalau yang lebar cuma butuh 10 terus yang panjangnya butuh 16.

Jadi yang pojok dikasih gak? 35. S1 : Dikasih gak ya

36. P : Menurutmu kalau dikasih gak? Bingkai itu full atau gak? Coba liat biangkai disekitarmu?

37. S1 : Gak kepikiran sih, diaksih gak ya, waduh salah nih 38. P : Jadi yang 1 x 1 tadi banyanya ada berapa?

39. S1 : Semuanya butuh... 52 potong gak sama pinggirnya 40. P : yang pinggirnya gak ditambahin ya

41. S1 : Iya, Soalnya tadi mikirnya ngitung luas fotonya trus dibagi luas potongan kertasnya

42. P : Kamu ngitung pakai konsep keliling gak?

43. S1 : Enggak, gak pakai keliling, cuma pakai logika, nalar 44. P : Kalau ngerjain soal cerita di sekolah biasa pakai nalar juga? 45. S1 : Iya, disekolah biasanya juga pakai nalar

46. P : Gak pakai ditanya, diketahui?

47. S1 : Kalau itu iya. Biasanya kalau kepenthok gak bisa pakai nalar baru pakai cara biasa

48. P : Biasanya disalahin gak? 49. S1 : Enggak

matematika gitu

52. P : Kamu ngerjaiinnya pakai luas ya, kalau pakai luas kamu bisa gak bikin persamaannnya gak?

53. S1 : Aku dah lupa caranya e

54. P : Mungkin liat dari polanya gitu atau dari yang konsep keliling 55. S1 : Susah e

56. P : tetep Gak bisa juga

57. S1 : Gak bisa e apalagi yang nomor 4 58. P : Peluang belum diajarkan ya? 59. S1 : Iya, belum

60. P : Gak kepikiran dibuat perbandingannya atau buat persentasenya gitu? 61. S1 : engggak

62. P : Menurutmu peluang itu bagaimana? 63. S1 : Ya peluang itu kemungkinan

64. P : Kemungkian ya, itu kan yang ditanyakan peluang terambilnya kelereng biru dari ketiga kantong itu yang paling besar yang mana

65. S1 : Menurutku yang kantong pertama 66. P : Kenapa kok milih itu?

67. S1 : Ya itu

68. P : Kenapa kok gak milih yang kantong lain?

69. S1 : Kalau kantong ketiga nanti kebanyakan, 4:1 nanti, 70. P : Yang kantong kedua?

71. S1 : Nanti ketemu 2:1

72. P : Dari situ kenapa kok tadi milih yang 3:1?

73. S1 : Nah ya itu, tadi kok aku bisa kepikiran kayak gitu? Apa ya? Tadikan yang kantong ketiga udah didis, tinggal kantong pertama dan kedua. 74. P : Terus bingung kantong pertama atau kedua?

75. S1 : Iya, ya udah pilih kantong oertama karena itu yang persentasenya lebih memungkinkan

76. P : Kok bisa?

daripada kantong kedua?

79. S1 : Bukan masalah itu, gak bisa jelasin e. Soalnya peluang itu gak diajaine 80. P : Kalau dilihat perbandingannya, kantong pertama 3: 1 dan kantong kedua

2:1. Lebih memungkinkan yang mana? 81. S1 : yang 2:1

82. P : Jadi yang jawabannya yang kantong? 83. S1: Kantong kedua

84. P : Iya, betul

85. S1 : Oh iya ya, gak kepikirane

86. P : Uadah ngerta ya. Terus misalkan yang nomor satu ini dibuat soal cerita. Misal aku beli 3 buku sama 3 pensil dengan harga 21 ribu terus mbak Conny beli 3 buku dan 2 pensil dengan harga 19 ribu. Kamu beli 2 pensil dan 1 buku. Berapa uang yang harus kamu bayar? Caranya tetep pakai nalar atau pakai SPLDV?

87. S1 : Yang pertama pakai nalar dulu, kan pensil sama buku pasti lebih mahal buku, terus yang 21 ribu buku 3 dan pensil 3. Nanti tetep dibagi perpak, buku dan pensil. Sama kayak tadi.

88. P : Dulu waktu dapat SPLDV, ngerjaiinya pakai SPLDV atau tetep pakai nalar?

89. S1 : Tetep pakai SPLDV

90. P : Daari keempat soal ini merasa kesuilitan gak?

91. S1 : Yang sulit itu ketika gak bisa dinalar dan harus ngitung 92. P : Ketika gak bisa dinalar dan harus ngitung

93. S1 : iya kan lebih main ke nalar sama logika, misalkan kalau logikanya gak bisa berarti tetep harus ngitung nah disaat itu harus mikir ulang dua kali. 94. P : Jadi yang dari keempat soal itu yang paling sulit yang mana?

95. S1 : Yang bingkai

96. P : Sebelumnya pernah menghadapi permasalahan yang sama gak? 97. S1 : Udah, waktu kelas 7

98. P : yang apa?

101. S1: Kalau bikin bingkai biasanya tugas dari sekolah dan ukurannya udah ditentuin. Jadi tinggal bikin

102. P : Kamu sering menggunakan materi matematika dalam kehidupan sehari-hari gak?

103. S1 : Pernah, waktu ngitung pajak 104. P : Selain itu, selain keuangan

105. S1 : Buat ukuran keramik terus ngitung banyaknya genting dari luas permukaannya atap

106. P : Biasa pakai cara yang diajarkan guru atau pakai cara sendiri? 107. S1 : Pakai cara sendiri

108. P : Biasanya disalahkan gak?

109. S1 : Enggak, Kalau jawabannya betul dan bisa jelasin ke teman- temannya dianggap bener

110. P : Asalkan tahu prosesnya ya

111. S1 : Iya, biasanya pakai cara sendiri terus dikembangin sendiri 112. P : Okey , terima kasih banyak ya

113. S1 : Iya sama-sama

2. Transkrip wawancara dengan subyek S2 Keterangan:

S2 : siswa kedua P : Peneliti

01. P : Menurutmu dari keempat soal ini susah gak? 02. S2 : Lumayan, yang bagian suruh jelasin itu susah 03. P : Kok susah kenapa?

04. S2 : Kan biasanya pakai nalar 05. P : Terus caranya gak ditulis 06. S2 : Ya ditulis

07. P : Yang nomor satu kamu pakai nalar ya, kepikiran pakai SPLDV gak? 08. S2 : Enggak, tapi bisa pakai SPLDV

kelamaan

11. P : Wah.. udah kepikiran Un aja 12. S2 : Iya kan tinggal saetahun lagi...

13. P : Lanjut... Yang nomor 1 kok pekerjaanmu seperti ini?

14. S2 : Ini kan ada tiga pasanga antara persegi panjang dan segienam. Jadi 21 dibagi tiga

15. P : Terus ketemu sepasang itu 7 cm? 16. S2 : Eh iya ding itu maksudnya meter

17. P : Maksudnya 7 m ya? Terus proses berikutnya?

18. S2 : Nyari tinggi persegi panjang dari selisih tower I dan II. Ketemu 2 m. Jadi Tower III jadi 9 m.

19. P : Okey, lanjut nomor 2. Kamu nangkep maksud dari ukuran gak? 20. S2 : Enggak

21. P : Terus kamu ngerjainnya gimana ini?

22. S2 : Volume akuarium baru kan 8 kali volume akuarium lama terus rusuk yang lama 0,3 m. Mau gak mau gak kan nyari volume akuarium lama terus cari volume akuarium yang baru terus baru dapet rusuk yang baru.

23. P : Kamu kok bisa dapat 0,6 m? 24. S2 : Itu diakar pangkat tiga

25. P : Ini nanti akuarium barunya juga berbentuk kubus? 26. S2 : Iya

27. P : Kamu kepikiran gak akuarium barunya bisa berbentuk balok? 28. S2 : Bisa bisa aja kalau diketahui apa itu namanya, yang kali ini kali ini

ketemu berapa itu, itu aku lupa namanya

29. P : Tadi harus tahu berapa kali ini kali ini gitu ya?

30. S2 : Iya, berapa kali ini kali ini yang nantinya ketemu 0,216 31. P : Gak nyoba digambar gitu?

32. S2 : Enggak nanti malah bingung 33. P : Loh... digambar kok malah bingung? 34. S2 : Iya, gak tahu, nanti jadinya bingung

kali sisi kali sisi kali delapan. Dari sini bisa gak? Pakai asosiatif misalnya 36. S2 : Kayaknya bisa, misalkan 0,09 terus dikalikan 0,3 terus dikalikan 8

cm.

37. P : Volumenya jadi 0,216? Kok bisa?

38. S2 : Inikan volume yang lama, yang 8 ini kan bisa jadi panjang atau lebar atau apalah

39. P : Tapi jadi gak masuk akal ya, kalau jadi akuarium ya 40. S2 : Oh iya ya, bisa juga kok kalau 0,3 kali 8 dulu 41. P : Jadinya ukurannya gimana?

42. S2 : Jadinya 0,3 x 0,3 x 2,4

43. P : Hmmm... bolehlah, secara perhitungan benar. Ada kemungkinan ukuran lain?

44. S2 : Hmmm... Sepertinya ada, tapi gak tahu juga sih 45. P : Dicoba dulu

46. S2 : Hmmm... 0,3 dikali 2 trus 0,3 kali 4 trus sisanya 0,3 47. P : Jadinya 0,6 x 1,2 x 0,3. Kok bisa seperti itu?

48. S2 : Ya dicari faktor dari 8 trus dikali kali gitu sama panjang rusuk lama 49. P : Oh gitu, terbiasa mengerjakannya diawang ya daripada ditulis? 50. S2 : Iya, soalnya bingung nulisinnya

51. P : Okey lanjut ke nomor 3, kamu ngerjaiinnya gak pakai rumus keliling ya?

52. S2 : Tadi sempet kepikiran sih tapi gak jadi. Jadinya cuma ngelihat gambar 53. P : Kalau ngerjain soal, gak terpatok sama rumus ya?

54. S2 : enggak, lebih cepat kalau pakai nalar

55. P : Tadi kamu nyoba gambar gak untuk ngerjain? 56. S2 : Tadi mau gambar tapi gak jadi

57. P : Kenapa?

58. S2 : Kalau digambar nanti, jadi potongannya gedhe gedhe terus jadi gak sesuai karena gak pakai ukuran pasti

59. P : Berati cuma dikira kira aja ya. Terus yang c ini maksudnya gimana? Bisa karena ditambah 4? Keliling kok dibagi keliling?

dibagi keliling potongan kertas itu. Terus banyaknya kertas disesuaikan dengan panjang keliling potongan persegi itu biar bisa dibikin bingkai 61. P : dibuat dalam kalimat matematikanya bisa gak?

62. S : bingung

63. P : Coba kamu tulis keliling persegi panjang 64. S2 : (Siswa menulis)

65. P : terus dibagi keliling potongan kertas, misalkan potongan kertas itu s 66. S2 : (siswa menulis)

67. P : Untuk membuktikan persamaan itu benar atau gak, coba kamu masukkan p dan l dari panjang dan lebar foto terus s itu potongan kertas yang 1 x 1

68. S2 : (siswa berpikir) 69. P : Sama gak? 70. S2 : Beda 71. P : Jadi gimana? 72. S2 : Sik sik sik

73. P : Coba koreksi lagi, coba lihat kembali cara yang b 74. S2 : Dibagi panjang sisi potongan kertas ya

75. P : Jadi dipersamaannya ini bukan dibagi 4s 76. S2 : Iya, Cuma dibagi s

77. P : Berarti udah jelas ya? 78. S2 : Udah

79. P : Kalau gitu kita lanjut yang nomor 4, ini pekerjaanmu gimana? 80. S2 : Itu kan yang diketahui itu kan.... Yang ditanyakan peluang kelereng

birunya semua. Pertamanya kan ngelihat jumlah kelereng semuanya tanpa ngelihat kelerengnya ada apa aja. Kantong pertama ada 100, 25 kelereng biru, 75 kelereng merah. Jadinya perbandingan jadi 25 per 75. Kantong lain cara bandinginnya juga kayak gitu. Terus ketemu pecahan yang besar itu 1 per 3. Jadi jawabannya kantong kedua.

82. S2 : Soalnya yang terbesar 1/3 83. P : Kok gak milih yang terkecil?

84. S2 : Soalnya yang ditanyain peluangnya, jadi yang terbesar

85. P : Kenapa pakai perbandingan? Knapa gak pake persentase ato yg lain gitu?

86. S3 : Hmmm... kalau pakai persentase bingung 87. P : pengertian peluang tahu gak?

88. S2 : Peluang itu kayak, misalnya kesempatan untuk ngambilnya paling besar

89. P : Makanya terus milih yang terbesar ya

90. P : Kamu jawab kantong kedua karena berisikan kelereng merah paling sedikit. Lah kenapa pake perbandingan kalau alasannya kelereng merah paling sedikit?

91. S2 : hmmm... ya biar lebih jelas aja 92. P : lebih jelas gimana?

93. S2 : ini suruh jelasin, jadi aku jelasin pake kalimat kayak gitu, biar lebih jelas alasannya knapa milih itu.

94. P : Menurutmu kalau pakai kalimat biasa lebih jelas daripada pake kalimat matematika, gitu?

95. S2 : Iya

96. P : Kamu sering menghadapi masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari gak?

97. S2 : sering, mungkin 98. P : Kok mungkin

99. S2 : Soalnya biasanya pakai nalar

100. P : Gak pakai rumus-rumus yang diajarkan di sekolah ya? 101. S2 : Enggak sih, kadang pakai juga sih

102. P : Pernah menghadapi masalah seperti ini sebelumnya gak? 103. S2 : Pernah

104. P : Kapan?

107. S2 : Mungkin pernah, misalnya , ada tikar luasnya berapa terus dapat diisi barang berapa banyak, biar sesuai

108. P : Tapi bener-bener kamu hitung? 109. S2 : Enggak, paling Cuma aku kira-kira

110. P : Biasanya kalau ngerjain soal, ngikut cara yang diajarkan guru atau pakai cara sendiri?

111. S2 : Kadang pakai cara yang diajarkan guru kalau bingung tanya Ayah terus dapet cara sendiri

112. P : Kalau gak tanya orangtua, tapi biasanya ngerjain sendiri, pakai cara guru atau cara sendiri?

113. S2 : Kadang pakai cara sendiri kadang pakai cara guru tapi gak persis plek 114. P : Kalau ngerjain essai tetep gak pakai rumus?

115. S2 : Tetep pakai rumus

116. P : Tadi yang nomor satu, gak pakai SPLDV karna lama ya? 117. S2 : Iya

118. P : Misalkan yang nomor satu ini diganti soal cerita. Misal Kamu beli 3 pensil dan 3 buku harganya 21 ribu terus Tata beli 2 pensil dan 3 buku harganya 19 ribu. Aku beli 2 pensil dan 1 buku. Berapa yang harus aku bayar? Caranya tetep pakai nalar atau pakai SPLDV?

119. S2 : Pakai SPLDV kalau kayak gitu 120. P : Kok gak pakai nalar?

121. S2 : Soalnya pakai kalimat jadi pakai persamaan

122. P ; Jadi kalau ngelihat soal Cuma pakai kalimat doang, gak pakai gambar, malah pakai SPLDV ya

123. S2 : Iya

124. P : Udah tertanam dipikiran kayak gitu ya? 125. S2 : Iya

126. P : Okey, terimakasih 127. S2 : Sama-sama

Keterangan: S3 : siswa ketiga P : Peneliti

01. P : Tadi yang nomor satu kamu kesulitan ya ?

02. S3 : Iya, tadi sempet bingung aja, sempet aku lompatin juga. Soalnya kan strukturnya beda sama tower yang pertama dan tower kedua. Jadi agak bingung

03. P : Bingung karena susunannya beda ya. Ngerjaiinnya gimana?

04. S3 : Sebenernya caranya tadi aku sempet tahu konsepnya gitu tapi tadi bingung karena beda susunan

05. P : Kamu ngerjaiinnya pakai nalar ya? Kok gak pakai SPLDV aja? 06. S3 : Sempet kepikiran juga tapi panjang, terus jadi males?

07. P : Iya sedikit males. Kok yang tower pertama bisa 21 dibagi 3?

08. S3 : Inikan ada 6 benda, terus kayak berpasang-pasangan. Pasangannya ada tiga gitu

09. P : Pasangan antara apa?

10. S3 : Pasangan antara persegi panjang sama segienam

11. P : Kamu nulisnya satu persegi panjang dan segienam sama dengan 7. Terus yang tower kedua?

12. S3 : Ada 2 pasang segienam dan persegi panjang sama 1 segienam sama dengan 19.

13. P : Maksudnya 7 + 7 + 5 ini apa?

14. S3 : Itu tadikan 2 pasangan jadi 7 ditambah 7 ditambah 5. 5 itu tinggi segienam

15. P : Kok bisa ketemu 5?

16. S3 : Dari 19 nya ini, ehh... itu pas nyari, 21 dikurang 19 kan hasil dari persegipanjangnya. Kalau jumlah satu pasangnya tadikan 7. Berarti sama aja satu persegi panjang tadi tingginya 2, ya udah segienam otomatis 5 17. P : Jadi dari satu pasang tadi itu 7. Terus tinggi persegi panjang 2, jadi

19. P : Kamu bingung cara menuliskannya ya?

20. S3 : Iya. Kadang itu bingung gimana strukturnya, kadang ngeblank kok bisa kayak gini

21. P : Lupa dengan caranya sendiri ya? 22. S3 : Iya

23. P : Kamu tadi sempet salah volume kubus ya?

24. S3 : Iya, kemarin kan pas ulangan kan ngitung luas permukaan jadi inget rumusnya itu.

25. P : Terus baru inget kalau rumus volumenya S pangkat 3 ya. Ini 0,027 cm kubik ato meter kubik?

26. S3 : oh ... meter kubik maksudnya

27. P : Kamu yakin jawabannya itu? 28. S3 : Enggak seharusnya 0,216

29. P : Kamu tahu maksud ukuran dalam soal ini?

30. S : Ukuran itu bisa diartikan banyak sih. Soalnya tuh bisa dari ukuran panjang, ukuran volume.

31. P : Sebenernya dalam matematika ukuran volume itu gak ada, volume ya volume

32. S3 : Oh gitu, jadi ukuran itu kayak panjang dari rusuk-rusuknya ya? 33. P : Iya. Terus kalau nyari ukuran akurium baru itu gimana caranya 34. S3 : hmmm

35. P ; Menurutmu bentuk akuarium baru itu kubus atau bentuk yang lain? 36. S3 : Kubus, soalnya soal pertama yang diketahui kubus

37. P : Cuma kubus?

38. S3 : Yang lain mungkin bisa 39. P : untuk kubus, gimana nyarinya 40. S3 : Ini kan kubus?

43. P : Dicoret-coret dibawahnya juga boleh

44. S3 : hmm... mungkin gak tahu juga sih. Itu bisa aja rusuknya kan 0,3 habis itu ditambah 8 dibagi 3.

45. P : Kok bisa?

46. S3 : Soalnya kan s pangkat 3 47. P : Terus?

48. S3 : Itukan Snya ada 3, s kali s kali s jadi ada tiga dari rusuknya itu 49. P : Rusuk kali rusuk kali rusuk ketemunya 0,216. Terus panjang rusuknya

itu berapa? 50. S3 : Ehhh...

51. P : Dicoba gambar juga boleh

52. S3 : Ehhh... biasanya sih kalau bingung banget aku gambar 53. P : Lah sekarang bingung banget gak?

54. S3 : Tadikan gak kepikiran digambar soalnya yang ditanyakan ukuran jadi langusng itung aja

55. P : Coba sekarang gambar kubus 8 dengan susunan yang berbeda 56. S3 : (siswa menggambar)

57. P : Terus 8 kubus itu digimanakan? Biar bentuk akuarium baru 58. S3 : Hmmm.... digabungin

59. P : Gabungin gimana biar bentuk akuarium baru? Bentuknya jadi apa? Terus ukurannya berapa aja?

60. S3 : Oh jadi balok

sih, hasilnya ini dibagi bagi biar jadi p, l, t 63. P : Dibagi-bagi gimana?

64. S3 : Mungkin bisa dibikin beda-beda ukuran gitu 65. P : Gimana caranya?

66. S3 : Bisa 0,216 dibagi 3 terus nantikan ketemua hasilnya, terus bisa dibagi lagi....

67. P : Bagi berapa?

68. S3 : Gak tahu sih, nanti hasilnya bisa dikasih ke p, bisa ke l, bisa ke t 69. P : Oh gitu,.. menurutmu bisa ya?

70. S3 : Bisa

71. P : Terus yang nomor tiga. Jadi kamu pakai konsep keliling.

72. S3 : Itu kan kelihatan dari sininya. Awalnya mau ngitung luas tapi gak mungkin. Terus nyoba tak gambar kotak kotak. Teruskan potongan kertas kan 1 x 1, otomatis banyaknya potongan kertas yang bawah ada 10

potongan terus yang samping ada 16. Terus ditambah 4 dibagian sudutnya. 73. P : Kalau yang bagian b gimana?

74. S3 : Sama pakai konsep keliling juga tapi dibagi 2 dulu. Potongan kedua kan 2 cm.

75. P : Terus persamaannya gimana?

76. S3 : Keliling persegi panjang dibagi panjang potongan kertas terus ditambah empat.

77. P : Bisa kamu tuliskan dalam kalimat matematika gak? 78. S3 : Kalimat matematika kayak gimana?

79. P : Dibuat dalam persamaan 80. S3 : Gak bisa, susah

81. P : Bisa kamu tuliskan dibawahnya, rumus keling persegi panjang apa 82. S3 : (siswa menulis)

83. P : Kamu jawabnya, bisa dibuat persamaan terus ini ada penjelasannya. Dari penjelasan ini kamu buat persamaannya

lanjutin dibagi dengan panjang potongan kertas.

86. S3 : Lah itu tadikan ada 2 ukuran potongan kertas terus pakai yang mana? 87. P : Ukurannya dianggap belum diketahui, jadi ukurannya diapakan? 88. S3 : Dimisalkan?

89. P : Iya

90. S3 : Jadi keliling persegi panjang dibagi s terus ditambah 4. 91. P : Terus sama dengan? Kalau gak pakai sama dengan kan bukan

persamaan? 92. S3 : Gimana?

93. P : Banyaknya potongan kertas kamu misalkan apa? 94. S3 : Misalkan q

95. P : Boleh, jadi sama dengan?

96. S3 : Sama dengan q

97. P : Coba kamu cek, sama gak sama jawabanmu 98. S3 : Sama, sama 30 juga

99. P : Jadi persamaannya itu? 100. S3 : Bener

101. P : Jadi udah jelas ya cara menuliskan persamaannya 102. S3 : Iya

103. P : Terus yang nomor 4, kamu membandingkan antara apa dan apa? 104. S3 : Perbandingan anatara kelereng merah dan biru (sambil menulis) 105. P : Kamu menentukan peluang terambilnya kelereng biru yang paling

besar ada di kantong kedua. Kok bisa?

106. S3 : Itukan kalau dilihat dari kantong lainnya, peluang terbesar itu ada di kantong kedua, terus jumlah kelereng merah lebih sedikit dari kantong lainnya.

109. P : Jumlah apa?

110. S3 : Eh pecahannya yang paling besar 111. P : Ini kok kamu nulis 3/11/3?

112. S3 : Ini aku balik soalnya yang ditanyakan kelereng biru 113. P : Terus?

114. S3 : Terus milihnya yang ½ karena peluangnya setengah lebih besar 115. P : Lebih besar?

116. S3 : Maksudnya peluang terambilnya paling besar 117. P : Kenapa pakai perbandingan? Gak yang lain?

118. S3 : Pake perbandingan karena menurutku biar lebih mudah ngira- ngiranya

119. P : Kamu jawab kantong kedua karena berisikan kelereng merah paling sedikit dan jika dibandingkan peluangnya lebih besar. Kenapa pake perbandingan kalau alasannya kelereng merah paling sedikit? Apa pake perbandingan gak cukup jelas?

120. S3 : biar lebih... jelas alasannya, gak cuma pake perbandingan aja 121. P : lebih jelas gimana?

122. S3 : kan di soal suruh jelasin jadi aku tambah alasannya.

123. P : berarti kalau soalnya gak nyuruh jelasin, kamu gak jelasin pake kalimat biasa?

124. S3 : Iya, hehehe

125. P : Okey... Sebelumnya kamu pernah menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari?

126. S3 : Pernah sih... dulu pernah ngitung tegel, ngukur tongkat pramuka pakai tegel, terus motong-motong, motong sayur

127. P : Motong sayur pakai matematika?

128. S3 : Eh enggak juga sih, kadanga Mama pakai ukuran 129. P : Motong loncang berapa cm berapa mili gitu ya? 130. S3 : Enggak... pakai jari gitu

131. P : Pakai satuan jari gitu ya 132. S3 : Iya

134. S3 : Kadang kadang, dulu pernah ada tugas suruh nyari contoh pythagoras pakai tegel

135. P : Kok bisa pakai tegel?

136. S3 ; Tegel itu kan persegi, terus dibagi dua 137. P : Dari keempat soal ini susah gak? 138. S3 : Lumayan

139. P : Yang paling susah yang mana?

140. S3 : Yang nomor 1 soalnya susunannya beda tapi sebenarnya konsepnya dah ngerti sih, sama...

141. P : Sama?

142. S3 : Sama susah bagian menjelaskannya. Kayak biar runtut, kalau di sekolah kan biar guru yang ngoreksi gak salah paham

143. P : Biasanya kalau ngerjaiin soal gak runtut gitu?

144. S3 : Runtut sih, soalnya kan pakai rumus jadi bisa runtut

145. P : Disini tadi kamu gak pakai rumus ya, cuma yang nomor tiga tadi ya? 146. S3 : Iya

147. P : Jadi malah bingung?

148. S3 : Iya, kadang bingung, kadang ngeblank juga. Jadi kadang kalau gak pakai rumus pakai cara sendiri sih, kadang-kadang muncul aja

149. P : Tiba-tiba muncul ide gitu ya? 150. S3 : Iya, muncul waktu kepepet

151. P : Tadi yang nomor satu, kamu kan gak pakai SPLDV kan, kamu lebih senang pakai nalar atau SPLDV?

152. S3 : Dinalar dulu sih, biar lebih gampang

153. P : Inikan soalnya tentang tower terus pakai gambar, kalau soalnya tentang jual beli.

154. S3 : Kalau jual beli itu pakai SPLDV, 155. P : Jadi kalau soal cerita pakai SPLDV?

156. S3 : Enggak juga sih, tergantung bentuk soalnya 157. P : Bentuk soal gimana maksudnya?

Dokumen terkait