Dalam melaksanakan kegiatannya, Perusahaan menyadari bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan telah mengalami perkembangan yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha
perbankan dan meningkatnya kebutuhan akan praktek tata kelola yang sehat (Good Corporate Governance).
Sebagai tanggapan Perusahaan terhadap kondisi tersebut, Perusahaan telah mengimplementasikan kerangka menajemen risiko secara terpadu yang dituangkan dalam Kebijakan Penerapan Manajemen Risiko. Kerangka tersebut digunakan sebagai dasar dalam menetapkan strategi, struktur organisasi, kebijakan dan pedoman serta memperkuat infrastruktur manajemen risiko guna memastikan bahwa semua risiko yang dihadapi Perusahaan dapat dikenali, diukur, dikendalikan, dimitigasi dan dilaporkan dengan baik.
Perusahaan terus berupaya mengembangkan fungsi manajemen risiko secara berkelanjutan, serta terus mengembangkan dan meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko dan pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif. Dengan didukung dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi, maka pengelolaan risiko di internal perusahaan dapat dioptimalkan. Namun, selain itu perusahaan tetap harus mereview keandalan system pengendalian internal dan sistem informasi manajemen supaya sistem pengelolaan risiko tidak ketinggalan jaman.
Perusahaan memiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) yang bekerja secara independen dari unit bisnis dan audit internal. SKMR bertugas untuk menunjang pengelolaan risiko yang lebih menyeluruh, terpadu, terukur dan terkendali. Tugas dan tanggung jawab SKMR mencakup:
a. Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko secara triwulan kepada Bank Indonesia.
b. Melakukan telaah risiko dan memberikan pendapat terhadap seluruh jenis risiko yang melekat sebelum suatu transaksi diputuskan atau dilaksanakan yang meliputi Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Strategis, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi.
c. Mempersiapkan konsep dan metode pengukuran terhadap risiko komposit dari seluruh jenis risiko sesuai
dengan pedoman standar Bank Indonesia dan Kebijakan Manajemen Risiko yang telah dibuat.
Dalam pelaksanaannya, penerapan manajemen risiko Perusahaan meliputi pengawasan aktif manajemen, penerapan kebijakan dan prosedur, penetapan limit risiko, proses identifikasi, pengukuran dan pemantauan risiko, penerapan sistem informasi dan pengendalian risiko serta sistem pengendalian internal.
Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi liabilitasnya,
yang timbul dari aktivitas fungsional Perusahaan seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri, investasi dan
pembiayaan perdagangan (trade finance).
Risiko kredit dikelola melalui penetapan kebijakan - kebijakan dan proses-proses yang meliputi kriteria pemberian kredit dan persetujuan kredit, penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio. Perusahaan juga dengan ketat memantau perkembangan portofolio kredit Perusahaan
yang memungkinkan Perusahaan untuk melakukan tindakan pencegahan secara tepat waktu (Early Warning)
apabila terjadi penurunan kualitas kredit.
Proses pemantauan kualitas kredit sampai dengan penanganan kredit bermasalah terus ditingkatkan dengan berbagai strategi yang dimonitor secara periodik untuk memastikan agar kualitas portofolio kredit tetap terjaga. Pengelolaan kredit yang efektif dapat meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan penggunaan modal yang dialokasikan untuk risiko kredit.
Perusahaan telah membentuk beberapa unit kerja dan komite yang bertanggung jawab untuk mengendalikan dan memitigasi risiko yang secara potensial dihadapi oleh Perusahaan. Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) telah dibentuk untuk membantu Direksi dalam memastikan bahwa kerangka manajemen risiko yang ada telah memadai dalam mengidentifikasi dan memiliki mekanisme kontrol untuk meminimalisasi berbagai risiko usaha yang dihadapi oleh Perusahaan. SKMR bekerja secara independen terhadap unit-unit operasional dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Manajemen Risiko.
Perusahaan menerapkan Risk Governance sebagai bagian dalam pengendalian internal perkreditan sebagai
berikut:
Lini pertama (pilar bisnis dan pendukung) terutama bertanggung jawab mengelola risiko kredit
yang merupakan bagian dari aktivitasnya sehari-hari.
Lini kedua menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan kerangka kerja
risiko kredit, kebijakan, metodologi dan perangkat risiko kredit dalam pengelolaan risiko kredit
yang bersifat material secara bankwide.
Lini ketiga merupakan audit internal dan kontrol internal, yang secara independen bertugas
untuk melakukan pemeriksaan terhadap kepatuhan, kecukupan dan efektifitas proses manajemen risiko kredit.
Perusahaan telah memiliki kebijakan dan pedoman tertulis terkait dengan kegiatan perkreditan yang antara lain mengatur prosedur analisa kredit, persetujuan kredit, pencatatan dan pengawasan kredit, dan restrukturisasi kredit. Kebijakan dan prosedur tersebut dikaji secara berkala untuk disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas bisnis Perusahaan.
Perusahaan mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, sektor ekonomi
maupun seluruh portofolio kredit dengan menerapkan four - eyes principle secara konsisten. Perusahaan juga
telah menerapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil.
Dalam rangka memenuhi ketentuan regulator/otoritas dan mendukung program Pemerintah terkait penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), maka sepanjang tahun 2014, Perusahaan mulai fokus menyalurkan kredit pada segmen UMKM. Ke depannya, Perusahaan akan lebih menggiatkan penyaluran kredit retail tersebut. Untuk mendukung rencana pertumbuhan kredit retail, Perusahaan telah menyediakan
sarana dan infrastruktur pendukung seperti mengembangkan produk mikro, mengembangkan sistem Loan
Origination System (LOS) yang digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan komite untuk memutuskan kredit, mempersiapkan sumber daya manusia secara kuantitas dan kualitas, serta mempersiapkan kebijakan dan prosedur kerja.
Berikut adalah eksposur maksimum instrumen keuangan dalam laporan posisi keuangan dan rekening administratif yang terkait risiko kredit pada tanggal 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014:
Jumlah Bruto Jumlah Neto Jumlah Bruto Jumlah Neto
Laporan Posisi Keuangan
Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Efek-efek
Obligasi korporasi 30.302 30.199 10.483 10.378 Aset lain-lain
Tagihan derivatif 2 2 -
-Dimiliki hingga jatuh tempo
Penempatan pada bank lain
Negotiable Certificate of Deposit 161.071 161.071 42.900 42.900
Efek-efek
Obligasi korporasi 274.977 274.957 205.003 204.983 Reksadana 158.400 158.400 -
-Tersedia untuk dijual
Efek-efek
Obligasi korporasi 67.425 67.425 57.366 57.366
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Giro pada bank lain 1.043.254 1.043.254 379.910 379.910 Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia
Call money 53.665 53.665 263.851 263.851
Deposit on call 1.957 1.957 1.818 1.818
Deposito berjangka 50.000 50.000 - -Efek-efek
Tagihan atas wesel ekspor 320.557 320.557 170.213 170.213 Kredit yang diberikan (termasuk kredit
yang diberikan berdasarkan prinsip syariah) 15.308.126 15.207.338 14.298.435 14.223.357 Efek yang dibeli dengan janji jual
kembali 131.355 131.355 - -Tagihan akseptasi 321.276 307.565 67.836 67.836 Penyertaan modal sementara - - 173.800 173.800 Pendapatan bunga akrual 109.451 109.451 83.429 83.429 Aset lain-lain 66.564 65.819 41.171 40.417
Jumlah 18.098.382 17.983.015 15.796.215 15.720.258
Komitmen dan kontinjensi
Fasilitas kredit kepada nasabah
yang belum digunakan 306.990 306.990 486.114 486.114 Bank garansi 1.265.303 1.265.303 1.049.744 1.049.744
Irrevocable letters of credit 172.806 172.806 17.824 17.824
Jumlah 1.745.099 1.745.099 1.553.682 1.553.682
30 Juni 2015 31 Desember 2014
Eksposur maksimum risiko kredit tercermin dari persentase setiap kategori kredit yang diberikan terhadap jumlah kredit. Portofolio kredit yang diberikan terdiversifikasi ke dalam 20 jenis sektor ekonomi, dimana untuk posisi 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014, kelompok sektor ekonomi yang memperoleh penyaluran kredit terbesar dari Perusahaan adalah sektor ekonomi Rumah Tangga dan Perdagangan Besar dan Eceran. Sebagai bagian dari manajemen portofolio, Perusahaan juga melakukan pemantauan perkembangan risiko
portofolio kredit melalui perhitungan Credit Risk Profile yang menggambarkan potensi risiko inheren dan
efektifitas kualitas penerapan manajemen risiko. Perusahaan juga melakukan monitoring perkembangan dan kualitas portofolio berdasarkan konsentrasi per kategori portofolio, 25 debitur besar, sektor industri, sektor wilayah, jenis produk, tujuan penggunaan, dan jenis valuta. Dengan demikian, Perusahaan dapat mengambil langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko secara portofolio maupun secara individu dan juga melalui penyempurnaan proses penerapan manajemen risiko kredit, baik melalui penyempurnaan kebijakan perkreditan maupun pengembangan sistem infomasi kredit yang memadai.
Berikut adalah eksposur risiko kredit atas aset Perusahaan (termasuk kredit yang diberikan berdasarkan prinsip syariah) pada tanggal 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014:
Telah jatuh tempo
Belum jatuh tempo tetapi tidak Mengalami dan tidak mengalami mengalami penurunan
penurunan nilai penurunan nilai nilai Jumlah Giro pada bank lain 1.043.254 - - 1.043.254 Penempatan pada bank lain
Dimiliki hingga jatuh tempo 161.071 - - 161.071 Pinjaman yang diberikan dan
piutang 105.622 - - 105.622 Efek-efek
Diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi 30.302 - - 30.302 Dimiliki hingga jatuh tempo 274.977 - - 274.977 Tersedia untuk dijual 67.425 - - 67.425 Pinjaman yang diberikan dan piutang 320.557 - - 320.557 Kredit yang diberikan 14.983.774 13 324.339 15.308.126 Tagihan akseptasi 147.476 - 173.800 321.276 Pendapatan bunga akrual 109.451 - - 109.451 Aset lain-lain 65.819 - 744 66.563 Jumlah 17.309.728 13 498.883 17.808.624
30 Juni 2015
Telah jatuh tempo
Belum jatuh tempo tetapi tidak Mengalami dan tidak mengalami mengalami penurunan
penurunan nilai penurunan nilai nilai Jumlah
Giro pada bank lain 379.910 - - 379.910
Penempatan pada bank lain
Dimiliki hingga jatuh tempo 42.900 - - 42.900
Pinjaman yang diberikan dan
piutang 265.669 - - 265.669
Efek-efek
Diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi 10.483 - - 10.483
Dimiliki hingga jatuh tempo 205.003 - - 205.003
Tersedia untuk dijual 57.366 - - 57.366
Pinjaman yang diberikan dan piutang 170.212 - - 170.212
Kredit yang diberikan 13.895.369 - 403.066 14.298.435
Tagihan akseptasi 67.836 - - 67.836
Penyertaan modal sementara 173.800 - - 173.800
Pendapatan bunga akrual 83.429 - - 83.429
Aset lain-lain 40.417 - 754 41.171
Jumlah 15.392.394 - 403.820 15.796.214
31 Desember 2014
Risiko Pasar
Dalam melaksanakan aktivitasnya, Perusahaan terekspos pada risiko pasar yang terdiri atas risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Perusahaan seperti kegiatan treasuri dan investasi dalam surat berharga dan pasar uang, kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang,
serta kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance). Perusahaan senantiasa melakukan pengelolaan
terhadap risiko pasar tersebutsecara rutin dan/atau berkala.
Pemantauan terhadap risiko pasar dilakukan secara harian yang memuat informasi mengenai posisi surat berharga yang dimiliki Perusahaan, Posisi Devisa Neto (PDN) baik PDN 30 menit maupun PDN akhir hari,
serta pemantauan limit-limit risiko pasar lainnya, seperti Value at Risk (VaR) nilai tukar, maksimum posisi surat
a. Risiko Suku Bunga
Pengelolaan risiko suku bunga dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan baik dalam trading book
maupun banking book. Risiko suku bunga dalam trading book dihitung dengan metode standar sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, yaitu meliputi risiko spesifik (menggunakan Metode Jatuh
Tempo) dan risiko umum. Sedangkan risiko suku bunga dalam banking book dikelola dengan melakukan
analisa repricing gap antara Risk Sensitive Asset (RSA) dan Risk Sensitive Liabilities (RSL). Analisa
repricing gap dilakukan untuk mengukur dampak dari perubahan suku bunga (naik/turun) pada banking
book tersebut terhadap pendapatan bunga bersih (NII). Pengelolaan risiko suku bunga dilengkapi dengan
analisa sensitivitas secara periodik untuk mengukur dampak dari perubahan suku bunga yang signifikan. Berdasarkan simulasi, dampak kenaikan suku bunga sebesar 0,50% terhadap posisi RSA dan RSL Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2015 berpotensi menurunkan NII sebesar + Rp 2,58 Milyar akibat dari tingginya/rendahnya beban bunga dari RSL dan tingginya/rendahnya pendapatan bunga RSL dengan suku bunga mengambang.
Risiko suku bunga dipantau secara harian antara lain terhadap posisi surat berharga yang dimiliki
Perusahaan khususnya yang terekspos risiko pasar, yaitu surat berharga dalam kategori Available for
Sale dan Trading Book. Perusahaan memiliki limit/Management Action Trigger yang menjadi acuan bagi
Perusahaan dalam mengambil tindakan apabila terdapat potensi kerugian (potential loss) yang timbul
dari proses marked to market.
Tabel berikut merupakan rata-rata suku bunga efektif per tahun untuk aset dan liabilitas yang signifikan (tidak termasuk akun Syariah):
Rupiah Mata Uang Asing
% %
Aset
Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (termasuk giro pada
bank lain) 4,45 0,11
Kredit yang diberikan 14,53 9,76
Liabilitas
Simpanan 5,60 0,77
Simpanan dari bank lain 6,26 0,09
Rupiah Mata Uang Asing
% %
Aset
Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (termasuk giro pada
bank lain) 3,71 0,14
Kredit yang diberikan 13,73 6,81
Liabilitas
Simpanan 5,74 0,83
Simpanan dari bank lain 4,28 0,04
30 Juni 2015
31 Desember 2014
Tabel berikut ini menyajikan portofolio Perusahaan (tidak termasuk portofolio yang diperdagangkan) pada
nilai tercatatnya, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau
tanggal jatuh tempo kontraktual:
Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 1 tahun dengan s.d. s.d. s.d.
1 bulan 3 bulan 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah
Aset
Bunga Mengambang
Giro pada bank lain 1.043.254 - - - - 1.043.254
Kredit yang diberikan 906.509 947.233 4.312.416 584.325 2.992.023 9.742.507
Liabilitas
Bunga Mengambang
Simpanan 9.812.318 - - - - 9.812.318
Simpanan dari bank lain 50.920 - - - - 50.920
Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 1 tahun dengan s.d. s.d. s.d.
1 bulan 3 bulan 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah
Aset
Bunga Mengambang
Giro pada bank lain 379.910 - - - - 379.910
Kredit yang diberikan 415.943 892.367 3.943.974 1.495.991 2.669.039 9.417.314
Liabilitas
Bunga Mengambang
Simpanan 8.248.490 - - - - 8.248.490
Simpanan dari bank lain 78.862 - - - - 78.862
31 Desember 2014
b. Risiko Nilai Tukar
Kebijakan pengelolaan risiko nilai tukar berpedoman pada batas Posisi Devisa Neto (PDN) sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu Perusahaan wajib mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20%
dari Modal. Untuk memudahkan Treasury Dealer dalam melakukan pemantauan terhadap PDN, maka
Perusahaan telah mengembangkan program bantu yang secara otomatis dapat menunjukkan PDN. Selain itu, pengelolaan risiko nilai tukar secara harian juga dilakukan Perusahaan dengan cara menghitung potensi kerugian yang mungkin timbul sebagai dampak dari adanya perubahan nilai tukar terhadap posisi Perusahaan. Pada tanggal 30 Juni 2015, jika mata uang Rupiah melemah/menguat sebesar 0,30% terhadap Dolar Amerika Serikat dengan asumsi variabel lain konstan, maka laba setelah pajak untuk tahun berjalan akan lebih tinggi (rendah) masing-masing sebesar Rp 115, terutama diakibatkan keuntungan (kerugian) dari penjabaran aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, efek utang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, serta keuntungan (kerugian) penjabaran pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.
Perusahaan telah menetapkan berbagai limit untuk mengantisipasi risiko pasar atas mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi suku bunga. Limit yang telah ditetapkan Perusahaan antara lain
limit maksimum posisi terbuka kumulatif dan per major currency yang bertujuan untuk membatasi
eksposur risiko nilai tukar serta memastikan kepatuhan terhadap ketentuan PDN. c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan antara lain oleh ketidakmampuan Perusahaan dalam memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan menutup posisi di pasar. Risiko likuiditas merupakan risiko yang terpenting pada bank umum dan perlu dikelola secara berkesinambungan.
Pemantauan terhadap likuiditas Perusahaan dilakukan secara harian dan sebagai bagian dari sistem informasi manajemen hasil pemantauan tersebut dilaporkan kepada Manajemen. Pemantauan antara lain dilakukan terhadap komposisi posisi keuangan Perusahaan, aktivitas dana keluar dan dana masuk
yang tercermin dari transaksi RTGS dan SKN, aktivitas money market, posisi aset likuid baik primer
maupun sekunder, serta rasio-rasio likuiditas seperti rasio kecukupan aset likuid dan Loan to Deposit
Ratio. Pemantauan terhadap pemenuhan Giro Wajib Minimum baik primer maupun sekunder dilakukan untuk memastikan bahwa Perusahaan selalu menjaga GWM sesuai yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Pengelolaan likuiditas Perusahaan juga dilakukan dengan mempelajari pola pergerakan dana dan atau perilaku nasabah Dana Pihak Ketiga, khususnya dana nasabah inti dan nasabah yang memiliki tingkat volatilitas cukup tinggi. Dengan mempelajari perilaku nasabah, maka Perusahaan dapat menjaga kecukupan likuiditas yang diperlukan secara tepat untuk menutup kebutuhan tersebut. Perusahaan
menjaga kecukupan secondary reserves pada level yang aman dengan besaran kecukupan disesuaikan
dengan kondisi likuiditas Perusahaan secara spesifik maupun kondisi likuiditas di pasar.
Core fund atau dana yang tidak ditarik oleh nasabah dan dinilai stabil berada dalam besaran yang cukup
baik. Perusahaan senantiasa melakukan pemantauan terhadap posisi core fund dan berupaya untuk
secara berkesinambungan meningkatkan persentase terhadap jumlah dana yang dimiliki. Core fund
menjadi bagian yang sangat penting bagi Perusahaan dalam menjalankan fungsi intermediasi berupa penyediaan dana jangka panjang. Hal ini mengingat portofolio dana pihak ketiga yang dimiliki Perusahaan sebagian besar berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dana mengendap antara lain diciptakan program-program yang mengharuskan dana nasabah ditahan dan tidak dapat ditarik sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan program.
Asset and Liability Committee (ALCO) berperan sebagai forum manajemen senior tertinggi untuk memonitor situasi likuiditas Perusahaan. ALCO bertanggung jawab untuk menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan aset dan liabilitas Perusahaan sejalan dengan prinsip kehati-hatian manajemen risiko dan peraturan yang berlaku. ALCO menyetujui kerangka limit transaksi, mempertimbangkan struktur laporan posisi keuangan jangka panjang dari Perusahaan.
Pada dasarnya, risiko likuiditas dikelola sesuai dengan kerangka kebijakan, pengawasan, dan batasan yang memastikan bahwa konsentrasi pendanaan bersifat minimal, sumber dan jangka waktu pendanaan telah terdiversifikasi.
Berikut adalah jadwal jatuh tempo liabilitas keuangan (termasuk simpanan dan simpanan dari bank lain berdasarkan prinsip syariah) berdasarkan pembayaran kontraktual yang tidak didiskontokan pada tanggal 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014:
Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 6 bulan dengan s.d. s.d. s.d.
1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Jumlah Biaya transaksi Nilai Tercatat Liabilitas
Liabilitas segera 161.269 - - - 161.269 - 161.269 Simpanan 16.805.548 1.201.794 578.475 799.389 19.385.206 - 19.385.206 Simpanan dari bank lain 1.015.781 51.000 - 300 1.067.081 - 1.067.081 Liabilitas akseptasi 38.198 96.130 13.147 - 147.475 - 147.475 Surat berharga yang
diterbitkan 355 - - - 355 - 355 Beban bunga akrual 28.565 - - - 28.565 - 28.565 Liabilitas lain-lain 7.383 - - - 7.383 - 7.383 Jumlah Liabilitas 18.057.099 1.348.924 591.622 799.689 20.797.334 - 20.797.334
30 Juni 2015
Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 6 bulan dengan s.d. s.d. s.d.
1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Jumlah Biay a transaksi Nilai Tercatat Liabilitas
Liabilitas segera 137.857 - - - 137.857 - 137.857 Simpanan 13.778.993 1.639.630 1.049.737 477.871 16.946.231 - 16.946.231 Simpanan dari bank lain 721.197 9.500 35.500 - 766.197 - 766.197 Liabilitas akseptasi 24.951 35.969 6.916 - 67.836 - 67.836 Surat berharga y ang
diterbitkan 355 - - - 355 - 355 Beban bunga akrual 31.930 - - - 31.930 - 31.930 Liabilitas lain-lain 4.856 - - - 4.856 - 4.856 Jumlah Liabilitas 14.700.139 1.685.099 1.092.153 477.871 17.955.262 - 17.955.262
31 Desember 2014
Sebagian besar liabilitas yang dimiliki oleh Perusahaan akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 bulan, namun berdasarkan pengalaman Perusahaan sebagian besar dari liabilitas tersebut pada saat
jatuh tempo akan diperpanjang (roll over). Upaya yang dilakukan Perusahaan agar nasabah tetap
mempertahankan dananya pada Perusahaan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan penawaran suku bunga yang wajar dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, Perusahaan juga mengharapkan dapat menarik nasabah baru untuk menempatkan dananya pada Perusahaan. Perusahaan juga melakukan upaya lain untuk memitigasi adanya penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dimana Perusahaan juga memantau deposan inti, khususnya 50 deposan inti terbesar, dengan cara mengevaluasi profil dan perilaku dari deposan-deposan tersebut sehingga Perusahaan dapat melakukan antisipasi terhadap penarikan dana besar yang akan dilakukan deposan. Sampai dengan saat ini, Perusahaan tidak pernah mengalami kesulitan likuiditas maupun kondisi yang berpotensi menimbulkan risiko bagi Perusahaan. Apabila terdapat potensi risiko, Perusahaan memiliki sejumlah upaya antisipasi seperti ketersediaan Giro Wajib Minimum, Cadangan Sekunder, serta penetrasi yang baik terhadap pasar antar Perusahaan.
d. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Perusahaan.
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional juga dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional Perusahaan, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana),
Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan risiko operasional di Perusahaan senantiasa disusun, dikaji ulang dan disempurnakan untuk memastikan kecukupan mekanisme kontrol pada semua kebijakan dan prosedur telah memadai. Perusahaan juga secara aktif melakukan sosialisasi untuk
membangun budaya sadar risiko dan meningkatkan kualitas kontrol dalam rangka mitigasi risiko
operasional.
Perusahaan mulai mengembangkan dan menerapkan beberapa sistem dan perangkat risiko operasional. Perangkat risiko operasional tersebut digunakan untuk mengukur potensi risiko pada kondisi sekarang, lampau (historis) dan untuk mengukur besarnya potensi kejadian risiko di masa depan. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan Perusahaan dapat lebih komprehensif dalam mengelola risiko operasional. Untuk mengelola risiko operasional, Perusahaan mengembangkan beberapa perangkat sebagai berikut:
Risk Control Self Assessment (RCSA)
Pelaksanaan RCSA dilakukan secara self - assessment oleh karyawan Perusahaan dalam rangka
mengukur besarnya pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh masing-masing karyawan. Melalui pelaksanaan RCSA tersebut, diharapkan seluruh karyawan Perusahaan dapat semakin meningkatkan pengendalian internal serta budaya sadar risiko pada setiap lini bisnis.
Loss Event Database (LED)
Perusahaan membangun dan mengembangkan perangkat risiko operasional lainnya seperti Loss
Event Database (LED) yang tujuannya untuk menyusun database atas kejadian-kejadian yang terjadi sebagai akibat risiko operasional serta mengukur besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kejadian operasional tersebut. Melalui LED tersebut, Perusahaan diharapkan dapat mulai menghitung besarnya modal yang diperlukan untuk menutup kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian dalam aktivitas operasional Perusahaan.
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari kelemahan aspek hukum, antara lain akibat dari tindakan hukum, tidak adanya peraturan yang mendukung atau kelemahan dari ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum, seperti kegagalan untuk mematuhi persyaratan hukum suatu perjanjian dan celah-celah dalam pengikatan jaminan.
Pelaksanaan identifikasi, pengukuran, dan pemantauan terhadap potensi risiko hukum dilaksanakan terhadap seluruh aktivitas Perusahaan, terutama kegiatan operasional Perusahaan dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki potensi benturan kepentingan atau gugatan hukum.
Untuk meminimalkan risiko hukum Perusahaan, peran dan fungsi legal yang sebelumnya berada di
kantor cabang tertentu dirubah menjadi Legal dan Duta Compliance di Kantor Wilayah dengan
memberikan peranan yang lebih luas agar selain berperan sebagai Legal Counselor juga bertindak
sebagai Duta Compliance yang memberikan sosialisasi legal dan compliance awareness kepada
karyawan Kantor Cabang yang berada di wilayahnya.
Terkait dengan penerapan manajemen risiko hukum, satuan kerja manajemen risiko juga melakukan kajian-kajian terkait dengan aktivitas Perusahaan yang dapat meningkatkan eksposur risiko hukum serta memberikan rekomendasi dalam rangka memitigasi risiko tersebut.
f. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya Perusahaan terhadap perubahan eksternal.
Perusahaan telah menyusun strategi dan rencana bisnis yang sebelumnya telah didiskusikan dengan