• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GERAKAN GREEN GENERATION TERHAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS GERAKAN GREEN GENERATION TERHAD"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GERAKAN

GREEN GENERATION

TERHADAP

VANDALISME REMAJA KOTA PALEMBANG SEBAGAI

BENTUK EKSISTENSI DALAM MEDIA SOSIAL

Disusun oleh: Kelompok 4

Ami Isnaini 07021281320021

Talitha Yasmine 07021381320002

Siti Dwi Rukmanasari Putri 07021381320027

Mata Kuliah: Praktek Penelitian Sosial

Dosen Pembimbing: Dr. Ridho Taqwa, M.Si

Vieronica Varbi Sununianti, S.Sos.,M.Si

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya proposal yang berjudul “Analisis Gerakan Green Generation Terhadap Vandalisme Remaja Kota Palembang Sebagai Bentuk Eksistensi dalam Media Sosial (facebook, BBM, IG)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Proposal ini disusun guna memenuhi tugas kuliah Praktek Penelitian Sosial.

Dalam kesempatan ini juga kami menyampaikan banyak terima kasih yang tiada terkira kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulisan proposal ini tentunya tidak lepas dari bantuan responden dan pengarahan dari dosen pengampuh. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ridho Taqwa, M.Si dan Ibu Vieronica Varbi S, S.Sos.M.Si selaku dosen pembimbing yang membantu terselesaikannya proposal ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Februari, 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...6

1.1 Latar Belakang...6

1.2 Rumusan Masalah...9

1.3 Tujuan Penelitian...10

1.4 Manfaat Penelitian...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11

2.1 Penelitian Terdahulu...11

2.2 Kerangka Pemikiran...15

2.2.1 Teori Framing...15

BAB III METODE PENELITIAN...17

3.1 Desain Penelitian dan Jenis Penelitian...17

3.2 Lokasi Penelitian...18

3.3 Strategi Penelitian...19

3.4 Peranan Penelitian...20

3.5 Penentuan Informan...22

3.6 Teknik Pengumpulan Data...23

3.6.1 Wawancara (Interview)...23

3.6.2 Observasi...25

3.6.3 Dokumentasi...27

3.7 Teknik Analisis...27

3.7.1 Reduksi Data...28

(4)

3.7.3 Menarik Kesimpulan...30

3.8 Teknik Triangulasi...31

3.9 Jadwal Kegiatan...32

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN...33

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...33

4.1.1 Lokasi Gerakan Green Generation...34

4.1.2 Lokasi Aktor Vandalisme...35

4.1.3 Lokasi Media Sosial...35

4.2 Sejarah...36

4.2.1 Komunitas Green Generation...36

4.2.2 Aktor Vandalisme...37

4.2.3 Media Sosial...37

4.3 Profil Informan...38

4.4 Program Kegiatan Green Generation...39

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN...41

5.1 Gerakan Green Generation...41

5.2 Peran Green Generation Palembang dalam Melihat Fenomena Vandalisme...45

5.3 Vandalisme dari Sudut Pandang Masyarakat Kota Palembang...46

5.4 Vandalisme Dilihat dari Sudut Pandang Aktor...50

5.5 Triangulasi...51

5.5.1 Triangulasi Metode...51

BAB VI PENUTUP...56

6.1 Kesimpulan...56

6.2 Saran...57 DAFTAR PUSTAKA

(5)

PEDOMAN WAWANCARA

TRANSKRIP WAWANCARA

KARTU BIMBINGAN

CURRICULUM VITAE

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman, banyak sekali fenomena perkembangan zaman mengitari dunia, khususnya Indonesia. Remaja Indonesia yang memiliki psikologis yang masih labil cenderung akan merasa ingin menang sendiri. Banyak prilaku remaja yang simpang siur di sekitar masyarakat, baik yang berperilaku positif dan berperilaku negatif. Salah satu perilaku negatif remaja Indonesia adalah Vandalisme. Vandalisme merupakan sebuah perilaku remaja yang dengan sengaja merusak lingkungan, perilaku tersebut seperti mencoret dinding sekolah, gedung-gedung kota untuk memberikan kesan seni yang dianggap remaja memiliki estetika, namun pada dasarnya perilaku mereka tersebut merupakan perilaku yang merusak tata kota.

Vandalisme adalah sebuah perilaku dengan cara menodai atau merusak sesuatu yang menarik perhatian. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan ekspresi kemarahan dan kreatifitas. Vandalisme bisa dilakukan dengan sengaja oleh aktor (pelaku). Vandalisme cenderung memiliki akibat negatif atau memperburuk keadaan tembok, gedung-gedung yang pada dasarnya tidak kotor setelah dilakukan aksi vandalisme kini menjadi kotor. Ini menjadi keburukan tersendiri dan pelaku tidak akan pernah menanggung resiko tersebut. Biasanya, mereka yang melakukan vandalisme adalah mereka yang cenderung menganggap diri mereka keren dan gaul. Sebagai penunjang label yang ada dalam diri remaja tersebut mereka melakukan vandalisme demi menjaga eksistensinya dikalangan atau kelompok remaja itu sendiri. Bahkan demi eksistensi mereka menuliskan sesuatu yang mereka jadikan “paham” untuk kelompok mereka sendiri.

(7)

sedangkan Palembang menurut data BPS tahun 2008 memiliki 1,7 juta jiwa serta memiliki fasilitas tata kota yang baik, hal ini mempermudah aktor vandalisme mudah melakukannya dimana saja seperti Jembatan Ampera, gedung belakang sekolah dan banyak lokasi lain.

Mereka akan dengan mudah mengekspresikan keinginan mereka, apalagi demi eksistensi mereka di dunia maya seperti Facebook, Blackberry Messenger (BBM) dan Instagram agar mereka lebih terlihat gaya dibanding teman-teman mereka. Mengingat, media sosial yang dahulunya hanya sebagai kebutuhan tersier dan sekarang berubah menjadi kebutuhan primer dan menganggap bahwa koneksi internet dan media sosial sebagai faktor penting dalam keseharian, khususnya pada remaja dan pekerja kantor yang melibatkan kecanggihan teknologi.

Vandalisme menjadi simbol jika tingkat kesadaran masyarakat kurang baik dalam memelihara lingkungannya. Menurut data dari media cetak Koran Sumatera Ekspres tanggal 13 Januari 2016 remaja yang melakukan vandalisme adalah umur 13-15 tahun : 13.4 %, 16-20 tahun : 52,4 %, 21-25 tahun : 31.5 % artinya yang paling mendominasi adalah umur 16-20 tahun atau masa SMA-kuliah. Mengapa demikian? Ini dikarenakan adanya fase keingintahuan yang besar pada umur kisaran seperti itu. Menurut observasi peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme.

(8)

Sebuah Gerakan yang peduli pada keadaan lingkungan tata kota dan meneliti tentang eksistensi remaja Kota Palembang mengenai hal itu, dengan bangganya kebanyakan remaja Kota Palembang meng-upload foto selfie mereka ke Facebook, Blackberry Messenger (BBM) dan Instagram serta media sosial lain guna agar tingkat eksistensi mereka lebih baik dari sebelumnya. Sebagai sebuah gerakan sosial baru, mereka memiliki cita-cita dimana lingkungan kota yang bersih akan tulisan-tulisan tidak bermanfaat tidak menghiasi ruang publik di Kota Palembang karena dari ciri-ciri gerakan sosial baru dimana sebuah kelompok memiliki tujuan yang berbasis sosial.

Terdapat beberapa contoh vandalisme yang memperlihatkan bagaimana kekokohan gedung atau dinding kota berubah menjadi tidak indah karena perilaku vandalisme tersebut

Gambar 1.1Jembatan Ampera Palembang Gambar1.2 Jl. Mayor Zen Palembang

Remaja sebanyak 52,4 % sebagai aktor vandalisme tersebut tentunya memiliki tujuan, salah satu tujuan nya adalah eksis di kalangannya sendiri atau sesama remaja. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia tahun 1997 Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007:16) eksistensi adalah :

(9)

Seharusnya, remaja tidaklah berada pada eksistensi yang akan merugikan banyak orang, melainkan mereka mampu bereksistensi di bidang pelajaran dan dapat membanggakan. Namun yang ada hanyalah sebaliknya, kebanyakan remaja berprilaku seolah-olah mereka bisa lebih keren dengan eksis di media sosial tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Inilah yang menjadi tugas sekelompok penggerak untuk meminimalisir remaja yang berprilaku dan memiliki pemahaman vandal. Seorang atau sekelompok penggerak seperti Green Generation berusaha melindungi kota agar tetap terlihat asri dan ramah lingkungan.

Green Generation memanfaatkan peran media sosial juga untuk menyemarakkan lingkungan hidup yang bersih dari remaja dan perilaku-perilaku menyimpangnya, seperti mencoret fasilitas kota (gedung dan jembatan) menginjak-injak taman kota, membuang sampah sembarangan atau melakukan kegiatan mencoret pakaian demi eksistensi remaja itu sendiri. Artinya, gerakan Green Generation tersebut adalah sebuah gerakan yang membantu pemerintah dan msayarakat mengkampanyekan siapa subjek pelaku vandalisme di Kota Palembang melalui riset Facebook, Blackberry Messenger (BBM)dan Instagram, ini berarti mereka adalah kelompok generasi yang memandang vandalisme adalah sebuah tindak kejahatan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa (pelaku) 9vandalisme didominasi oleh remaja usia 16-20 tahun. Namun, Menurut observasi, peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme. Berikut permasalahan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi munculnya 9vandalisme di Kota Palembang?

2. Apakah makna 9vandalisme bagi 9anda, gerakan Green Generation Palembang dan masyarakat Kota Palembang?

3. Bagaimana edukasi Green Generation Palembang terhadap 9aktor vandalisme?

(10)

Dalam penelitian ini tim penulis melakukan riset bertujuan untuk mengetahui 10 penyebab 10vandalisme remaja di Kota Palembang. Untuk mengetahui makna 10vandalisme bagi 10aktor vandalisme, gerakan Green Generation Palembang dan masyarakat Kota Palembang serta mengetahui edukasi Green Generation Palembang terhadap aktor vandalisme.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat bersifat teoritis (akademik)

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangasih bagi ilmu pengetahuan sosiologi seperti mata kuliah gerakan 10sosial dengan teori deprivasi 10vandalis, sosiologi lingkungan dengan teori lingkungan Levy dan sosiologi komunikasi dengan teori uses and effect yang berkaitan dengan penyimpangan sosial remaja di Kota Palembang dan eksistensinya di media 10sosial seperti perilaku 10vandalisme.

b. Manfaat bersifat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan berarti bagi dinas tata kota dan akademisi dalam studi yang berkaitan dengan perilaku penyimpangan sosial seperti perilaku vandalisme. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi kepada masyarakat untuk mengetahui bagaimana Green Generation Palembang, 10aktor vandalisme serta masyarakat dalam memaknai 10vandalisme tersebut.

BAB II

(11)

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa aktor (pelaku) vandalisme didominasi oleh remaja usia 16-20 tahun. Namun, Menurut observasi peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme. Berikut juga disertakan beberapa penelitian terdahulu.

Natanael Simanjuntak (2012), mengatakan bahwa kemunculan vandalisme dan seni graffiti di ruang bawah jalan, teori jalan layang (definsible space, order and disorder, affordance dan persepsi ruangan). Masyarakat dan otoritas yang berkepentingan dimana masyarakat berperan penting untuk menjaga ruang bawah jalan layang agar menjadi ruang yang dapat dipertahankan. Tingkat pengawasan serta rasa kepemilikan masyarakat menjadi hal yang penting untuk menghindarkan tindak kriminalitas. Hasil selanjutnya adalah perbedaan tindakan yang terjadi pada dua studi kasus dipengaruhi subjek penerima di kedua jalan layang sehingga subjek penerima bersifat positif.

Daryati (2014), menyatakan bahwa hubungan antara konformitas negatif dengan vandalisme siswa SMA Negeri 1 Ampel, teori konformitas, teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Kendall Tau. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai P =0,000 < 0,05, berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas negatif dengan vandalisme siswa SMA Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali. Burhan Bungin ( 2005) menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi bergerak dari 0>1 atau 1 < 0, dalam penelitian ini diperoleh hasil rXY = 0.643 yang termasuk dalam kategori tingkat hubungan positif yang

mantap.

(12)

keindahan lingkungan, luasnya wilayah Kota Surakarta yang kurang terjangkau oleh Satpol PP, kurangnya penyuluhan dan sosialisasi mengenai gerakan anti vandalisme. 2. Peraturan perundang-undangan mengenai aksi vandalisme terhadap ruang publik di Kota Surakarta belum dapat mencegah dan berfungsi untuk memberikan efek jera bagi pelaku vandalisme sendiri maupun warga masyarakat lainnya agar tidak melakukan aksi vandalisme

Guwido Nur Rohmah (2014), menyatakan bahwa perilaku vandalisme pemustaka di pusat perpustakaan universitas syarif hidayatullah Jakarta, definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi, fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi, tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi, sikap dan perilaku pemustaka, vandalisme, Penelitian ini membahas mengenai perilaku pemustaka di Pusat perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perilaku vandalisme yang terjadi di pusat Perpustakaan adalah mencoret-coret buku, melipat buku, merobek buku dan menghilangkan buku kemudian hampir semua responden setuju bahwa tindakan mencoret-coret adalah tindakan merugikan. Alasan responden melakukan tindakan adalah agar mudah saat menemukan pembahasan. Sekitar 75 orang pemustaka pernah menandai buku dengan berbagai cara.

Jason Lase (1997), mengatakan bahwa pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap vandalisme, vandalisme remaja, Setiap orang diasumsikan secara potensial memiliki sifat vandalis, karena perbuatan tersebut merupakan respon negatif terhadap lingkungan. Karena itu ada pendapat yang menyatakan bahwa vandalisme merupakan perbuatan yang tidak dapat dihindarkan (inevitable). Tetapi intensitas dan obyek vandalisme dapat dijadikan indikator seberapa jauh perbuatan tersebut mengganggu norma dan aturan dalam masyarakat. Vandalisme yang merupakan orang lain dan kepentingan umum dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang negatif. Sehingga didapatkan 354 orang siswa, yang ditentukan lebih lanjut dengan undian sistematis (systematic random sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui angket dengan memakai skala model Likert, rentangan skor 1 sampai dengan 4 serta dilakukan

(13)

terdahulu memfokuskan pada vandalisme, konformitas, efisiensi dan pengaruh namun tim peneliti yang akan meneliti ini memfokuskan pada sebuah gerakan vandalisme, media sosial serta lingkungan hidup, namun penelitian terdahulu juga memberikan sumbangsih yang positif dimana setiap penelitian menyertakan makna dan teori yang berbeda, perbedaan itu pula yang membantu menambah wawasan peneliti untuk lebih tajam dalam menganalisis data.

Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

(14)

1. Natanael

Vandalisme tidak hanya hadir dalam bentuk perilaku negatif namun juga dalam bentuk yang positif itulah yang disebut dengan seni graffiti, masyarakat perlu mengawasi kegiatan remaja agar tidak dijadikannya ruang publik sebagai akses corat-coret yang antara tindakan konformitas negatif dengan vandalisme, hubungan tersebut lah yang

Penindakan aksi vandalisme terhadap ruang publik di Kota mengenai penindakan aksi vandalisme yang mengganggu

Perilaku vandalisme yang terjadi di pusat Perpustakaan adalah mencoret-coret buku, melipat buku, merobek buku dan menghilangkan buku. Alasan responden melakukan tindakan adalah agar mudah

- Remaja Pengaruh lingkungankeluarga dan lingkungan sekolah terhadap vandalisme siswa

(15)

Snow dan Bandford (2000) mencatat, suksesnya gerakan sosial terletak pada sampai sejauh mana mereka memenangkan pertempuran atas arti. Hal ini berkaitan dengan upaya para pelaku perubahan memengaruhi makna dalam kebijaksanaan publik. Oleh karena itu, pelaku perubahan memiliki tugas penting mencapai perjuangannya melalui membuat framing masalah-masalah sosial dan ketidakadilan. Ini sebuah cara untuk meyakinkan kelompok sasaran yang beragam dan luas sehingga mereka terdorong mendesakkan sebuah perubahan. Snow dan Benford, menekankan dua komponen penting dalam mem-framing gerakan, yaitu diagnosis elemen atau mengidentifikasikan masalah dan sumbernya dan prediksi elemen sekaligus mengidentifikasi strategi yang tepat untuk memperjuangkan masalah tersebut (Abdul Wahib Situmorang, 2007:10).

McCarthy dan Zald (1996) memiliki gagasan serupa mengenai framing dalam media. Mereka menekankan bahwa media adalah target utama bagi upaya proses framing dalam gerakan sosial. Akan tetapi, media tidaklah satu-satunya. Upaya-upaya langsung memengaruhi pemerintah, pemilihan umum dan agenda publik juga bagian utama gerakan sosial (Abdul Wahib Situmorang, 2007:13).

Berdasarkan teori Snow dan Banford mengenai gerakan sosial, kaitannya dalam pemahaman gerakan sosial ini sangat dirasakan oleh sebuah gerakan sosial yang ada di Kota Palembang. Disini, adanya sebuah gerakan remaja berbasis sosial berhasil melihat perilaku 15sosial remaja Kota Palembang yang menyimpang seperti 15vandalisme, gerakan ini menamakan diri mereka Green Generation Palembang. Sesuai dengan teori Snow Banford bahwa ini berkaitan dengan upaya para pelaku perubahan memengaruhi makna dalam kebijaksanaan sosial dimana Green Generation Palembang akan merubah pola tindakan yang dilakukan oleh remaja dikota Palembang sehingga gerakan ini akan sangat berpengaruh bagi remaja yang melakukan 15vandalisme. Dengan adanya masalah vandalisme yang semakin banyak di kota Palembang menjadikan gerakan ini mengidentifikasi masalah dan strategi yang tepat untuk memberikan edukasi dan memberhentikan tindakan remaja yang merusak lingkungan.

(16)

juga dalam menjalankan proses yang telah direncanakan untuk memberitahukan remaja agar tidak melakukan 16vandalisme dan tetap menjaga lingkungan disekitar mereka. Remaja juga dituntut untuk memanfaatkan media 16sosial sebagai alat informasi bagi remaja karena pada saat ini media 16sosial adalah salah satu alat informasi yang digunakan bagi setiap masyarakat terutama para remajanya yang sangat sering membuka media 16sosial seperti BBM, facebook, Instagram dan lain-lain. Sehingga dengan adanya media 16sosial maka Green Generation lebih mudah memberikan informasi bagi remaja agar tidak melakukan hal merusak lingkungan seperi perilaku 16vandalisme.

Bagan 1.1

Skema Kerangka Pemikiran

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Output Penelitian

1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi munculnya vandalisme di Kota Palembang.

2. Memahami makna vandalisme bagi aktor, gerakan Green Generation Palembang dan masyarakat Kota Palembang.

3. Mengetahui edukasi green generation Palembang terhadap aktor vandalisme.

Teori Framing (bagian dr T. Gerakan Sosial)

Snow dan Bandford mencatat bahwa suksesnya gerakan sosial terletak pada sampai sejauh mana mereka memenangkan terletak pada sampai sejauh mana mereka memenangkan pertempuran atas arti. Hal ini berkaitan dengan upaya para pelaku perubahan memengaruhimakna dalam kebijaksanaan publik. (Abdul Wahib Situmorang, 2007:10).

McCarthy dan Zald memiliki gagasan serupa mengenai framing dalam media. Mereka menekankan bahwa media adalah target utama bagi upaya proses framing dalam gerakan sosial. (Abdul Wahib Situmorang, 2007:13).

(17)

3.1 Desain Penelitian dan Jenis Penelitian

Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa aktor (pelaku) vandalisme didominasi oleh remaja usia 16-20 tahun. Namun, Menurut observasi peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme. Oleh karena itu, peneliti menentukan desain penelitian yang tepat yaitu deskriptif kualitatif. Dimana desain ini mampu mendeskripsikan data secara detail dan menyeluruh terutama mengenai masalah gerakan vandalisme remaja Kota Palembang.

David & Chava (1987:52) desain penelitian adalah strategi yang memandu dan digunakan penyelidik dalam pengumpulan data, penganalisaan temuan-temuan dan penginterpretasian data dari mana kemudian digambarkan kesimpulan-kesimpulan. Bagi O’Sullivan dan Rassel, istilah desain penelitian dapat bemakna umum dan spesifik. Makna umum dari research design menunjuk pada presentasi rencana untuk studi metodologi (study’s methodology). Rancangan harus mengindikasikan maksud atau tujuan studi dan memperlihatkan bahwa rencana adalah konsisten dengan tujuan studi (study purpose). Desain penelitian sering digambarkan sebagai blueprints untuk hasil atau produk penelitian akhir. Jadi, desain penelitian dalam arti umum atau luas meliputi rencana penelitian atau keseluruhan proses penelitian (Hussey & Roger, 1997:115).

(18)

persamaan matematik yang merelasikan bagian-bagian struktur tersebut antara satu dan lainnya (Kerlinger, 1995:483).

Desain penelitian yang digunakan adalah dalam penelitian ini deskriptif kualitatif. Penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu positivisme), serta bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan upaya untuk menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi ataupun fenomena tertentu (Burhan Bungin, 2007:68).

Deskriptif kualitatif berfungsi untuk manggambarkan dan menarik ciri serta karakter dari gerakan vandalisme yang menjadi objek penelitian ini. Gerakan vandalisme yang terjadi di Kota Palembang, terutama pada remaja yang menjadi aktor vandalisme dapat di deskripsikan sedemikian rupa dengan desain deskriptif kualitatif. Sehingga fenomena realitas sosial tersebut dapat dipecahkan.

3.2 Lokasi Penelitian

(19)

akibat tingkah laku para remaja Kota Palembang yang sering duduk dan menikmati area tersebut pada saat tertentu. Banyaknya fasilitas umum yang di coret-coret menggunakan pilox, cat, spidol dan sebagainya. Sehingga membuat fasilitas umum tersebut menjadi tidak bersih dan terlihat kotor dan mengganggu para pengguna jalan.

3.3 Strategi Penelitian

Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa masyarakat belum banyak yang menyadari keberadaan vandalisme di sekeliling mereka. Sehingga kebanyakan dari mereka mengabaikan hal tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat termasuk aktor vandalisme itu sendiri untuk peduli terhadap lingkungan masih kurang. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan strategi penelitian yang tepat dalam proses penelitian. Adapun strategi penelitian yang digunakan ialah studi kasus. Dimana peneliti mempelajari terlebih dahulu masalah penelitian yang akan diteliti berdasarkan informasi awal.

Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai strategi penelitian. Dalam studi kasus, peneliti menjelaskan secara mendalam banyak ciri dari sedikit kasus melalui satu durasi waktu. Jadi, penelitian kasus atau studi kasus merupakan penelitian yang mempelajari secara intensif atau mendalam satu anggota dari kelompok sasaran suatu objek penelitian. Gay dan Deihl (1992:257) mengatakan: “a case study is in-depth investigation of an individual, group, or institution”.

Yin (1989: 23) membuat satu definisi yang lebih teknis dari studi kasus sebagai berikut:

A case study is an apirical incuiry that:

- Investigates a contemporary phenomenon within its real-life context; when

- The boundaries between phenomenon and context are not clearly evident; and in which

- Multiple sources of evidence are used.

(20)

little control over events, and when the focus is on a contemporary phenomenon within some real-life context”. (Ini berarti bahwa studi kasus merupakan satu strategi penelitian yang secara umum lebih cocok digunakan untuk situasi bila pokok bentuk pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “bagaimana” atau “mengapa”; bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki atau tidak membutuhkan kontrol terhadap peristiwa sebagaimana dalam studi eksperimen; dan apabila fokus penelitiannya terletak pada fenomena atau peristiwa kontemporer (masa kini). Sebagai penelitian studi kasus dapat digunakan untuk eksplorasi, deskripsi maupun eksplanasi).

Penentuan studi kasus sebagai strategi penelitian mengenai masalah gerakan vandalisme remaja Kota Palembang berfungsi untuk mengetahui mengapa vandalisme remaja Kota Palembang dapat terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Keduanya berkaitan dengan Green Generation Palembang dan aktor realitas sosial yang ada. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai untuk memperdalam masalah vandalisme remaja di Kota Palembang.

3.4 Peranan peneliti

Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa aktor vandalisme didominasi oleh mahasiswa. Akan tetapi, tidak sedikit pula siswa juga menjadi aktor vandalisme di Kota Palembang. Disini peneliti mengupayakan peranannya sebagai peneliti untuk memperoleh informasi terkait masalah tersebut. Setelah menentukan desain penelitian dan strategi penelitian, peneliti memiliki peran sebagai penentu aktor atau informan penelitian.

(21)

Berdasarkan instrumen penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba (1986) menyatakan bahwa:

the instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the that and instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product

Selanjutnya Nasution (2002) menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesisi yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti membantu para aktor vandalisme yang di dominasi oleh remaja Kota Palembang untuk memberikan edukasi mengenai penerapan kreatifitas yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar aktor atau remaja Kota Palembang menyadari bahwa ada komunitas sebagai wadah pengembang kreatifitas mereka yaitu Green Generation Palembang. Peneliti bersama dengan Green Generation Palembang mengadakan komunikasi yang baik dengan aktor vandalisme tersebut.

(22)

3.5 Penentuan Informan

Penelitian ini tidak lepas dari pengaruh data sekunder hasil penelitian Green Generation Palembang yang memberikan sumbangsih bagi kelanjutan penelitian kami. Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang informan penelitian hanya terletak pada lingkup luasnya saja. Sehingga, penelitian ini mengupayakan penentuan informan secara lebih khusus. Selanjutnya, peneliti menentukan informan penelitian sebagai sumber data terutama mengenai gerakan vandalisme remaja Kota Palembang. Informan yang ditentukan oleh peneliti ialah Green Generation Palembang, aktor vandalisme dan masyarakat.

Penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti ialah melalui key person. Key person digunakan apabila peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun informan penelitian, sehingga ia membutuhkan key person untuk memulai melakukan wawancara atau observasi. Key person ini adalah tokoh forma atau tokoh informal (Burhan Bungin, 2010:77). Dalam penelitian ini yang menjadi key person ialah informan yang menjadi aktor vandalisme yaitu remaja Kota Palembang.

Berdasarkan informasi awal mengenai masalah vandalisme di Kota Palembang yang diperoleh dari Green Generation Palembang, peneliti melakukan penentuan informan yang tepat. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yakni Green Generation Palembang, aktor vandalisme dan masyarakat. Hal ini agar mempermudah proses penelitian dan lebih banyak memperoleh informasi mengenai realitas sosial tersebut.

(23)

menjadi responden dalam penelitian tersebut ialah mereka yang tinggal disekitar lokasi vandalisme. Selain Green Generation Palembang dan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penelitian, informan utamanya ialah aktor vandalisme itu sendiri. Aktor vandalisme tersebut baik dari remaja yang melakukan aksi vandalisme maupun mereka yang menikmati hasil dari vandalisme. Seperti halnya mereka yang berusaha menunjukkan eksistensi dirinya di media sosial dengan meng-upload foto mereka di lokasi vandalisme. Sebab vandalisme itu sendiri memiliki dua jenis yang berbeda, ada vandalisme yang memang hasil krativitas yang menjadi graffiti indah dan dapat dinikmati keindahannya. Adapula vandalisme hasil ungkapan emosi atau kekesalan maupun tingkah laku remaja yang justru merusak lingkungan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2013:224).

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi.

3.6.1 Wawancara (Interview)

Untuk memperoleh data yang lebih lengkap mengenai masalah gerakan Green Generation Palembang dalam melihat fenomena vandalisme yang terjadi pada remaja Kota Palembang, peneliti melakukan pengumpulan data melalui beberapa metode terutama wawancara (interview) yang berguna untuk mempermudah dalam memperoleh data. Hal ini dilakukan menggunakan prosedur wawancara yang telah ditentukan yaitu wawancara tak-terstruktur (unstructured).

(24)

teknik wawancara dalam ilmu pengetahuan sosial, menjelaskan tiga bentuk dasar wawancara, yaitu terstruktur (srtructured), tak-terstruktur (unstructured), dan terbuka (open-ended), sekaligus menunjukkan bagaimana perangkat tersebut dapat dimodifikasi dan diubah sesuai kebutuhan. Wawancara atau interview adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar. Wawancara bukanlah sebuah perangkat netral dalam memproduksi realitas. Dalam konteks ini, berbagai jawaban diutarakan. Jadi, wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional (situated understandings) yang bersumber dari episode-episode interaksional khusus. Metode ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal seorang peneliti, termasuk ras, kelas sosial, kesukuan dan gender (Lincoln, 2009: 495).

Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal (2005) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: (1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan; (2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan; (3) Mengawali atau membuka alur wawancara; (4) Melangsungkan alur wawancara; (5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya; (6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan; (7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Adapun wawancara atau Interview yang peneliti gunakan adalah wawancara tak berstruktur (unstructured interview) adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(25)

Wawancara atau Interview ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tempat penelitian, remaja yang melakukan vandalisme dan peneliti sebelumnya mengenai masalah tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data mengenai Analisis Perilaku Vandalisme Remaja Kota Palembang sebagai Bentuk Eksistensi dalam Media Sosial (facebook, BBM, Instagram,).

3.6.2 Observasi

Proses pengumpulan data mengenai masalah gerakan Green Generation Palembang tidak cukup hanya dengan melalui wawancara. Namun untuk hasil yang lebih maksimal dalam penelitian, peneliti harus menggunakan teknik pengumpulan data lebih dari satu. Selain teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam proses pengumpulan data, peneliti juga menggunakan teknik observasi. Menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data diharapkan dapat menjadi perbandingan informasi yang diperoleh dari instrumen penelitian mengenai gerakan vandalisme remaja Kota Palembang.

Nasution dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Dalam observasi Marshall dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa:

through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attched to those behavior.” (Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut).

(26)

Adapun observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tersamar atau terang-terangan (overt observation dan covert observation) peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi, mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

Susan Stainback dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa:

“In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” (Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka).

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan Green Generation Palembang, aktor vandalisme dan masyarakat secara langsung mengenai gerakan vandalisme remaja Kota Palembang sebagai bentuk eksistensi dalam media sosial (facebook, BBM, IG). Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian mengadakan pencatatan mengenai permasalahan tersebut. Melalui observasi, peneliti juga memperhatikan dan mengamati orang-orang atau pihak-pihak yang terlibat dalam proses analisis perilaku vandalisme remaja Kota Palembang sebagai bentuk eksistensi dalam media sosial. Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan media sosial yang terkait dengan gerakan vandalisme Kota Palembang.

3.6.3 Dokumentasi

(27)

untuk melihat hasil gerakan Green Generation Palembang yang sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai vandalisme remaja Kota Palembang. Selain teknik wawancara dan observasi, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi untuk melengkapi data yang telah diperoleh. Metode dokumentasi yang digunakan ialah berupa laporan hasil penelitian awal, foto, jurnal dan sebagainya. Sebab, penting bagi peneliti teknik dokumentasi menjadi data pendukung dalam meneliti vandalisme remaja Kota Palembang.

Sugiyono, (2013:240) Selain metode wawancara (interview) dan pengamatan (observasi), data hasil penelitian juga dikumpulkan melalui pengkajian dokumen. Dokumen resmi yang relevan dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk menggali data yang bersumber dari dokumen-dokumen seperti koran, data statistik, laporan penelitian terdahulu, foto, catatan-catatan dan petunjuk lainnya mengenai masalah gerakan vandalisme remaja Kota Palembang. Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobigrafi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis yang telah ada. Oleh karena itu, peneliti menggunakan dokumen yang terkait dengan masalah gerakan vandalisme remaja Kota Palembang, seperti laporan hasil mengenai penelitian utama yang dilakukan oleh Green Generation Palembang.

3.7 Teknik Analisis

(28)

lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi.

Menurut Miles dan Huberman (1992), kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari ketiga alur tersebut masing-masing alur akan berfungsi untuk menganalisis masalah gerakan vandalisme remaja Kota Palembang terkait dengan eksistensi mereka di media sosial. Selain itu, dengan teknik analisis maka hasil penelitian dapat diolah sedemikian rupa dengan mendeskripsikan setiap peristiwa yang terkait dengan gerakan vandalisme remaja Kota Palembang tersebut.

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Kegiatan melakukan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo).

(29)

Dalam penelitian ini mereduksi data berfungsi sebagai penyaringan data yang diperoleh sehingga dapat diverifikasi menjadi data yang valid. Data yang valid tersebut tidak hanya melalui satu proses melainkan proses reduksi yang bersifat terus-menerus dari hasil proses penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh data yang valid dan dapat di proses lebih lanjut. Mengenai data yang direduksi ialah data dari hasil pengumpulan data melalui beberapa metode sebelumnya.

3.7.2 Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data (menyajikan data). Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Penyajian data yang paling sering digunakan untuk data kualitatif pada masa yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif. Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang besar melebihi beban kemampuan manusia dalam memproses informasi dan menggerogoti kecenderungan-kecenderungan mereka untuk menemukan pola-pola yang sederhana. Oleh karena itu, penyajian data dalam penelitian kualitatif dewasa ini juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, tabel, pictogram dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Jadi, penyajian data merupakan bagian dari analisis. Merancang deretan dan kolom-kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk data harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks merupakan kegiatan analisis (Ulber Silalahi, 2012:339-341).

(30)

analisis perilaku vandalisme remaja Kota Palembang sebagai bentuk eksistensi dalam media sosial.

3.7.3 Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013:252).

Adanya teknik analisis mengenai bagaimana suatu kesimpulan dalam penelitian dapat diperoleh, ternyata memberi sumbangsih tersendiri bagi peneliti untuk mengolah data yang diperoleh. Kesimpulan tersebut dapat menunjukkan hasil sebenarnya mengenai gerakan Green Generation Palembang, masyarakat maupun aktor vandalisme tersebut.

3.8 Teknik Triangulasi

(31)

masalah gerakan vandalisme remaja Kota Palembang. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback dalam Sugiyono (2013) menyatakan bahwa:

“The aims is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated” (Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan).

Metode triangulasi dapat diperoleh dengan berbagai cara: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi terbuka dan tertutup; (4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan; dan (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

(32)

informasi yang diperoleh mengenai gerakan vandalisme remaja di Kota Palembang.

3.9 Jadwal kegiatan

Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan Praktek Penelitian Sosial

No Kegiatan Waktu Keterangan

1. Introduction:

a. Penjelasan pelaksanaan PPS;

b. Pembentukan kelompok; c. Penentuan Tema penelitian;

11 Januari 2016 In class

2. Penyusunan draft proposal 18 Januari 2016 Monitoring 3. Konsultasi pembuatan proposal

revisi ke-1 07 Februari 2016 Via email 4. Konsultasi pembuatan proposal

revisi ke-2 13 Februari 2016 In class 5. Konsultasi pembuatan proposal

revisi ke-3

16 Februari 2016 Via email 6. Konsultasi pembuatan proposal

ke-4

20 Februari 2016 In Class 6. Seminar Proposal 22 Februari 2016 In class 7. Pengumpulan data 21 Maret 2016 Monitoring 8. Pengolahan data dan analisis

data

04 April 2016 Monitoring 9. Penyusuna Lapoan 15 April 2016 Monitoring 10. Penyerahan Laporan 18 April 2016 Monitoring 11. Seminar Proposal 25 April 2016 In class

BAB IV

(33)

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Indonesia merupakan negara yang luas dengan jumlah Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang besar. Indonesia menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan tingkat keanekagaraman tertinggi di dunia. Sedangkan secara demografis, Indonesia memiliki jumlah penduduk kurang lebih 250 jiwa dan 90 jiwa merupakan penduduk yang berusia 12-22 Tahun. Jumlah yang sangat besar secara kuantitatif namun tidak untuk kualitatif, di tambah dengan jumlah kerusakan lingkungan yang terus terjadi menjadi sebuah kehawatiran bagi masa depan bangsa Indonesia. Padahal salah satu indikator sebuah bangsa dapat dikatakan maju adalah adanya generasi muda yang terpenuhi hak, kewajiban, dan peranannya dalam membangun negeri serta tersedianya lingkungan bermasyarakat yang dapat dihuni dengan nyaman.

Penanganan masalah lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua pihak. Termasuk tanggung jawab generasi muda dalam Triad Hijau (pencegahan kerusakan, pelestarian, serta pengelolaan lingkungan hidup). Generasi muda sebagai generasi emas bangsa tentulah memiliki peran yang sangat penting dalam Triad Hijau. Green Generation (GreenGnr) hadir atas dasar kesadaran dan kepedulian sekelompok generasi muda untuk dapat terlibat aktif dalam mengembanggan ke generasi yang peduli dan berbudaya lingkungan melalui pengembangan dan pemberdayaan generasi muda.

(34)

Lokasi penelitian juga terletak di Media Sosial seperti facebook, bbm dan instagram. Karena, hasil vandal yang dilakukan remaja semuanya di photo dan di upload di semua media sosial yang mereka punya dan juga kadang dinikmati oleh remaja-remaja lain. Namun fokus kajian peneliti bukan hanya melihat vandalisme namun juga melihat seni graffiti sebagai bentuk vandalisme positif yang biasanya tersebar di kafe-kafe untuk dijadikan hiasan. Contohnya adalah kafe Nongki and Kongkow Palembang.

4.1.1 Lokasi Gerakan Green Generation

Gerakan Green Generation ini berlokasi di Sekolah SMA Az-Zahra Kota Palembang dekat dengan Mesjid Taqwa Kambang Iwak Kecil Palembang Sumatra Selatan. Gerakan ini dipimpin oleh Siswa Az-Zahra itu sendiri yang bernama Reza Dwika Pahlawan, gerakan ini bukan gerakan dari sekolah namun dari Reza yang mendapat amanah untuk menjadi ketua Gerakan Green generation di Kota Palembang.

SMA Az-Zahra dipilih sebagai lokasi pertemuan semua anggota Green Generation karena anggota nya tersebar di 10 SMA di Kota Palembang. Namun, kegiatan mereka juga menyebar di seluruh Kota Palembang mulai dari Kambang Iwak, membersihkan coretan di rumah warga atau membuat kegiatan di sekolah masing-masing yaitu Jum’at bersih. Namun, pada dasarnya gerakan Green Generation ini merupakan gerakan yang sadar diri bahwa ketika pemerintah sibuk mengurusi hal-hal lainnya, maka pemuda seperti Reza, dkk ini lah yang bekerja mencoba memperbaiki dan melindungi tata kota dengan baik. Namun ketika melakukan pertemuan pada hari libur semua anggota bisa saja berkumpul di suatu tempat misalnya rapat di Kambang Iwak.

4.1.2 Lokasi Aktor Vandalisme

(35)

dimana-mana, namun pada kesempatan kali ini peneliti mengambil sampel di Jembatan Ampera Sebagai Maskot Palembang dan Jl. Mayor Zen. Para Aktor akan memilih lokasi seperti Tembok Gedung-gedung tidak terpakai, bahkan juga gedung-gedung yang masih mampu digunakan. Para aktor juga akan melakukan vandalisme di tempat-tempat mereka menganggap tempat tongkrongan bagus seperti kafe.

Vandalisme cenderung dilakukan oleh supporter, anak geng dan cabe-cabean. Lokasi yang mereka biasa coret adalah dimana mereka berkumpul, namun ada juga aktor vandalisme melakukan di rumah warga secara sengaja dan ini mengakibatkan warga yang memiliki rumah tersebut marah. Vandalisme juga dapat terjadi dimana saja, seperti stadion bola Jakabaring atau lokasi-lokasi lainnya.

4.1.3 Lokasi Media Sosial

Semua akun media sosial yang dimiliki remaja adalah untuk eksistensi, Mengejar eksistensi atau meraih eksistensi baik dalam dunia media sosial itu sendiri dan kehidupan sehari-hari. Media Sosial juga dapat memperlihatkan kelas-kelas sosial. Maksudnya, setelah meng-upload photo, bagi yang mendapatkan likes atau suka paling banyak berarti itulah pengguna yang hasil photonya terbaik begitu juga kelas selanjutnya. Dari media Sosial kita dapat melihat bagaimana eksistensi remaja Kota Palembang terhadap tindakan vandalisme, seberapa besar persentase mereka yang meng-upload ke facebook, bbm dan instagram.

(36)

juga mereka yang menikmati hasil vandalisme, kemudian berphoto dan diupload ke suatu media.

4.2 Sejarah

4.2.1 Komunitas Green Generation

Green Generation lahir dari perjalanan sejarah yang dimulai di SMP Neageri 3 Balikpapan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan seiring berjalannya waktu untuk menciptakan Generasi Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Diatara kegiatan tersebut adalah Green Generation Awards dan Green Generation Day yang merupakan kegiatan tahunan, Green Watch Discussion dan From Idea to Action yang merupakan kegiatan bulanan dan masih banyak lagi kegiatan yang telah dilakukan baik Green Generation di Sekolah maupun di Pusat.

Dalam berjalannya waktu GreenGnr juga telah banyak meraih predikat dan penghargaan baik di tingkat daerah hingga International. Diantara penghargaan tersebut adalah Pertamina Awards 2014, International Youth Environment Project 2014, Pemimpin Muda Indonesia 2014 dll. Green Generation adalah sebuah organsisasi yang peduli akan lingkungan, organisasi ini tidak hanya ada di kota Palembang saja namun memiliki banyak cabang di Indonesia dimana diikuti oleh 32 daerah salah satunya termasuk dari Palembang.

(37)

4.2.2 Aktor Vandalisme

Aktor vandalisme merupakan individu atau kelompok yang dengan sengaja mencoret-coret dinding atau fasilitas tata kota yang yang sudah dibangun oleh pemerintah. Para aktor tentu saja memiliki alasan untuk melakukan tindakan itu, salah satu alasannya adalah eksistensi bagi kalangan mereka sendiri. Eksistensi timbul akibat teknologi yang sedang sangat berkembang di Indonesia khususnya Kota Palembang. Namun yang terjadi, eksistensi timbul akibat dari kesalahpahaman penggunaan gadget. Alhasil, aktor vandalisme mencoret-coret fasilitas umum kemudian di share di akun media sosial milik pelaku. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana respon pengguna lain dan ingin mendapatkankan perhatian pengguna media sosial lain yang tentunya orang-orang terdekat mereka. Jika individu lain melihat bahwa tindakan yang dilakukan aktor adalah tindakan yang benar dan keren maka individu tersebut akan menjadi aktor juga dengan kata lain tindakan ini dapat menular ke pengguna akun media sosial yang lain dan mencari fasilitas umum yang lain dan membuat yang sama bahkan lebih parah dan itu merupakan sebuah masalah.

4.2.3 Media Sosial

Media Sosial merupakan sebuah media dari perkembangan teknologi, media sosial memiliki beberapa jenis, mulai dari facebook, twitter, intsagram, BBM, LINE, snapchat dan masih banyak jenis yang lainnya. Media Sosial memliki berbagai fungsi, salah satu fungsinya yaitu memberikan kebebasan dan keleluasaan bagi pengguna untuk berkomunikasi sehingga komunikasi akan lancar dan baik. Namun, remaja atau pengguna salah mengartikan, sehingga media sosial sijadikan ajang untuk pamer, eksistensi, pemalsuan photo dan yang lainnya.

(38)

berkomunikasi dan ini merupakan salah satu contoh dari banyak contoh media sosial sebagai eksistensi aktor vandalisme dalam media sosial.

4.3 Profil Informan

Penentuan Informan yang digunakan adalah informan kunci, dimana disini kami menentukan 4 informan, 3 diantaranya adalah dari gerakan Green Generation Palembang. Pertama adalah Reza Dwika Pahlawan sebagai ketua umum gerakan Green Generation Palembang yang bersekolah di SMA Az-Zahra Palembang, usianya 17 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Nomor yang bisa dihubungi adalah 081217626615 dan duduk di kelas XII SMA.

Asmuni adalah informan kedua, usianya 17 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Menjadi Koordinator Transportasi di gerakan Green Generation Palembang. Nomor yang bisa dihubungi adalah 082297669745 dan duduk di kelas XII SMA Asmuni dijadikan informan kunci karena Asmuni menjadi salah satu tangan kanan dari Reza (orang terdekat Reza) yang benar mengetahui tentang semua kegiatan dan lahirnya gerakan ini.

Rizka Mei Andani adalah bendahara umum di gerakan Green Generation Palembang yang masih berusia 16 tahun, berjenis kelamin perempuan dan nomor yang bisa dihubungi adalah 082185994877 serta masih dibangku kelas XII SMA. Rizka adalah bendahara yang mengatur keuangan dari gerakan ini, oleh sebab itu kami memilih Rizka sebagai Informan kunci yang memiliki kecakapan juga dalam mengolah gerakan ini bersama teman-temannya yang lain.

4.4 Program Kegiatan Green Generation

(39)

A Organisasi dan Manajemen Menciptakan manajemen yang baik,terarah dan teratur Sekertariat GenerationGreen

Penyusunan dan

Pembentukan Tim Pelaksana

Green Generation

Agar kegiatan Green Generation di Kota dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat di nilai.

Agar kegiatan Green Generation di Kota dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat di nilai.

Sekertariat Green Generation Kota Rapat Tahunan Evaluasi dan perencanaan Sekertariat Green Generation Kota Rapat Tengah Tahun Evaluasi dan perencanaan Sekertariat Green Generation Kota Monitoring pelaksanaan

program kerja Mengetahui pelaksanaan Program Green Generation dan mengetahui masalah yang ada di Sekertariat

Green Generation Kota

Evaluasi dan perencanaan Sekertariat Green

Generation Kota

B Kegiatan Jangka panjang Mengadakan Kegiatan kepedulian

terhadap lingkungan masyarakat kotaPelajar dan Membuat “ Rumah Tulang “ Pengelolaan limbah organik Pelajar dan

masyarakat kota

Memperingati hari Sampah Partisipasi dalam mempeingati hari

lingkungan hidup Pelajar SMP danSMA Memperingati hari kehutanan

sedunia

Partisipasi dalam mempeingati hari lingkungan hidup

Pelajar SMA

Memperingati Hari Air Partisipasi dalam mempeingati hari

lingkungan hidup Warga Palembang Memperingati Hari Bumi Partisipasi dalam mempeingati hari

lingkungan hidup Pelajar SMA Memperingati hari

Keanekaragaman hayati Partisipasi dalam mempeingati hari lingkungan hidup Pelajar SMA Memperingati Hari jadi kota

palembang Partisipasi dalam mempeingati hari lingkungan hidup Pelajar SMP danSMA Bakti Sosial Partisipasi dalam mempeingati hari

lingkungan hidup Warga Palembang

Memperingati Hari Habitat Sedunia

Partisipasi dalam mempeingati hari lingkungan hidup

Warga Palembang

Memperingati hari pahlawan Partisipasi dalam mempeingati hari

lingkungan hidup Warga Palembang

(40)

agar kembali asri dan menyemarakkan kepada masyarakat untuk sadar dalam menjaga lingkungan. Kegiatan yang tidak hanya fokus pada vandalisme ini, juga ikut serta dalam merayakan hari-hari besar lingkungan atau Indonesia dan selalu mengingatkan tentang pelestarian dan penjagaan lingkungan di dalamnya.

Salah satu kegiatannya adalah kegiatan seminar, dimana isi seminar tersebut juga mensosialisasikan kepada masyarakat dan remaja agar menjaga lingkungan baik yang sudah diciptakan oleh tuhan ataupun yang sudah dibangun oleh pemerintah. Kegiatan positif ini didukung oleh banyak pihak, terutama pihak sekolah (Az-Zahra) yang mendukung penuh, sponsor yang mendukung kegiatan lainnya adalah Hilo dan Milo yang tentunya juga memiliki tujuan dan maksud yang sama dengan Green Generation tersebut. Program yang sudah dijalankan tentunya memiliki maksud dan tujuan yang baik yaitu menghargai ciptaan tuhan.

(41)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Vandalisme merupakan sebuah perilaku yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk meningkatkan eksistensi diri maupun perhatian dari orang lain. Vandalisme itu sendiri ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif hingga merusak pemandangan atau tata kota, khususnya vandalisme di Kota Palembang. Vandalisme dapat merusak tata kota yang sudah dibangun pemerintah. Menurut data Green Generation Palembang bahwa remaja yang melakukan vandalisme atau aktor vandalisme itu adalah kelompok suporter dan anak geng. Melihat kondisi tersebut, keberadaan mereka sesungguhnya dipicu oleh emosi-emosi yang masih labil dan cenderung ingin menang sendiri. Karena terlalu bersemangat dalam mendukung misalnya sepak bola tim kesayangan mereka. Mereka akan melakukan hal apa saja, salah satunya adalah mencoret tembok-tembok kota.

Untuk melakukan analisis dan intepretasi data maka akan digunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan tiga orang informan kunci yakni anggota dari gerakan Green Generation Palembang yang meryupakan siswa-siswi di SMA Az-Zahra Kota Palembang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka melalui jurnal, buku, karya ilmiah, dan laporan penelitian sebelumnya, sehingga dapat memberikan pemahaarman yang berkaitan dengan fokus penelitian.

5.1 Gerakan Green Generation

(42)

dan tempat wisata. Sedangkan secara tidak langsung ialah dengan menghimbau masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan melalui pesan moril dalam media sosial maupun media cetak. Keduanya ternyata memberikan sumbangsih yang luar biasa hingga dapat memperluas kegiatan komunitas tersebut.

Gerakan Green Generation itu sendiri sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Hingga pada akhirnya di kota Palembang memiliki cabang untuk komunitas tersebut. Di kota Palembang Gerakan Green Generation cenderung di dominasi oleh remaja putra dan putri yang di duduk di bangku Sekolah Menengah Akhir. Anggota Green Generation yang terdiri dari siswa dan siswi Sekolah Menengah Akhir ini memiliki ketertarikan tersendiri untuk memelihara dan menghargai lingkungan. Di sela-sela kesibukannya mengikuti pelajaran di sekolah, mereka menyempatkan diri untuk menjalankan strategi peduli lingkungan agar lingkungan di sekitar mereka bersih dan asri. Hal ini dipicu oleh rendahnya tingkat kesadaran masyarakat, terutama dalam kalangan pelajar untuk peduli terhadap lingkungan.

Mengenai dibentuknya komunitas Green Generation atas nama sekolah atau instansi terkait dijelaskan langsung oleh Reza selaku ketua umum Green Generation Palembang mengatakan bahwa:

“...Enggk sih awalnya itu Green Generation ini awal dibentuk pertamanya di Balikpapan, dulu itu ketua Green Genertion Indonesia langsung ngajak saya untuk membentuk Green Generation di Palembang, jadi kami bentuk itu disekolah Az-zahra pada tahun 2014 bulan November sampai sekarang, tapi sekarang bukan atas nama az-zahra lagi tapi Green Generation Palembang karena sudah ada di 10 sekolah di Palembang. Sekolahnya ada di SMA 3, SMA 6, SMA pusri...”

Artinya:

(43)

diantarnya di SMA N 3 Palembang, SMA N 6 Palembang, SMA Pusri, dan sebagainya.

Reza selaku ketua umum Green Generation Palembang mengungkapkan, bahwa awal mula di bentuknya komunitas tersebut ialah hanya dalam lingkup salah satu sekolah di kota Palembang yaitu SMA Az-zahra. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman serta peningkatan minat dari sekolah lain ia mengatakan bahwa komunitas tersebut berubah menjadi Green Generation Palembang.

Reza juga mengatakan mengenai kesekretariatan komunitas Green Generation Palembang bahwa:

“...Tempatnya itu biasanya di sekolah Azzahra, dan kami hanya sebagai pengawas Green Generation Palembang dari sekolah lain karena mereka sudah bergerak sendiri. yang jelas pusatnya di Az-zahra...”

Artinya:

Tempat berkumpulnya organisasi Green Generation Palembang di sekolah Az-zahra, karena pusat Green Generation Palembang ini ada di sekolah Az-zahra sehingga pengurus Green Generation Palembang ini pada saat ini hanya sebagai pengawas dari sekolah lain.

Saat ini Az-zahra hanya berperan sebagai pengawas dari komunitas Green Generation Palembang mengingat sekolah tersebut sebagai pemeran utama berdirinya komunitas Green Generation Palembang. Sekolah lain yang bergabung dalam komunitas tersebut dibawah pengawasan Az-zahra dalam menjalankan setiap kegiatan.

(44)

namun juga membangun pemuda yang memiliki nilai dan moral yang positif dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan keterangan saudara Reza megenai tujuan dari Green Generation Palembang selain menjaga dan melindungi serta memelihara lingkungan, yaitu bahwa:

“...Peran pemudanya itu menjadi motivasi kita mengembangkan Green Generation ini, kenapa kita itu harus terus memikirkan pemerintah yang selalu mengandalkan pemerintah melakukan hal-hal pembersihan kenapa gk kita pemuda ini yang bergerak, kalau misalnya kitanya yang bergerak kan nantinya orang-orang melihat seperti kakak-kakak ini kan pasti melihat dikoran yang tergerak begitu pun orang lain jadi gk perlu kami mengharapkan pemerintah pak Harnojoyo turun kebawah untuk bersih-bersih kan ada kami pemuda yang ngurusnya. Pemimpin itu hanya ngarahin dan kami melakukan mengerjakannya...”

Artinya:

Peran pemuda di kota Palembang yang menjadi motivasi para anggota Green Generation Palembang untuk terus mengembangkan komunitas Green Generation Palembang. Kita tidak harus memikirkan pemerintah yang hanya mengandalkan mereka untuk melakukan kebersihan di kota Palembang tetapi pemudanya yang bergerak. Jika pemudanya yang bergerak nantinya orang-orang sendiri yang melihat seperti kami (peneliti) yang melihat dari koran yang tergerak sendiri begitu juga orang lain. Sehingga tidak perlu mengharapkan pemerintah untuk turun langsung membersihkan lingkungan karena ada pemuda yang akan membersihkan lingkungan. Pemimpin itu hanya mengaharapkan dan pemuda yang melakukan dan mengerjakannya.

(45)

5.2 Peran Green Generation Palembang dalam Melihat Fenomena Vandalisme

Pada penelitian kali ini membahas mengenai gerakan Green Generation dalam melihat fenomena vandalisme yang sedang marak di kota Palembang. Green Generation melakukan riset utama yang menimbulkan ketertarikan tim penulis dalam menganalisis kelanjutan dari fenomena tersebut. Berdasakan metode penelitian yang digunakan dalam proses penelitian ini ialah dengan strategi studi kasus. Dimana peneliti memperoleh informasi terlebih dahulu mengenai masalah penelitian yang angkat. Oleh karena itu, peneliti membahas masalah vandalisme berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh Green Generation Palembang. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa vandalisme terjadi akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Terutama dikalangan pelajar yang saat ini membentuk geng atau para pelajar yang berperan sebagai suporter.

Hal ini berdasarkan keterangan Asmuni salah satu anggota Green Generation Palembang, bahwa:

“...Rata-rata pelajar yang mengikuti suporter sepak bola terus ada juga anak Punk, ada juga Genggers. Paling banyak melakukan itu ya para supporter, biasanya itu pelakunya habis mereka coret-coret tu langsung pergi itu biasanya sebagai tanda bahwa disitu tu bahwa mereka pernah ke wilayah itu...”

Artinya:

Yang melakukan vandalisme biasanya pelajar yang mengikuti suporter sepak bola, anak Punk, dan Genggers. Dan yang antusias untuk melakukan vandalisme yaitu sporter sepak bola. Pelaku vandalisme setelah melakukan tindakan coret langsung pergi meninggalkan tempat yang di coret-coretnya, tindakan tersebut menandakan bahwa pelaku vandalisme pernah ke wilayah tersebut.

(46)

supporter sepak bola, anak Punk dan Genggers. Namun yang berperan paling besar bedasarkan keterangan Asmuni ialah para suporter sepak bola tersebut.

Selanjutnya mengenai saran dan harapan dari Green Generation Palembang mengenai pengalokasian vandalisme baik yang negatif maupun positif dalam bentuk graffiti, dijelakan oleh Rika bahwa:

“...Saya pernah lihat disuatu sekolah di Al-furqan melihat dikhususkan satu dinding buat anak-anak disana buat kayak graffiti terus disitu juga sebagai nilai plus bagi sekolah itu...”

Artinya:

Pernah melihat disekolah Al-furqan Palembang, dimana ada dinding yang dikhususkan buat anak-anak untuk dibuat seni grafitti, hal ini menjadi nilai plus untuk sekolah tersebut.

Menurut saudari Rizka pengalokasian kreativitas vandalisme itu sendiri snagat penting bahkan dibutuhkan guna menambahkan nilai kesenian terutama di Kota Palembang. Misalnya, dengan menyediakan tembok kosong di tempat wisata atau fasilitas umum yang banyak dijangkau oleh masyarakat agar mereka dapat memanfaatkan tembok tersebut untuk menuangkan kreativitas mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Riska bahwa ia pernah melihat salah satu sekolah di Kota Palembang menyediakan fasilitas tersebut. Sehingga siswa-siswi di sekolah tersebut dapat memanfaatkan fasilitas tersebut sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Mengenai penyediaan fasilitas untuk memudahkan aktor vandalisme dalam menyalurkan kreativitas tersebut seharusnya diberikan oleh Pemerintah Kota Palembang terutama Dinas Pariwisata. Hal ini, bertujuan untuk membangun wisata yang ada di kota Palembang agar lebih menarik.

5.3 Vandalisme dari Sudut Pandang Masyarakat Kota Palembang

Gambar

Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan Praktek Penelitian Sosial
Gambar 5.1 Matriks aktor vandalisme berdasarkan tingkat pendidikanSumber: Sumatera Ekspres
Gambar 5.2 Diagram aktor vandalisme berdasarkan tingkat usiaSumber: Sumatera Ekspres

Referensi

Dokumen terkait