• Tidak ada hasil yang ditemukan

Triangulasi

Dalam dokumen ANALISIS GERAKAN GREEN GENERATION TERHAD (Halaman 51-75)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.5 Triangulasi

5.5.1 Triangulasi Metode

Mengacu pendapat Patton (2002) dalam Bungin (2007:257) dengan menggunakan strategi; (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2009). Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang diperoleh mengenai gerakan vandalisme remaja Kota Palembang dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di-interview mengenai masalah gerakan vandalisme tersebut. Begitu pula teknik ini dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika di-interview dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan dari informasi yang diperoleh mengenai gerakan vandalisme remaja di Kota Palembang.

Emile Durkheim dalam Sudardja (1988:37) pendidikan adalah proses mempengaruhi yang dilakukan oleh generasi orang dewasa kepada mereka yang dipandang belum siap melaksanakan kehidupan sosial, sehingga sasaran yang

ingin dicapai melalui pendidikan adalah lahir dan berkembangnya sejumlah kondis fisik, intelek dan watak tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat luas maupun oleh komuniti tempat yang bersangkutan akan hidup dan berada. Pendidikan menjadi hal paling besar pengaruhnya dalam membangun prilaku berdasarkan nilai dan norma yang ada. Pendidikan inilah yang akan menjadi filter awal terutama para remaja untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam segala bidang. Penting bagi para orang tua untuk memberikan pendidikan yangmemadai bagi anak-anaknya agar dapat bersaing dalam dunia luar. Pendidikan juga memberikan sumbangsih kecacatan akibat merosotnya perilaku kesadaran peduli lingkungan saat ini. Dibawah ini terdapat matriks aktor vandalisme berdasarkan tingkat pendidikan.

Gambar 5.1 Matriks aktor vandalisme berdasarkan tingkat pendidikan Sumber: Sumatera Ekspres

Berdasarkan Gambar 5.1 bahwa aktor vandalisme itu sendiri di dominasi oleh mahasiswa dengan jumlah presentase sebesar 61,70 %. Namun, berdasarkan hasil wawancara (interview) yang dilakukan oleh peneliti bahwa dominasi anak- anak dan remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Akhir (SMA). Itu artinya terdapat perbedaan yang tercantum dalam data sekunder dan hasil wawancara (interview). Kedua metode tersebut memiliki perbedaan yang signifikan sehingga harus memperoleh lebih banyak data sebagai perbandingan untuk menguji kevalidan data. Untuk itu peneliti perlu mengkaji lebih lanjut menggunakan triangulasi. Adapun triangulasi yang digunakan ialah triangulasi metode.

Gambar 5.2 Diagram aktor vandalisme berdasarkan tingkat usia Sumber: Sumatera Ekspres

Berdasakan Gambar 5.2 juga menerangkan bahwa di usia 16-20 tahun remaja cenderung melakukan aksi vandalisme, hingga mencapai 52,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa aktor vandalisme di dominasi oleh pelajar SMA dan mahasiswa. Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara Pelajar SMP dan SMA yang bergabung dalam genggers dan anak Punk serta Suporter yang sering melakukan vandalisme di lingkungan Kota Palembang. Gerakan Green Generation Palembang menjelaskan bahwa ternyata vandalisme tersebut memiliki sisi positif apabila disesuaikan dengan fasilitas yang memadai. Seperti, vandalisme berupa kreasi graffiti yang saat ini marak diperbincangkan. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) bahwa kreasi graffiti tersebut berada di tempat hiburan yang biasa digunakan oleh remaja Kota Palembang untuk nongkrong, misalnya di Kafe.

Vandalisme saat ini sangat marak dan familiar terutama di Kota Palembang. Vandalisme itu sendiri cenderung dikaitkan dengan prilaku remaja alay yang berusaha meningkatkan eksistensi diri dalam media sosial. Media sosial menjadi salah satu alat bagi para remaja terutama di Kota Palembang untuk mengupayakan dirinya lebih eksis di bandingkan teman-temannya di akun media sosial tersebut, seperti facebook, BBM, Instagram dan sebagainya. Dampak buruk

dari vandalisme yang paling memprihatinkan saat ini ialah kerusakan lingkungan. Lingkungan yang begitu dekat dengan kehidupan kita saat ini justru rusak karena ulah manusia sendiri. Pada dasarnya kesadaran dalam menjaga lingkungan merupakan kewajiban kita sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain. Namun, adanya vandalisme menjadi faktor utama kerusakan lingkungan dan menurunnya perilaku saling menghargai pada kalangan remaja.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan data sekunder bahwa ada beberapa bentuk vandalisme di Kota Palembang, yaitu sebagai berikut: 1) Merusak tempat wisata dan fasilitas umum dengan mencoret-coret yang mengakibatkan rusaknya keindahan wisata dan fasilitas yang ada. Adapun jumlah responden yang menjadi aktor vandalisme tersebut ialah sebesar 60,2 %. 2) Melakukan demonstrasi dengan kekerasan dan menimbulkan rusuh ada sebesar 18,2 % aktor vandalisme yang melakukan hal tersebut. 3) Melakukan propraganda juga termasuk dalam bentuk vandalisme dengan menyebarkan isu-isu yang tidak benar sebesar 21,7 %. Selain beberapa bentuk vandalisme terdapat pula penyebab terjadinya aksi vandalisme. Pertama, hanya untuk seru-seruan sebesar 30,5 %. Kedua, terpaksa agar terlihat gaul dan diperhatikan orang lain sebesar 41,3 %. Ketiga, memang sengaja dilakukan sebesar 21,7 %. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran dari si aktor unuk melakukan vandalisme bahkan ada yang sengaja melakukannya untuk meningkatkan eksistensi diri mereka.

Melihat beberapa fenomena diatas ternyata memberikan informasi baru bahwasannya masyarakat Kota Palembang minim akan kesadaran dalam menjaga lingkungan. Meskipun pemerintah telah melakukan perubahan yang begitu pesatnya namun kondisi sosial masyarakat belum terealisasikan. Meningkanya kemajuan teknologi menjadi alasan kuat bagi remaja dalam melakukan aksi vandalisme. Peningkatan eksistensi dalam media sosial menjadi kebutuhan utama dalam kehidupannya hingga ia lupa akan lingkungan yang harus ia aga dan pelihara guna menciptakan kesimbangan ekosistem dunia. Adanya gerakan sosial seperti Green Generation adalah salah satu solusi yang harus dikembangkan. Dimana gerakan ini akan membimbing para remaja agar lebih mengahrgai lingkungan dari lingkup kecil hingga luas.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah dipaparkan mengenai gerakan Green Generation Palembang terhadap vandalisme remaja Kota

Palembang, maka tim penulis dapat menyimpulkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Gerakan Green Generation merupakan salah satu bentuk gerakan sosial yang berbasis lingkungan dan didalamnya tidak hanya mencakup mengenai kepedulian lingkungan, tetapi juga perubahan sikap dan kesadaran terhadap lingkungan. Gerakan Green Generation juga merupakan salah satu komunitas berbasis lingkungan yang memberikan edukasi baik secara langsung maupun tidak angsung terhadap masyarakat untuk menghargai lingkungan sekitar. Adapun edukasi langsung yang diberikan ialah melalui operasi semut di sekolah-sekolah dan tempat wisata. Sedangkan secara tidak langsung ialah dengan menghimbau masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan melalui pesan moril dalam media sosial maupun media cetak. Keduanya ternyata memberikan sumbangsih yang luar biasa hingga dapat memperluas kegiatan komunitas tersebut.

2. Gerakan Green Generation Palembang melihat fenomena sosial yang sedang marak saat ini yaitu aksi vandalisme dikalangan remaja Kota Palembang. Ternyata perilaku tersebut mencerminkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sangat minim bahkan nyaris tak ada lagi.

3. Ada beberapa bentuk vandalisme baik yang negatif maupun vandalisme dalam bentuk positif. Vandalisme negatif merupakan suatu kegiatan yang pada akhirnya merusak lingkungan terutama taman wisata dan fasilitas umum berupa aksi mencoret-coret jembatan, reklame, gedung-gedung dan sebagainya. Adapun vandalisme dalam bentuk positif ialah gerakan para remaja yang memiliki nilai keindahan tersendiri, seperti kreasi graffiti yang menghiasi kafe-kafe saat ini.

6.2 Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian dan menyimpulkannya, maka tim penulis menyarakan bahwa:

1. Kepada Pemerintah Kota Palembang dan Dinas terkait agar lebih memperhatikan kondisi sosial masyarakat Kota Palembang agar lebih memelihara dan menghargai lingkungan dan mendukung komunitas peduli lingkungan yang ada.

2. Kepada sekolah-sekolah terkait juga diharapkan selain memberikan ilmu pengetahuan juga menanamkan nilai dan norma untuk memperbaiki perilaku yang menajdi kebiasaan anak bangsa.

3. Kepada para orang tua agar lebih mengupayakan agar anak-anak tetap memperhatikan dan menjaga lingkungan dengan baik sehingga vandalisme dapat dikurangi.

4. Kepada mayarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan kita saat ini, mai bersama-sama memberikan kesadaran pada aktor vandalisme dengan menegurnya ketika melihat aksi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, Sudardja. 1988. Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta: P2LPTK.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Creswell, Jhon W. 2014. Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daryati. 2014. Hubungan Konformitas Negatif dengan Vandalisme Siswa SMA Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali. Skripsi. Salatiga: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.

David Nachmias dan Chava Nachmias. 1987. Research Methods in the Social Sciences. Third Edition. New York: St. Martin’s Press.

Deddy, Mulyana. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Denzin, Norman K, dan Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook Of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Faisal, Sanapiah. 2005. Ilmu-Ilmu Sosial : Metodelogi Penelitian dalam Format- Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hussey dan Roger Hussey. 1997. Business Research: A Partical Guide for Undergraduate and Postgraduate Students. London: MacMillan Press. Jauhari, Heri. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Artikel, Resensi,

Laporan, Makalah, Proposal, Skripsi dan Tesis. Bandung: Pustaka Setia. Kerja Sama UPT MPK Unsri dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNSRI. 2011. Bahasa Indonesia. Indralaya: UPT MPK Unsri.

Kerlinger, Fred N. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diterjemahkan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lase, Johan. 1997. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah Terhadap Vandalisme Siswa. Jakarta: Program Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.

L.R. Gay dan P.L. Diehl. 1992. Research Methods for business and Management. New York: macMillan Publishing Company.

Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

McAdam, Doug, John D. McCarthy, Meyer N Zald. 1996. Comparative Perspectives On Social Movement: Political Opportunities, Mobilizing Sructures, and Cultural Framings. United Kingdom: Cambridge University Press.

Moleong J. Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2002. Metode Research. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Patton, Quinn, Michael. 2002. Qualitative Research & Evaluation Methods. California: Sage Publications Inc.

Rahmawati, Guwido Nur. 2014. Perilaku Vandalisme Pemustaka di Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Skripsi. Jakarta: Fakultas Abad dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Paramedia Group.

Benford, Robert dan David Snow. 2000. Framing Process and Social Movement: An Overview and Asessment. dalam Anual Review of Sociology 26: 611:39.

Robert K. Yin. 1989. Case Study Research Design and Methods. California: Sage Publications.

Sari, Nana Rosita. 2010. Efisiensi Penindakan Aksi Vandalisme Terhadap Ruang Publik Di Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Simanjuntak, Natanel. 2012. Kemunculan Vandalisme dan Seni Graffiti di Ruang

Bawah Jalan Layang. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Situmorang, Abdul Wahub. 2007. Gerakan Sosial: Studi Kasus Beberapa

Perlawanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumatera Ekspres. 13 Januari, 2016. Vandalisme, Alay Ga Banget, hlm.16.

Susilo, Rachmad K Dwi . 2012. Sosiologi Lingkungan & Sumber Daya Alam. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

LAMPIRAN

Tugas Kelompok 4 Praktek Penelitian Sosial

Jurusan Sosiologi FISIP UNSRI, Kampus Bukit Besar, Palembang Semester Genap 2016

PEDOMAN WAWANCARA

“Komunitas Green Generation Palembang”

Kegiatan Wawancara: Hari dan tanggal wawancara

Tempat wawancara Waktu wawancara Pewawancara: Nama Pewawancara NIM No. HP Pewawancara 1. Ami Isnaini 07021281320021 0812-7226-7606 2. Talitha Yasmine 07021281320002 0821-75892360

3. Siti Dwi Rukmana Sari Putri 07021281320027 0812-7577-7461 Informan: Nama Informan Usia Jenis Kelamin No. HP/Telp Pendidikan Terakhir

Status a. Pelajar: Kelas...

Sekolah...

b. Mahasiswa: Jurusan……….

Universitas……… (pilih salah satu atau lebih)

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi munculnya 61vandalisme di Kota Palembang?

a. Apa yang melatarbelakangi remaja dalam melakukan aksi vandalisme? 2. Apakah makna vandalisme bagi Green Generation Palembang?

a. Setelah melihat kondisi lingkungan yang tercemar, bagaimana seharusnya kita menyikapi aksi vandalisme remaja yang cenderung merusak lingkungan tersebut? b. Pesan apakah yang tersirat dalam aksi vandalisme yang dilakukan oleh remaja

Kota Palembang?

3. Bagaimana edukasi green generation Palembang terhadap 61anda 61andalism? a. Bagaimana cara Green Generation dalam mengedukasi para remaja Kota

Palembang yang melakukan vandalisme?

Tugas Kelompok 4 Praktek Penelitian Sosial

Jurusan Sosiologi FISIP UNSRI, Kampus Bukit Besar, Palembang Semester Genap 2016

PEDOMAN WAWANCARA

“Aktor Vandalisme (Remaja Kota Palembang)”

Kegiatan Wawancara: Hari dan tanggal wawancara Tempat wawancara

Waktu wawancara Pewawancara: Nama Pewawancara NIM No. HP Pewawancara 4. Ami Isnaini 07021281320021 0812-7226-7606 5. Talitha Yasmine 07021281320002 0821-75892360

6. Siti Dwi Rukmana Sari Putri 07021281320027 0812-7577-7461 Informan: Nama Informan Usia Jenis Kelamin No. HP/Telp Pendidikan Terakhir

Status c. Pelajar: Kelas...

Sekolah...

d. Mahasiswa: Jurusan……….

Universitas……… (pilih salah satu atau lebih)

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi munculnya 62andalism di Kota Palembang?

a. Apa yang menjadi alasan anda hingga melakukan aksi vandalisme yang justru merusak lingkungan?

b. Apakah makna vandalisme bagi Aktor (remaja Kota Palembang)?

a. Sepertinya anda memiliki alasan yang kuat hingga melakukan aksi vandalisme? Apa yang membuat anda begitu tertarik untuk melakukan aksi tersebut!

b. Seberapa besar pengaruh media sosial bagi anda? sehingga anda begitu antusias untuk memanfaatkannya dalam meningkatkan eksistensi diri di sosial media! c. Apa tujuan anda melakukan vandalisme?

c. Bagaimana edukasi Green Generation Palembang terhadap 62anda 62andalism?

a. Apa yang dilakukan Green Generation Palembang dalam mengedukasi vandalisme agar tepat sasaran?

Tugas Kelompok 4 Praktek Penelitian Sosial

Jurusan Sosiologi FISIP UNSRI, Kampus Bukit Besar, Palembang Semester Genap 2016

PEDOMAN WAWANCARA

“Masyarakat”

Kegiatan Wawancara: Hari dan tanggal wawancara

Tempat wawancara Waktu wawancara Pewawancara: Nama Pewawancara NIM No. HP Pewawancara d. Ami Isnaini 07021281320021 0812-7226-7606 e. Talitha Yasmine 07021281320002 0821-75892360

f. Siti Dwi Rukmana Sari Putri 07021281320027 0812-7577-7461 Informan: Nama Informan Usia Jenis Kelamin No. HP/Telp Pendidikan Terakhir

Status e. IRT: Karir/Non karir

f. Mahasiswa: Jurusan……….

Universitas………

g. Pedagang:……….

h. Pekerja:……….

……….. (pilih salah satu atau lebih)

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi munculnya 63andalism di Kota Palembang?

a. Menurut anda, adakah faktor penyebab terjadinya aksi vandalisme? Jika ada sebutkan!

2. Apakah makna vandalisme bagi masyarakat Kota Palembang?

a. Bagaimana anda menyikapi aksi vandalisme yang terjadi di Kota Palembang, akibat dari tingkah laku remaja Kota Palembang saat ini?

b. Bagaimana pendapat saudara mengenai aksi vandalisme yang dilakukan oleh remaja Kota Palembang? Bagaimana peran kalian mengenai masalah tersebut! 3. Bagaimana edukasi Green Generation Palembang terhadap 63anda

63andalism?

a. Bagaimana pendapat anda mengenai aksi vandalisme yang ternyata merusak keindahan lingkungan?

b. Apa saja bentuk gerakan Green Generation untuk mengatasi vandalisme remaja Kota Palembang?

TRANSKRIP WAWANCARA

Awal dibentuknya Green Generation Palembang berada di kota Balikpapan, pertama kalinya ketua dari Green Generation Indonesia mengajak untuk membentuk Green Generation di Palembang, Green Generation di bentuk pada November 2014 lokasi di sekolah SMA Az- zahra. Tetapi, sekarang Green Generation bukan atas nama Az-zahra namun berganti dengan Green Generation Palembang karena sudah ada di 10 sekolah di kota Palembang yang bergabung pada komunitas tersebut, diantarnya di SMA N 3 Palembang, SMA N 6 Palembang, SMA Pusri, dan sebaganiya.

Sejarah dibentuknya komunitas Green

Generation

Tempat berkumpulnya organisasi Green Generation Palembang di sekolah Az-zahra, karena pusat Green Generation Palembang ini ada di sekolah Az-zahra sehingga pengurus Green Generation Palembang ini pada saat ini hanya sebagai pengawas dari sekolah lain.

Kesekretariatan komunitas Green

Generation Palembang Peran pemuda di kota Palembang yang menjadi motivasi para anggota

Green Generation Palembang untuk terus mengembangkan komunitas

Green Generation Palembang. Kita tidak harus memikirkan pemerintah yang hanya mengandalkan mereka untuk melakukan kebersihan di kota Palembang tetapi pemudanya yang bergerak. Jika pemudanya yang bergerak nantinya orang-orang sendiri yang melihat seperti kami (peneliti) yang melihat dari koran yang tergerak sendiri begitu juga orang lain. Sehingga tidak perlu mengharapkan pemerintah untuk turun langsung membersihkan lingkungan karena ada pemuda yang akan membersihkan lingkungan. Pemimpin itu hanya mengaharapkan dan pemuda yang melakukan dan mengerjakannya.

Tujuan dibentuknya Green Generation

Palembang

Yang melakukan vandalisme biasanya pelajar yang mengikuti sporter sepak bola, anak Punk, dan Ganggers. Dan yang antusias untuk melakukan vandalisme yaitu sporter sepak bola. Pelaku vandalisme setelah melakukan tindakan coret-coret langsung pergi meninggalkan tempat yang di coret-coretnya, tindakan tersebut menandakan bahwa pelaku vandalisme pernah ke wilayah tersebut.

Aktor vandalisme

Pernah melihat disekolah Al-furqan Palembang, dimana ada dinding yang dikhususkan buat anak-anak untuk dibuat seni grafitti, hal ini menjadi nilai plus untuk sekolah tersebut.

Pengalokasian vandalisme Coret-coret dinding itu termasuk tindakan kriminalitas dikalangan

remaja pada saat ini. Bahkan banyak diantara pelakunya adalah pelajar di sekolah, terutama ditingkat SMA dan SMK. Tetapi saya juga pernah melihat anak-anak SD yang pernah saya ajar pun sering melakukan hal coret-coret didinding sekolahnya sendiri bahkan meja belajar mereka. Hal seperti ini tidak terlepas dari peran orang tua dan sekolah dalam membentuk kepribadian dan karakter anak, disamping itu lingkungan juga sangat berpengaruh penting karena disinilah tempat mereka beraktivitas. Kesan saya melihat hal seperti itu sangat memalukan karena seperti anak itu tidak pernah dididik hal yang baik oleh gurunya. Anak remaja saat ini susah untuk menaati peraturan terutama di sekolah.

Analisis aktor vandalisme dari sudut pandnag masyarakat

Peran kita sebagai orang tua harus tetap mengarahkan anak-anak remaja untuk menghargai lingkungan disekitarnya, mengajarkan bahwa tindakan coret mencoret termasuk tindakan perusak lingkungan. Bagaimana bisa kita di hargai oleh lingkungan jika kita tidak bisa

Peran orang tua dan tenaga pengajar dalam menyikapi remaja

menghargai dan menjaga lingkungan itu sendiri. Peran saya sebagai mengawas sekolah pada saat ini paling utama memberikan wawasan dan pengetahuan kepada guru-guru dan kepala sekolah agar mampu mendidik anak disekolah tersebut untuk tetap menjaga lingkungannya terutama harus bisa merawat dan jangan melakukan coret-coret di sembarangan tempat. Dan juga mengembangkan pola fikir anak untuk bersikap bersih dimanapun mereka berada, jika mau coret-coret bisa coret-coret dikertas saja bukan didinding.

selaku aktor vandalisme

Jika saya melihat secara langsung aksi vandalisme itu. Saya akan mencoba menegurnya tapi jika mereka terlihat seperti anak-anak punk yang berpenampilan menakutkan maka saya akan mencoba melapor ke ketua RT setempat untuk menindak lanjuti aksi tersebut karena merusak lingkungan disekitar. Biasanya aksi vandalisme dilakukan oleh anak-anak yang tergabung dalam geng dan mereka mencoret- coret dinding untuk menuliskan nama geng mereka di dinding, menurut saya itu adalah hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat sama sekali. Bukan hanya merusak lingkungan dan mengotori dinding tapi mereka juga menghabiskan biaya untuk membeli cat piloks yang hanya digunakan untuk mencoret-coret dinding. Untuk itu jika ada yang melihat aksi dari para vandalisme diharapkan bisa memberikan teguran secara langsung untuk membuat jera.

Analisis aktor vandalisme dan cara

menanggulangina

Menurut saya grafitti itu seni dan biasanya mereka melakukannya ditempat-tempat yang memang seharusnya bukan didinding rumah orang yang akan merusak dan mengotori rumah orang lain. Tidak memungkiri dengan berfoto di grafitti yang ada dicafe ada rasa senang karena ada tempat yang terlihat unik dan bagus. Bukan hanya itu saja menurut saya sesuatu yang mengandung seni dan bagus memang seharusnya diabadikan dalam sebuah foto.

Pengalokasian graffiti sebagai bentuk vandalime positif dan memiliki nilai keindahan Aksi mencoret-coret dinding biasanya banyak terjadi pada saat

kelulusan, dengan mencoret-coret fasilitas umum pembatas jalan, badan jembatan, dan lain-lain. Hal itu merupakan perilaku yang tidak baik, pemborosan, dengan membeli pilox yang cukup mahal dan tidak ada manfaatnya hanya sebatas luapan kegembiraan dan nanti akan merugikan pemerintah yang akan mengecat ulang atau membersihkan coretan-coretan tersebut. Mengenai masalah ini peran kita sebagai mahasiswa harus memberikan pengarahan atau nasehat terutama pada adik-adik remaja yang ada disekitar kita bahwa perilaku seperti itu tidak ada manfaatnya.

Kecenderungan aktor vandalisme

Saya tidak mengetahui bahwa ini merusak lingkungan, jika kalian berfikir ini merusak lingkungan bersihkan saja.

Analisis

vandalisme dari sang aktor Kami pernah membersihkan tempat atau lokasi yang menjadi target

para aktor vandalisme yang terdiri dari sporter sepak bola. Namun tidak lama kemudian mereka kembali melakukan vandalisme di lokasi yang sudah kami bersihkan.

Rendahnya kesadaran aktor vandalisme

LEMBAR BIMBINGAN KONSULTASI

1. 2. 3. Minggu 28 Februari 2016 Senin 28 Maret 2016 Senin 04 April 2016 Revisi proposal Konsultasi Pedoman Wawancara

Konsultasi Laporan Hasil Penelitian

CURRICULUM VITAE

Tempat, Tanggal Lahir : Musi Banyuasin, 06 Juni 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Rt.25 Rw.07 No.132 Upt 1 Sp 1 Desa Pulai Gading Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin

Nama Orang Tua

Ayah : Sujud

Ibu : Jumaroh

Dalam dokumen ANALISIS GERAKAN GREEN GENERATION TERHAD (Halaman 51-75)

Dokumen terkait