• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN - Test Repository"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING

SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh: ALFIATUN

111-12-056

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

M. Farid Abdullah, S. Pd.I,.M. Hum Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Alfiatun

NIM : 111-12-056

Judul : METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING

SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 7 September 2016

Pembimbing,

(4)

SKRIPSI

METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING

SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

DISUSUN OLEH

ALFIATUN NIM: 111-12-056

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan

Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag Sekretaris Penguji : Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I Penguji I : Dr. H. Sidqon Maesur, lc, M.A Penguji II : Dra. Ulfah Susilawati, M.SI

Salatiga, 28 September 2016 Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Alfiatun

NIM : 111-12-056

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 7 September 2016 Penulis

(6)

!

"

#

!

$

%

&

'

()

)%

!

! "

# " #

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kepada Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayangnya kepadaku.

2. Keluarga besarku kakak, ponakan dan saudaraku yang lain baik yang berasal dari Ibu maupun Bapak yang telah memberikan motivasi dan dukungan sampai skripsi ini selesai.

3. Seseorang yang ku sayangi, sahabatku kummi, ika, faiz, nurjannah, umami, umi, seluruh PAI B, teman-teman PPL, dan teman-teman KKN yang tiada henti-hentinya memotivasi, membantu dan mensuport terhadap penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ibu guru dan Dosen-dosen saya yang sudah memberikan Ilmu dengan ikhlas sebagai bekal hidup saya.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak M. Farid Abdullah, S. Pd.I,.M. Hum selaku dosen pembimbing skripsi

(9)

5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 7 September 2016 Penulis

(10)

ABSTRAK

Alfiatun. 2016. Metode Pendidikan Quantum teaching sebagai Alat untuk mencapai Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Farid Abdullah, S. Pd.I,M. Hum.

Kata Kunci: Quantum teaching, Pendidikan Islam.

Tulisan ini fokus pada pembahasan metode quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif Al Qur’an. 2) Tujuan pendidikan Islam dalam persepektif Al Qur’an. 3) Aplikasi metode quantum teaching untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al Qur’an.

Penelitian ini akan dianalisis dalam perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini termasuk studi kepustakaan dengan metode analisis data yaitu metode induktif dan metode komparatif.

Hasil kajian menunjukkan bahwa 1) metode pendidikan quantum teaching

meliputi tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi, dan rayakan. 2)tujuan pendidikan Islam yaitu dimensi hakikat penciptaan manusia, dimensi tauhid, dimensi moral, dimensi perbedaan individu, dimensi sosial, dimensi profesional, dan dimensi ruang dan waktu. 3) Aplikasi quantum teaching dalam perspektif Al Qur’an yaitu menerapkan prinsip TANDUR sesuai yang terdapat dalam Qur’an surat Al-Ahzab, 33: 72, Al-Baqarah, 2: 21, Ibrahim, 14: 7 dan Ar. Rahman, 55: 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 67, 69, 71, 73, 75, 77.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Penegasan Istilah ... 6

E. Manfaat Penelitian... 10

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Metode Pendidikan Quantum Teaching ... 14

(12)

BAB III METODE QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL

QUR’AN ... 29

A. Metode Quantum Teaching ... 29

B. Tujuan Pendidikan Islam ... 41

BAB IV PEMBAHASAN ... 47

A. Metode Quantum Teaching dalam Perspektif Al Qur’an... 47

B. Tujuan Pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an ... 59

C. Aplikasi Metode Pendidikan Quantum Teaching untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al Qur’an . 62 BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan... 68

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71 RIWAYAT HIDUP PENULIS

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang RI No. 20 th.2003 tentang SISDIKNAS)

(15)

Bagi guru Pendidikan Agama Islam, tugas dan kewajiban merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Allah menjelaskan dalam (Qs Al Nisa, 4:58) sebagai berikut:

!"

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”

Tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional secara tepat. Tanggung jawab guru PAI terhadap amanatnya diwujudkan dalam upaya mengembangkan mutu, kualitas, dan tindak tanduknya (Tim Depag, 2002:5).

Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Suatu profesi memerlukan kompetensi khusus, yaitu kemampuan dasar berupa ketrampilan menjalankan rutinitas sesuai dengan petunjuk, aturan, dan prosedur teknis. Guru memerlukan kompetensi khusus yang berkenaan dengan tugasnya. Pendidikan tidak terjadi secara alami, tetapi dengan disengaja (disadari).

(16)

penglihatan dan hati. Pendegaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang lain. Penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepadanya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan darinya (An-Nahlawi, 1992:59).

Menurut Tim Depag (2002:18) seorang guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar pelajar yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. Sebagian ulama memang pernah berkata, “Kami pernah menuntut ilmu dengan tujuan bukan karena Allah, sehingga guru menolak kecuali jika kami menuntut ilmu karena Allah,” kata-kata itu hendaknya diartikan bahwa pada akhirnya niat menuntut ilmu itu harus karena Allah. Sebab, kalau niat tulus ini disyaratkan pada awal penerimaan pelajar akan mengalami kesulitan.

Ilmu Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Islam yang menjadi karakter Ilmu Pendidikan Islam memberikan prinsip tentang keharusan berserah diri dan mengikuti perintah serta aturan Tuhan jika ingin sukses(Nata, 2003:13).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs Yunus 10: 72, sebagai berikut:

(17)

Aku disuruh supaya Aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".

Ilmu Pendidikan Islam adalah Ilmu Pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam Al-Quran dan Sunnah. Dalam Islam, agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas dunia dapat menopang pelaksanaan ajaran agama. Islam bukan hanya sekedar mengatur hubungan manusia dengan Tuhan sebagaiman yang terdapat dengan agama lain, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan dunia. Islam adalah agama yang ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengatur satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah Al-Qur’an dan al-Sunnah(Nata, 2003:17).

(18)

Pembelajaran yang inovatif hendaknya dimiliki seorang guru. Pembelajaran inovatif diharapkan guru mampu membawa perubahan cara pandang kepada siswa. Dulu siswa dianggap oleh guru sebagai obyek, selalu dipersalahkan, dipermasalahkan, makhluk yang kosong dan tidak dihargai pendapatnya. Kegiatan belajar di sekolah hanya dipahami sebatas menulis, mendengarkan dan mengerjakan. Terlebih dengan diberlakukannya kurikulum 2013, sudah sepatutnya guru dapat mengubah dan memperbaiki: (1) paradigma dirinya tentang siswa sebagai subjek yang dihargai sesuai tingkat perkembangannya dan melaksanakan prinsip pembelajaran student center; (2) perannya sebagai fasilitator, pembimbing, dan konsultan; (3) kebiasaan pengulangan menjadi penyelidikan; (4) dari yang mengutamakan hasil menuju ke proses; (5) dari hal yang kompetitif menjadi kolaboratif; (6) dari mempresentasikan penggunaan media yang statis menuju ke multimedia yang dinamis; (7) penggunaan komputer yang hanya bersifat objek belajar menuju komputer sebagai media pembelajaran otonom; (8) cara belajar dan mengajar yang berbasis teori menuju ke belajar yang berdasarkan tindakan nyata sesuai tuntutan kehidupan sehari-hari. merupakan salah satu metodologi pembelajaran yang dinilai paling mutakhir dan dapat menghasilkan lulusan pendidikan yang terbina seluruh potensi dirinya saat ini. Sehingga tak mengherankan jika banyak para pelaku pendidikan, terutama para tenaga pendidik baik muslim maupun nonmuslim serius mendalami metodologi ini.

(19)

dalam judul penelitian yaitu: “METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an?

2. Bagaimana tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an?

3. Bagaimana aplikasi metode pendidikan quantum teaching untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al Qur’an?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui metode pendidikan quatum teaching dalam perspektif Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an. 3. Untuk mengetahui aplikasi metode pendidikan quantum teaching untuk

mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al Qur’an.

D. Penegasan Istilah

(20)

1. Metode Pendidikan

Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dan

way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris (Tafsir, 2008:9). Menurut Tim Depag (2002:19) metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan etimologi, metode adalah ilmu yang membahas cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

(21)

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara kerja yang bersistem tepat untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran guna mencapai tujuan yang sempurna.

2. Quantum Teaching

Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching" yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. DePorter mengatakan bahwa Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi SuperCamp (Nata, 2003:35).

Menurut Riyanto (2009:199) quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

Jadi quantum teaching adalah menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

3. Pendidikan Islam

(22)

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Suparlan (2008:43) pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu.

Sedangkan pengertian Islam, Islam berasal dari Bahasa Arab yamg berasal dari kata yang berarti damai dan yang artinya menyerahkan (Yunus, 2010:177). Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:442). Selain itu Islam adalah menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan melakukan puasa di Bulan Ramadhan serta berhaji ke Baitullah jika mampu menuju jalannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

4. Al-Qur’an

(23)

Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang metode pendidikan quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an, sehingga dapat memberikan manfaat :

1. Secara teoritis

Memberikan sumbangan ilmu tentang bagaimana metode pendidikan quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an

2. Secara praktis

a. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca khususnya penulis untuk mengetahui dan memahami tentang metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an.

(24)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk library reseacrh atau studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Nazir, 1985:111).

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber utama yakni AL Qur’an dan buku-buku yang membahas tentang metode pendidikan Islam seperti buku yang berjudul Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Ilmu Pendidikan Islam, Quantum Teaching, dan buku-buku tafsir.

3. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode tafsir. Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode induktif

(25)

Metode ini digunakan dengan cara menganalisa fakta-fakta dan persoalan yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang umum, yakni dengan cara menganalisa data tentang metode pendidikan

quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an.

b. Metode komparatif

Metode komparatif yaitu metode untuk membandingkan dua fenomena atau lebih hingga menghasilkan satu kesimpulan (Baidan, 2000:97), misalkan membandingkan pendapat tokoh satu dengan tokoh yang lain mengenai tema quantum teaching.

G. Sistematika penulisan Skripsi

Untuk memudahkan dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:

Pada BAB I PENDAHULUAN, bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, fokus masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Pada BAB II KAJIAN PUSTAKA merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi: pengertian metode pendidikan, quantum teaching, pendidikan Islam, prinsip-prinsip quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an, dan cara mempraktikan metode pendidikan quantum teaching.

(26)

dalam perspektif Al-quran, dan prinsip-prinsip dalam metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif Al-quran.

Pada BAB IV penulis lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu tentang metode quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan islam dalam perspektif Al-Qur’an

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Pendidikan Quantum Teaching 1. Metode Pendidikan

Metode dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2005:3). Bila dihubungkan dengan pendidikan maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.

Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dan

(28)

2. Quantum Teaching

a. Pengertian

Kata Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Sedangkan Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi (mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa) yang ada di dalam dan sekitar momen belajar (Riyanto, 2012:200). Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

b. Asas Utama

Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita” (Riyanto, 2012:200).

c. Prinsip-Prinsip

Prinsip-prinsip ini adalah sebagai struktur Chort dasar dari simfoni belajar. Prinsip-prinsip ini adalah:

1) Segalanya bicara

Segalanya dari lingkungan hingga bahasa tubuh nada, dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan

(29)

3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.

4) Akui setiap usaha

Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

5) Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

Perayaan memberi umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan aposiasi emosi positif dalam belajar.

d. Model Quantum Teaching.

Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni, yang terdiri dari dua unsur, yaitu: konteks dan isi (contect and content).

1) Konteks adalah latar untuk pengalaman anda.

(30)

lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. 2) Isi, anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi not-not

nyata pada sebuah halaman.

Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkrestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.

e. Mempraktikkan Quantum Teaching

1) Mengorkestrasikan kesuksesan melalui konteks (menata panggung).

Lingkungan di mana siswa dapat keadaan prima mau bertanggung jawab, dan dapat saling mempercayai. Sebuah tempat tanpa batas untuk mencapai. Apa yang dikatakan ruang kelas dapat menjadi “rumah” tempat siswa terbuka terhadap umpan balik dan mempercayainya, tempat mereka belajar mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh.

a) Suasana, suasana yang menggembirakan membawa kegembiraan pula dalam belajar.

(31)

memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk belajar dalam komunikasi belajar.

c) Lingkungan, semua hal yang mendukung proses belajar termasuk cara guru menata panggung kelas seperti: pencahayaan, warna, pengaturan meja, dan kursi, tanaman musik dan lainnya.

d) Rancangan, adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki prosestukar menukar informasi.

2) Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan.

Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang memengaruhi belajar akademis (Walberg & Greeberg, 1997). Bahan kunci untuk membangun suasana yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan, dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan.

3) Mengorkestrasikan landasan yang kukuh. Landasan yang kukuh terdiri dari: a) Tujuan

(32)

b) Prinsip-prinsip

Delapan prinsip sebagai kunci keunggulan meliputi: integritas (kejujuran), kegagalan adalah awal kesuksesan, berbicaralah dengan niat baik, hidup di saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes, dan kesinambungan.

c) Kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan 4) Mengorkestrasikan lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang memacu belajar dan meningkatkan daya ingat siswa, harus memperhatikan lingkungan sekeliling, alat bantu, pengaturan bangku, tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya.

5) Mengorkestrasikan perancangan pengajaran yang dinamis Cara merangsang pengajaran yang memuaskan belajar siswa, memanfaatkan serangkaian kecerdasan siswa, melejitkan motivasi mereka, dan menyiapkan mereka meraih kesuksesan adalah:

a) Membawa dunia mereka ke dunia kita dan mengantarkan dunia mereka ke dunia kita.

b) Modalitas visual, audiovisual, dan kinestetik. c) Modal kesuksesan

d) Kerangka perancangan quantum teaching

(33)

6) Kesuksesan melalui isi.

Isi dan konteks sama penting. Konteks lebih dari sekadar apa yang tampak. Sedangkan isi mencangkup presentasi ringkas tetapi bergairah, anggun tetapi menarik. Isi berkaitan tentang penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.

7) Mengorkestrasikan presentasi prima

Cara memaksimalkan kemampuan menjadi teladan (oral) untuk ditiru yaitu bagaimana kita memanfaatkan suara, wajah, tubuh, dan kata-kata untuk meningkatkan keefektivan berbicara. 8) Mengoreksi fasilitas elegan.

Memfasilitasi yaitu memudahkan tingkat partisipasi yang diinginkan caranya:

a) Mengingat prinsip know it (ketahuilah hasilnya), explain it

(jelaskan hasilnya), get it and give feet back (dapatkan hasil dan berikan umpan balik).

b) Modal kesuksesan dari sudut pandang fasilitator c) Memengaruhi perilaku dengan tindakan

d) Menciptakan strategi e) Tanya jawab belajar

(34)

b) Cara mencatat

c) Organisasi dan persiapan tes d) Membaca cepat

e) Teknik mengingat

10) Mengorkestrasikan keterampilan hidup.

a) Hidup dengan penuh tanggung jawab, pilihan, solusi, kebebasan, dan keamanan.

b) Komunikasi yang jernih dengan observasi (observation), pikiran (thuoght), perasaan (feeling) dan keinginan (desire). c) Membina hubungan, baik dengan guru, siswa dan pegawai

serta wali murid.

11) Mengorkestrasikan kesuksesan melalui praktek.

Marilah kita mempraktikan apa yang kita ketahui tentang segala sesuatu pengetahuan yang sudah kita terima, dengan cara: meringkas bab, lakukan beberapa langkah dalam belajar, raih kesempatan dan persahabatan (DePotter, 2014:47).

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan suatu rancangan dari proses suatu kegiatan yang memiliki landasan dasar yang kokoh, dan arah yang jelas sebagai tuuan yang hendak dicapai (Jalaluddin, 2003:81).

(35)

berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Jalaluddin, 2003:97).

Pendidikan Islam menurut D. Marimba (dalam Lestari dan Ngatini, 2010:77) merupakan pendidikan yang berusaha dalam membimbing jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Omar Mahmud Al Taumy Al Syaebani (dalam Lestari dan Ngatini, 2010:77) pendidikan Islam adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya dan kehidupan bermasyarakat, alam sekitar sehingga diharapkan melalui proses pendidikan Islam perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam.

2. Tujuan Pendidikan Islam

(36)

Tujuan umum pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT (Jalal, 1988:119).

Tujuan serupa disebutkan Jalaluddin (2003:92) pendidikan Islam bertujuan sesuai dengan hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia menjadi pengabdi Allah yang patuh dan setia.

Menurut Omar al-Toumy al-Syaibany (dalam Jalaluddin, 2003:92) menyebutkan tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah. Selanjutnya Menurut Jalaluddin (2003:93-101) tujuan pendidikan Islam mencakup ruang lingkup sebagai berikut:

a. Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia

Tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Maka pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56 (Jalaluddin, 2003:93).

b. Dimensi Tauhid

(37)

c. Dimensi Moral

Manusia dipandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitriyah. Maksudnya, sejak dilahirkan pada diri manusia sudah ada sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Tujuan pendidikan ini dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikan nya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan (Jalaluddin, 2003:96).

d. Dimensi Perbedaan Individu

Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari ketiga potensi yaitu potensi fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan kepentingan faktor perbedaan individu. Dengan demikian, dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus didasarkan atas pertimbagan perbedaan (Jalaluddin, 2003:97).

e. Dimensi Sosial

(38)

f. Dimensi Profesional

Dalam dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan bakatnya masing-masing, diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki, hingga keterampilan itu dapat digunakan untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok, yaitu keimanan dan aktifitas yang bermanfaat (iman dan amal sholeh) (Jalaluddin, 2003:100).

g. Dimensi Ruang dan Waktu

Tujuan pendidikan Islam dirumuskan atas dasar pertimbangan dimensi ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan. Dengan demikian, tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan waktu tersebut (Jalaluddin, 2003:101).

3. Muatan Pendidikan Islam

(39)

pendidikan Islam merupakan pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral, dan sosial.

a. Pendidikan keimanan

Pendidikan keimanan di dalam Al-Qur’an merupakan poros pendidikan Islam yang menuntun individu untuk merealisasikan ketaqwaan di dalam jiwa pendidikan keimanan tersebut mencakup segala kewajibannya, yaitu beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir.

Pendidikan keimanan bersifat dinamis, yaitu dapat berproses melauli sentuhan kandungan ayat-ayat Allah, baik tertulis maupun yang terbentang di jagat raya yang dibaca dengan berbagai pengetahuan, dapat pula melalui ibadah-ibadah praktis yang difardukan dan akhlak sosial yang dilaksanakan individu di dalam masyarakat Islam, dengan demikian pendidikan keimanan merupakan bagian dasar dalam pendidikan Islam yang melandasi semua bagian lainnya.

b. Pendidikan amaliah

(40)

kekayaan dan apa yang dapat digali dari bumi bagi kepentingan individu, masyarakat, dan semua umat manusia.

c. Pendidikan ilmiah

Isi pendidikan ilmiah mencakup ilmu pengetahuan dimulai dengan keterampilan membaca dan menulis, pengetahuan kemanusiaan, pengetahuan tentang jiwa manusia, sampai kepada longkungan sosial sepanjang masa dan di setiap tempat, kemudian pengetahuan fisik dan fenomena-fenomena alam

d. Pendidikan akhlak

Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur’an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin; individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidu dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikhis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang.

(41)

e. Pendidikan sosial

(42)

BAB III

METODEQUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

A. Metode Quantum teaching

Quantum teaching merupakan metode pembelajaran yang mencakup unsur-unsur belajar efektif yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi suatu konsep yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Seiring berjalannya waktu, metode ini tidak hanya digunakan dalam pendidikan umum saja, akan tetapi juga dipakai dalam pendidikan Islam.

Quantum teaching bukanlah hal yang baru sama sekali dalam Islam. Paling tidak prinsip-prinsip dan langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di dalamnya pernah ditawarkan oleh Al-Qur’an. Berikut ini metode quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an:

1. Asas Utama

Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia

(43)

Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid.

2. Prinsip-Prinsip

Prinsip-prinsip quantum teaching meliputi:

a. Segalanya bicara

Substansi dari prinsip ini adalah adanya pengakuan eksistensi setiap makhluk, tidak hanya manusia saja. Bahkan di dalam Islam, air, udara, tanah, gunung, tumbuh-tumbuhan, binatang dan lain-lainnnya dianggap memiliki jiwa atau personalitas. Oleh karenanya semua itu harus diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya. Mereka harus dirawat, disayang, dipelihara dan seterusnya, sehingga semua berkembang, bersahabat dan memberi manfaat bagi manusia. Itu terhadap makhluk lain, apalagi kepada siswa yang merupakan bagian dari manusia. Prinsip ini terdapat dalam Al- Qur’an surat Al Ahzab ayat 72, yaitu:

"

(44)

dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,

Ayat ini secara jelas menunjukkan adanya pengakuan Tuhan akan eksistensi makhluk-makhluk selain manusia dengan menawarkan amanat itu kepada mereka. Pengakuan akan eksistensi ini penting karena merupakan langkah awal kehidupan. Begitu juga pengakuan akan eksistensi siswa sebagai individu merupakan langkah awal pembelajaran dengan jalan memberikan hak-hak mereka sebagai peserta didik untuk berbicara dalam rangka mengembangkan potensinya masing-masing.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang diciptakan oleh Tuhan, baik yang ada di langit maupun di bumi, tidak ada yang sia-sia. Semua dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, jika manusia tersebut mau memikirkannya. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 191, yaitu:

(45)

Ayat ini berbicara tentang sikap orang-orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan.

Selain daripada itu, semua aktivitas (hidup) manusia di dunia ini juga memiliki tujuan yaitu untuk menyembah Allah sebagaimana yang tercantum dalam QS. Adz-Dzariyat, 51: 56:

+

4

,

Menurut ayat di atas seluruh kehidupan manusia diarahkan kepada tujuan hidup tertinggi yaitu untuk menyembah kepada Allah. Tentunya menyembah dalam arti yang seluas-luasnya. dari sinilah, semua aktifitas pembelajaran yang dikembangkan di dalam quantum teaching ini harus memiliki tujuan yang jelas.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

(46)

mengapa mereka harus melakukan semua itu. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan umat manusia untuk menerapkan sikap percaya terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 21:

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

Ayat di atas memerintahkan manusia untuk menyembah Allah. Hal ini sejalan dengan kisah turunnya wahyu pertama kepada Muhammad SAW yaitu Q.S. al-Alaq ayat 1-5:

8

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(47)

pembelajaran quantum teaching yang terpenting adalah siswa bisa melakukan apa yang telah diperintahkan dengan berdasarkan kode atau rumus yang ada. Baru setelah itu mereka diberi kesempatan untuk mempertanyakan tentang apa yang telah mereka lakukan.

d. Mengakui setiap usaha

Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Allah SWT memberikan predikat kepada orang-orang yang telah melakukan usaha-usaha tertentu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 4:

4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dengan sungguh-sunguh akan memperoleh kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT, mendapat ampunan, dan rezeki yang mulia.

Pada ayat lain, al-Qur’an juga memberikan contoh sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-Baqarah, 2: 177:

(48)

)

177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.

(49)

e. Jika layak dirayakan maka rayakan.

Merayakan tidak berarti bersenang-senang apalagi jika cenderung berfoya-foya. Merayakan dalam bahasa agama berarti adalah bersyukur. Dan hal ini berulang-ulang Al-Qur’an mengingatkan agar manusia selalu mensyukuri terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan Q.S. Ibrahim: 7 berikut:

T

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

3. Langkah-langkah Metode Quantum teaching

Kerangka perancangan quantum teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu:

(50)

ditekankan pentingnya niat dan tujuan yang harus ditanamkan sebelum melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan niat yang benar itu adalah niat ikhlas semata-mata karena Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Bayyinah ayat 5:

.

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Ayat tersebut menjelaskan kepada setiap insan untuk meluruskan niat hanya untuk Allah SWT semata.

b. Alami, merupakan proses memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk melakukan pekerjaan. Hal yang pokok dalam ajaran Islam adalah mengalami atau melakukan. Berangkat dari mengalami itulah pengetahuan akan diperoleh. Dalam perintah shalat misalnya, Q.S. Al Baqarah ayat 43 menyebutkan:

#8

43. Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

(51)

(experiense is a best teacher). Belajar yang sebenarnya adalah mengalami, bukan sekadar membaca dan menulis.

Apabila diterapkan dalam dunia pendidikan, pendidik dapat menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, dengan cara memberikan siswa pengalaman belajar, dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya.

c. Namai, yaitu dengan cara memberikan identitas atau nama bagi sesuatu yang ditemukan. Hal ini sebagaimana metodologi yang dilakukan oleh Allah SWT ketika mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sebagaimana pada QS. Al-Baqarah ayat 31:

"

4

31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

(52)

d. Demonstrasikan, proses ini melanjutkan proses sebelumnya. Setelah peserta didik mengetahui melalui pengalamannya itu kemudian pendidik memberikan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuannya tersebut. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 33: nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Ayat di atas menjelaskan langkah Nabi Adam setelah menghafal dan mengalami proses pembelajaran dari Tuhan, ia diberi kesempatan untuk membuktikan pengetahuannya itu di hadapan Malaikat-Malaikat.

(53)

A

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Ayat di atas diulangi berkali-kali dengan maksud memberi penekanan. Penerapan dalam dunia pendidikan adalah dengan melakukan proses memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa "Aku tahu bahwa aku tahu ini" dalam hal ini menunjukkan apa yang telah diajarkan oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap.

f. Rayakan, yakni memberikan pengakuan atau juga penghargaan. Allah SWT sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an akan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, yang dalam bahasa agama sering disebut dengan pahala ataupun surga kepada siapa yang melakukan amal-amal kebajikan seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 97: maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.

(54)

B. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Jalaluddin (2003:93-101) tujuan pendidikan Islam mencakup ruang lingkup sebagai berikut:

1. Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia

Tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Maka pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56, yaitu:

+

4

,

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil’alamin, tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

2. Dimensi Tauhid

(55)

membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa sesuai Q.S. Al Baqarah:3.

7

shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan

kepada mereka.

Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi tauhid, karena sifat ketakwaan mencerminkan ketahuidan secara menyeluruh, yaitu mematuhi sepenuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan perintahnya agar manusia bertakwa. Sesuai dengan QS. An Nisa’: 131, yaitu:

131. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh kami Telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.

(56)

M8

I

="

;

,"

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Menurut Mohammad Irfan Mastuki (2000:109) tauhid dalam pemikiran pendidikan Islam berfungsi untuk mentransformasikan setiap individu peserta didik menjadi “manusia tauhid”. Berbagai atribut manusia tauhid dalam pemikiran pendidikan Islam adalah:

a. Memiliki komitmen utuh, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ia berusaha secara maksimal menjalankan dan menjauhi larangan Allah.

b. Menolak segala pedoman dan pandangan hidup yang bukan datang dari Allah.

c. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas hidupnya, adat istiadat, tradisi, dan faham hidupnya.

d. Tujuan hidupnya jelas. Yaitu ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya selalu ditujukan untuk dan demi Allah semata. Inilah komitmen yang selalu diucapkan berkali-kali dalam salat: Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati li Allahi rabb al-‘alamin.

e. Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangun bersama manusia-manusia lainnya.

3. Dimensi Moral

(57)

sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Tujuan pendidikan ini dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan.

4. Dimensi Perbedaan Individu

Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari ketiga potensi yaitu potensi fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan kepentingan faktor perbedaan individu. Dengan demikian, dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus didasarkan atas pertimbagan perbedaan.

5. Dimensi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Tujuan pendidikan dalam dimensi ini adalah berupa usaha untuk memanusiakan peserta didik, agar mampu berperan dalam statusnya sebagai Al-Nas (makhluk sosial), Abd Allah (hamba pengabdi Allah), dan sekaligus sebagai khalifah Allah.

6. Dimensi Profesional

(58)

keterampilan itu dapat digunakan untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok, yaitu keimanan dan aktifitas yang bermanfaat (iman dan amal sholeh).

7. Dimensi Ruang dan Waktu

Tujuan pendidikan Islam dirumuskan atas dasar pertimbangan dimensi ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan. Dengan demikian, tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan waktu tersebut.

Sedangkan menurut Zakiah Darajat (2011:29) tujuan pendidikan Islam mempunyai tiga tingkatan tujuan, yaitu:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam dilaksanakan. b. Tujuan Akhir

(59)

1

-

A

102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup. Akhir dari proses hidup, insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam bentuk sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.

d. Tujuan Operasional

(60)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Konsep Quantum teaching dalam Perspektif Al-Qur’an

Quantum teaching pertama kali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktikan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itu fisika berhasil mendefinisikan quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Pembelajaran quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Quantum teaching bukanlah hal yang baru sama sekali dalam Islam. Paling tidak prinsip-prinsip dan langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di dalamnya pernah ditawarkan oleh Al-Qur’an. Berikut ini metode

quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an:

1. Asas Utama

(61)

Seorang guru diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid.

2. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Prinsip-prinsip quantum teaching meliputi:

a. Segalanya bicara

Substansi dari prinsip ini adalah adanya pengakuan eksistensi setiap makhluk, tidak hanya manusia saja. Prinsip ini terdapat dalam Al- Qur’an surat Al Ahzab ayat 72.

. Al-amanah merupakan segala

sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik berupa perintah maupun larangan, tentang urusan agama dan dunia. Maksudnya adalah beban-beban agama. Beban agama disebut amanat, karena merupakan hak-hak yang diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukallaf dan dipercayakan kepada mereka agar dilaksanakan dan diwajibkan atas mereka agar diterima dengan penuh kepatuhan dan ketaatan, bahkan mereka disuruh menjaga dan melaksanakannya tanpa melalaikan sedikitpun dari padanya (Al Maragi, 1992:77).

(62)

yang terpilih. Pengakuan akan eksistensi ini penting karena merupakan langkah awal kehidupan. Begitu juga pengakuan akan eksistensi siswa sebagai individu merupakan langkah awal pembelajaran dengan jalan memberikan hak-hak mereka sebagai peserta didik untuk berbicara dalam rangka mengembangkan potensinya masing-masing.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya dan semua yang diciptakan oleh Tuhan, baik yang ada di langit maupun di bumi, tidak ada yang sia-sia. Semua dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, jika manusia tersebut mau memikirkannya. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 191.

Pada ayat ini terdapat

&

*

yang artinya mengingat. Salah

(63)

dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkannya tentang penciptaan langit dan bumi, memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan dan kekuasaan Allah (Departemen Agama RI, 2009:97).

Ayat ini berkaitan dengan berbicara tentang sikap orang-orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan.

Selain daripada itu, semua aktivitas (hidup) manusia di dunia ini juga memiliki tujuan yaitu untuk menyembah Allah sebagaimana yang tercantum dalam QS. Adz-Dzariyat, 51: 56.

Menurut ayat tersebut seluruh kehidupan manusia diarahkan kepada tujuan hidup tertinggi yaitu untuk menyembah kepada Allah. Tentunya menyembah dalam arti yang seluas-luasnya. Dari sinilah, semua aktivitas pembelajaran yang dikembangkan di dalam

Quantum teaching ini harus memiliki tujuan yang jelas.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

(64)

puasa, haji, membaca al-Qur’an dan melakukan ajaran Islam lainnya. Setelah mereka mengalami semua itu, baru mereka boleh bertanya mengapa mereka harus melakukan semua itu. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan umat manusia untuk menerapkan sikap percaya terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 21.

Maksud ayat ini adalah esakanlah tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu. Dalam ayat ini, Allah yang Maha Suci lagi Maha tinggi menjelaskan keesaan uluhiyah-Nya bahwa Allah yang memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan mengeluarkan mereka daritiada kepada ada serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahiriyah dan batiniyah, yaitu dia menjadikan bagi mereka bumi sebagai hamparan seperti tikar yang dapat diinjak-injak, stabil, dan dikokohkan dengan gunung-gunung yang menjulang (Ar-Rifa’i, 1999:91).

Ayat di atas memerintahkan manusia untuk menyembah Allah. Hal ini sejalan dengan kisah turunnya wahyu pertama kepada Muhammad SAW yaitu Q.S. al-Alaq ayat 1-5.

(65)

melakukan apa yang telah diperintahkan dengan berdasarkan kode atau rumus yang ada. Baru setelah itu mereka diberi kesempatan untuk mempertanyakan tentang apa yang telah mereka lakukan.

d. Akui setiap usaha

Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Allah SWT memberikan predikat kepada orang-orang yang telah melakukan usaha-usaha tertentu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 4. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dengan sungguh-sunguh akan memperoleh kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT, mendapat ampunan, dan rezeki yang mulia.

(66)

Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.

e. Jika layak dirayakan maka rayakan.

Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Merayakan tidak berarti bersenang-senang apalagi jika cenderung berfoya-foya. Merayakan dalam bahasa agama berarti adalah bersyukur. Dan hal ini berulang-ulang Al-Qur’an mengingatkan agar manusia selalu mensyukuri terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan Q.S. Ibrahim ayat 7.

(67)

3. Kerangka Perencanaan Quantum teaching

Kerangka perancangan Quantum teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu:

a. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni dengan jalan memberikan pemahaman terhadap murid dan guru akan manfaat dari pelajaran tersebut.

(68)

tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.

b. Alami, yaitu menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.

Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep alami mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?. Strategi konsep alami dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.

(69)

kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya.

c. Namai, untuk langkah ini perlu disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang kemudian menjadi masukan bagi siswa.

Hal ini selaras dengan metodologi yang dilakukan oleh Allah SWT ketika mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sebagaimana pada QS. Al-Baqarah ayat 31, yaitu tentang apa yang diajarkan Allah SWT kepada nabi Adam as, mengenai nama-nama yang ada di alam ini, setelah Nabi Adam mengalaminya.

(70)

d. Demonstrasikan, dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan pengalamannya. Proses ini melanjutkan proses sebelumnya. Setelah peserta didik mengetahui melalui pengalamannya itu kemudian pendidik memberikan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuannya tersebut. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 33. Ayat di atas menjelaskan langkah Nabi Adam setelah menghafal dan mengalami proses pembelajaran dari Tuhan, ia diberi kesempatan untuk membuktikan pengetahuannya itu di hadapan Malaikat-Malaikat.

(71)

e. Ulangi, menunjukkan kepada siswa atentang cara-cara mengulangi materi.

Di dalam sistematika penulisan ayat-ayat al-Qur’an dapat ditemukan ayat yang ditulis berulang-ulang, dengan tujuan untuk menekankan betapa pentingnya hal tersebut seperti yang terdapat dalam Q.S. Ar Rahman ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 67, 69, 71, 73, 75, 77. Ayat tersebut diulangi berkali-kali dengan maksud memberi penekanan.

Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?. Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan– pertanyaan post tes.

(72)

Allah SWT sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an akan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, yang dalam bahasa agama sering disebut dengan pahala ataupun surga kepada siapa yang melakukan amal-amal kebajikan seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 97. Memberi pengakuan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologi belajar siswa.

Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.

B. Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an 1. Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia

(73)

didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56.

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil’alamin, tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Dalam surat lain yaitu Qs. Ali Imran : 102

2. Dimensi Tauhid

Tujuan Islam diarahkan pada upaya pembentukan sikap taqwa. Dengan demikian, pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa sesuai Qs. Al Baqarah:3.

Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi tauhid, karena sifat ketakwaan mencerminkan ketahuidan secara menyeluruh, yaitu mematuhi sepenuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan perintahnya agar manusia bertakwa. Sesuai dengan Qs. An Nisa’: 131.

Kepatuhan kepada Allah SWT dalam dimensi tauhid ini dinyatakan sebagai kepatuhan yang mutlak, dengan menempatkan Allah SWT sebagai dzat yang tunggal. Hanya kepada-Nya tempat mohon petolongan, hal ini sesuai dengan Qs Al Ikhlas: 1-2.

3. Dimensi Moral

Referensi

Dokumen terkait

Ag selaku Direktur Pascasarjana UNISNU Jepara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, mencurahkan pikiran, mengarahkan serta memberi petunjuk dalam

Dalam kegiatan ini dilakukan uji fungsi terhadap peralatan spektrometer gamma, setelah peralatan tersebut dilakukan penggantian beberapa komponen baik modul maupun softwere

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi dalam pengembangan energi terbarukan berupa energy biomassa dari briket tempurung kelapa. Briket ini merupakan hasil

Aktivitas Isolat Andrografolid Sambiloto ( Andrographis paniculata (Burm.F.) Nees) Terhadap Pembentukan Sel Busa dan Perubahan Kadar Malondialdehid (MDA) Pada Serum Tikus

Pada tahun 2012, untuk panjang

(c) Multilined theories of evolution. Teori ini telah menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat,

Sehingga kecepatan akses user terhadap situs yang sudah ada di dalam proxy server, didapat dari media yang digunakan user untuk mengakses web yang terdapat

selaku pembimbing akademik yang membantu banyak hal dalam kehidupan perkuliahan yang saya lalui selama berkuliah di UPH Surabaya, serta dosen pembimbing pertama yang telah