• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH ILYAS

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan sasaran atau sarana yang akan dicapai dan sekaligus sebagai patokan pemberi arah semua aktifitas yang dilakukan. Begitu juga pendidikan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa tokoh juga yang memaparkan makna tujuan ini, dan kesemuanya itu memiliki suatu perbedaan tersendiri. Disini akan penulis paparkan secara singkat tentang pandangan-pandangan tersebut.

Pertama, pandangan yang berorientasi pada tujuan semata (target

oriented) mengatakan bahwa guru tidak hanya bertugas memberikan ilmu

pada murid (baca: wacana dan skill) tetapi lebih dari itu guru juga harus mengantarkan murid hingga kebutuhan yang mendasar setiap manusia yaitu pekerjaan terpenuhi.

Kedua, pandangan yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah proses penemuan jati diri manusia sesuai dengan fitrahnya. Jadi, menurut pandangan ini fungsi dari pendidikan itu sendiri sebagai wadah pencarian bakat dan kemampuan secara individu untuk mencapai sebuah

keberhasilan dalam kehidupan baik itu di dunia maupun kehidupan selanjutnya (Saifuddun, 2017:61-62). Berpijak dari kedua pandangan tersebut, dapat diambil beberapa item pokok tentang esensi dari tujuan pendidikan itu sendiri untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut beberapa paparan tentang tujuan pendidikan menurut tokoh-tokoh pendidikan:

Menurut Langgulung (1986:33) tujuan pendidikan adalah tujuan hidup manusia itu sendiri karena manusia memiliki kedudukan sebagai khalifatullah, dan karena ini harus dilandasi dengan sikap ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah. Al Abrasyi menuturkan tujuan pendidikan ada lima pokok yaitu pembentukan akhlak mulia manusia, persiapan untuk mengarungi kehidupan dunia dan akhirat secara seimbang, menyiapkan sarana untuk mencari rizki dan pemanfaatan hasil rizki tersebut, menumbuhkan semangat ilmiah dalam setiap insan manusia dan untuk mempersiapkan suatu profesi terhadap manusia guna memperlancar pencarian rizki (Achmadi, 1992: 24-26). Dalam hal ini yang bisa didapat yaitu tujuan pendidikan islam itu semuanya berorientasi pada upaya pencapaian kesejahteraan baik itu di dunia maupun di akhirat.

Berawal dari berbagai macam argumentasi yang terkait dengan tujuan pendidikan, KH Ilyas mendefinisikan pendidikan Islam dalam beberapa paradigma. Menurutnya ilmu pengetahuan merupakan hal penting untuk di cari manusia dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia. Kesejahteraan, keluruhan budi pekerti akan menghiasi

peta kehidupan dunia maupun akhirat, manakala seseorang itu serius dalam menimba ilmu pengetahuan (Saifuddin, 2017: 63). Karena pentingnya dalam mencari ilmu ini, kemudian KH Ilyas membuat syair akan pentingnya mencari ilmu ini.

Adab Golek Ilmu

Ojo bosen golek ilmu Nganti tekan ajalmu ... sregep ing sliramu

Konco ndonggo njawab ojo keliru

Siro nggolek ilmu agomo Ing ngarsane poro ulomo Ing sekolah ojho wegah Guru rintah ojho mbantah

Wong pinter larang regane ... bandingane Ilmu berliyan umpamane Kang kinclong-kinclong sucane

Harta bondo gampang ilange Ilmu nganti sak sedane Wong pinter enak uripe Kerono di rekso ilmune

Wong bodo akeh rekasane Sebab gak ono ilmune

Yen lungguh gampang ngantuke Mripat merem ngiler cangkeme

Sebab kosong pikirane

Nganti gampang kebudjuk-budjuk Mulo ayo podo tumindak ngaji Gawe sangu sesuk mati

(KH. Ilyas Kalipahing: 1969, Adab Golek Ilmu, hlm.1).

Ajaan Tholabulilmi lan Pengalaman

Kanjeng nabi dawuhe siro do mulango

Yen ora mulang siro podo ngajiyo

Yen ora mulang ora ngaji ngrungokno

Mumput siro do demeno

Ojo nganti siro dadi wong kalimo

Mundak siro karusakan donyo akhirat

Ora mulang ora ngaji ngrungokno

Ora demen roso demen ing atine

Ikulah artine dadi wong kalimo

... dadi perintang agomo

Ya Allah kulo nyuwun ilmu manfaat

Dohno sangking doso lan maksiat

Kulo nyuwun wilujeng donyo akhirat

Ya Allah mugi ngijabahi

Tujuan lan panyuwun hayat kulo

Bongso lan negeri kito Indonesia Paringono aman tentrem bahagia

Cekap sandang pangan gemah ripah

Gesang istiqomah lan khusnul khotimah

Allah amin ya Allah robal alamin Allah amin ya Allah robal alamin.

(KH. Ilyas Kalipahing: 1969,Ajaan Tholabulilmi lan Pengalaman, hlm. 13)

Dua syair di atas dapat diahami bahwa dasar tujuan pendidikan agama Islam menurut KH. Ilyas untuk meningkatkan harkat martabat manusia baik itu kehidupan di dunia maupun di akhirat. Menurut beliau semua orang diwajikan untuk tetap mencari ilmu, dari lahir sampai meninggal, dari yang muda hingga yang tua, jika tidak mau menjadi guru maka harus mau menjadi murid, kalau tidak mau menjadi murid harus mau menjadi guru. Ilmu bisa didapat dimana saja, dan siapa saja yang

memberikan ilmu tersebut harus mendengarkan dan mengamalkannya secara sungguh-sungguh.

Ilmu pengetahuan merupakan sebuah landasan dalam menentukan arah kehidupan. Tanpa adanya ilmu pengetahuan, maka kehidupan manusia sama halnya seperti rumah tanpa tiang, tidak akn mampu berdiri dengan kokoh, dan sewaktu-waktu bisa roboh karena kemajuan zaman, tanpa ilmu manusia juga seperti hewan, hidup hanya untuk makan saja tanpa memikirkan tujuan hidup yang sebenarnya. Dengan adanya ilmu ini bisa menjadi pembeda mana yang buruk dan mana yang baik di hadapan Allah dan manusia, karena pada dasarnya semua yang ada dalam kehidupan ini semua milik Allah dan kapan saja akan diambil oleh Allah.

Manusia dengan ilmu diibarkan dua sisi mata uang yang selalu berkaitan. Orang yang memiliki ilmu diibaratkan sebuah emas, akan tetap bersinar meskipun dalam situasi dan kondisi apapun. Sebaliknya orang yang tidak memiliki ilmu digambarkan dengan barang mewah tapi tanpa tuan. Hal ini mengandung arti manusia itu tidak ada harganya tanpa adanya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tentunya semua ilmu pengetahuan itu diperoleh sebagi sarana untuk mencari ridho Allah (Saifuddin, 2017: 68).

Pada dasarnya pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang bermakna atas tiga aspek, yaitu aspek ilmu, iman, dan amal yang kesemuanya ini memiliki makna untuk mengembangkan serta membentuk

sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agamanya dan nantinya diharapkan mampu menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan RasulNya. Dengan adanya ilmu maka seseorang itu tahu bagaimana caranya menjadi hamba Allah yaitu dengan beribadah kepada Allah, itu semua tidak akan bisa dicapai jika manusia itu tidak mau mencari ilmu, setalah ilmu itu di dapat jangan langsung puas, tetap terus mencari ilmu hingga Allah telah menakdirkan untuk kembali padaNya jangan sampai tertinggal oleh zaman yang semakin canggih ini. Secara lebih dalam, menurut KH. Ilyas tujuan pendidikan Islam adalah Pertama mencari

kebahagiaan dunia. Kebahagiaan akhirat tidak akan bisa dicapai mana kala kehidupan di dunia belum bahagia (Saifuddin, 2017: 69). Apa yang disampaikan KH Ilyas jika ditelusuri ada kaitannya dengan ayat AlQuran yang menjelaskan tentang hal itu, firman Allah: (Q.S Al-Qashash ayat 77).

⧫◆

☺

⧫◆



◆

◼⧫

◆

⬧

⧫⧫



◆

◆

☺





⬧

◆

⬧













⧫

⧫☺

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

manusia. Hal yang dilakukan KH Ilyas dalam mencapai kebahagiaan dunia ialah dengan berusaha melakukan cocok tanam dan agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan beliau tetap berikhtiar juga kepada Allah. Sebagai contoh sebagai petani menanam kopi yang menjadi komoditas daerah tempat tinggal KH. Ilyas tersebut dengan cara ikhtiar menggunakan pupuk yang bagus, alat yang moderen agar bisa menghasilkan tanaman bagus dan hasilnya sesuai yang diinginkan. Setelah itu kopi yang telah dirawat dengan penuh kasih sayang itu bisa dijual dan penghasilannya mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan juga untuk bekal beribadah, karena intinya hati akan tenang dalam beribadah jika kehidupan dunia sudah dipenuhi.

Kedua, mencari kebahagiaan kehidupan akhirat. Sesuai dengan

fitrahnya, manusia dituntut menjadi hamba Allah yang kelak akan berada disurga, maka dengan itu keridhoan diperlukan untuk mencari kunci surga tersebut. Jadi, dalam hal ini fungsi pendidikan sebagai sarana untuk mencari kebahagiaan di akhirat (Saifuddin, 2017: 70). Imlementasi dengan tujuan pendidikan Islam yang berorientasi pada kehidupan akhirat yaitu KH Ilyas berhasil mendirikan forum kajian keagamaan di beberapa desa di wilayah Temanggung, bisanya kajian ini diisi oleh beliau langsung dan dilakukan sebulan sekali, Materi yang beliau sampaikan juga bervariasi mulai dari persoalan thaharah sampai haji (fikih), adab seorang anak dan

kewajiban orang tua (akidah-akhlaq) dan kesemuanya ini ditambahkan dengan beberapa syair yang beliau buat sendiri, agar masyarakat mampu menerima materi yang disampaikan dengan mudah dan syair tersebut mampu menarik minat masyarakat untuk ikut menimba ilmu. Tidak hanya bidang ilmu agama saja, namun kadang beliau juga menyisipkan keilmuan tentang bercocok tanam, dan ilmu umum juga beliau sampaikan.

Dari apa yang telah disampaikan oleh KH Ilyas mengenai tujuan pendidikan, dapat diambil garis besar, bahwasanya dalam hidupnya KH Ilyas seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, semua berjalan beriringan, saat pagi hari beliau bercocok tanam, kemudian saat menjelang malam beliau lakukan untuk mengisi forum pengajian dan beliau gunkan untuk bekal akhiratnya. Bukti bahwa beliau tidak hanya mengejar kehidupan akhirat saja yaitu beliau aktif terlibat dalam inovasi budidaya tanaman seperti kopi, dan beliau juga dinobatkan menjadi petani teladan yang mampu meningkatkan perkembangan tanaman kopi di daerahnya tersebut hingga tanaman kopi itu bisa terkenal ke luar daerah.

Dokumen terkait