• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Paparan Data Hasil Penelitian

3. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling

Dari hasil wawancara tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan homeschooling model dan jenis yang diterapkan homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang Islami, dimana model tersebut mengacu pada minat ana saya dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK, dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan.

3. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling

Setiap lembaga pendidikan yang ada, pasti memilki tujuan yang ingin dicapai, termasuk homeschooling Imam An-Nawawi Depok, Tujuan homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Bapak Saiful Lc., selaku kepala Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok tentang tujuan dalam pelaksanaan homeschooling, beliau menuturkan:

Tujuan dalam pelaksanaan homeschooling ini hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas anak yang dimiliki serta berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam, dan tentunya yang terpenting adalah agar anak termotivasi belajarnya sehingga tidak terhambat dalam mempelajari ilmu pengetahuan serta menjadi anak yang shaleh dan shalehah.6

Dengan demikian, berdasarkan pernyataan di atas, tujuan dari implementasi model homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi adalah untuk meningkatkan motivasi belajar anak dan meningkatkan potensi secara optimal pada anak. Jadwal belajar dan materi

5

Wawancara dengan Ibu Humairah., Orang tua dari Fauzi siswa Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB

6

Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.15 WIB

fleksibel tergantung kesepakatan orang tua dan anak, peningkatan motivasi belajar dan kreatifitas yang dimiliki oleh anak dan tidak terhambat dalam segala hal, terutama dalam hal menjadikan anak yang tidak hanya pintar namun juga memiliki akhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam.

Selain di atas, pelaksanaan homeschooling ini juga ingin membentuk karakter anak didik yang shaleh dan shalehah. Sesuai dengan potensi positif yang dimilkinya. Sehingga karakternya terbangun adalah benar-benar karakter yang Islami yang menjadi modal anak-anak untuk untuk diamalkan di masyarakat dikemudian hari. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Mashudi Rukun:

Di sini menjadikan siswa terbentuk karakter yang Islami sesuai

dengan ajaran Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, sehingga secara otomatis generasi yang Islami sesuai dengan ajaran Rasulullah. Karakter yang kita bangun dan kita kembangkan berdasarkan dengan nilai-nilai kehidupan ajaran Islam. Baik agama dan social masyarakat yang ada. Kami selalu memperhatikan betul-betul karakter yang akan berkembang dalam diri anak7.

Dari pernyataan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa beberapa alasan para orang tua memilih homeschooling di Komunitas Imam An-Nawawi Depok yaitu untuk meningkatkan potensi anak secara optimal, fleksibel dalam materi, juga menanamkan perilaku dan karakter anak secara Islami sesuai dengan ajaran dan tuntunan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di samping itu homeschooling relatif murah yang terpenting supaya anak tidak terhambat perkembangan ilmu pengetahuannya.

4. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Homeschooling yang

Diterapkan

Pelaksanaan pendidikan di homeschooling Imam An-Nawawi Depok memang berbeda dengan proses pembelajaran yang di sekolah formal. Kalau di homeschooling anak-anak bisa belajar dimanapun

7

Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.30 WIB

kapanpun, dan dengan siapapun. Sehingga terjadi fleksibelitas belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saiful Lc.,:

“....Kalau disini kita membimbing anak agar bisa belajar dimana saja yang mereka suka, bisa mengembangkan teori sendiri, di rumah bisa, di sekolah bisa kalau perlu di bawah pohonpun bisa”.8

Fleksibelitas tersebut tentunya tidak mengacuhkan kurikulum nasional untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pernyataan tersebut di atas, kita bisa menilai bahwa praktek pembelajaran yang dilakukan di homeschooling itu lebih fleksibel, tidak terikat oleh ruang dan waktu yang kaku dan membosankan. Namun tetap mengacu pada kurikulum nasional yang ada.

Sedangkan untuk jadwal pelaksanaan pembelajaran di komunitas Imam An-Nawawi tidak terlalu padat oleh mata pelajaran. Karena setiap harinya hanya belajar satu sampai dua mata pelajaran. Kalau jam pelajarannya hanya tiga jam maksimal setiap mata pelajaran.

Hal ini juga tergantung materi dan metode yang digunakannya. Bapak Saibudin menuturkan :

“Setiap mata pelajaran 1 jam. Dalam satu hari ada 1 mata

pelajaran, tapi kadang-kadang ada 2 mata pelajaran. Tergantung guru dan minat anak didik untuk belajar. Di sini kita masuk jam 07.00 pagi secara serentak, mulai setara antara SD dan SMP”. 9

Pelaksanaan kurikulum, dan sistem evaluasi homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok masih ditentukan oleh pihak sekolah dengan mengacu pada kurikulum Nasional yang dikeluarkan oleh Diknas.

Jadwal dan materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak bisa dengan mengadaptasi kurikulum (Diknas) dan membuat kurikulum sendiri atau kombinasi keduanya. Waktu bisa kapan saja, materi bisa apa

8

Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.30 WIB

9

Wawancara dengan Bpk. Saibudin, Guru Agama Islam di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.40 WIB

saja sesuai kebutuhan anak. Bapak Saiful Lc., menjelaskan kepada peneliti:

Kalau kurikulum tetap masih dibuat oleh lembaga, dengan tidak keluar dari kurikulum Depdiknas. Dengan sekolah formal kita tidak menyimpang jauh, hanya kita menerapkan metode-metode homeschooling. Lebih meningkatkan kreatifitas anak-anak, dengan model mentoserri yang Islami kita kombinasikan dengan kurikulum nasional, tujuannya untuk meningkatkan kreatifitas anak didik untuk pencapaian prestasinya dan memiliki karakter anak yang Islami.10

Dengan demikian kurikulum di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok dibuat sendiri disesuaikan dengan potensi anak didik dan tentunya tidak keluar dari kurikulum nasional. Misalnya keluarga pedagang mengajarkan menimbang dengan takaran yang sesuai (jujur), membantu menyiapkan dagangan, menghitung uang kembalian dari pembeli, menghitung keuntungan dari hasil penjualan/perdagangan, melihat dagangan apa saja yang laku terjual atau belum terjual, dan lain sebagainya. Pelayanan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti melatih mereka menguasai life skill untuk kehidupan mereka selanjutnya.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan pengajar di lembaga Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok (Bapak Muhammad Soleh) tentang bagaimana materi, metode serta sistem evaluasi yang digunakan dalam melaksanakan model homeschooling beliau menuturkan:

Untuk proses belajar mengajar saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum Diknas dan kurikulum sendiri. Jadi kita sesuaikan juga dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh anak didik di sini. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok pesantren dan yang lainnya seperti masjid. Termasuk belajar di atas pohon dan di lapangan.11

10

Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.40 WIB

11

Wawancara dengan Bpk. Muhammad Soleh, Guru Kelas IV di Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB

Tentunya materi yang digunakan masih mengacu pada kurikulum nasional. Diantara materi yang diberikan itu bisa diambil dari internet atau

dari yang lain seperti Al Qur’an maupun Hadist. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saibudin:

Kalau materi kita guru yang menyiapkan, yang diambil dari mana

saja, bisa dari buku materi/pegangan, internet, Al Qur’an atau

hadist tergantung pada materi dan pelajaran yang akan dipelajari. Sedangkan materi belajarnya itu adalah membaca, kemudian mereka mempresentasikan kembali apa yang dibacanya, sehingga mereka butuh konsentrasi tinggi dalam belajar.12

Walaupun materinya dan kurikulum dalam sistem homeschooling itu masih fleksibel dan terkesan bebas. Namun guru yang mengajar di homeschooling komunitas perlu memiliki target dalam mengajar. Sehingga kompetensi yang dicapainya tidak keluar dari acuan kurikulum Nasional sebagai kurikulum bersama. Pengajar di homeschooling memang lebih flaksibel dan lebih akrab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang memilki tingkat kecerdasan yang rendah bisa mendapatkan perlakuan lebih dari guru.

Dengan demikian anak yang belajar pada homeschooling, akan lebih termotivasi dalam belajarnya. Rasa beban dalam mempelajari ilmu pengetahuan jauh lebih rendah, dikarenakan proses belajar yang menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak, namun daripada itu proses pembelajaran dan pemberian materi tetaplah mengacu kepada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan kesepakatan yang telah dibuat oleh komunitas homeschooling tersebut.

5. Metode Pembelajaran Homeschooling

Sedangkan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dan kurikulum pembelajaran di Komunitas Imam An-Nawawi adalah metode Peta pikiran yang dibangun oleh Adamcho menjadi metode utama, yang telah dikembangkan secara Islami oleh komunitas tersebut. Namun

12

Wawancara dengan Bpk. Saibudin, Guru Agama di Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB

metode yang lain masih juga dipergunakan, tergantung kebutuhan pengajar dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dari hasil wawancara dengan Bapak Saiful Lc., mengungkapkan:

Kita dalam mengajar selama ini menggunakan Metode Adamcho peta pikiran (mind map) yang dikembangkan secara modern dan Islami, termasuk juga tanya jawab, diskusi, dan lain-lain. Mereka pasti bisa jawab apa yang guru tanyakan. Di Imam An-Nawawi ini kita tidak menutup kemungkinan digunakannya metode yang dirasa bagus untuk digunakan di sini. Misalnya bahasa Inggris atau bahasa Arab kita kombinasikan dengan bahasa Indonesia bilingual. Misalnya matematika dengan metode menghitung cepat, metode presentasi, mind map, system adamcho juga kita jalankan, jadi kita tidak menutup metode-metode apa saja bisa kita gunakan ini tujuannya untuk mengembangkan proses pembelajaran.13

Dengan demikian di komunitas Imam An-Nawawi metode pembelajaran yang digunakan tidak baku dan kaku, namun ada metode utama yang setiap guru harus menggunakan pada materi yang dianggap Utama dan penting untuk dipahami oleh anak didik. Namun untuk metode yang lain menjadi metode pendukung dan pelengkap. Selain itu dalam penggunaan metode-metode tersebut tetap dikembangkan dengan secara Islami, sehingga nilai-nilai Islam pada diri anak sudah diajarkan atau ditanamkan sejak dini. Karena jika menggunakan satu metode, maka murid akan jenuh dalam belajar dan dikhawatirkan akan menurunkan motivasi belajar anak.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Mashudi Rukun., memperkuat dengan pernyataannya:

Metode yang digunakan kita padukan, ada yang ceramah, mengikuti buku paket, dengan cara siswa sendiri yang memilih materi dan membuat soal-soal latihan, sistem diskusi, sistem video, yaitu siswa diajak nonton bersama-sama dan diminta buat catatan poin-poin yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam film tersebut dan diminta untuk menjelaskan kembali.14

13

Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc, Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB

14

Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.35 WIB

Jadi belum ada sistem yang baku dalam penggunaan metode belajar, masih terbuka dengan metode yang ada. Di sini guru dituntut se-kreatif mungkin dalam mengajar. Seperti metode cyrcle teaching (belajar setengah lingkaran) tujuannya guru mampu memantau secara individu terhadap siswa. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum Diknas dan kurikulum sendiri dengan memberikan pengertian pada anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Serta memberikan motivasi pada anak untuk giat dan rajin belajar dan beribadah serta beramal shaleh dengan memberikan sistem evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Sistem evaluasi pembelajarannya dengan protofolio.