Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835
Di Bawah Bimbingan,
Dr. Fatmawati, MA 197609172001122002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
IDRIS JAUHARI DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Jumroni, M.si Umi Musyarrofah, MA NIP 19630515 199203 1006 NIP 197108161997032002
Anggota,
Penguji I Penguji II,
Drs. H. Adi Badjuri. MM Dra. Nasichah, MA NIP 10540828 198003 1 001 NIP 196711261996032001
Pembimbing
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Juni 2010
Ora Etra Bora "Berusaha dan berdoa"
Do The Best and Do Like You Thing No Tomorrow
Bagiku Tak Ada Yang Tak Mungkin Kecuali Tidak Mau Melakukan
DEDIKASI PONDOK PESANTREN AL-AMIEN UNTUK KAMI
Ilmu yang diperoleh dari pondok harus senantiasa disadari sebagai:
1. KUNCI yang harus kalian perguanakan sendiri untuk memebuka khasanah Ilmu Pengetahuan yang seluas-luasnya
2. DASAR / PONDASI yang harus kalian bangun di atasnya sebuah bangunan yang kuat dan kokoh
3. MODAL AWAL yang harus kalian putar dan kembangkan sendiri, sehingga mendatangkan keuntungan dan manfaat yang sebesar-besarnya untuk diri kalian sendiri dan orang lain
4. BIBIT / BENIH yang harus kalian pelihara sebaik mungkin untuk kalian semaikan di atas tanah yang subur dan produktif sehingga ia berbuah selebat-lebatnya
5. PEMANASAN / WARMING UP dari suatu pertandingan besar yang akan kalian hadapi dimasyarakat kelak.
Nama : Isna Hidayati Taufik
TTL : Sumenep, 27 November 1987
Alamat : Pond-Pest Matlabul Ulum Desa Jambu Kec. Lenteng Kab. Sumenep Madura 69461
Email : [email protected]
Pendidikan :
1. Taman Kanak-kanak
2. SDN Elak-Laok Sumenep Madura (Tamat 1999)
3. Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dari tahun 1999 s/d 2005 selama 6 tahun
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)
Pengalaman Mengajar:
1. Mengajar di Pond-Pest Ulil Al-bab di Kota Probolinggo, pada pertengahan tahun 2005 selama setengah tahun, kegiatan ini sebagai utusan PP. Al-Amien setelah dinyatakan Lulus
2. Guru Teater di Pond-Pest Matlabul Ulum pada tahun 2007 selama 2 bulan
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua Konsulat Sumenep di PP. Al-Amien Pada Tahun 2003 2. Wakil Humas (ISTAMA) di PP. Al-Amien Pada Tahun 2004
3. Wakil Bagian Informasi dan Komunikasi (ISTAMA) di PP. Al-Amien 4. Ketua Seni Teater
5. Ketua Kegiatan Pelatihan Kepemimpinan “ Leadership Training” di PP. Matlabul Ulum Selama Sebulan pada tahun 2009
6. Bagian Pengembangan Kader Padus Voice Of Communication Fakultas Dakwah pada tahun 2007
Iqra’ yang berarti “Bacalah” dalam surat al-‘Alaq yang berisi tentang perintah terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu pula selalu diiringi dengan perintah menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca. Aktivitas membaca sangat ditentukan oleh tersedianya bahan bacaan, yang menuntut produktivitas menulis, untuk itu selayaknya bagi kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam sebuah tulisan. Berdakwah melalui karya tulis adalah salah satu metode dakwah seorang da’i yang ingin mengajak dan menjelaskan kepada pembaca atau mad’u tentang Islam dan mengajak agar ummat Islam dapat meningkatkan kualitas keimanannya sebagai hamba Allah. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah seorang ulama yang berdakwah melalui lembaga sosial yaitu pesantren di Madura dan berdakwah melalui karya tulis. Buku Dzikrullah Sepanjang waktu adalah salah satu karya tulisnya, karya tulis ini mengajak mad’u untuk memahami Dzikrullah sepanjang waktu, dalam keadaan apapun, baik senang maupun sedih dan dimana saja kita berada untuk selalu melaksanakan dzikrullah.
Dari penjelasan di atas, maka penulis merumuskan dua pertanyaan. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari? Bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu?
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena pengumpulan data yang terdiri dari wawancara kepada KH. Muhammad Idris Jauhari, studi pustaka, studi dokumentasi melalui buku-buku, majalah, rekaman dan teknik analisa data. Dengan analisis data yang bersifat deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa.
Teori Social Construction Of Reality yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Ia menggambarkan proses sosial dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama. Realitas simbolis, teori ini menjelaskan sebuah realitas yang diberi makna. Sama halnya dengan KH. Muhammad Idris Jauhari yang dalam buku dzikrullah sepanjang waktu menggambarkan metode praktis dzikrullah yang dapat dilakukan secara situasional, dalam keadaan apa saja dan kapan saja.
Berdakwah melalui karya tulis merupakan sarana penyampaian pemikiran seseorang tentang Islam dan dakwah seseorang untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada pembaca atau mad’u agar dapat meningkatkan kualitas keimanannya. Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah sepanjang waktu bahwa Dzikrullah adalah mengingat dan menyebut Tuhan baik dalam konteks ingatnya sebagai seorang hamba kepada Allah ataupun dalam konteks ingat-Nya Allah kepada sang hamba. Dalam buku dzikrullah sepanjang waktu ini memberikan pengetahuan baru bahwa dalam segala bentuk usaha dan ikhtiar seorang manusia kepada tuhannya yang ia lakukan seharusnya tidaklah terlepas satupun dari Dzikrullah. Baik itu berupa “Prestasi” seorang hamba diMata Tuhannya, baik prestasi imaniyah, ilmiyah, ataupun amaliyah yang dicapai seorang muslim, maupun yang berupa “Musibah” baik ujian, peringatan maupun azab yang menimpa seorang muslim.
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa selalu kita panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang mana dengan rahmat-Nya yang begitu melimpah, yang telah
menetapkan iman kita sehingga kita selalu diberi kemudahan untuk melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga kita termasuk
dari golongan mukmin yang istiqomah di jalan-Nya. Amien ya robbal alamien…
Shalawat berikut salam terhantar untuk Nabi Muhammad SAW, pembawa
perdamaian, pencerahan ummat yang menjadi sejarah besar dalam Islam. Semoga
kita dapat meneladani beliau dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Amien…
Syukur Alhamdulillah penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar, meski
tidak mudah melalui proses untuk mencapainya. Akan tetapi dukungan, semangat,
bimbingan, dan yang terpenting Doa dari orang-orang terdekat penulislah yang
mendorong penulis untuk tetap berusaha. Dengan segala kerendahan hati, penulis
pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof.
DR. Komarudin Hidayat dan para pembantu Rektor.
2. Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi DR. Arief Subhan MA dan Para
Pembantu Dekan: Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, Drs. Mahmud Djalal, MA,
dan Drs. Studi Rizal, LK, MA.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si
dan sekretaris Jurusan Umi Musyarofah, M.Ag.
4. Karyawan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi
5. Perpustakaan Utama UIN beserta Staf-stafnya
dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih
yang sebanyak-banyaknya.
8. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta
9. Seluruh Jajaran Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien
Prenduan Sumenep Madura dan juga Pengasuh Tarbiyatul Muallimat
(TMAI), terima kasih yang telah membimbing, memberikan Ilmu, dan
memberikan bekal Agama untuk masa depan kami seterusnya agar
menjadi Muslim dan muslimah Anfa’uhum Lin nas.
10.Teruntuk kyai kami KH. Muhammad Idris Jauhari,
Terima kasih bapak kyai yang telah menyempatkan waktunya untuk
membagikan ilmu yang kesekian kalinya meski kami telah menjadi
Alumni. Begitu bangga kami bisa bersua kembali dan mengangkat karya
bapak kyai untuk dikaji lebih dalam lagi. Semoga bapak kyai senantiasa
dilimpahkan kesehatan oleh Allah agar kami murid-murid bisa lebih lama
lagi menimba ilmu pada bapak kyai. Amien
11.Spesial untuk kedua Orang tua Penulis, KH. Muhammad Taufikurrahman
dan Hj. Ulfah Umamiyah, yang dengan kesabaran tak terbatas, telah
memberikan kepercayaan untuk menuntut ilmu dikota orang, kasih sayang
aba dan umi sangat berharga untuk nanda, Tak ada apapun didunia ini
yang dapat membalas kasih sayang Aba dan Umi terima kasih yang tiada
batasnya.
13.Adekku dan sahabat kecilku Izzatur Rif’ah Sunan, boleh kita sama-sama
berkelana tapi kita harus tetap bersama ya selamanya..
14.My Best Friend Rida Farida Mustopa, terima kasih atas semuanya. Sahabat
adalah orang yang paling mengerti ketika aku berkata “aku lupa” dan
membuka pintu meski aku belum mengetuknya.
15.My Cute Friend Putri Helmalena “Cut Putro”, Aceh punya, satu
perjuangan, satu perantauan.
16.Kawan-kawanku tercinta dan sahabat-sahabatku KPI Kelas-C Angkatan
2006, Broadcast Community, semoga kita tetap bisa bersilaturrahmi.
Terima kasih kawan atas motivasinya, jangan pernah lupa mampir
SURAMADU yang selalu merindukan kawan-kawan semua, miss you all
forever.
17.Kawan-kawanku BEMJ KPI 2009. Mahasiswa adalah Agen Perubahan.
Hidup mahasiswa….
18.Kawan-kawan senimanku LSO. Voice Of Communication Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Ditangan Ku berkarya Disuara Ku Bernada.
Buat penerus Adek-adek VOC lagu untuk kalian “Sekarang ataupun 50
tahun lagi VOC harus tetap berkarya, tak ada bedanya rasa cintaku masih
sama seperti pertama UpGrading ”.
19.Kawan-kawanku KKN Cibeurem 2009. Pengalaman sosial masyarakat
yang sangat berharga. Miss you all Tim 22 Cibeurem.
v
Akhirnya inilah akhir dari langkah penulisan ini, semoga ini bukanlah
mengakhiri prestasi untuk berkarya dalam sebuah tulisan. Dengan segala
kerendahan hati tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis berharap kritikan dan saran yang membangun.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk penulis pribadi dan pembaca secara umum.
Amien ya robbal alamien…
Ciputat, 10 Juni 2010
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batas dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penilitian ... 4
D. Manfaat Penilitian ... 4
E. Metodologi Penelitian ... 5
F. Tinjauan Pustaka ... 6
G. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN A. Pengertian Pemikiran ... 9
B. Pengertian Dakwah ... 11
C. Pengertian Da’i... 14
D. Materi Dakwah... 15
E. Metode Dakwah ... 18
F. Media Dakwah ... 20
G. Efek Dakwah... 21
H. Tujuan Dakwah ... 22
vii
BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Profil KH. Muhammad Idris Jauhari ... 42
1. Latar Belakang Keluarga... 42
2. Latar Belakang Pendidikan ... 43
3. Kiprah Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari ... 46
4. Karya KH. Muhammad Idris Jauhari ... 51
B. Sekilas Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu ... 54
BAB IV HASIL PENELIITIAN A. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari... 58
B. Analisis Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77
B. Saran-saran... 79
A. Latar Belakang Masalah
Awal munculnya Islam melalui wahyu pertamanya adalah ditandai dengan isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-‘Alaq yang berisi perintah terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca, berikut dalam firman Allah:
⌧⌧
⌧
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang.” (QS. Al-‘Alaq: 1-9)
Dalam ayat tersebut mengandung pesan, bahwa aktivitas membaca dan menulis memang sebuah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas
membaca sangat ditentukan oleh tersedianya bahan bacaan yang menuntut produktivitas menulis sebagai sarana pengadaan bahan bacaan. Buku adalah salah satu bentuk karya intelektual, menulis buku dapat dikatakan pesan atau perintah tersirat Al-Quran yang sepatutnya dijadikan tradisi kaum muslimin. 1 Sejalan dengan perintah Allah untuk banyak membaca maka selayaknya untuk kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam sebuah tulisan. Hal ini pula bisa disebut dengan dakwah, ketika seseorang berdakwah melalui tulisannya agar dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u sehingga penulis dapat mengajak pembacanya menuju pencerahan spiritual.
Menurut Bunda Gola Gong “Tulisan kita ibarat setapak yang bisa membawa orang ke mata air atau nyala lilin dikegelapan”.2 Hal inilah yang menunjukkan betapa besarnya pengaruh tulisan kepada pembacanya, hal ini pula yang dapat dimanfaatkan oleh para da’i untuk menyampaikan ajaran Islam dengan menggunakan media tulisan. Dengan karya tulis seorang da’i dapat menyampaikan pemikirannya dan mengajak mad’u atau pembaca untuk meningkatkan kualitas keimanannya.
KH. Muhammad Idris Jauhari adalah seorang tokoh yang tinggal disalah satu desa di daerah Madura. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah salah satu pendiri dari Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura, sebuah Pondok yang besar di daerah Madura yang memiliki konsep pendidikan yang modern, memiliki kurikulum yang berdiri sendiri, yang
1
Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah Dengan Menulis Buku, (Bandung : Media Qolbu, 2004), hal. 11, 31-34
2
kurikulumnya selalu berkembang tiap tahunnya juga karena buah dari konsep pemikiran KH. Muhammad Idris Jauhari.
Beberapa karya tulisnya dibidang keilmuan pendidikan dan juga mengandung unsur dakwah dan nilai-nilai Islam. KH. Muhammad Idris mendalami banyak bidang keilmuan seperti pendidikan, dakwah, dan lain sebagainya. Banyak karya tulis yang telah ditulis olehnya, berikut beberapa judul karya tulisnya: Hakekat Pesantren dan Kunci Sukses Belajar Di dalamnya, Mencetak Muslim Multi Terampil, Anak Muda Menjadi Sufi Mengapa Tidak, Pembudayaan Hidup Islami, dan lain sebagainya. Adapun karya tulisnya yang mengandung nilai-nilai dakwah salah satunya berjudul Dzikrullah Sepanjang Waktu, karya tulis ini berisi tentang untuk kita selalu melaksanakan dzikrullah sepanjang waktu, dalam keadaan apapun, baik senang maupun sedih dan di mana saja kita berada untuk selalu melaksanakan dzikrullah.
penelitian mengenai “Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan masalah penulis fokuskan hanya pada pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari?
2. Bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
D. Manfaat Penelitian 1. Segi Akademis
Penelitian ini untuk menjadi masukan, menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi pemikir dakwah, sebagai motivasi bagi pelaksana dakwah yang didapatkan dari pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dan sebagai pijakan para pengemban dakwah yang mempunyai kewajiban menyampaikan dakwah Islam kepada masyarakat.
E. Metodologi Penelitian 1. Bentuk Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna melalui pengumpulan data. Dengan analisis data yang bersifat deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa.3 Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar. Langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.4
2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan informasi langsung dari seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting dan peneliti melakukan wawancara langsung dengan KH. Muhammad Idris Jauhari. Dan data-data yang dikumpulkan melalui studi pustaka dan wawancara.5
3
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2002), cet. Ke-II, hal. 24-25
4
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-V, hal. 9
5
b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui buku-buku makalah-makalah, rekaman dan literatur-literatur lainnya agar memperoleh data yang lengkap.
c. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah analisa deskriptif, pada tahap ini peneliti menggambarkan dan menjelaskan suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti di lapangan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret dan akhir bulan April 2010.
F. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan tinjauan di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan yang peneliti kaji, adapun yang peneliti temukan ada beberapa judul yang hampir sama, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menyontek hasil karya orang lain, maka peneliti perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Pemikiran dan aktivitas dakwah KH. Syukran Ma’mun, skripsi ini disusun
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitiannya dibatasi pada bagaimana pemikiran dakwah KH. Syukran Ma’mun, apa saja bentuk aktivitas dakwah KH. Syukran Ma’mun.
2. Pemikiran Prof. DR. H. A. Suminto Tentang Dakwah Respon terhadap problematika Masyarakat Modern, Tesis ini di susun oleh Rubiyanah Mahasiswi Program Studi Dakwah dan Komunikasi Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005. Penelitiannya dibatasi pada bagaimana konsepsi dan pemikiran dakwah Prof. Dr. A. Suminto yang merespon Problematika masyarakat modern dan responnya berupa solusi yakni kontekstualisasi ajaran Islam dalam pola pikir masyarakat modern, aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan, peningkatan kualitas SDM para da’i, aktualisasi dakwah bil hal, merumuskan metodologi dakwah yang tepat dan kondusif serta memanfaatkan media massa sebagai sarana dakwah.
3. Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi K.H. Imam Zarkasyi, skripsi ini disusun oleh Deden Mauli Derajat, Mahasisiwa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008. Penelitiannya dibatasi pada bagaimana pemikiran dakwah KH. Imam Zarkasyi, Bagaimana Pola kaderisasi KH. Imam Zarkasyi, bagaimana hubungan pemikiran dakwah dan pola kaderisasi menurut KH. Imam Zarkasyi
Dzikrullah Sepanjang Waktu“, penelitian ini dibatasi pada bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dan bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi penulis dapat dirinci sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, Latar Belakang masalah, Batas dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan pustaka, Sistematika Penulisan
Bab II: Kerangka Pemikiran, Pengertian Pemikiran, Pengertian Dakwah, Pengertian Da’i, Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media Dakwah, Efek Dakwah, Tujuan Dakwah, Pengertian Dzikir, The Social Construction of Reality
Bab III: Profil KH. Muhammad Idris Jauhari, Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Pendidikan, Kiprah Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari, Karya KH. Muhammad Idris Jauhari, Sekilas buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
Bab IV: Hasil Penelitian, Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari, Analisis Pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
A. Pengertian Pemikiran
Pemikiran berasal dari kata pikir yang artinya akal budi, ingatan,
angan-angan, ahli. Sedangkan berfikir yaitu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Pemikiran adalah proses, cara
perbuatan memikir, problem yang memerlukan pemecahan, sedangkan
pemikir adalah orang yang cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat
dimanfaatkan orang lain seperti filosof.1
Berfikir merupakan usaha dalam menggunakan potensi sesuai dengan
kapasitas intelektualnya. Kegiatan berfikir diperlukan untuk memecahkan
masalah, mengambil keputusan dan untuk melahirkan sesuatu yang baru.2
Makna etimologi dalam kamus bahasa Indonesia, kata “Pikir”
mempunyai arti 1) akal budi, ingatan, angan-angan, 2) kata dalam hati,
pendapat atau pertimbangan, sedangkan kata “Berfikir” diartikan
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu,
menimbang-nimbang dalam ingatan. “Memikirkan” mempunyai arti mencari
daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi.
Sedangkan “Pemikiran” adalah cara atau hasil pikir. Sebagai berikut menurut
para ahli makna dari Pemikiran:
1. Pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari aktivitas akal yang ada
dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, atau roh dengan
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 872-873
2
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), hal. 118
pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi
dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai pada hukum
atau hubungan antar sesuatu.
2. Menurut Ibnu Khaldun: Berfikir atau fikir adalah penjamahan
bayang-bayang yang telah ada di indera, ini dibalik perasaan dan aplikasi akal di
dalamnya untuk membuat analisis dan sintesis. 3
Pemikiran adalah hasil dari berfikir. Pemikir adalah orang yang
cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat bermanfaat bagi orang
lain. Kegiatan berfikir diperlukan untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa teknologi, ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan dan lain
sebagainya. Buku adalah salah satu bentuk karya intelektual yang
dihasilkan dari pemikiran orang yang berfikir.
Kegunaan pemikiran adalah untuk aktualisasi potensi sebagaimana
manusia telah dibekali dengan berbagai potensi berupa indera, akal pikiran
dan hati. Potensi yang lain adalah kejahatan dan takwa yang Allah
ilhamkan kepadanya. Ketika dilahirkan ke dunia, manusia dalam keadaan
tidak mengetahui apapun, kemudian dengan segala potensinya manusia
berusaha mengembangkan diri menjadi orang yang berfikir dan berilmu
pengetahuan. 4
Kegunaan berfikir juga adalah dapat mengangkat derajat manusia
menjadi lebih tinggi karena akal merupakan rahmat dari Allah khusus
untuk manusia yang membedakannya dengan makhluk Allah yang lain. Di
dalam Al-Quran ketinggian derajat orang-orang yang mampu
3
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), hal. 93 4
mengembangkan diri khususnya mengembangkan akalnya, yang dibangun
tetap atas landasan iman dan takwa disebut dalam Al-Quran secara
berulang-ulang dengan istilah yang berbeda-beda dan dalam konteks
kualitas yang berbeda-beda pula. Diantaranya Ulul Albab, Ulul Abshar,
Uhlu ‘Ilm, ahlu adzikr, ar-Rasikhuun fi al-Ilm, al-Amien, dan lain
sebagainya. Dalam berfikir, seseorang mengawali dengan memikirkan hal
yang sederhana hingga akhirnya terbentuk pola pikir (Fiqrah) tertentu, dan
hal itu sangat dipengaruhi oleh akidah, ideologi, hati nurani, keinginan dan
kecenderungan hawa nafsu, lingkungan hidupnya seperti sosial, budaya,
ekonomi, politik.5
B. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a
dan yad’u yang artinya memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,
mendorong dan memohon.6 Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai
dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf: 33
☺
⌧
Artinya : Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf : 33)
5
Ibid.,, hal. 94 6
Dan Surat Yunus:25.
Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam) (QS Yunus:25)
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif
ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
Istilah dakwah digunakan dalam Al-Qur’an baik dalam bentuk fi’il
maupun dalam bentuk mashdar berjumlah lebih dari seratus kali. Dalam
Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali
dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, 7 kali kepada neraka dan
kejahatan.
M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.7
Secara bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu:
“da’a- yad’u- da’watan” yang artinya menyeru, mengajak.8 Dakwah adalah
sebuah aktivitas menyeru manusia kepada perubahan yang sejatinya tidak
boleh berhenti atau bahkan mati, tetapi ia adalah aktivitas yang harus
memiliki kelanjutan atau secara terus-menerus. Karenanya para pelaku
dakwah memerlukan aktivis yang mampu mengemban amanat penerus para
7
M. Arifin, Psikologi Dakwah Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), hal. 6 8
nabi. Kredibilitas dan kemampuan sang da’i sebagai penentu keberhasilan
merupakan tuntutan zaman, sebab semakin bertambah umat manusia yang
menerima dakwah, semakin meluas geografi dakwah, semakin dibutuhkan
pertambahan wawasan dan keluasan kerja-kerja dakwah.9
Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang ada dalam kegiatan
dakwah. unsur-unsur dakwah itu adalah:
1. Da’i (pelaku dakwah) adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,
tulisan dan perbuatan, baik dilakukan secara individu, kelompok atau
organisasi.
2. Mad’u (mitra dakwah atau penerima dakwah) adalah manusia yang
menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah yaitu manusia secara
keseluruhan.
3. Maddah (materi dakwah) adalah isi pesan atau materi yang disampaikan
oleh da’i pada mad’u. materi dakwah dapat dikelompokkan menjadi : a)
akidah (keimanan), b) syari’ah (ibadah dan muamalah), c) akhlak.
4. Wasilah (media dakwah) adalah alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (Ajaran Islam). Hamzah yaqub membagi
media dakwah menjadi lima macam yakni media lisan, tulisan, audio
visual, dan akhlak.
5. Thariqah (metode dakwah) adalah metode yang digunakan dalam dakwah.
metode dakwah adalah cara untuk menyampaikan materi dakwah. Dalam
Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 :
☺
9
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahal: 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah terdiri dari tiga
bentuk yaitu, hikmah artinya metode dakwah dengan mempertimbangkan
kemampuan rasional akal si penerima dakwah, mau’idzoh hasanah artinya
metode menggunakan dalil dan argumentasi yang tepat sehingga mad’u
menjadi puas menerima materi yang diberikan. Mujadalah billati hiya
aahsan yaitu metode tukar pikiran atau diskusi menjawab bila mad’u
menanyakan kebenaran materi dakwah.
6. Atsar (efek dakwah) sering juga disebut dengan feedback atau umpan balik
dari sebuah proses dakwah. efek sangat berguna untuk menentukan
langkah selanjutnya dalam menjalani dakwah.
C. Pengertian Da’i
Da'i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
Secara umum kata da'i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya
sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti
penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah) dan sebagainya. Siapa
saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi
seorang da'i. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan
dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan
hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban
berdakwah, dibebankan kepada orang-orang tertentu.
Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok
bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah waad, mubaligh mustamain
(juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.10
Da'i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,
alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk
memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga
metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng.11
D. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da'i
kepada mad'u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah
adalah ajaran Islam itu sendiri.
10
H.M.S. Nasaruddin Lathief, hal. 20 11
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu:
1. Masalah Akidah (Keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah
Islamiah.12 Aspek akidah ini yang akan membentuk moral atau akhlak
manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam
dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Di mana seorang dai
mengajak mad’u untuk mengimani hanya kepada Allah.
2. Masalah Syariah
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban
dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan
syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang
melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan
selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.13
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan
hak-hak umat muslim dan non muslim, bahkan hak-hak seluruh umat manusia.
12
Akidah ('aqidah) secara harafiah berarti "sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara erat atau kuat". Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam,yang mengandung pengertian “Pandangan pemahaman, atau ide (tentang realitas) yang diyakini kebenarannya oleh hati". Yakni, diyakini kesesuainnya dengan realitas itu sendiri. Apabila suatu pandangan, pemahaman, atau ide diyakini kebenarannya oleh hati seseorang, maka berarti pandangan, paham, atau ide itu telah terikat di dalam hatinya. Dengan demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya. Hubungan apa yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat (amalnya) bersifat kualitas; akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat. Lihat, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002), hal. 9-11.
13
Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur
dan sempurna.
Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat
menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas dibidang hukum
dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan),
dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak dilakukan), dan
haram (dilarang).
Karya tulis KH. Muhammad Idris Jauhari yaitu Dzikrullah
sepanjang waktu yaitu termasuk pada materi yang membahas tentang
syariah, bagaimana seorang muslim menjalankan perintah dan
hukum-hukum Allah.
3. Masalah Mu’amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu'amalah lebih
besar porsinya dari pada urusan ibadah. Muamalah disini seperti
bagaimana manusia berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia
dan lain sebagainya.
Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari
pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh
bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah
di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah
dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.
4. Masalah Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak
tabi’at. Ilmu akhlak bagi oleh Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang
keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan dan tentang berbagai kejahatan
atau kecurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan
tersebut.14
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada
dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari
kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak
dapat diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari
kebaikan norma sejati.15
Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan
buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui
kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya
dengan akhlak. Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu
menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang
menjadi ajaran paling dasar dalam Islam.16
E. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk
mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus
mencermati firman Allah Swt sebagai berikut:
14
Abdul Adz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT lchtiar Van Hoeve, 2002), hal. 190.
15
Affandi Muchtar, Ensiktopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve 2002), hal. 326.
16
☺
☺
Artinya “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ ( Q.S. An-Nahl : 125 ).
Dari ayat tersebut dapat dipahami prinsip umum tentang metode
dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu;
Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, metode mujadalah billati hia
ahsan.
Nabi Muhammad Saw bersabda :
ْﻦ
يأر
ْﻢﻜْ
اًﺮﻜْ
ناو
ﺎﺴ ﻓ
ﻊﻄﺘﺴ
ﻢﻟ
ناو
ﺪﻴﺑ
ﺮﻴﻐﻴ ﻓ
ﻓ
ﻊﻄﺘﺴ
ﻢﻟ
نﺎﻤ ﻻا
ﻌﺿأ
ﻚﻟذو
Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, ubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).
Dari hadits tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
1. Metode dengan tangan (bilyadi), tangan di sini bisa dipahami secara
tekstual ini terkait dengan bentuk kemungkaran yang dihadapi, tetapi juga
tangan bisa dipahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan
kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa
dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan (billisan), maksudnya dengan kata-kata yang
lemah lembut, yang dapat dipahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata
3. Metode dakwah dengan hati (bil qolb), yang dimaksud dengan metode
dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap
mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek
dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek
bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati
da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi
sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya
mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil
uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam
segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW hanya ditentukan
oleh akhlak yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Seorang da’i harus menjadi teladan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan metode dakwah yang dilaksanakan oleh KH. Muhammad
Idris Jauhari ada beberapa seperti metode dakwah lembaga sosial yang
berbentuk dalam sebuah pesantren dan juga metode dakwah bil qalam atau
dakwah dalam bentuk karya tulis.
F. Media Dakwah
Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar,
surat-menyurat, korespondensil, spanduk dan sebagainya. Berdakwah
melalui karya tulis adalah salah satu metode dakwah seorang da’i yang
ingin mengajak dan menjelaskan kepada pembaca atau mad’u tentang
Islam dan mengajak agar ummat Islam dapat meningkatkan kualitas
keimanannya sebagai hamba Allah.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur dan sebagainya.
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film, slide,
OHP, internet dan sebagainya.
5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad'u.
G. Efek Dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.
Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah,
wasilah, dan metode tertentu, maka akan timbul respon dan efek (atsar) pada
mad'u (penerima dakwah).
efek(Atsar) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka
selesailah dakwah. Padahal efek sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah, maka
kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan
dakwah yang akan terulang kembali. Sebaliknya dengan menganalisis efek
dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera
diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya
(corrective action). Demikian juga strategi dakwah yang dianggap baik dapat
ditingkatkan.
Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada
perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau
informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenak khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan
dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan,
atau kebiasaan berperilaku”17
H. Tujuan Dakwah
Setiap aktivitas apapun harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Untuk itu tujuan dakwah harus jelas dan terukur agar usaha dakwah dapat
diukur berhasil atau gagalnya. Tujuan dakwah adalah untuk membentuk
pribadi muslim agar mempunyai iman yang kuat, berakhlak karimah,
berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah.
17
Tujuan untuk masyarakat adalah untuk membentuk agar masyarakat
senantiasa sejahtera dan penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat
yang senantiasa mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan oleh
Allah, baik yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesama,
hubungannya dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Tujuan dakwah untuk mengajak manusia agar menolak tuhan-tuhan
selain Allah (Thaghut) dan beriman hanya pada Allah sehingga
1. Keluar dari kondisi yang “gelap”
2. Menuju hidup yang penuh cahaya/nur atau kondisi yang terang benderang
(sukses di dunia dan akhirat).
Tujuan utama dakwah yaitu memberikan perwujudannya kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat yang diridhai Allah.
I. Pengertian Dzikir
Dzikir adalah satu aktivitas ibadah dengan satu tujuan yakni
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap muslim akan memahami bahwa Allah
SWT merupakan Dzat Yang Maha Suci dan tidak dapat dekat dengan-Nya
kecuali siapa saja yang menyucikan dirinya.
Dzikir selain untuk menyerap dan meresonansi hati pelaku dengan
energi positif dari Allah SWT, maka juga bertujuan untuk menghasilkan
pancaran nilai energi. Pancaran nilai energi ini memiliki fungsi dalam dua
sifat yaitu bersifat vertikal atau hubungan dengan Allah, dan bersifat
horizontal atau hubungan dengan manusia.18
18
Menurut Shalih Ahmad Asy Syami, barang siapa yang berdzikir
kepada Allah dengan hatinya, maka ia seorang pedzikir. Barang siapa yang
berdzikir kepada Allah tidak dengan hatinya, maka ia bukan pedzikir. Karena
lisan adalah pelayan hati dan pengikut setianya.19
Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam kitabnya “Al-Wabilus Shayyib”
menjelaskan bahwa dzikir adalah obat hati yang dapat menghadirkan
ketenangan, ketentraman dan penghilang rasa depresi, resah, gundah dan
sedih. Satu fakta menyatakan bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan
sumber datangnya sakit dalam diri manusia. Hikmah dzikir yang terpenting
adalah menumbuhkan sifat optimis (kepastian) dalam diri manusia dan
menyadarkannya bahwa dia tidak sendiri dalam usaha menghadapi berbagai
permasalahan dalam hidupnya.20
Di dalam buku Dzikir Orang-orang Sukses yang ditulis oleh Aam
Amiruddin dan M. Arifin Ilham, bahwa pengertian dzikir sebagai berikut:
1. Dzikir yang menunjukkan pada arti Al-Quran
Allah berfirman pada ayat-ayatnya berikut:
☺
Artinya: “sesungguhnya kami-lah yang menurunkan az-dzikra (al-Quran)
dan sesunggunya kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:15).
Ad-dzikra dalam ayat tersebut bermakna Al-Quran. Imam Ibnu
Qayyim berpendapat, Dzikrullah itu ialah dengan Al-Quran yang Allah
19
Shalih Ahmad Asy Syami, Wasiat Abdul Qadir, (Jakarta: PT. Aqwam Media Profetika, 2010), hal. 81
20
turunkan kepada Rosul-Nya, dengannya akan tenang hati orang yang
beriman, karena hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan yakin.
Dan tidak ada jalan untuk memperoleh keimanan dan keyakinan kecuali
dengan Al-Quran.” Mengapa az-dzikra bermakna Al-Quran? Ada korelasi
makna antara Al-Quran dan dzikir, kalau dzikir diartikan sebagai
peringatan begitu pula Al-Quran yang berisi tentang peringatan.
2. Dzikir yang merujuk pada arti “Shalat”
Allah berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. Thaha:14).
Dan juga Allah berfirman:
⌧
☺
Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ankabut:45)
3. Dzikir merujuk pada arti Jumat
☺
☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila di seru untuk
menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggakanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Jumu’ah:9). Shalat Jumat memiliki keistimewaan karena dilaksanakan
seminggu sekali, shalat ini dapat disebut sebagai dzikir mingguan. Shalat
Jumat juga memiliki rangkaian lebih banyak dibandingkan shalat lima
waktu, di mana seluruh rangkaiannya merupakan dzikrullah, mulai dari
persiapan seperti mandi dan berpakaian, shalat intizhar, mendengarkan
khutbah, sampai shalat Jumatnya.
4. Dzikir yang menunjuk pada arti mengingat-Nya
Allah berfirman dalam Al-Quran:
☯
⌧
⌧
☺
☺
☺
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab :41-43)21
Dzikir dalam pengertian inilah yang dipahami oleh sebagian besar
orang. Saat muncul kata dzikir, maka yang ada dibenaknya adalah
mengingat Allah dengan membaca kalimat-kalimat dzikir.
Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan agar mukmin berdzikir
kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dzikir dalam arti
mengingat-Nya. Baik menggunakan kalimat dzikir dengan kalimat-kalimat dzikir atau
hanya dengan lintasan dihati saja. Makna dari ayat “Dzikir yang banyak”
yang dimaksud bukan banyak dalam arti jumlah atau bilangan tertentu,
karena bila kata tersebut berpatokan pada bilangan, maka tidak ada
kejelasan korelasi dengan kata “banyak” itu sendiri karena kata “banyak
menunjukkan sesuatu yang relatif. Seratus bisa bermakna banyak, akan
tetapi bila bilangan itu dibandingkan dengan bilangan seribu maka seratus
menjadi sedikit. Ini menujukan bahwa kata “banyak” memakai standar
jumlah bilangan, sangatlah relatif. Untuk itu dalam ayat tersebut dalam
mempraktekkan dzikir yang banyak sesuai perintah yang terkandung
dalam ayat tersebut adalah dengan berupaya untuk selalu sadar dan
senantiasa berada dijalan-Nya dalam setiap langkah dan gerak hidup, baik
disertai ucapan asma Allah atau tidak.
Dzikir berasal dari kata “dzakara-yudzakkiru-dzikr” yang berarti
mengingat (dalam hati) atau menyebut (dengan lisan). Mengingat atau
21
menyebut sesuatu biasanya selalu muncul dari rasa cinta yang mendalam.
Seperti dalam prakata arab mengatakan:
ْﻦ
أ
ﺣ
ﱠ
ﺷ
ْﻴًﺌ
ا
ﺎ
ْآﺜ
ﺮ
ْﻦ
ْآذ
ﺮ
Artinya: “Siapa yang mencintai sesuatu, pasti akan selalu mengingat dan
menyebut-nyebutnya”
Dan cinta sejati biasanya selalu muncul dari keyakinan, persaksian dan
pengakuan atas kelebihan dan kebaikan dari sesuatu tersebut. Cinta yang
bersumber dari keyakinan inilah yang memunculkan sikap patuh, tunduk dan
loyal untuk merasa dekat dengan kekasih yang dicintai dan selalu menjalankan
apapun yang dikehendakinya.
Kata dzikrullah itu pada umumnya berupa perintah untuk mengingat
dan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan
dalam situasi apa saja, baik suka atau duka, sendirian atau bersama-sama.
Sedangkan kata dzikrullah berupa kalimat berita pada umumnya berisi
janji-janji Allah untuk orang-orang yang selalu berdzikir kepada-Nya serta ancaman
Allah bagi mereka yang tidak berdzikir (melupakan atau lupa kepada Allah).
وﻟ
ْآﺬ
ﺮ
ﷲا
أ
ْآ
ْﺮ
Artinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Para ulama menafsirkan bahwa “dzikrullah” adalah ingatnya seorang
hamba kepada Allah. Dan itu lebih besar keutamaannya di sisi Allah dari pada
ibadah-ibadah lainnya. Tetapi sebagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan “dzikrullah” di sini adalah ingat-Nya Allah kepada
hamba-Nya, sesuai dengan firmannya:
Artinya: “Ingatlah kalian kepadaku, maka Aku pasti ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah:152)
Dan ingatnya Allah kepada hamba-Nya ini lebih besar nilainya di sisi
Allah dari pada ingatnya si hamba kepada Allah.
1. Jenis-jenis Dzikrullah
a. Basmalah
Setelah memantapkan niat dalam hati, seorang muslim seharusnya
memulai aktivitas apapun dengan basmalah.
Basmalah adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang menegaskan
bahwa kita memulai pekerjaan ini dengan, atas nama atau karena
Allah, semata-mata untuk mengharap taufik, hidayah, ma’unah,
‘inayah, rahmah, barokah dan ridho-Nya. Lafadz basmalah seperti “
بسمالل الرحمنالرحيم “
b. Tasbih dan Taqdis
Tasbih adalah sebuah pengakuan yang jujur, kuat dan benar atas
kesucian Allah dari segala apa saja yang tidak layak bagi-Nya, dan atas
kesucian Allah dari segala bentuk penyifatan siapapun yang tidak
bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Lafadz tasbih seperti “ﷲانﺎ ﺳ ”
yang artinya Maha suci Allah.
c. Tahmid
Tahmid adalah suatu bentuk ekspresi rasa syukur kepada Allah dengan
memuji-Nya. Ekspresi ini harus dilandasi oleh pengakuan dalam hati
bahwa segala apa yang kita miliki atau kebaikan yang kita saksikan
d. Tahlil
Tahlil adalah mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan
bahwa Allah tidak butuh kepada yang selain-Nya, dan yang lain-Nya
butuh kepada-Nya. Lafadz tahlil seperti “ﷲاﻻا ﻟاﻻ”
e. Takbir
Takbir adalah mengakui bahwa Allah-lah yang Maha besar dan selain
Allah adalah kecil dan bahwa segala urusan yang berhubungan dengan
Allah adalah urusan yang terbesar dan selain itu urusan kecil. Lafadz
takbir seprti “ الل أكبر“
f. Hauqalah
Hauqalah adalah suatu bentuk ekspresi akan kelemahan diri, karena
tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Contoh lafadz
hauqalah (ﷲﺎﺑﻻاةﻮﻗ ﻻولﻮﺣﻻ) yang artinya “tiada daya untuk menolak
sesuatu yang bahaya dan mendatangkan sesuatu yang bermanfaat
melainkan dengan Allah”.
g. Hasbalah
Hasbalah adalah suatu bentuk ekpresi pemasrahan total kepada Allah,
lafadz hasbalah yang paling utama (ﷲا ﺎ ﺣ\ﻲ ﺣ) yang artinya
“cukuplah Allah bagiku/bagi kami”.
h. Istighfar
Istighfar adalah suatu ekpresi pengakuan atas dosa-dosa yang telah
(أستغفر الل العظيم) yang artinya “ Aku memohon ampun kepada
Allah yang maha agung”.
i. Shalawat kepada Rosulullah SAW
Shalawat adalah ekpresi pengakuan dan persaksian seorang muslim
terhadap kerasulah Nabi Muhammad SAW dan pernyataan rasa cinta
kepada beliau, sekaligus sebagai manifestasi dari perintah Allah dalam
Al-Quran. Allah berfirman:
⌧
☺
☺
Artnya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada
nabi (Muhammad. SAW), wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah dan bersalamlah kepadanya.” (Al-Ahzab:56) j. Tilawah Al-Quran (membaca)
Tilawah/Membaca Al-Quran adalah salah satu ekspresi dari dzikrullah,
sebab tidak mungkin seorang muslim membaca Al-Quran dengan tartil
dan khusu’, kecuali karena didorong oleh hasrat untuk mengingat
Allah dan menyebut asma Allah (dzikrullah). Membaca Al-Quran
adalah ibadah yang berpahala di sisi Allah karena kita
diperintahkan-Nya untuk selalu membacanya.
k. Melaksanakan Shalat
Shalat adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang paling utama,
sebagaimana firman Allah:
ْﺮ ْآأ
ﷲا
ﺮْآﺬﻟو
)
تﻮ ﻜ ﻌﻟا
:
45
(
Para jumhur ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan
dzikrullah dalam ayat ini adalah “shalat” karena ayat sebelum kalimat
dzikrullah ini Allah menerangkan tentang fungsi shalat yang dapat
mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran.
Untuk itu hampir dari semua jenis dzikrullah yang disebutkan di atas
(seperti Basmalah, Hauqolah, Hamdalah, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, dan
lain sebagainya) semua terdapat dalam shalat. Seperti dalam firman Allah:
...
ىﺮْآ
ﺬﻟ
ةﻮ ﱠﺼﻟا
ﻢ أو
“…dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku”22
2. Macam-macam Dzikir
a. Dzikir bil ‘Amal : yaitu segala perbuatan yang tujuannya untuk mengingat
Allah. Misalnya, seorang siswa atau mahasiswa tidak pernah mencontek di
saat ujian karena dia tahu bahwa Allah selalu mengawasi setiap saat dan
kesempatan.
b. Dzikir ‘Aqliyah : yaitu dzikir orang-orang yang berilmu (Ulil Albab)
dengan cara tafakkur dan tadabbur. Mereka menggunakan ilmu yang
dimiliki untuk berdzikir kepada Allah. Ini penting karena ketika ilmuan
tidak menggunakan ilmunya untuk berdikir kepada Allah maka ilmunya
cenderung akan membuat mereka sombong.
22
c. Dzikir bil Lisan : yaitu setaip ucapan yang di lafalkan dengan tujuan untuk
mengingat Allah. Misalnya, ucapan istighfar, takbir, tahmid, dan tahlil
setelah selesai shalat lima waktu. Dzikir lisan terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Dzikir Ma’tsur
Yaitu dzikir yang bersumber dari al-Quran dan as-sunnah. Terdapat
banyak dzikir dan do’a yang tertera di dalam Al-Quran dan telah di
ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui Hadisnya.
2) Dzikir Ghairu Ma’tsur
Yaitu dzikir yang tidak berdasarkan pada Al-Quran dan as-Sunnah,
semata-mata hanyalah ijtihad para ulama, seperti dzikir yang di tulis
oleh syeh an-Nawawi Al batani dan lain sebagainya.
3) Dzikir Bil Qalbi
Yaitu hati yang selalu mengingat Allah ketika muncul listasan untuk
berbuat maksiat. Misalnya ketika kita berniat untuk mengambil barang
orang lain akan tetapi tidak jadi untuk melakukannya karena takut akan
azab Allah Swt.23
3. Keutamaan Dzikir
a. Mendapat ketenangan Hati
Allah berfirman,
☺
23
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. ( Q.S. Ar-Ra’d:28)
Dzikir yang sebenar-benarnya dzikir adalah dzikir yang di
dalamnya terucap kalimat-kalimat yang berkarakter dan mampu
menembus ruang kalbu yang paling dalam. Hatipun akan selalu hadir dan
siap untuk segala hal yang menimpa dengan segala kerelaan dan
keridhaan, karena dia yakin bahwa Allah selalu menemani. Semakin
menambah kekuatan iman dan istiqamah (terus menerus). Tiada lagi rasa
sedih dan rasa takut selain kepada Allah semata.
Allah berfirman:
Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Yunus:62)
Adapun ciri-ciri sikap ketenangan hati yang terlahir dari dzikir:
1) Sikap berfikir positif “Positif Thinking”
2) Menerima Ketetapan Allah
3) Ikhlas Dalam Bekerja
4) Percaya Diri Dalam Menghadapi Persoalan Hidup
b. Selalu Diingat Oleh Allah
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152).
Bahwa dzikir akan membawa efek positif pada kedekatan manusia
dengan Allah. Kedekatan ini tentu saja berbeda dengan kedekatan seorang
manusia dengan manusia. Kedekatan manusia dengan manusia biasanya
bersifat temporal karena mudah dipengaruhi oleh kepentingan
masing-masing, sehingga ketika kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka
kedekatan itu mulai pudar.
Berbeda dengan kedekatan manusia dengan Allah yang dibangun
dengan dzikir, tentu atas landasan kasih sayang, ketulusan dan ketaatan.
Kalaupun ada kepentingan, kepentingan itu hanya datang dari pihak
manusia saja, pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan dzikir manusia
karena tanpa hal itupun Allah sama sekali tidak akan merugi. Lebih dari
itu pula, Allah tetap akan menumpahkan rahmat kepada hamba-Nya yang
senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada-Nya tanpa batas.
c. Mendapat Perlindungan Allah Pada Hari Kiamat
Rosulullah bersabda, ”Ada tujuh golongan yang akan dilindungi
oleh Allah di hari tiada lindungan kecuali lindungan-Nya,……..seseorang
yang berdzikir pada Allah dengan menyendiri hingga berlinang air
Dihari akhir (kiamat) yang begitu dahsyat sebagai penutup
kehidupan dunia, sebagai hari pembalasan untuk orang yang melakukan
dosa dan ganjaran baik untuk orang yang melaksanakan amalan shaleh. Di
hari inilah di mana tak ada satupun di antara manusia yang dapat mencari
tempat sembunyi untuk meminta perlindungan kecuali perlindungan Allah
dan bekal amal baik selama di dunia. Akan tetapi betapa murahnya Allah
yang mana hadist tadi menjelaskan bahwa ada tujuh golongan yang akan
mendapatkan pertolongan di hari kiamat dan salah satunya adalah mereka
yang berdzikir kepada-Nya, berdzikir manakah yang dimaksud hadist
tersebut?
Ibnu Hajr Al-Atsqalani menjelaskan dalam kitab Fathul Bary yang
menyebutkan bahwa,”Dzikir kepada Allah tersebut dilakukan hati dengan
tadzakkur (mengingat dan menyebut-nyebut atas keagungan-Nya) atau
dengan lisan, dengan mengucapkan sejumlah kalimat-kalimat dzikir yang
mengagungkan-Nya.”
d. Dapat Melepaskan Pengikat Setan Saat Bangun Tidur
Setan adalah merupakan musuh utama yang nyata untuk manusia.
Karena program utamanya adalah mengajak manusia untuk tinggal
bersama mereka di neraka kelak. Upaya harian setan yaitu dengan
membuat ikatan di kepala manusia yang sedang tidur di malam hari.
Dikala manusia tidur setan membuat tiga tali untuk mengikatnya,
sehingga ketika dia bangun akan merasa susah dan tidurnya semakin
nyenyak. Bangun kesiangan jika sesekali memang terampuni, itupun
e. Menjadikan Hidup Ini Jadi Hidup
Sebagian orang memaknai hidup ini penuh dengan masalah,
dengan dzikir kita akan lebih tahu pemaknaan hidup, tujuan hidup akan
terpampang jelas, langkah hidup begitu pasti, hidup akan terasa lebih
bermakna, hidup tidak akan terasa hampa. Karena dengan dzikir kita dapat
mengenal dan dekat dengan Allah.
f. Dapat Melunakkan Hati
Rasululah besabda, ”janganlah kalian memperbanyak bicara
kecuali dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya bayak bicara tanpa
dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauhnya manusia
dari Allah adalah yang hatinya keras.”(H.R. Tirmidzi)
Diantara ucapan yang menjadi keharusan adalah ucapan yang
berisi dzikir, mengucap asma Allah dan sifat-sifat-Nya untuk mendekatkan
diri kepada-Nya. Basahi selalu bibir kita dengan dzikir karena kedekatan
kita dengan Allah akan menjadikan hati kita lunak.
g. Dijauhkan Dari Api Neraka
Rosululah bersabda: “Allah SWT. Berfirman: ‘Keluarlah kalian
dari neraka karena mengingat-Ku dihari-harinya atau takut pada-Ku ada
disuatu tempat (takut melakukan maksiat)”. (H.R. Tirmidzi)
h. Dilingkupi Rahmat Allah dan Diberkahi Ketenangan
Rosulullah bersabda: “Tidak satupun kaum yang berdzikir kepada
karuniai ketenangan dan Allah senantiasa mengingat mereka”. (H.R.
Tirmidzi)24
4. Objek Dzikir
a. Dzikrullah
Dzikrullah adalah dzikir untuk mengingat Allah, tujuannya supaya kita
selalu beribadah kepada-Nya. Berdzikir kepada Allah yang dianjurkan
bukanlah kuantitas dzikirnya akan tetapi kualitas dzikirnya. Dan inilah
dzikir yang biasa dilakukan oleh orang-orang shaleh.
b. Dzikrul Maut
Dzikrul maut adalah mengingat kematian. Kita menjalani hidup memiliki
tujuan yaitu untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Sebelum menuju pintu
akhirat kita harus melalui pintu akhir dari kehidupan kita yaitu pintu
kematian, yang mana pintu ini adalah pintu akhir dalam menjalankan tugas
kita sebagai hamba Allah. Salah satu untuk kita memperbanyak amal
shaleh yaitu dengan memperbanyak dzikrul maut (mengingat kematian).
c. Dzikrul ‘Azab
Dzikrul ‘Azab adalah mengingat ‘Azab Allah, mengingat ‘Azab Allah juga
adalah salah satu memotivasi kita untuk beramal shaleh menuju akhirat.25
5. Fungsi Dzikir
Fungsi zikir menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulum
Addin” menjelaskan bahwa dengan zikir maka hati menjadi tenang, zikir juga
24
Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham..., hal. 21-35 25
bisa mendatangkan ilham, menghalangi ruang gerak setan sehingga setan
menjauh dari hati manusia. Dan dalam kondisi itulah malaikat memberikan
ilham ke dalam hati manusia. 26
Dalam risalah al-Qusyairiyah dijelaskan bahwa zikir adalah rukun
(tiang) yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah atau bahkan saka guru
tarekat mengatakan bahwa seseorang tidak akan bisa sampai kepada Allah
bila tidak menjalankan zikir secara tetap.27
Zikir menurut tuntunan syariat Islam dan al-Qur’an adalah menyebut
nama dan mengingat Allah dalam setiap keadaan, yang bertujuan untuk
menjalin ikatan batin (kejiawaan) antara hamba dengan Allah sehingga timbul
rasa cinta dan jiwa muraqabah (merasa dekat dan merasa diawasi oleh Allah
Swt). Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Hasan al-Banna bahwa zikir
menurut ketentuan syariat adalah zikir yang menyebut nama Allah dengan
membaca tasbih, tahlil, takbir, istigfar, membaca al-Qur’an, membaca do’a
yang matsur, selain itu juga majlis-majlis yang diadakan untuk dakwah
Islamiyah.28Terkait dengan hal demikian Allah Swt berfirman:
☯
⌧
⌧
Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.”( Al-ahzab 41-42 )
26
Imam Al-Ghazali, Dzikrullah Rahasia dan Kekuatan, (Pondok Gede: PT. Sahara Intisains: 2009), cet. Ke-II, hal. 5
27
Simuh, Tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-I, hal. 109
28
J. The Sosial Construction of Reality
Teori ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of
Reality: A Treatise in the sociological of knowledge pada tahun 1966. Ia
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana
individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan di
alami bersama secara subjektif. Realitas sosial adalah pengetahuan yang
bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat.29
Istilah konstruksi sosial atas realitas didefinisikan sebagai proses sosial
melalui tindakan dan interaksi di mana individu menciptakan secara terus
menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi
sosial di sekelilingnya. Selain itu juga hubungan antara pemikiran manusia dan
konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan
dilembagakan dan kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus
menerus.
Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann ini terdiri
dari:
1. Realitas Objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia
obyektif yang berada di luar individu dan realitas ini dianggap sebagai
kenyataan,
2. Realitas Simbolis adalah merupakan ekspresi simbolis dari realitas
obyektif dalam berbagai bentuk,
29
3. Realitas Subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses
penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis ke dalam individu
melalui proses internalisasi.30
Kaitan teori Social Construction of Reality yang dari segi realitas
simbolis dengan pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku
dzikrullah sepanjang waktu adalah ketika seorang Da’i menggambarkan proses
sosialnya yang dapat menciptakan sebuah realitas simbolis. Yang mana KH.
Muhammad Idris Jauhari setelah melalui proses sosialnya melalui tindakan
dan interaksinya sehingga dapat memberikan makna pada sebuah realitas
dalam bentuk ekspresi simbolis dari realitas obyektif yaitu tentang Dzikir yang
dituangkan dalam karya tulisnya berjudul Dzikrullah sepanjang waktu.
Di dalam karya tulisnya tersebut KH. Muhammad Idris Jauhari
mengekspresikan simbolis dari sebuah realitas atau menjelaskan tentang
sebuah dzikir, mengajak pembaca untuk melaksanakan dzikir secara
situasional atau kapan saja (baik sibuk maupun senggang) dan dalam keadaan
apa saja (baik sedih maupun