Artinya :“Dan tolonglah menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
4. Tujuan Pendidikan Etika a. Tujuan Pendidikan Etika
4. Tujuan Pendidikan Etika a. Tujuan Pendidikan Etika
Berkenaan dengan tujuan pendidikan, ditegaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan manusia yang bertindak sebagai khalifah yang cirri-cirinya terkandung dalam konsep „ibadah dan amanah.
94 Depag RI. 1993. Al-Qur`an dan Terjemahannya. Srabaya : Surya Cipta Aksara. Hlm. 423. 95 Ahmad Tafsir. 2013. Ilmu Pendidikan Islami, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 53.
Manusia sebagai khalifah ini mempunyai cirri-ciri yang membedakannya dari makhluk lain, yaitu mempunyai fitrah yang baik, mempuyai roh, disamping jasmani, mempunyai banyak kebebasan kemauan, dan mempunyai akal yang menjadi inti manusia itu. Pendidikan dapat Pendidikan dapat dipandang sebagai aplikasi dari pemikiran filsafi, sedangkan filosof bergerak sesuai dengan jalan dan dasar pemikirannya. Sedangkan tujuan pendidikan yang diinginkan oleh al-Ghazali adalah taqarrub kepada Allah SWT dan kesempurnaan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Ghazali berkata :
“Hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul dengan alam arwah, itu semua adalah kebesaran, pengaruh, pemerintahan bagi raja-raja dan penghormatan secara naluri”.96
Pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan menonjolkan karakteristik religious moralis dengan tidak tidak mengabaikan urusan keduniaan sekalipun hal tersebut merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.97
Tujuan pendidikan al-Ghazali didasari oleh pemikiran tentang manusia. Manurutnya manusia terdiri dari dua unsur : jasad dan ruh atau jiwa. Keduanya mempunyai sifat yang berbeda tetapi saling mengikat. Artinya berbeda dalam sifat tetapi sama dalam tindakan. Jasad tidak akan mampu bergerak tanpa ruh atau jiwa, begitu pula jiwa atau ruh tidak akan mampu bertindak melaksanakan kehendak Sang Maha Penggerak kecuali melaui jasad. Sedemikian menyatunya sehingga walau jasad terpisah untuk
96 Abidin Ibn Rusn. Tt. Pemikiran al-Ghazali, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offiset . Hlm. 5 97 Al-Ghazali, 1992. Ihya` Ulumddin, Juz IV. Kairo: Darul Hadits. Hlm. 402.
sementara waktu, kelak akan menyatu kembali untuk menerima balasan atau tindakan yang dilakukan keduanya ketika hidup di dunia.
Tujuan pendidikan akhlak adalah agar manusia bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, sehingga manusia akan mendapatkan kebahagiaan.
Menurut al-Ghazali, ciri-ciri manusia yang berakhlak mulia ialah : banyak malu, sedikit menyakiti orang, banyak perbaikan, lidah banyak yang benar, sedikit bicara banyak kerja, sedikit terperosok pada hal-hal yang tidak perlu, berbuat baik, menyambung silaturrahim, lemah lembut, penyabar, banyak berterima kasih, rela kepada yang ada, dapat mengendalikan diri ketika marah, kasih sayang, dapat menjaga diri dan murah hati kepada fakir miskin, tidak mengutuk orang, Tidak suka memaki, tidak tergesa-gesa dalam pekerjaan, tidak dengki, tidak kikir, tidak penghasud, manis muka, bagus lidah, cinta pada jalan Allah, benci dan
marah karena Allah.98
Al-Ghazali tidak memiliki konsepsi yang jelas di sini. Etika mistiknya hanya dimaksudkan untuk menyelamatkan nasib individu di akhirat dan perhatian tertingginya adalah melihat Tuhan di akhirat. Dia tidak memiliki konsepsi kehidupan “social” secara umum. Disamping itu, perhatian
tertingginya dicapai semata-mata melalui penyucian “hati” dan
hidup“menyendiri” di dunia sekarang.99
Tipe hidup menyendiri boleh jadi benar pada masa al-Ghazali, ketika transformasi budaya yang luar biasa
98
Abidin Ibn Rusn. Tt. Pemikiran al-Ghazali, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offiset . Hlm. 5 99 M. Amin Abdullah. 2002. Antara al-Ghazali dan Kant (Filsafat Etika Islam), :Bandung : Mizan, Hlm. 217
belum terjadi. Akan tetapi, pada abad modern yang di dalamnnya nilai-nilai transbudaya berhadapan muka dengan kita melalui banak dan aneka ragam cara, strategi “menyendiri” tidak lagi memadai. Membersihkan hati adalah baik, tetapi tidak cukup. Adalah tugas “rasio” secara umum mengatur dan menangani situasi. Rasio kita harus harus dilatih dan dipertajam dengan memberikan dan melengkapi nya dengan alat analitis untuk melihat realitas sosial dan mengevaluasi perubahan social secara kritis agar tidak membuat kita hilang dalam gelombang besar transformasi budaya modernisme. Jika kita tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk memahami realitas transformasi budaya, transformasi modernisme hebat ini harus ada perlawanan terhadap modernisme tersebut yang dilakukan oleh gerakan
yang dikenal dengan istilah “fundamenatalisme”.100
Sedangkan tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan
untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik,101sehingga mencapai
kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna. al-Sa‟adah memang persoalan utama dan mendasar bagi hidup manusia dan sekaligus bagi pendidikan akhlak. Makna al-Sa‟adah sebagaimana dinyatakan M. Abdul Hak Ansari tidak mungkin dapat dicari padanan katanya dalam bahasa Inggris walaupun secara umum diartikan sebagai
100 Seyyed Hossein Nasr, The Hearts of Islam; Pesan-pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan, terj., Nurasiah Faqih Sutan Harahap. (Bandung: Mizan, 2003), Hlm. 50.
happiness. 102
Menurutnya al- Sa‟a dah merupakan konsep komprehensif
yang di dalamnya terkandung unsur kebahagiaan (happiness), kemakmuran (prosperity), keberhasilan (success), kesempurnaan (perfection), kesenangan
(blessedness) dan kecantikan (beautitude).103
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan pendidikan yang ingin dicapai Ibn Miskawaihi bersifat menyeluruh, yakni mencakup kebahagiaan hidup manusia dalam arti seluas-luasnya. Adapun tujuan pendidikan ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang dipaparkan oleh para ahli di antaranya Ahmad D. Marimba dan Muhammad „Athiyah al-Abrasy, yang berpendapat bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perserta didik untuk
mewujudkan kepribadian yang utama atau berakhlak mulia.104
Dengan demikian, pendidikan akhlak bisa dikatakan sebagai pendidikan moral
dalam diskursus pendidikan Islam.105
Dalam tujuan pendidikan akhlak juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus.
1) Tujuan Umum
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi :
a) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.
102
M. Abdul Haq Ansari. 1963. Miskawayh‟s Conception Of Sa‟adat, dalam Islamic Studies, No. 11/3,
103 Lihat juga Hans Wehr, A Dictionary of Modern Writing Arabic, (Beirut dan London Maktabat Lubnan-Mac Donald & Evans Ltd., 1980), cet. III, 410
104
Abudin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Hlm. 49.
105 Abdul Majid, Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Prespektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm. 10.
b) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama
makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. 106
Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat
istiadat yang baik atau yang sesuai dengan ajaran Islam.107
2) Tujuan Khusus
Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan :
a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da beradat kebiasaan yang baik
b) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah. c) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan
menderita dan sabar.
d) Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang lain.
e) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f) Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan
bermuamalah yang baik.108
106
Barnawy Umar. 1984. Materi Akhlak, Salatiga: Ramadhani. Hlm. 2. 107 M. Ali Hasan. 1988. Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 11.
108 Chatib Thoha, Saefudin Zuhri, dkk. 1999. Metodologi Pengajaran Agama, (Fakultas Tabiyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 136.
Adapun menurut Muhammad „Athiyyah Al-Abrasyi menjelaskan tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam Islam adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan mulia dalam bertingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Jiwa
dari pendidikan Islam adalah pendidikan moral dan akhlak.109
Dijelaskan juga menurut Ahmad Amin, bahwasannya tujuan pendidikan akhlak (etika) bukan hanya mengetahui pandangan atau teori, bahkan setengah dari tujuan itu adalah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dan memberi faedah kepada sesama manusia. maka etika itu adalah mendorong kehendak agar berbuat baik, akan tetapi ia
tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.110
Pada dasarnya tujuan pendidikan akhlak juga hampir identik dengan tujuan pendidikan karakter, yaitu untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
109
Muhammad `Athiyyah al- Abrasyi. 2003. Prinsip-pinsip Dasar Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia. Hlm. 114.
110 Ahmad Amin. 1975. Etika Islami (ilmu Akhlak), terj. K.H. Farid Ma`ruf, Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 6-7.
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.111
Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing, dan membina setiap
menusiauntuk memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan
keterampilan menarik. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dihayati dalam penelitian ini adalah religius, nasionalis, cerdas, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, gotong-royong, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan, demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli. 112
Implementasi Pendidikan karakter dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah saw. Dalam pribadi Rasul, bersemai
nilai-nilai karakter yang mulia dan agung.113 Allah berfirman dalam Al-Quran
surah al-Ahzab ayat 21 :
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. 114
111 Yahya Khan. 2010 Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Yogyakarta : Pelangi Publishing. Hlm. 34.
112
Thomas Lickona. 2013. Ibid. Hlm. 32.
113 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter, Ibid. h.59.
114 Departemen Agama. 1993. Al-Qur`an dan Terjemahannya. Srabaya : Surya Cipta Aksara. Hlm. 670.
Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depan. Dengan kecerdasan emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 115
Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab guru, tapi juga
semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam rangka
mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan pemangku kebijakan harus menjadi teladan terdepan. Sebagai seorang guru harus bekerja secara profesional, memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didiknya, dan bekerja dengan penuh kesabaran dalam membawa peserta didiknya menuju cita-cita pendidikan.
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. 116
Tujuan pendidikan karakter dalam rangka dinamika proses pembentukan individu, para insan pendidik seperti guru, orang tua, staff sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara memberikan ruang bagi figurketeladanan bagi anak didk dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan keamanan yang membantu suasana pengembangan diri satu sama lain dalam
keseluruhan dimensinya. 117
Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai berikut:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Tujuannya adalah memfasilitasi penguatan dan
116
Fakrur Rozi. 2012. Model Pendidikan Karakter dan Moralitas Siswa di Sekolah Islam Modern; Studi pada SMP Pondok Pesantren Selamat Kendal. Semarang, IAIN Walisongo. Hlm. 44
117 Amirullah Syarbini. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter; Panduan Lengkap Mendidik karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: As@-Prima Pustaka. Hlm. 22
pengembangan nilanilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat masih sekolah maupun setelah lulus.
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama. Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan dengan
proses pendidikan di keluarga.118 Tujuan pembentukan karakter
menghendaki adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian
pada subjek peserta didik. 119
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan diadakannya pendidikan karakter, baik di sekolah, madrasah maupun rumah adalah dalam rangka menciptakan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan kehidupan ini.