• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Tujuan Pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an

Menurut Jalaluddin (2003:93-101) tujuan pendidikan Islam mencakup ruang lingkup sebagai berikut:

1. Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia

Tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Maka pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56, yaitu:

+

4,

,

$0?

1

5

&

)

2

@"

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil’alamin, tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Dalam surat lain yaitu Qs. Ali Imran : 102:

1-A

7

- N

+

4E

:

4

&

^

K

&

!

F

=_,"

102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

2. Dimensi Tauhid

Tujuan Islam diarahkan pada upaya pembentukan sikap taqwa. Dengan demikian, pendidikan ditujukan kepada upaya untuk

membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa sesuai Q.S. Al Baqarah:3.

7

9 5

4

J

;

E G`

86#

+

4&

D"

3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.

Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi tauhid, karena sifat ketakwaan mencerminkan ketahuidan secara menyeluruh, yaitu mematuhi sepenuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan perintahnya agar manusia bertakwa. Sesuai dengan QS. An Nisa’: 131, yaitu:

+

/

#

+

$

"#

4

#;@

7

9

$

+

9$8

)

+

4E

+

&&

+

/

#

+

$

"#

H

H

%

#)(

=D="

131. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh kami Telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.

Kepatuhan kepada Allah SWT dalam dimensi tauhid ini dinyatakan sebagai kepatuhan yang mutlak, dengan menempatkan Allah SWT sebagai dzat yang tunggal. Hanya kepada-Nya tempat mohon

M8

I

="

;

,"

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Menurut Mohammad Irfan Mastuki (2000:109) tauhid dalam pemikiran pendidikan Islam berfungsi untuk mentransformasikan setiap individu peserta didik menjadi “manusia tauhid”. Berbagai atribut manusia tauhid dalam pemikiran pendidikan Islam adalah:

a. Memiliki komitmen utuh, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ia berusaha secara maksimal menjalankan dan menjauhi larangan Allah.

b. Menolak segala pedoman dan pandangan hidup yang bukan datang dari Allah.

c. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas hidupnya, adat istiadat, tradisi, dan faham hidupnya.

d. Tujuan hidupnya jelas. Yaitu ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya selalu ditujukan untuk dan demi Allah semata. Inilah komitmen yang selalu diucapkan berkali-kali dalam salat: Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati li Allahi rabb al-‘alamin.

e. Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangun bersama manusia-manusia lainnya.

3. Dimensi Moral

Manusia dipandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitriyah. Maksudnya, sejak dilahirkan pada diri manusia sudah ada

sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Tujuan pendidikan ini dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan.

4. Dimensi Perbedaan Individu

Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari ketiga potensi yaitu potensi fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan kepentingan faktor perbedaan individu. Dengan demikian, dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus didasarkan atas pertimbagan perbedaan.

5. Dimensi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Tujuan pendidikan dalam dimensi ini adalah berupa usaha untuk memanusiakan peserta didik, agar mampu berperan dalam statusnya sebagai Al-Nas (makhluk sosial), Abd Allah (hamba pengabdi Allah), dan sekaligus sebagai khalifah Allah.

6. Dimensi Profesional

Dalam dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan bakatnya masing-masing, diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki, hingga

keterampilan itu dapat digunakan untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok, yaitu keimanan dan aktifitas yang bermanfaat (iman dan amal sholeh).

7. Dimensi Ruang dan Waktu

Tujuan pendidikan Islam dirumuskan atas dasar pertimbangan dimensi ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan. Dengan demikian, tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan waktu tersebut.

Sedangkan menurut Zakiah Darajat (2011:29) tujuan pendidikan Islam mempunyai tiga tingkatan tujuan, yaitu:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam dilaksanakan. b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam beerlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya pada waktu hidup di dunia dan telah berakhir pula. Pendidikan Islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami dalam Qs. Ali Imran: 102 yaitu:

1-A

7

- N

+

4E

:

4

&

^

K

&

!

F

=_,"

102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup. Akhir dari proses hidup, insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam bentuk sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional lebih dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Konsep Quantum teaching dalam Perspektif Al-Qur’an

Quantum teaching pertama kali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktikan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itu fisika berhasil mendefinisikan quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Pembelajaran quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Quantum teaching bukanlah hal yang baru sama sekali dalam Islam. Paling tidak prinsip-prinsip dan langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di dalamnya pernah ditawarkan oleh Al-Qur’an. Berikut ini metode

quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an:

1. Asas Utama

Asas utama quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita” (Riyanto, 2012:200).

Seorang guru diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid.

2. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Prinsip-prinsip quantum teaching meliputi:

a. Segalanya bicara

Substansi dari prinsip ini adalah adanya pengakuan eksistensi setiap makhluk, tidak hanya manusia saja. Prinsip ini terdapat dalam Al- Qur’an surat Al Ahzab ayat 72.

. Al-amanah merupakan segala

sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik berupa perintah maupun larangan, tentang urusan agama dan dunia. Maksudnya adalah beban-beban agama. Beban agama disebut amanat, karena merupakan hak-hak yang diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukallaf dan dipercayakan kepada mereka agar dilaksanakan dan diwajibkan atas mereka agar diterima dengan penuh kepatuhan dan ketaatan, bahkan mereka disuruh menjaga dan melaksanakannya tanpa melalaikan sedikitpun dari padanya (Al Maragi, 1992:77).

Ayat ini secara jelas menunjukkan adanya pengakuan Tuhan akan eksistensi makhluk-makhluk selain manusia dengan

yang terpilih. Pengakuan akan eksistensi ini penting karena merupakan langkah awal kehidupan. Begitu juga pengakuan akan eksistensi siswa sebagai individu merupakan langkah awal pembelajaran dengan jalan memberikan hak-hak mereka sebagai peserta didik untuk berbicara dalam rangka mengembangkan potensinya masing-masing.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya dan semua yang diciptakan oleh Tuhan, baik yang ada di langit maupun di bumi, tidak ada yang sia-sia. Semua dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, jika manusia tersebut mau memikirkannya. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 191.

Pada ayat ini terdapat

&*

yang artinya mengingat. Salah

satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan bagi mahkluk lain, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya. Ia selalu mengingat Allah disetiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan

dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkannya tentang penciptaan langit dan bumi, memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan dan kekuasaan Allah (Departemen Agama RI, 2009:97).

Ayat ini berkaitan dengan berbicara tentang sikap orang- orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan.

Selain daripada itu, semua aktivitas (hidup) manusia di dunia ini juga memiliki tujuan yaitu untuk menyembah Allah sebagaimana yang tercantum dalam QS. Adz-Dzariyat, 51: 56.

Menurut ayat tersebut seluruh kehidupan manusia diarahkan kepada tujuan hidup tertinggi yaitu untuk menyembah kepada Allah. Tentunya menyembah dalam arti yang seluas-luasnya. Dari sinilah, semua aktivitas pembelajaran yang dikembangkan di dalam

Quantum teaching ini harus memiliki tujuan yang jelas.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Di dalam Islam, hal yang terpenting bagi umat yang menganut agama ini adalah melakukan apa yang telah diperintahkan. Mereka disuruh untuk percaya, mendirikan shalat, membayar zakat,

puasa, haji, membaca al-Qur’an dan melakukan ajaran Islam lainnya. Setelah mereka mengalami semua itu, baru mereka boleh bertanya mengapa mereka harus melakukan semua itu. Banyak ayat-ayat al- Qur’an yang memerintahkan umat manusia untuk menerapkan sikap percaya terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 21.

Maksud ayat ini adalah esakanlah tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu. Dalam ayat ini, Allah yang Maha Suci lagi Maha tinggi menjelaskan keesaan uluhiyah-Nya bahwa Allah yang memberikan nikmat kepada hamba- hamba-Nya dengan mengeluarkan mereka daritiada kepada ada serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahiriyah dan batiniyah, yaitu dia menjadikan bagi mereka bumi sebagai hamparan seperti tikar yang dapat diinjak-injak, stabil, dan dikokohkan dengan gunung- gunung yang menjulang (Ar-Rifa’i, 1999:91).

Ayat di atas memerintahkan manusia untuk menyembah Allah. Hal ini sejalan dengan kisah turunnya wahyu pertama kepada Muhammad SAW yaitu Q.S. al-Alaq ayat 1-5.

Pada saat turunnya ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW langsung disuruh membaca atau menirukan apa yang dibunyikan oleh malaikat Jibril, meski Muhammad SAW sendiri belum memahami apa maksud semua itu. Maka prinsip di dalam pembelajaran quantum teaching yang terpenting adalah siswa bisa

melakukan apa yang telah diperintahkan dengan berdasarkan kode atau rumus yang ada. Baru setelah itu mereka diberi kesempatan untuk mempertanyakan tentang apa yang telah mereka lakukan.

d. Akui setiap usaha

Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Allah SWT memberikan predikat kepada orang-orang yang telah melakukan usaha-usaha tertentu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al- Anfal ayat 4. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dengan sungguh-sunguh akan memperoleh kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT, mendapat ampunan, dan rezeki yang mulia.

Pada ayat lain, Al-Qur’an juga memberikan contoh sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-Baqarah, 2: 177. Ayat ini menjelaskan bahwa setelah manusia melakukan seluruh perintah Allah SWT mulai dari beriman hingga bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, itulah orang-orang yang mendapat julukan “orang yang bertakwa”. Demikian pula seharusnya yang dikerjakan oleh tenaga pendidik (sebagaimana diharapkan dalam prinsip Quantum Teaching) terhadap peserta didiknya, yaitu memberikan pengakuan terhadap usaha sekecil apapun yang telah dilakukan oleh peserta didik. Sehingga dengan pengakuan tersebut, peserta didik semakin terpacu untuk meningkatkan prestasinya di kemudian hari.

Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.

e. Jika layak dirayakan maka rayakan.

Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Merayakan tidak berarti bersenang-senang apalagi jika cenderung berfoya-foya. Merayakan dalam bahasa agama berarti adalah bersyukur. Dan hal ini berulang- ulang Al-Qur’an mengingatkan agar manusia selalu mensyukuri terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan Q.S. Ibrahim ayat 7.

Ayat lain yang juga sama juga menyebutkan yaitu Qs. Al- Rahman: 13. Terdapat kalimat yang diulang-ulang dalam surah al- Rahman hingga sebanyak 31 kali. Pengulangan merupakan syarat penting dalam menciptakan kebiasaan. Inilah salah satu metode pengajaran Al-Qur’an untuk mengingatkan bermacam-macam nikmat yang telah manusia rasakan. Ayat ini mengungkapkan, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Pengulangan juga dapat digunakan untuk memperingatkan orang- orang berdosa, seperti “ celakalah para pendusta pada hari itu!”.

3. Kerangka Perencanaan Quantum teaching

Kerangka perancangan Quantum teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu:

a. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni dengan jalan memberikan pemahaman terhadap murid dan guru akan manfaat dari pelajaran tersebut.

Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan siswa, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa tertari/bermakna? Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan

tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.

b. Alami, yaitu menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.

Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep alami mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?. Strategi konsep alami dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Apabila diterapkan dalam dunia pendidikan, pendidik dapat menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, dengan cara memberikan siswa pengalaman belajar, dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati

kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya.

c. Namai, untuk langkah ini perlu disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang kemudian menjadi masukan bagi siswa.

Hal ini selaras dengan metodologi yang dilakukan oleh Allah SWT ketika mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sebagaimana pada QS. Al-Baqarah ayat 31, yaitu tentang apa yang diajarkan Allah SWT kepada nabi Adam as, mengenai nama-nama yang ada di alam ini, setelah Nabi Adam mengalaminya.

Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang namai mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memenadu guru dalam memahami konsep namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan?. Strategi implementasi konsep namai dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.

d. Demonstrasikan, dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan pengalamannya. Proses ini melanjutkan proses sebelumnya. Setelah peserta didik mengetahui melalui pengalamannya itu kemudian pendidik memberikan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuannya tersebut. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 33. Ayat di atas menjelaskan langkah Nabi Adam setelah menghafal dan mengalami proses pembelajaran dari Tuhan, ia diberi kesempatan untuk membuktikan pengetahuannya itu di hadapan Malaikat-Malaikat.

Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan siswa. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain

e. Ulangi, menunjukkan kepada siswa atentang cara-cara mengulangi materi.

Di dalam sistematika penulisan ayat-ayat al-Qur’an dapat ditemukan ayat yang ditulis berulang-ulang, dengan tujuan untuk menekankan betapa pentingnya hal tersebut seperti yang terdapat dalam Q.S. Ar Rahman ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 67, 69, 71, 73, 75, 77. Ayat tersebut diulangi berkali-kali dengan maksud memberi penekanan.

Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?. Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan– pertanyaan post tes.

f. Rayakan, adanya pengakuan dan penghargaan atas kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran.

Allah SWT sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an akan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, yang dalam bahasa agama sering disebut dengan pahala ataupun surga kepada siapa yang melakukan amal-amal kebajikan seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 97. Memberi pengakuan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologi belajar siswa.

Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha,

Dokumen terkait