• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN

H. Tujuan Dakwah

Setiap aktivitas apapun harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu tujuan dakwah harus jelas dan terukur agar usaha dakwah dapat diukur berhasil atau gagalnya. Tujuan dakwah adalah untuk membentuk pribadi muslim agar mempunyai iman yang kuat, berakhlak karimah, berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah.

17

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, (Bandung: 1982), hal. 269.

Tujuan untuk masyarakat adalah untuk membentuk agar masyarakat senantiasa sejahtera dan penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat yang senantiasa mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan oleh Allah, baik yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesama, hubungannya dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Tujuan dakwah untuk mengajak manusia agar menolak tuhan-tuhan selain Allah (Thaghut) dan beriman hanya pada Allah sehingga

1. Keluar dari kondisi yang “gelap”

2. Menuju hidup yang penuh cahaya/nur atau kondisi yang terang benderang

(sukses di dunia dan akhirat).

Tujuan utama dakwah yaitu memberikan perwujudannya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat yang diridhai Allah.

I. Pengertian Dzikir

Dzikir adalah satu aktivitas ibadah dengan satu tujuan yakni mendekatkan diri kepada Allah. Setiap muslim akan memahami bahwa Allah SWT merupakan Dzat Yang Maha Suci dan tidak dapat dekat dengan-Nya kecuali siapa saja yang menyucikan dirinya.

Dzikir selain untuk menyerap dan meresonansi hati pelaku dengan energi positif dari Allah SWT, maka juga bertujuan untuk menghasilkan pancaran nilai energi. Pancaran nilai energi ini memiliki fungsi dalam dua sifat yaitu bersifat vertikal atau hubungan dengan Allah, dan bersifat horizontal atau hubungan dengan manusia.18

18

Yunus Hanis Syam, Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, (Yogyakarta: Lukita, 2010), hal. 15, 18-19

Menurut Shalih Ahmad Asy Syami, barang siapa yang berdzikir kepada Allah dengan hatinya, maka ia seorang pedzikir. Barang siapa yang berdzikir kepada Allah tidak dengan hatinya, maka ia bukan pedzikir. Karena lisan adalah pelayan hati dan pengikut setianya.19

Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam kitabnya “Al-Wabilus Shayyib” menjelaskan bahwa dzikir adalah obat hati yang dapat menghadirkan ketenangan, ketentraman dan penghilang rasa depresi, resah, gundah dan sedih. Satu fakta menyatakan bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan sumber datangnya sakit dalam diri manusia. Hikmah dzikir yang terpenting adalah menumbuhkan sifat optimis (kepastian) dalam diri manusia dan menyadarkannya bahwa dia tidak sendiri dalam usaha menghadapi berbagai permasalahan dalam hidupnya.20

Di dalam buku Dzikir Orang-orang Sukses yang ditulis oleh Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, bahwa pengertian dzikir sebagai berikut:

1. Dzikir yang menunjukkan pada arti Al-Quran

Allah berfirman pada ayat-ayatnya berikut:

Artinya: “sesungguhnya kami-lah yang menurunkan az-dzikra (al-Quran)

dan sesunggunya kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:15).

Ad-dzikra dalam ayat tersebut bermakna Al-Quran. Imam Ibnu Qayyim berpendapat, Dzikrullah itu ialah dengan Al-Quran yang Allah

19

Shalih Ahmad Asy Syami, Wasiat Abdul Qadir, (Jakarta: PT. Aqwam Media Profetika, 2010), hal. 81

20

Yunus Hanis Syam, Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, (Yogyakarta: Lukita, 2010), cet. Ke-I, hal. 10-11

turunkan kepada Rosul-Nya, dengannya akan tenang hati orang yang beriman, karena hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan yakin. Dan tidak ada jalan untuk memperoleh keimanan dan keyakinan kecuali

dengan Al-Quran.” Mengapa az-dzikra bermakna Al-Quran? Ada korelasi

makna antara Al-Quran dan dzikir, kalau dzikir diartikan sebagai peringatan begitu pula Al-Quran yang berisi tentang peringatan.

2. Dzikir yang merujuk pada arti “Shalat” Allah berfirman :

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. Thaha:14).

Dan juga Allah berfirman:

Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ankabut:45)

3. Dzikir merujuk pada arti Jumat Allah berfirman sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila di seru untuk

menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggakanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Jumu’ah:9). Shalat Jumat memiliki keistimewaan karena dilaksanakan seminggu sekali, shalat ini dapat disebut sebagai dzikir mingguan. Shalat Jumat juga memiliki rangkaian lebih banyak dibandingkan shalat lima waktu, di mana seluruh rangkaiannya merupakan dzikrullah, mulai dari persiapan seperti mandi dan berpakaian, shalat intizhar, mendengarkan khutbah, sampai shalat Jumatnya.

4. Dzikir yang menunjuk pada arti mengingat-Nya

Allah berfirman dalam Al-Quran:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu, supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada

cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab :41-43)21

Dzikir dalam pengertian inilah yang dipahami oleh sebagian besar orang. Saat muncul kata dzikir, maka yang ada dibenaknya adalah mengingat Allah dengan membaca kalimat-kalimat dzikir.

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan agar mukmin berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dzikir dalam arti mengingat-Nya. Baik menggunakan kalimat dzikir dengan kalimat-kalimat dzikir atau hanya dengan lintasan dihati saja. Makna dari ayat “Dzikir yang banyak” yang dimaksud bukan banyak dalam arti jumlah atau bilangan tertentu, karena bila kata tersebut berpatokan pada bilangan, maka tidak ada kejelasan korelasi dengan kata “banyak” itu sendiri karena kata “banyak menunjukkan sesuatu yang relatif. Seratus bisa bermakna banyak, akan tetapi bila bilangan itu dibandingkan dengan bilangan seribu maka seratus menjadi sedikit. Ini menujukan bahwa kata “banyak” memakai standar jumlah bilangan, sangatlah relatif. Untuk itu dalam ayat tersebut dalam mempraktekkan dzikir yang banyak sesuai perintah yang terkandung dalam ayat tersebut adalah dengan berupaya untuk selalu sadar dan senantiasa berada dijalan-Nya dalam setiap langkah dan gerak hidup, baik disertai ucapan asma Allah atau tidak.

Dzikir berasal dari kata “dzakara-yudzakkiru-dzikr” yang berarti

mengingat (dalam hati) atau menyebut (dengan lisan). Mengingat atau

21

Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung: Khazanah Intelektual, 2009), cet. Ke-II, hal. 2-11

menyebut sesuatu biasanya selalu muncul dari rasa cinta yang mendalam. Seperti dalam prakata arab mengatakan:

ْﻦ

أ

ْﻴًﺌ

ا ﺎ

ْآﺜ

ْﻦ

ْآذ

Artinya: “Siapa yang mencintai sesuatu, pasti akan selalu mengingat dan

menyebut-nyebutnya

Dan cinta sejati biasanya selalu muncul dari keyakinan, persaksian dan pengakuan atas kelebihan dan kebaikan dari sesuatu tersebut. Cinta yang bersumber dari keyakinan inilah yang memunculkan sikap patuh, tunduk dan loyal untuk merasa dekat dengan kekasih yang dicintai dan selalu menjalankan apapun yang dikehendakinya.

Kata dzikrullah itu pada umumnya berupa perintah untuk mengingat dan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja, baik suka atau duka, sendirian atau bersama-sama. Sedangkan kata dzikrullah berupa kalimat berita pada umumnya berisi janji-janji Allah untuk orang-orang yang selalu berdzikir kepada-Nya serta ancaman Allah bagi mereka yang tidak berdzikir (melupakan atau lupa kepada Allah).

وﻟ

ْآﺬ

ﷲا

أ

ْآ

ْﺮ

Artinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45)

Para ulama menafsirkan bahwa “dzikrullah” adalah ingatnya seorang hamba kepada Allah. Dan itu lebih besar keutamaannya di sisi Allah dari pada ibadah-ibadah lainnya. Tetapi sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “dzikrullah” di sini adalah ingat-Nya Allah kepada hamba-Nya, sesuai dengan firmannya:

ْذﺎ

آ

ْو

أ ﻰ

ْذ

آ

آ

ْﻢ

Artinya: “Ingatlah kalian kepadaku, maka Aku pasti ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah:152)

Dan ingatnya Allah kepada hamba-Nya ini lebih besar nilainya di sisi Allah dari pada ingatnya si hamba kepada Allah.

1. Jenis-jenis Dzikrullah

a. Basmalah

Setelah memantapkan niat dalam hati, seorang muslim seharusnya memulai aktivitas apapun dengan basmalah.

Basmalah adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang menegaskan bahwa kita memulai pekerjaan ini dengan, atas nama atau karena Allah, semata-mata untuk mengharap taufik, hidayah, ma’unah, ‘inayah, rahmah, barokah dan ridho-Nya. Lafadz basmalah seperti “ بسمالل الرحمنالرحيم

b. Tasbih dan Taqdis

Tasbih adalah sebuah pengakuan yang jujur, kuat dan benar atas kesucian Allah dari segala apa saja yang tidak layak bagi-Nya, dan atas kesucian Allah dari segala bentuk penyifatan siapapun yang tidak bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Lafadz tasbih seperti “ﷲانﺎ ﺳ ” yang artinya Maha suci Allah.

c. Tahmid

Tahmid adalah suatu bentuk ekspresi rasa syukur kepada Allah dengan memuji-Nya. Ekspresi ini harus dilandasi oleh pengakuan dalam hati bahwa segala apa yang kita miliki atau kebaikan yang kita saksikan dan rasakan, muncul atau terjadi semata-mata karena rahmat dan

d. Tahlil

Tahlil adalah mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan bahwa Allah tidak butuh kepada yang selain-Nya, dan yang lain-Nya butuh kepada-Nya. Lafadz tahlil seperti “ﷲاﻻا ﻟاﻻ

e. Takbir

Takbir adalah mengakui bahwa Allah-lah yang Maha besar dan selain Allah adalah kecil dan bahwa segala urusan yang berhubungan dengan Allah adalah urusan yang terbesar dan selain itu urusan kecil. Lafadz takbir seprti “ الل أكبر

f. Hauqalah

Hauqalah adalah suatu bentuk ekspresi akan kelemahan diri, karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Contoh lafadz hauqalah (ﷲﺎﺑﻻاةﻮﻗ ﻻولﻮﺣﻻ) yang artinya “tiada daya untuk menolak sesuatu yang bahaya dan mendatangkan sesuatu yang bermanfaat melainkan dengan Allah”.

g. Hasbalah

Hasbalah adalah suatu bentuk ekpresi pemasrahan total kepada Allah,

lafadz hasbalah yang paling utama (ﷲا ﺎ ﺣ\ﻲ ﺣ) yang artinya

“cukuplah Allah bagiku/bagi kami”. h. Istighfar

Istighfar adalah suatu ekpresi pengakuan atas dosa-dosa yang telah dilakukan sambil memohon ampun dari Allah. Lafadz istighfar seperti

(أستغفر الل العظيم) yang artinya “ Aku memohon ampun kepada Allah yang maha agung”.

i. Shalawat kepada Rosulullah SAW

Shalawat adalah ekpresi pengakuan dan persaksian seorang muslim terhadap kerasulah Nabi Muhammad SAW dan pernyataan rasa cinta kepada beliau, sekaligus sebagai manifestasi dari perintah Allah dalam Al-Quran. Allah berfirman:

Artnya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada

nabi (Muhammad. SAW), wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah dan bersalamlah kepadanya.” (Al-Ahzab:56) j. Tilawah Al-Quran (membaca)

Tilawah/Membaca Al-Quran adalah salah satu ekspresi dari dzikrullah,

sebab tidak mungkin seorang muslim membaca Al-Quran dengan tartil

dan khusu’, kecuali karena didorong oleh hasrat untuk mengingat Allah dan menyebut asma Allah (dzikrullah). Membaca Al-Quran adalah ibadah yang berpahala di sisi Allah karena kita diperintahkan-Nya untuk selalu membacanya.

k. Melaksanakan Shalat

Shalat adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang paling utama, sebagaimana firman Allah:

ْﺮ ْآأ ﷲا ﺮْآﺬﻟو

)

تﻮ ﻜ ﻌﻟا

:

45

(

Para jumhur ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan dzikrullah dalam ayat ini adalah “shalat” karena ayat sebelum kalimat dzikrullah ini Allah menerangkan tentang fungsi shalat yang dapat mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran.

Untuk itu hampir dari semua jenis dzikrullah yang disebutkan di atas (seperti Basmalah, Hauqolah, Hamdalah, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, dan lain sebagainya) semua terdapat dalam shalat. Seperti dalam firman Allah:

...

ىﺮْآ ﺬﻟ ةﻮ ﱠﺼﻟا ﻢ أو

…dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku”22

2. Macam-macam Dzikir

a. Dzikir bil ‘Amal : yaitu segala perbuatan yang tujuannya untuk mengingat Allah. Misalnya, seorang siswa atau mahasiswa tidak pernah mencontek di saat ujian karena dia tahu bahwa Allah selalu mengawasi setiap saat dan kesempatan.

b. Dzikir ‘Aqliyah : yaitu dzikir orang-orang yang berilmu (Ulil Albab)

dengan cara tafakkur dan tadabbur. Mereka menggunakan ilmu yang

dimiliki untuk berdzikir kepada Allah. Ini penting karena ketika ilmuan tidak menggunakan ilmunya untuk berdikir kepada Allah maka ilmunya cenderung akan membuat mereka sombong.

22

Muhammad Idris Jauhari, Dzikrullah Sepanjang Waktu, (Sumenep Madura: Mutiara Press, 2008), hal. 1-16

c. Dzikir bil Lisan : yaitu setaip ucapan yang di lafalkan dengan tujuan untuk mengingat Allah. Misalnya, ucapan istighfar, takbir, tahmid, dan tahlil setelah selesai shalat lima waktu. Dzikir lisan terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Dzikir Ma’tsur

Yaitu dzikir yang bersumber dari al-Quran dan as-sunnah. Terdapat banyak dzikir dan do’a yang tertera di dalam Al-Quran dan telah di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui Hadisnya.

2) Dzikir Ghairu Ma’tsur

Yaitu dzikir yang tidak berdasarkan pada Al-Quran dan as-Sunnah, semata-mata hanyalah ijtihad para ulama, seperti dzikir yang di tulis oleh syeh an-Nawawi Al batani dan lain sebagainya.

3) Dzikir Bil Qalbi

Yaitu hati yang selalu mengingat Allah ketika muncul listasan untuk berbuat maksiat. Misalnya ketika kita berniat untuk mengambil barang orang lain akan tetapi tidak jadi untuk melakukannya karena takut akan azab Allah Swt.23

3. Keutamaan Dzikir

a. Mendapat ketenangan Hati

Allah berfirman,

23

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. ( Q.S. Ar-Ra’d:28)

Dzikir yang sebenar-benarnya dzikir adalah dzikir yang di dalamnya terucap kalimat-kalimat yang berkarakter dan mampu menembus ruang kalbu yang paling dalam. Hatipun akan selalu hadir dan siap untuk segala hal yang menimpa dengan segala kerelaan dan keridhaan, karena dia yakin bahwa Allah selalu menemani. Semakin menambah kekuatan iman dan istiqamah (terus menerus). Tiada lagi rasa sedih dan rasa takut selain kepada Allah semata.

Allah berfirman:

Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Yunus:62)

Adapun ciri-ciri sikap ketenangan hati yang terlahir dari dzikir: 1) Sikap berfikir positif “Positif Thinking

2) Menerima Ketetapan Allah

3) Ikhlas Dalam Bekerja

4) Percaya Diri Dalam Menghadapi Persoalan Hidup

b. Selalu Diingat Oleh Allah

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152).

Bahwa dzikir akan membawa efek positif pada kedekatan manusia dengan Allah. Kedekatan ini tentu saja berbeda dengan kedekatan seorang manusia dengan manusia. Kedekatan manusia dengan manusia biasanya bersifat temporal karena mudah dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing, sehingga ketika kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka kedekatan itu mulai pudar.

Berbeda dengan kedekatan manusia dengan Allah yang dibangun dengan dzikir, tentu atas landasan kasih sayang, ketulusan dan ketaatan. Kalaupun ada kepentingan, kepentingan itu hanya datang dari pihak manusia saja, pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan dzikir manusia karena tanpa hal itupun Allah sama sekali tidak akan merugi. Lebih dari itu pula, Allah tetap akan menumpahkan rahmat kepada hamba-Nya yang senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada-Nya tanpa batas.

c. Mendapat Perlindungan Allah Pada Hari Kiamat

Rosulullah bersabda, ”Ada tujuh golongan yang akan dilindungi oleh Allah di hari tiada lindungan kecuali lindungan-Nya,……..seseorang yang berdzikir pada Allah dengan menyendiri hingga berlinang air matanya.” (H.R. Bukhari)

Dihari akhir (kiamat) yang begitu dahsyat sebagai penutup kehidupan dunia, sebagai hari pembalasan untuk orang yang melakukan dosa dan ganjaran baik untuk orang yang melaksanakan amalan shaleh. Di hari inilah di mana tak ada satupun di antara manusia yang dapat mencari tempat sembunyi untuk meminta perlindungan kecuali perlindungan Allah dan bekal amal baik selama di dunia. Akan tetapi betapa murahnya Allah yang mana hadist tadi menjelaskan bahwa ada tujuh golongan yang akan mendapatkan pertolongan di hari kiamat dan salah satunya adalah mereka yang berdzikir kepada-Nya, berdzikir manakah yang dimaksud hadist tersebut?

Ibnu Hajr Al-Atsqalani menjelaskan dalam kitab Fathul Bary yang menyebutkan bahwa,”Dzikir kepada Allah tersebut dilakukan hati dengan tadzakkur (mengingat dan menyebut-nyebut atas keagungan-Nya) atau dengan lisan, dengan mengucapkan sejumlah kalimat-kalimat dzikir yang mengagungkan-Nya.”

d. Dapat Melepaskan Pengikat Setan Saat Bangun Tidur

Setan adalah merupakan musuh utama yang nyata untuk manusia. Karena program utamanya adalah mengajak manusia untuk tinggal bersama mereka di neraka kelak. Upaya harian setan yaitu dengan membuat ikatan di kepala manusia yang sedang tidur di malam hari. Dikala manusia tidur setan membuat tiga tali untuk mengikatnya, sehingga ketika dia bangun akan merasa susah dan tidurnya semakin nyenyak. Bangun kesiangan jika sesekali memang terampuni, itupun apabila ada alasan jelas dan dapat diterima.

e. Menjadikan Hidup Ini Jadi Hidup

Sebagian orang memaknai hidup ini penuh dengan masalah, dengan dzikir kita akan lebih tahu pemaknaan hidup, tujuan hidup akan terpampang jelas, langkah hidup begitu pasti, hidup akan terasa lebih bermakna, hidup tidak akan terasa hampa. Karena dengan dzikir kita dapat mengenal dan dekat dengan Allah.

f. Dapat Melunakkan Hati

Rasululah besabda, ”janganlah kalian memperbanyak bicara kecuali dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya bayak bicara tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauhnya manusia dari Allah adalah yang hatinya keras.”(H.R. Tirmidzi)

Diantara ucapan yang menjadi keharusan adalah ucapan yang berisi dzikir, mengucap asma Allah dan sifat-sifat-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Basahi selalu bibir kita dengan dzikir karena kedekatan kita dengan Allah akan menjadikan hati kita lunak.

g. Dijauhkan Dari Api Neraka

Rosululah bersabda: “Allah SWT. Berfirman: ‘Keluarlah kalian dari neraka karena mengingat-Ku dihari-harinya atau takut pada-Ku ada disuatu tempat (takut melakukan maksiat)”. (H.R. Tirmidzi)

h. Dilingkupi Rahmat Allah dan Diberkahi Ketenangan

Rosulullah bersabda: “Tidak satupun kaum yang berdzikir kepada Allah kecuali dikelilingi malaikat dan diliput rahmat dan mereka di

karuniai ketenangan dan Allah senantiasa mengingat mereka”. (H.R. Tirmidzi)24

4. Objek Dzikir

a. Dzikrullah

Dzikrullah adalah dzikir untuk mengingat Allah, tujuannya supaya kita selalu beribadah kepada-Nya. Berdzikir kepada Allah yang dianjurkan bukanlah kuantitas dzikirnya akan tetapi kualitas dzikirnya. Dan inilah dzikir yang biasa dilakukan oleh orang-orang shaleh.

b. Dzikrul Maut

Dzikrul maut adalah mengingat kematian. Kita menjalani hidup memiliki tujuan yaitu untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Sebelum menuju pintu akhirat kita harus melalui pintu akhir dari kehidupan kita yaitu pintu kematian, yang mana pintu ini adalah pintu akhir dalam menjalankan tugas kita sebagai hamba Allah. Salah satu untuk kita memperbanyak amal shaleh yaitu dengan memperbanyak dzikrul maut (mengingat kematian). c. Dzikrul ‘Azab

Dzikrul ‘Azab adalah mengingat ‘Azab Allah, mengingat ‘Azab Allah juga adalah salah satu memotivasi kita untuk beramal shaleh menuju akhirat.25

5. Fungsi Dzikir

Fungsi zikir menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulum Addin” menjelaskan bahwa dengan zikir maka hati menjadi tenang, zikir juga

24

Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham..., hal. 21-35 25

bisa mendatangkan ilham, menghalangi ruang gerak setan sehingga setan menjauh dari hati manusia. Dan dalam kondisi itulah malaikat memberikan ilham ke dalam hati manusia. 26

Dalam risalah al-Qusyairiyah dijelaskan bahwa zikir adalah rukun (tiang) yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah atau bahkan saka guru tarekat mengatakan bahwa seseorang tidak akan bisa sampai kepada Allah bila tidak menjalankan zikir secara tetap.27

Zikir menurut tuntunan syariat Islam dan al-Qur’an adalah menyebut nama dan mengingat Allah dalam setiap keadaan, yang bertujuan untuk menjalin ikatan batin (kejiawaan) antara hamba dengan Allah sehingga timbul rasa cinta dan jiwa muraqabah (merasa dekat dan merasa diawasi oleh Allah Swt). Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Hasan al-Banna bahwa zikir menurut ketentuan syariat adalah zikir yang menyebut nama Allah dengan membaca tasbih, tahlil, takbir, istigfar, membaca al-Qur’an, membaca do’a

yang matsur, selain itu juga majlis-majlis yang diadakan untuk dakwah

Islamiyah.28Terkait dengan hal demikian Allah Swt berfirman:

Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut

nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.”( Al-ahzab 41-42 )

26

Imam Al-Ghazali, Dzikrullah Rahasia dan Kekuatan, (Pondok Gede: PT. Sahara Intisains: 2009), cet. Ke-II, hal. 5

27

Simuh, Tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-I, hal. 109

28

Abdul Qadir Djaelani, Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet. Ke-I, hal. 210

J. The Sosial Construction of Reality

Teori ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan

Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of

Reality: A Treatise in the sociological of knowledge pada tahun 1966. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan di alami bersama secara subjektif. Realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat.29

Istilah konstruksi sosial atas realitas didefinisikan sebagai proses sosial

Dokumen terkait