• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan pokok, yaitu 1. Tujuan Praktis

Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pikiran sebagai upaya pembangunan kesehatan, khususnya pada penyembuhan para pasien sakit jiwa. Selain itu penelitian ini dapat diharapkan sebagai suatu jalan untuk mempererat hubungan yang baik pada masyarakat yang memiliki

penyakit jiwa dengan adanya fungsi dari rumah sakit jiwa sebagai perawatan dan tempat untuk penyembuhan bagi mereka yang menderita penyakit jiwa.

2. Tujuan Teoritis

Tujuan teoritis penelitian ini agar dapat menjelaskan secara rinci tentang system perawatan penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa,dan sejauh mana ketergantungan pasien sakit jiwa tersebut terhadap rumah sakit yang memberikan peran perawatan dan penyembuhan. Selain itu penelitian ini juga untuk memperkaya studi dalam kesehatan berdasarkan pendekatan Antropologi kesehatan dengan fokus sistem perawatan penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa

1.3.2 Manfaat penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan masukan bagi masyarakat umum, lembaga-lembaga atau pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Khususnya Mahasiswa Antropologi untuk memberikan khasanah pengetahuan bagaimana sesungguhnya masyarakat memandang dan memahami tentang sistem perawatan dan penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa.

2. Memberikan masukan kepada pemerintah agar melakukan upaya-upaya kuratif dan prefentif melalui Departemen Kesehatan serta lembaga atau badan terkait dengan sistem perawatan dan penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa.

1.4. Tinjauan Pustaka

Dalam kehidupan masyarakat banyak kita jumpai berbagai macam perubahan dalam diri setiap individu, mulai dari sifat, tingkah laku dan gaya hidup yang berbeda-beda. Sehingga banyak hal-hal yang terjadi dalam diri setiap individu tersebut. Hal ini juga termasuk pengaruh lingkungan dimana lingkungan merupakan tempat berkumpulnya masyarakat yang saling berinteraksi antara individu yang satu dengan individu lainnya, serta masing-masing membentuk satu kesatuan sosial. Sehingga tercipta aturan-aturan yang dibuat oleh sekelompok masyarakat untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Aturan-aturan itu tujuannya agar masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang wajar yang tidak melanggar aturan.

Dari sudut pandang Antropologi, seperti menurut Foster & Anderson (2005: 99-100) Perhatian awal dari ahli antropologi terhadap penyakit mental mulanya sangatlah jauh dari bidang etnomedicine. Awal perhatiannya mulai dari pemahaman atas hubungan antara kepribadian (faktor psikis) dengan kekuatan-kekuatan budaya yang berpengaruh dan membentuk kepribadian walaupun dalam perjalanan selanjutnya mengalami kemajuan.

Faktor keturunan (organis), faktor fisiologis (psikis), dan faktor psikososial-budaya, semua menjalankan peranan dalam menjelaskan timbulnya penyakit jiwa. Tujuan dari penelitian antropologi bukanlah untuk menegakkan dominasi dari satu kausa penyebab, tetapi untuk mempelajari hubungannya antara faktor-faktor tersebut yang saling berkaitan (Foster & Anderson, 2005 : 120).

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan dari sudut pandang psikologi dan kesehatan yang menurut (Kartini Kartono 2002:27),

gangguan-gangguan psikis (kejiwaan) pada intinya hampir tidak pernah disebabkan oleh satu kausa /penyebab yang tunggal; akan tetapi selalu disebabkan oleh satu rentetan kompleks faktor penyebab yang saling mempengaruhi dan terjalin satu sama lain. Sebab musabab gangguan kejiwaan pada seseorang tersebut bersifat multifaktor, yaitu disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu pertama faktor organis atau somatic; kedua, faktor psikis atau struktur kepribadian dan terakhir yaitu faktor lingkungan sosial dan budaya. Oleh karena penyebab gangguan jiwa yang multifaktor, maka penanganannya dan penyembuhannya pun harus melewati diagnostik yang multikasual oleh ahli kesehatan sesuai dengan penyebabnya (2002:41).

Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama, dan menyebabkan kendala terhadap individu atau orang lain. Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein adalah sebagai berikut (Suliswati, S: 2005):

Pertama, hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang (tension) di dalam diri. Kedua, merasa tidak puas (dalam artian negative) terhadap perilaku diri sendiri. Ketiga, perhatian yang berlebihan terhadap problem yang dihadapinya. Keempat, ketidakmampuan untuk berfungsi secara efektif didalam menghadapi problem.

Kadang-kadang ciri tersebut tidak dirasakan oleh penderita, yang merasakan akibat perilaku penderita adalah masyarakat di sekitarnya. Orang di sekitarnya merasa bahwa perilaku yang dilakukan adalah merugikan diri penderita tidak efektif, merusak dirinya sendiri. Kasus demikian seringkali terjadi orang-orang merasa terganggu dengan perilaku penderita.

Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkahlaku mereka, di luar kepercayaan budaya dan kepribadian mereka, dan menimbulkan efek yang negatif bagi kehidupan mereka atau kehidupan keluarga mereka

Penyebab gangguan jiwa terdapat pada satu atau lebih dari ketiga bidang yaitu badaniah, psikologik dan sosial, yang terus menerus saling mempengaruhi. Karena manusia bereaksi secara holistic, maka terdapat kecenderungan untuk membuat diagnosa multidimensional yang berusaha mencakup ketiga bidang ini. (Heath:1995)

Ketiga bidang tersebut adalah:

a. Bidang badaniah, setiap faktor yang mengganggu perkembangan fisik dapat mengganggu perkembangan mental. Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan atau dari lingkungan (kelainan kromosom, konstitusi, cacat congenital, gangguan otak). Kalau menikah dengan saudara sepupu (seperti biasa pada beberapa suku di indonesia) melipat gandakan kemungkinan melahirkan anak cacat atau anak lahir mati.

b. Bidang psikologik, perkembangan psikologik yang salah mungkin disebabkan oleh berbagai jenis deprivasi dini, pola keluarga yang patogenik dan masa remaja yang dilalui secara tidak baik.

c. Bidang sisiologik pun tidak kecil peranannya dalam perkembangan yang salah, umpamanya adat istiadat dan kebudayaan yang kaku ataupun perubahan-perubahan yang cepat dalam dunia modern ini, sehingga menimbulkan stress yang besar pada individu Selain itu, suatu masyarakat pun, seperti seorang individu, dapat juga berkembang kearah yang tidak baik yang dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan sosial masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian, diambil suatu kesimpulan bahwa manusia pada prinsipnya bereaksi secara keseluruhan, secara holistic, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Baik dalam mencari penyeban gangguan jiwa, maupun dalam rangka proses penyembuhan (therapeutics).

Terdapat sejumlah hal yang menjadi karakteristik, individu tersebut mengalami gangguan jiwa atau tidak, yaitu perubahan yang berulang dalam pikiran, daya ingat, persepsi dan daya tilikan yang bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku. Perubahan ini menyebabkan tekenan batin, dan penderitaan pada individu dan orang lain di lingkungannya. Perubahan perilaku, akibat dari penderitaan ini menyebabkan gangguan dalam kegiatan sehari-hari, efisiensi kerja, dan gangguan dalam bidang sosial dan pekerjaan.(Suliswati: 9)

Adapun jenis-jenis penyakit kejiwaan yaitu:

a. Gangguan Kesehatan Jiwa Umum (Depresi dan Kecemasan)

Depresi berarti merasa rendah diri, sedih, marah atau sengsara. Ini merupakan suatu emosi dimana hampir setiap orang pernah mengalaminya seumur hidup. (Vikram:1997) Tanda-tanda khas depresi:

1). Secara Fisik. Lelah dan perasaan lemah dan tidak bertenaga, sakit dan nyeri diseluruh tubuh yang tidak jelas sebabnya.

2). Perasaan. Perasaan sedih dan sengsara, hilang rasa ketertarikan dalam hidup, interaksi sosial, pekerjaan, merasa bersalah.

3). Pikiran, Tidak punya harapan akan masa depan, sulit mengambil keputusan, merasa dirinya tidak sebaik orang lain (tidak percaya diri), merasa bahwa mungkin lebih baik jika dia tidak hidup, keinginan dan rencana untuk bunuh diri, sulit berkonsentrasi.

Kecemasan merupakan sensasi perasaan takut dan gelisah. Seperti seorang aktor sebelum naik panggung akan merasa gelisah. Tanda-tanda khas kecemasan, diantaranya:

1). Secara fisik: merasa jantungnya berdetak cepat (Palpitasi), merasa tercekik, pusing, gemetar seluruh tubuh, sakit kepala, pins and needles-- seperti ditusuk jarum-(atau sensasi seperti digigit semut-semut) pada ekstremitas atau wajah.

2). Perasaan: merasa seolah-olah sesuatu mengerikan akan menimpanya, merasa takut.

3). Pikiran: terlalu khawatir akan masalahnya atau kesehatanya, pikiran seolah-olah akan mati, kehilangan kontrol atau jadi gila, terus menerus memikirkan hal-hal yang membuatnya tertekan lagi dan lagi meskipun sudah berusaha untuk menghentikanya.

4). Perilaku: menghindari kurang tidur (Vikram:7)

b. Kebiasaan Buruk

Seseorang mengalami ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan ketika penggunaanya telah membahayakan kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang. Tingkat ketergantungan menyebabkan kerusakan yang hebat terhadap penderita, keluarga dan terutama terhadap masyarakat. Tanda-tanda khas ketergantungan terhadap alkohol:

1. Secara fisik: Gangguan lambung, seperti gastritis dan tukak, penyakit hati dan ikterus, muntah darah, muntah atau sakit pada pagi hari, kecelakaan dan lukaluka, reaksi putus obat seperti kejang-kejang (fits), berkeringat, bingung.

2. Perasaan: merasa tidak tertolong dan di luar control, merasa bersalah akan kebiasaan minumnya.

3. Pikiran: keinginan yang kuat terhadap alcohol, pikiran terus-menerus tentang bagaimana mendapatkan minuman, keinginan untuk bunuh diri.

4. Perilaku: sulit tidur, ingin menum pada siang hari, ingin menum pada pagi hari untuk menghilangkan rasa tidak nyaman secara fisik (Vikram:8).

c. Gangguan Kejiwaan Berat (Psikosis)

Gangguan kejiwaan ini terdiri dari tiga jenis penyakit: Skizofrenia, Gangguan manis-depresif (disebut juga dengan gangguan bipolar), dan Psikosis akut. Penjelasanya sebagai berikut:

1) Tanda-Tanda Khas Skizofrenia

a. Secara Fisik: keluhan aneh, seperti sensasi bahwa bintang atau benda-benda yang tidak biasa ada didalam tubuhnya

b. Perasaan: depresi, hilangnya minat dan motifasi, terhadap kegiatan sehari-hari, merasa takut dicekali.

c. Pikiran: sulit berpikir dengan jelas, pikiran yang aneh, seperti percaya bahwa orang-orang sedang mencoba untuk mencekalnya atau pikiranya sedang dikelilingi oleh tekanan dari luar (pikiran-pikiran seperti ini disebut ‘delusi’(waham)1

d. Perilaku: Menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang biasa dilakuka,gelisah, tidak bisa diam, perilaku agresif, perilaku aneh seperti mengutui sampah, kurang merawat diri dan menjaga kebersihan diri, menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang tidak berhubungan.

e. Khayalan: mendengar suara yang membicarakan dirinya, terutama suara-suara kasar (halusinasi), melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat orang lain 2) Tanda-Tanda Khas Mania

a) Perasaan: merasa berada di puncak dunia, merasa senang tanpa alasan yang jelas, mudah tersinggung.

b) Pikiran: percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau dirinya adalah orang yang spesial, merasa bahwa orang lain sedang mencoba mencelakanya, dan menyangkal bahwa dirinya sedang sakit.

c) Perilaku: berbicara cepat, tidak bertanggung jawab secara sosial, seperti berperilaku seksual yang tidak pantas, tidak mampu merasa santai atau duduk diam, kurang tidur, mencoba melakukan banyak hal tetapi tidak satupun mampu diselesaikan, menolak pengobatan.

d) Khayalan: mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain (suara-suara tersebut sering mengatakan kapadanya bahwa ia adalah orang penting yang mampu melakukan hal-hal yang hebat).

3) Tanda-Tanda Khas Psikosis atau Psikosis Singkat

Gejala-gejalanya sama dengan skizofrenia dan mania, gejala-gejala psikosis akut muncul secara tiba-tiba dan sembuh dalam waktu kurang dari sebulan

a) Gangguan tingkah laku berat seperti gelisah dan agresif

b) Mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh orang lain

c) Kepercayaan yang aneh d) Berbicara omong kosong

e) Tingkah emosional yang menakutkan atau emosi berubah dengan cepat (dari menangis sampai tertawa). (Vikram:9)

d. Gangguan Kesehatan Jiwa Pada Orang Tua

Orang tua menderita dua jenis penyakit kejiwaan yang utama, yang pertama adalah depresi, yang sering disertai dengan rasa kesepian, sakit secara fisik, ketidak mampuan, dan kemiskinan. Gangguan kesehatan jiwa lain pada orang tua adalah demensia (pikun), demensia ini khusus diderita oleh orang tua

Pada umumnya banyak masyarakat menganggap bahwa orang yang menderita gangguan kejiwaan memiliki tingkah laku yang menyolok, berlebih-lebihan kepada seseorang, sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal, berbahaya bagi orang lain. (James 1990) menjabarkan dua tingkah laku gangguan kejiwaan’ yaitu:

1. Gangguan neorotik yaitu gangguan yang meliputi berbagai macam pola, sebagian besar pola itu jarang ditemukan. Kategori yang paling umum adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketakutan yang tidak masuk akal, dalam hal ini sipenderita terus menerus merasa tegang dan takut, tetapi dia tidak mengetahui apa yang ditakuti, hal ini menyebabkan tubuhnya berkeringat, gemetar, berdebar-debar, dan gejala fisik lainnya. Gangguan neorotik tidak menghalangi sipenderita mengadakan hubungan dengan orang lain secara nyata.

2. Gangguan psikosis merupakan pikiran dan emosi penderita begitu mengganggu, sehingga penderita melihat gambaran yang salah tentang kenyataan.

Mahluk hidup selalu berusaha agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Manusia sebagai mahluk yang berbudaya senantiasa berusaha menaruh perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta upaya-upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan sejauh batas kemampuan dan kemampuannya mencari penyelesaian terhadap penyakitnya (Foster dan Anderson, 1986 : 42).

Jenis penyakit yang diderita serta proses penanggulangannya tergantung pada faktor-faktor kemasyarakatan Ackernecht (1962;48-51). Dengan kata lain masalah kesehatan dan penyakit tidak dapat dipandang dari segi biologis saja, tetapi harus pula dilihat dari segi sosial budaya masyarakatnya.

Untuk menghadapi dan mengatasi penyakitnya, manusia mempunyai sistem tersendiri, yaitu sistem kesehatan yang menerangkan sebab terjadinya penyakit, metode pencegahan dan penyembuhannya.

Nilai-nilai budaya telah meresapi, individu sejak kecil sehingga berakar dalam jiwa yang bersangkutan namun, pada umumnya masyarakat menganggap seseorang yang menderita gangguan jiwa adalah orang yang tidak beres atau tidak waras (Koentjaraningrat1989).

Orang yang merantau atau beradaptasi terhadap pengalamn baru seringkali menderita apa yang dinamakan kejutan budaya, yang biasanya disebabkan hilangnya hal-hal yang biasa dikenal untuk mewujudkan tingkah laku yang tepat, masalah bahasa dan kurangnya perasaan tak asing terhadap benda-benda kebudayaan yang baru. Lebih lanjut Brink dan Saunders dalam buku Foster dan Anderson (1986:201) mengatakan para pasien rumah sakit sering kali mengalami reaksi stres yang serupa, misalnya berhadapan dengan bahasa rumah sakit yang hanya sedikit mereka pahami, seperti injeksi, chek up. Disamping itu juga pasien

merasa terkejut dengan pengalaman baru di rumah sakit yang berbeda dalam hal perawatan dengan keadaan di rumahnya juga karena orang-orang yang merawatnya tersebut merupakan orang yang tidak dikenal sebelumnya sehingga pasien merasa tertekan.

Dalam hal ini kebudayaan di identifikasikan sebagai pengetahuan manusia yang bisa diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian atau penerimaan sesuatu yang baik dan sesuatu yang tidak baik, sesuatu yang berharga dan yang tidak berharga dan sebagainya.

Penelitian ini mengambil tema tentang “Sistem Perawatan Penyembuhan Terhadap Pasien Sakit Jiwa Yang dilakukan di rumah sakit Sumatera Utara yang terletak di Jl. Tali Air No. 21 Medan, Kel. Mangga, Kec. Medan Tuntungan oleh sebab itu perlu diketahui defenisinya secara terperinci. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari Sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu keseluruhan untuk mencapai tujuan. Sistem perawatan untuk penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa adalah bagaimana pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan dalam memandang dan memahami penyakit gangguan jiwa tersebut dengan tujuan untuk penyembuhan terhadap pasien itu.

1.5. Metode Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis mengurus surat izin penelitian dari kampus yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit Jiwa. Percaya diri yang tinggi penulis memasuki ruangan pengkajian, setelah berjumpa dengan kepala ruangan

pengkajian yaitu Ibu Sri Suriani Purnamawati,Ssi,M.Kes,Apt saya diberikan berbagai pertanyaan. Ibu Sri membaca judul penelitian tersebut. Beberapa menit kemudian saya diminta menjelaskan tujuan penelitian saya dan juga alasan saya mengambil judul tersebut dengan status saya sebagai seorang Mahasiswa dari Fakultas Sosial dan Politik. Saya dipertemukan oleh ibu Sri dengan kepala Perawat Rumah Sakit tersebut, dengan gugupnya saya menjelaskan judul penelitian saya dan alasan saya mengambil judul tersebut. Kepala perawat meminta saya untuk menunjukkan beberapa buku yang menjadi panduan saya untuk meneliti judul saya. Buku Antropologi Kesehatan dengan penulis Foster dan Anderson inilah yang saya tunjukkan sebagai buku pedoman saya untuk meneliti judul tersebut. 2 jam berlalu saya menjelaskan semua pertanyaan kepala ruangan pengkajian dan kepala keperawatan saya akhirnya mendapat izin untuk meneliti di Rumah Sakit Jiwa tersebut. Perjuangan saya belum juga usai saya juga harus menyelesaikan administrasi untuk biaya penelitian selama waktu yang diperlukan si peneliti. Biaya administrasi tersebut sebesar Rp.525.000,00 dengan rincian Rp.3.500 x 150 hari. Administrasi selesai saya dapat mendapatkan izin meneliti, tetapi dengan beberapa syarat, yaitu harus memakai pakaian Perawat, tidak bisa mengambil Foto sipasien, dan jangan memberikan sembarangan makanan kepada sipasien.

Hari pertama di lapangan saya melapor kepada kepala ruangan pengkajian untuk mendapatkan jadwal saya untuk bisa melakukan penelitian langsung kepada informan yang perlu untuk di wawancarai. Saya langsung dipertemukan kepada asisten kepala ruangan pengkajian yaitu Ibu Ria Simangunsong yang akan mendampingi saya serta memberi data yang saya perlukan.

Awalnya ibu Ria Simangunsong menceritakan dan menjelaskan tentang keadaan Rumah Sakit Jiwa dan sejarah berdirinya rumah sakit jiwa Sumatera Utara. Sembari mencatat ibu Ria juga memberitahukan keadaan pasien, dan bagaimana untuk berinteraksi yang baik terhadap sipasien.

Setelah bercerita banyak tentang rumah sakit dan keadaan pasien sakit jiwa ibu Ria mengajak saya untuk berkeliling di rumah sakit jiwa untuk melihat secara langsung denah dan kondisi tempat untuk para pasien sakit jiwa. Saya dan ibu Ria berkeliling di rumah sakit jiwa tersebut selama 2 jam karena ibu Ria sekalian menjelaskan banyak tentang kegunaan setiap ruangan dan tempat untuk aktivitas pasien sakit jiwa. Saya diperkenalkan ibu Ria kepada setiap kepala ruangan yang menjaga ruangan-ruang sipasien sakit jiwa dan memerintahkan mereka untuk mendampingi saya saat meneliti lebih lanjut.

Hari kedua saya diberikan oleh ibu Ria data-data sekunder dan gambaran umum Rumah Sakit jiwa Sumatera Utara, dengan data yang sudah lengkap saya disuruh untuk mendata ulang lagi. Pendataan ulang yang saya lakukan selama 3 hari.

Tehnik Pengumpulan Data

- Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terlibat secara aktif dengan arti kata berperan serta sebagai perawat di rumah sakit jiwa Sumatera Utara serta ikut dalam kegiatan apapun yang dilakukan oleh para perawat lainnya untuk mengamati dan mempelajari yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, dengan melibatkan aktif dalam kegiatan perawat dalam rumah sakit jiwa tersebut.

Adapun yang diteliti berdasarkan pada situasi sosial yang terdiri dari aktor, tempat dan kegiatan para perawat rumah sakit untuk memberikan perawatan dan penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa. Aktor disini adalah kepala keperawatan dan para perawat yang memberikan perawatan untuk penyembuhan pasien sakit jiwa. Tempat yaitu lokasi di Rumah Sakit Jiwa dan lokal para pasien untuk perawatan serta terapi-terapi yang diberikan kepada si pasien, sedangkan kegiatan adalah perawatan untuk penyembuhan terhadap si pasien sakit jiwa seperti :

1. Pemberian obat, observasi dilakukan melihat bagaimana cara pemberian obat pada si pasien dan obat seperti apa yang dikonsumsi oleh para si pasien sakit jiwa.

2. Aktivitas terapi yang diberikan pihak rumah sakit, apa-apa saja terapi yang dilakukan terhadap pasien sakit jiwa. Apa kegunaan setiap terapi yang dilakukan.

3. Kegiatan rutin yang dilakukan si pasien setiap harinya pasien sakit jiwa sudah diwajibkan bangun pukul 7 pagi untuk keluar dari ruangan. Si pasien keluar menuju samping ruangan dengan pengawasan yang biasanya diawasi 5 orang perawat. Selama si pasien diluar ruangan para perawat melakukan aktivitas untuk pembersihan kamar si pasien. Peneliti juga melihat aktivitas si pasien saat diluar ruangan sebelum menunggu sarapan pagi, senam pagi, pemberian obat sampai kembali lagi keruangan untuk istirahat.

4. Dalam melakukan pengamatan atau observasi peneliti mengamati perilaku para perawat untuk melayani sipasien sakit jiwa serta bagaimana respon si pasien kepada pelayanan yang diberikan perawat-perawat tersebut.

Penelitian ini dilakukan mulai dari 21 Februari 2011. Si peneliti menawarkan diri untuk tinggal di asrama rumah sakit tersebut, tetapi tidak diperbolehkan

selama penelitian dikarenakan pihak rumah sakit tidak mau bertanggung jawab apabila ada hal diluar jangkauan pihak rumah sakit. Misalnya; si pasien tiba-tiba bisa keluar dan si peneliti diapa-apain.

A. Hotmaida Simanjuntak, Skep.Ns

Ibu Hotmaida Simanjuntak adalah salah satu kepala ruangan untuk perawatan pasien sakit jiwa, dan diruangan ibu Hotmaida ini lah saya pertama sekali ditunjuk untuk menemani kegiatan perawatan terhadap pasien sakit jiwa. Ruangan ini ada namanya yaitu ruangan Gunung Sitoli yang terdapat pasien sebanyak 30 orang.

Di ruangan Gunung Sitoli saya dijadwalkan dalam 1 minggu dan saya terlibat selama perawatan yang diberikan kepada si pasien sakit jiwa. Perawatan dari pemberian makan, pemberian obat, pemberian terapi dan aktivitas senam pagi. Semua itu saya ikuti untuk lebih mengetahui lebih dalam lagi cara merawat pasien sakit jiwa sampai tahap penyembuhan pasien sakit jiwa.

Hari kedua saya sudah bisa mengikuti cara para perawat untuk memberikan perawatan-perawatan yang dilakukan terhadap pasien sakit jiwa, diantaranya saya disuruh oleh ibu Hotmaida untuk memberikan arahan melakukan senam pagi dan saya yang membawakan beberapa tehnik-tehnik senam pagi yang saya tau. Selama kegiatan senam pagi ada hal yang sangat menyinggung perasaan saya

Dokumen terkait