• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan 6. Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih serta Sanitasi yang Berkelanjutan

PENCAPAIAN PILAR PEMBANGUNAN LINGKUNGAN

4.1. Tujuan 6. Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih serta Sanitasi yang Berkelanjutan

Ketersediaan Air Bersih dan sanitasi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu strategis dalam tujuan pembangunan berkelanjutan. Terdapat beberapa indikator yang berkaitan langsung atau pun tidak langsung dengan upaya pencapaian tujuan 6 SDGs, antara lain: Akses terhadap air minum layak, akses terhadap sanitasi layak, persentase pemenuhan air baku, julah kelurahan ODF dan yang sudah melaksanakan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

Persentase penduduk berakses air minum layak. Adanya

perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Pekerjaan Umum memberikan dampak cukup berarti terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.

Jenis sarana akses air minum yang dipantau meliputi sumur gali (SGL) Terlindung, SGL dengan Pompa, Sumur Bor dengan Pompa, Terminal Air (TA), Mata Air Terlindung, penanmpungan Air Hujan (PAH), Perpipaan BPSPAM. Tahun 2018 penduduk yang dapat mengakses air minum layak sebesar 94,75% (183.238 penduduk) dari jumlah penduduk 193.386. Proporsi jumlah penduduk pengguna jenis sarana air minum terbanyak adalah perpipaan dan sumur gali.

Akses terhadap Sanitasi yang Layak.

Capaian penduduk dengan akses jamban sehat pada tahun 2018 sebesar 100%. Jenis sarana sanitasi dasar yang dipantau sebagai akses jamban

56

sehat meliputi jamban komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung. Gambar berikut adalah penduduk yang mengakses jamban sehat dari tahun 2014-2018.

Grafik 4.1

Persentase Penduduk Mengakses Jamban Sehat Tahun 2014-2018 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 2014 2015 2016 2017 2018 Pdd Akses Jamban 81,57% 85,75% 86,68% 94,83% 100% Sehat

Persentase Pemenuhan Air Baku. Persentase pemenuhan air baku di Salatiga pada tahun 2018 mencapai nilai sebesar 85%. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa pemenuhan kebutuhan air di Kota Salatiga telah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Air Baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Jumlah Kelurahan yang melaksanakan STBM

Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya danperilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto (studi World Bank, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, penanganan masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah, tetapi sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan yang memadai. Oleh sebab itu,

57

pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya melalui kebijakan dan penganggarannya.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Komunitas merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan.

Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah

kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Sedangkan Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi, persiapan makanan/minuman bayi.

Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:

 Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.

 Mencuci tangan pakai sabun.

 Mengelola air minum dan makanan yang aman.

 Mengelola sampah dengan benar.

 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tanggayang meliputi sarana Luang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.

Merujuk pada konsep dan definsi tersebut, pada tahun 2018,

seluruh kelurahan (23 kelurahan) di Kota Salatiga, telah melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Proses

pelaksanaan STBM tersebut dilakukan secara bertahap sejak tahun 2016 (7 kelurahan), tahun 2017 (6 kelurahan), dan tahun 2018 (10 kelurahan).

Jumlah desa/kelurahan yang Open Defecation Free (ODF)/ Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah

58

sembarangan. Dengan demikian ODF merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Sebagaimana Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),

penerapan ODF di Kota Salatiga sampai dengan tahun 2018 telah dilaksanakan di seluruh kelurahan (23 kelurahan). Program ODF

dilaksanakan beriringan sengan STBM, dimulai sejak tahun 2016 (6 kelurahan), Tahun 2017 (7 kelurahan), dan tahun 2018 (10 kelurahan).

Tabel 4.1

Kondisi Eksisting Indikator Tujuan 6 SDGs Kota Salatiga Tahun 2016-2018

No Indikator Satuan Realisasi Perangkat Daerah

Penanggungjawab 2016 2017 2018

1 Persentase penduduk

berakses air minum layak Persen 90 90,5 93,64 Dinas Kesehatan dan Dinas PU dan PR 2 Persentase Pemenuhan

Air Baku Persen 77 83 85 Dinas PU dan PR

3 Persentase Rumah Tangga dengan Akses Air Sanitasi Layak

Persen 77,15 80 95 Dinas PU dan PR

4 Jumlah Kelurahan yang

melaksanakan STBM Kelurahan 7 6 10 Dinas Kesehatan 5 Jumlah desa/kelurahan

yang Open Defecation Free (ODF)/ Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Kelurahan 7 6 10 Dinas Kesehatan 6 Persentase pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti

Persen 100 100 100 Dinas Lingkungan Hidup

Sumber: Data Perangkat Daerah, 2019