KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
KH ILYAS KALIPAHING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Zakiatul Fauziah
NIM: 111-14-003
JURUSAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
KH ILYASKALIPAHING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Zakiatul Fauziah
NIM: 111-14-003
JURUSAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
NIP. 19680613 199403 1004
MOTTO
ِهِب ُالله ِدِرُي ْنَم : َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق ُهْنَع ُالله َيِضَر ِساَّبَع ُنْبِا ْنَع
ُهْهِِّقَفُ ي اًرْ يَخ
(
ْىِراَخُبْلا ُهاَوَر( ِمُّلَعَّ تلاِبِ ُمْلِعْلا اََّنَِّا َو ِنْيِِّدلا ِْفِ
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itu dengan belajar”(HR. Bukhori)
(Diambil dari kitab Riyadhus Shalihin hlm. 316)
⬧
⧫
➔
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi ini dapat selesai dengan
lancar. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah
membantu mewujudkan mimpiku:
1. Ayahanda Zaenal Musthofa dan ibunda Nuraniyah yang telah memberikan
mahkota kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tidak mengerti apa-
apa hingga kini aku mengerti makna hidup. Semoga kalian selalu diberi
kesehatan, keberkahan rizqi dan keberkahan usia untuk bekal ibadah,
amin.
2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag., dan Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku
pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
3. Kepada semua keluargaku yang senantiasa mendukung dan memberi
semangat, semoga apa yang kalian berikan padaku akan dibalas kebaikan
juga oleh Allah, amin.
4. Kepada Mas Saiun tercinta dan keluarganya yang selalu memberikan
inspirasi serta menyemangatiku untuk segera menyelesaikan studi ini.
5. Guru-guruku yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepadaku
sehingga aku menjadi manusia pembelajar dan semakin mengerti banyak
hal.
6. Sahabat-sahabat PAI seperjuangan yang sedang berjuang menyelesaikan
skripsi.
7. Sahabatku, Amah, Ririn yang selalu ada memotivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman-teman PPL SMPN1 Tengaran, teman-teman KKN Desa Kragilan
Dusun Tempak Candimulyo, terimakasih atas berbagai pengalaman
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin peneliti ucapkan sebagai rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang
tiada henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia, penyempurna akhlak
mulia, dan pemimpin bijaksana bagi seluruh alam semesta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa
ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan.
Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
4. Bapak Prof. H. Dr. Mansur, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama
pengerjaan penyesesaian skripsi.
5. BapakDr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik
ABSTRAK
Zakiatul, Fauziah. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif KH Ilyas
Kalipahing. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Prof. H. Dr. Mansur, M.Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Islam, KH Ilyas
Pendidikan dalam Islam harus dipahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ideologi/nilai Islam. Saat ini dikalangan dunia Islam berkembang kesadaran urgensi rekonstruksi peradaban Islam melalui penguasaan sains dan teknologi, maka perlu dirumuskan lagi pendidikan Islam yang sesuai tuntutan di masa sekarang.Peneliti tertarik mengkaji tentang konsep pendidikan Islam perspektif KH Ilyas Kalipahing sebagai alternatif pemikiran intelektual untuk menjawab permasalahan pendidikan Islam. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektifKH Ilyas Kalipahing(2) Sejauh mana relevansi konsep pendidikan Islam perspektif KH Ilyas Kalipahing terhadap pendidikan Islam kontemporer.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan metode
pengumpulan data dengan wawancara dan library recearchdari buku-buku
tentang konsep pendidikan Islam. Metode ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang subyek penelitian yaitu konsep pendidikan Islam KH Ilyas. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan Islam
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
KATA PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian... 7
G. Sistematika Penulisan... 11
BAB II BIOGRAFI KH ILYAS KALIPAHING ... 12
A. Kelahiran KH Ilyas... 12
C. Karya-karya KH Ilyas ... 17
D. Semangat KH Ilyas dalam Memajukan Pendidikan ... 19
E. KH Ilyas Sebagai Pejuang Kemerdekaan ... 20
BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH ILYAS ... 24
A. Pengertian Pendidikan Islam ... 24
B. Pendidik ... 26
C. Peserta Didik ... 27
D. Tujuan Pendidikan Islam ... 28
E. Metode Pendidikan Menurut KH Ilyas ... 36
F. Materi Pendidikan Agama Islam ... 43
BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH ILYAS TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER ... 54
A. Pendidikan Islam Kontemporer ... 54
B. Relevensi Konsep Pendidikan Islam Menurut KH Ilyas Terhadap Pendidikan Islam Kontemporer... 55
1. Relevensi Pendidikan Islam ... 55
2. Relevansi Pendidik ... 56
3. Relevensi Peserta Didik ... 57
4. Relevensi Tujuan Pendidikan Islam ... 58
5. Relevansi Materi Pembelajaran ... 59
BAB V PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar Dokumentasi
Daftar Riwayat Hidup Peneliti
Nota Pembimbing Skripsi
Lembar Konsultasi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini Temanggung sedang disibukkan oleh minimnya sosok
pejuang, hadir tokoh yang nantinya bisa menjadi inspirator bagi generasi
selanjutnya terkait dengan berbagai bidang, tidak terkecuali bidang
pendidikan. Pendidikan menurut KH Ilyas Kalipahing ialah merupakan
kebutuhan yang mendasar bagi manusia yang harus dipenuhi seperti
halnya dengan kebutuhan pangan,sandang dan lain sebagainya,
kesemuanya ini bertujuan untuk memajukan peradaban umat (Saifuddin,
2017:1). Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang
bertambah dan juga dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja
seseorang. Dalam Alquran surat Ar-Ra’du ayat 11:
...
maka sebagai manusia harus lebih aktif dan jangan sampai pasif dalam
sampai mengikuti ide orang lain yang tidak diketahui arah dan tujuannya
(Arifin, 1987: 45-46). Sebaiknya kita mengikuti apa yang menurut kita
baik dan kita saring apa yang menurut kita buruk.
Masyarakat maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya
berbagai peradaban dan kebudayaan, sehingga masyarakat tersebut
mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat. Orientasi pendidikan
disini adalah adalah bagaimana memberikan kontribusi positif di dalam
perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga
pendidikan mampu menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat
(Hamalik, 1982: 4-5).
Pendidikan dalam Islam harus dipahami sebagai upaya mengubah
manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai
dengan ideologi/nilai Islam. Dengan demikian, pendidikan dalam Islam
merupakan proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaan dan
pengembangan kemampuan yang dipandu oleh ideologi/nilai Islam. Secara
pasti, tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkepribadian islami yaitu cara berfikirnya harus didasarkan
dengan nilai-nilai Islam serta sesuai dengan jiwa dan nafas Islam (Darajat,
2011: 29). Jadi, pendidikan Islam ini bukan semata-mata untuk
memberikan sebuah makna tentang suatu pengetahuan kepada anak didik
saja, melainkan dengan melakukan pengetahuan yang diberikan itu bisa
mengubah sikap atau tidak, Pendidikan Islam disini harus mampu
pengetahuan tanpa diiringi dengan sikap yang baik. Pendidikan Islam
secara umum mengajarkan kesetaraan di antara setiap umat manusia,
kesestaan disini memiliki arti siapapun dengan kondisi keluarga yang
bagaimanapun jika akan mencari ilmu sangat diperbolehkan dan tidak ada
yang mampu menghalanginya, dan pendidikan Islam inilah yang
membedakan dengan konsep pendidikan manusia secara makro. Di dunia
barat pendidikan hanya untuk kepentingan dunia semata, dan kepentingan
akhirat seakan-akan ditinggalkan.
Almarhum KH Ilyas Kalipahing, ialah salah satu tokoh dimana
beliau adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam dunia pendidikan
terlebih lagi dunia pendidikan pesantren di daerah Temanggung, dalam
konteks ini menawarkan bangunan sistem pendidikan yang mengarah pada
penemuan kebenaran hakiki masa datang. Tentunya dalam hal ini
komponen pendidikan disusun secara terstruktur, rapi serta mendalam.
Sehingga bisa menjadi rujukan bagi generasi pendidik sekarang dan akan
datang.
KH Ilyas merupakan ulama karimastik yang memiliki jangkauan
dari berbagai bidang keilmuan. Wajar bila banyak orang mengatakan
bahwa KH Ilyas adalah sosok multidimensi yang memiliki beragam
aktivitas mulai dari pengasuh pondok pesantren Fathul Mubarok,
budayawan, pejuang kemerdekaan dan merupakan salah satu pengurus NU
Menurut informasi yang bersumber dari keluarga, KH Ilyas
dilahirkan ada tahun 1916 (tanggal dan bulan tidak ditemukan). Sejak kecil
KH Ilyas sudah mulai belajar membaca AlQuran dengan orang tuanya, H.
Abdul Syukur, kemudian setelah remaja beliau mondok di Kyai Kholil
Pondok Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah. Selama di pondok
KH Ilyas selalu menjaga diri dari hal-hal yang buruk, tidak heran jika
beliau selalu mendapat pujian dari banyak orang dan menggangapnya
sebagai sesepuh (wawancara dengan K. Bazari Ilyas sebagai salah satu
putra dari KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Sebagai seorang kiai, beliau
memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan kemajuan pesantren.
Tidak heran bila aktivitas sehari-harinya beliau gunakan untuk mengajar,
dan mendidik di pesantren yang beliau dirikan, tak hanya berkecimpung
dalam dunia pesantren tapi beliau juga mendirikan sekolah formal setara
dengan SD untuk saat ini.
KH Ilyas dikenal sebagai tokoh yang menyukai wayang kulit,
baginya dunia perwayangan sarat dengan nilai agama dan juga sebagai
sarana dakwah yang ampuh. Beliau dikenal sebagai tokoh moderat yang
memandang masalah melalui jangkauan pemikiran yang luas. KH Ilyas
merupakan sosok alim yang menguasai ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan agama, penguasaan kitab kuning, penguasaan masalah-
masalah hukum, maupun penguasaan bidang pengetahuan umum. Di
hadapan para kiai lainnya, beliau tidak hanya dikenal sebagai ulama yang
melainkan juga sebagai ulama yang konsentrasi terhadap model
pendidikan modern sebagaimana yang dilakukannya terhadap pendirian
MWB (Madrasah Wajib Belajar) yang ada di desanya.
Pengorbanan yang dilakukanya melalui pesantren amatlah besar
berguna bagi umat, bangsa, dan negara. Itulah sebabnya jasa-jasa
perjuangannya yang telah dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi
pelajaran bagi bangsa Indonesia agar senantiasa meneladani
perjuangannya untuk kesejahteraan umat. Berangkat dari hal tersebut,
maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana upaya pendidikan
yang dilakukan oleh KH Ilyas tentunya yang berkaitan dengan pendidikan
Islam. Oleh karena itu skripsi ini peneliti beri judul KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSEKTIF KH ILYAS KALIPAHING. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa konsep pendidikan agama Islam yang ditawarkan oleh KH Ilyas
Kalipahing?
2. Bagaimana relevensi konsep pendidikan agama Islam menurut KH
Ilyas Kalipahing terhadap konsep pendidikan Islam kontemporer?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam yang ditawarkan
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam menurut KH Ilyas
Kalipahing terhadap konsep pendidikan Islam kontemporer.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah teori tentang konsep pemikiran KH Ilyas untuk
dijadikan referensi dan acuan bagi para peneliti atau pembaca.
b. Memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan di Indonesia
tentang konsep pendidikan dari perspektif pendidikan yang
berbeda.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif
bagi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
pada khususnya dan kepada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
(FTIK) kampus lain pada umumnya mengenai konsep pendidikan
menurut perspektif KH Ilyas.
b. Agar konsep-konsep yang diberikan dapat dipublikasikan dalam
kehidupan yang nyata.
E. Penegasan Istilah
Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kekurang jelasan atau
pemahaman yang berbeda antara pembaca dan peneliti mengenai istilah-
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
1. Konsep
Menurut Tan (dalam Koentjaraningrat, 1997:32) mengatakan
bahwa konsep adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian, kalau
masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui
pula fakta mengenai hal yang menjadi pokok perhatian. Konsep adalah
ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI).
Dari uraian di atas dapat dikatakan konsep merupakan serangkaian
pernyataan yang saling berhubungan yang menjelaskan mengenai
sekelompok kejadian/peristiwa dan merupakan suatu dasar atau
petunjuk didalam melakukan suatu penelitian, dimana konsep tersebut
dapat memberikan gambaran secara sistematis dari suatu fenomena.
2. Pendidikan Islam
Menurut Ahmad D Marimba (1989:31) Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran Islam. Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim
yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak
didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya (Ramayulis, 2006: 13). Jadi, Pendidikan Islam
berdasarkan syariat Islam untuk menjadi muslim yang sesungguhnya
sesuai dengan fitrahnya.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini adalah termasuk penelitian
kepustakaan, yaitu sebuah studi dengan mengkaji buku-buku yang
bersumber dari kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian. Semua sumber yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian (Hadi, 1980: 3).
2. Sumber Data
Sumber data adalah suatu objek yang menjadi landasan pijak
dalam memperoleh data pada karya tulis (Meleong, 1997: 26). Dalam
memperoleh data penulis mengambil dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan permasalahan terutama buku-buku yang membedah
tentang buku pendidikan menurut KH Ilyas dan juga buku mengenai
pendidikan pesantren. Dengan model seperti ini kemudian disebut
dengan model studi kepusatakaan. Adapun sumber data penulis terbagi
menjadi dua jenis data yaitu:
a. Data primer yaitu manuskrip-manusikrip karya KH Ilyas
Kalipahing dan wawancara dengan keluarga dan santri simbah KH
Ilyas.
b. Data sekunder yaitu data penunjang lainnya yang berasal dari buku
KH Ilyas Kalipahing (Pejuang Tarbiyah) karya Khamim Saifuddin
(Formac: 2017) dan juga buku yang berjudul Ilmu Pendidikan
Islam karya Ramayulis (Kalam Mulia: 2006).
3. Pengumpulan Data
Untuk memperroleh data yang dibutuhkan, penelitian ini menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan lain
sebagainya.
Dalam menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian
ini penulis menggunakan beberapa karya KH Ilyas sebagai rujukan
dan bukti tertulis.
b. Metode wawancara
Yaitu proses memperoleh informasi dari terwawancara
untuk tujuan penelitian dengan acra tanya jawab sambil bertatap
muka (Nasir, 1998:234). Adapun jenis wawancara yang peneliti
gunakan adalah penelitian tidak terstruktur yaitu wawancara yang
dilakukan secara bebas proses wawancara dimana tidak disengaja
mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus
penelitian dari orang yang diwawancarai. Objek yang
diwawancarai dalam penelitian ini adalah keluarga KH Ilyas, santri
c. Observasi
Sebagai metode ilmiyah, observasi diartikan sebagai metode
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1990: 136). Adapun jenis
metode observasi yang peneliti gunakan adalah jenis non partisipan
dimana penulis tidak ambil bagian dalam perikehidupan subyek
yang diobservasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang kondisi dan situasi lingkungan, baik fisik atau peristiwa
yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian ini. Objek
pengamatan dalam penelitian ini adalah hasil karya beliau (pondok
pesantren dan alumni-alumninya dan juga masyarakat sekitar).
4. Analisis Data
Karena skripsi ini bersifat kualitatif, maka dalam menganalisis data
dengan menggunakan analisis normatif yaitu dengan cara meneropong
dari segi-segi teori pendidikan, peristiwa-peristiwa, dan fenomena-
fenomena yang diteliti. Sedangkan pendekatan kultural atau budaya
digunakan dalam penelitian ini karena kebudayaan merupakan hasil
budi daya manusia yang mewujud dalam tingkah laku atau benda,
bahasa, simbol, pemikiran, dan lainnya. Kebudayaan tersebut meliputi
manusia sehingga berpengaruh pada pola pikir, perilaku, dan tindakan
manusia. Oleh karena itu disini penulis juga mempelajari latar
metode-metode data, kemudian dianalisa dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.
Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu.
b. Menyusun data atau mengorganisasikan pokok-pokok pikiran
tersebut dengan cangkupan fokus penelitian dan mengujikan
secara deskristif.
c. Memeriksa keabsahan data pada hasil penelitian dengan cara
menghubungkan dengan teori.
d. Mengambil kesimpulan (Meleong, 2002:248).
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis mencoba membagi menjadi beberapa bab
yang antara bab satu dengan bab lainnya saling terkait. Sebelum masuk
pada bab-bab utama, skripsi ini berisi tentang halaman sampul dan judul,
nota pengesahan, moto, persembahan dan kata pengantar.
BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Biografi, yang berisi tentang biografi sejarah dan latar
BAB III Paparan data dan temuan penelitian, yang berisi tentang
pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam dan konsep-konsep
pendidikan Islam menurut KH Ilyas
bab IV Relevensi konsep pendidikan agama Islam menurut KH
Ilyas terhadap pendidikan Islam kontemporer.
BAB II
Biografi KH Ilyas Kalipahing
A. Kelahiran KH Ilyas
KH Ilyas merupakan salah satu praktisi pendidikan Islam di
Temanggung pada generasi awal yang merupakan ulama kharismastik
yang memiliki jangkauan luas dari berbagai bidang kehidupan. Wajar bila
banyak orang mengatakan bahwa KH Ilyas adalah sosok multitalenta yang
memiliki beragam aktivitas mulai dari pengasuh pondok pesantren Al-
Makmur, budayawan, petani yang mumpuni, pejuang kemerdekaan, dan
salah satu pejuang awal dalam pembentukan Jam’iyah Nahdhatul Ulama
(NU) Temanggung (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah
satu menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Beliau
selain sering mengisi berbagai forum pengajian, beliau juga sering
menerima tamu dari berbagai kalangan masyarakat yang berkunjung ke
rumahnya untuk berbagai kepentingan. Semua kegiatan itu berhubungan
dengan masalah keduniaan dan keakhiratan beliau lakukan secara
beriringan tanpa ada kegiatan yang terlalaikan.
Menurut informasi yang bersumber dari Kiai Agus Basari Ilyas
sebagai putra bungsu KH Ilyas dari istri kedua, tempat kelahiran KH Ilyas
di Temanggung, dilahirkan pada tahun 1916 (tanggal dan bulan tidak
ditemukan) dan wafat pada tanggal 22 Robiul Awwal 1401 H atau 1983
M. Ayahnya bernama H Abdul Syukur yang berasal dari Yogyakarta dan
bungsu dari enam bersaudara. Nama kecil beliau adalah Kliman
(wawancara dengan Kiai Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu KH Ilyas
dari istri kedua 29 Maret 2018). Sebagian orang mengatakan bahwa orang
tua KH Ilyas masih memiliki darah keraton Yogyakarta dan sebagian
orang lagi mengatakan masih memiliki darah seorang sayyid dari Jakarta.
KH Ilyas dilahirkan dengan kondisi keluarga yang serba terbatas dalam
bidang ekonomi, namun hal ini tidak menyurutkan semangat dalam
menimba ilmu (Saifuddin, 2017:30).
Semasa mudanya, beliau dikenal sebagai pemuda yang tangguh.
Beliau pernah menjadi penggerak barisan Sabilillah dalam melawan
penjajah Belanda. Saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI) pada tahun 1965, beliau menjadi pelopor untuk menumpas
pemberontakan PKI. Menginjak usia dewasa, beliau menjalankan rukun
Islam kelima yaitu haji ke tanah suci bersama ayahnya. Selama berada di
Makkah beliau belajar dengan para syekh yang notabennya ulama-ulama
terbaik yang berasal dari Indonesia yaitu syekh Katib Minangkabau dan
Syaikh Nawawi al-Bantani. Tidak ketinggalan beliau juga mendatangi
ulama besar di daerah tersebut untuk menimba ilmu yaitu Syeh Syatho
seorang ulama besar mursyid tarekat Satariyah (Saifuddin, 2017:34).
B. Latar Belakang Pendidikan KH Ilyas
Sebagai seorang kiai, beliau memiliki komitmen yang tinggi
terhadap pengembangan dunia pendidikan khususnya pesantren. Tidak
dan mendidik anak-anak di pesantren. Untuk menunjang perekonomian
dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, KH Ilyas menggarap lahan
pertanian orang tuanya. Atas ketekunan dan kegigihan beliau dalam dunia
pertanian, beliau mendapatkan gelar sebagai petani teladan (wawancara
dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari keluarga KH
Ilyas, tanggal 29 Maret 2018).
Darah seni sudah mengalir pada diri KH Ilyas, khususnya kesenian
dalam bidang mendalang dan juga bersyair. Beliau juga dikenal sebagai
tokoh yang menyukai wayang kulit, tak ayal bila banyak lakon wayang
yang dikuasainya seperti semar, gareng, semar dan bagong. Baginya dunia
perwayangan sarat dengan nilai dan juga sebagai sarana dakwah yang
sangat ampuh pada masa itu, dikarenakan pada masa itu kondisi
masyarakat masih tergolong kental dengan adat istiadat dan budaya Jawa
dan wayang bisa menjadi tontonan yang menarik untuk mereka
(wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari
keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018).
Aktivitas pendidikan KH Ilyas dimulai dengan belajar membaca
AlQuran dengan ayahnya yaitu H Abdul Syukur. Saat itu model
pembelajaran yang digunakan masih sangat monoton, tidak seperti
sekarang ini yang telah banyak model pembelajaran yang telah
dikembangkan di tengah-tengah masyarakat (iqro’, qiroati, dll). Meski
model pembelajaran saat itu masih sederhana, namun karena kecerdasan
mengkhatamkan AlQuran dengan baik. Menginjak usia dewasa beliau
memulai kegiatan rihlah ilmiahnya dengan melanglang buana mencari
ilmu dengan satu guru ke guru yang lainnya dan dari pesantren ke
pesantren lainnya.
Kiai Bahrun, ialah kiai kampung yang merupakan teman dekat
sang ayah. Kiai Bahrun adalah guru kedua setelah orang tuanya. Beliau
berasal dari dusun Lekoran, Kalibanger, Gemawang. Darinya KH Ilyas
belajar kitab-kitab fikih dan beberapa kitab lainnya. Meski tidak begitu
lama dan begitu banyak ilmu yang didapat di Kiai Bahrun, namun ilmu
yang didapat menjadi bekal untuk melakukan perjalanan pengembaraan
keilmuan selanjutnya.
Setelah belajar dari Kiai Bahrun, KH Ilyas memutuskan untuk
mencari ilmu ke pesantren di luar daerah. Pesantren yang menjadi tujuan
pertamanya adalah pondok pesantren asuhan Kiai Muhyi yang berada di
dusun Gamelan, desa Karang Tejo, Kedu, Temanggung, kemudian
melanjutkan ke pondok pesantren Kaumun Grabag, Magelang, di bawah
asuhan KH Rahmad dan Kiai Kholil pondok pesantren Kasingan,
Rembang, Jawa Tengah setelah itu KH Ilyas belajar di Makkah sambil
menunaikan ibadah haji (wawancara dengan K.Hadi Masykur sebagai
salah satu santri KH.Ilyas 30 Maret 2018).
Semangat KH Ilyas dalam menuntut ilmu di pondok pesantren
sangat tinggi, walaupun jarak pesantren cukup jauh namun dengan
bisa mendapatkan ilmu yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran
beliau tidak pernah absen dan rutin setiap harinya. Karena hal ini sudah
pantas jika beliau dijuluki sebagai santri teladan dan karena usahanya ini
beliau dapat menyelesaikan kajian kitab-kitab dengan baik seputar kitab
tafsir AlQuran, kitab-kitab fikih, dan kitab-kitab tasawuf, semua dapat
diselesaikan dengan baik berkat kecerdasannya.
Menginjak dewasa dan dirasa sudah cukup untuk menjalankan
rukun Islam yang kelima, kemudian beliau memutuskan untuk berangkat
haji bersama ayahnya di Makkah. Bagi para ulama, Makkah adalah tempat
yang paling tepat untuk menimba ilmu, Makkah menjadi rujukan utama
ilmu pengetahuan agama. Karena dalam melakukan ibadah haji ini sangat
lama, maka KH Ilyas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk
menimba ilmu. Selama berada di Makkah beliau belajar dengan para
syekh yang notabennya ulama-ulama terbaik yang berasal dari Indonesia
yaitu syekh Katib Minangkabau dan Syaikh Nawawi al-Bantani. Tidak
ketinggalan beliau juga mendatangi ulama besar di daerah tersebut untuk
menimba ilmu yaitu Syeh Syatho seorang ulama besar mursyid tarekat
Satariyah (Saifuddin, 2017:34).
Beliau dikenal sebagai sosok alim yang menguasai ilmu
pengetahuan, baik itu pengetahuan tentang agama, kitab kuning,
penguasaan masalah-masalah hukum, maupun dalam bidang ilmu
pengetahuan umum. Di mata para kiai lain, beliau tidak hanya dikenal
kitab klasik (kuning), manun juga dikenal sebagai ulama yang
berkonsentrasi terhadap model pendidikan moderen sebagaimana beliau
mendirikan MWB (madrasah wajib belajar) yang ada di desanya. Selain
MWB ini, pondok pesantren Fatkhul Mubarok yang beliau dirikan sampai
sekarang ini masih berjalan lancar di bawah asuhan putra beliau KH Agus
Muslih. Pengorbanan yang dilakukan KH Ilyas melalui pesantren amatlah
besar bagi umat, bangsa, dan negara. Itulah sebabnya, jasa-jasa
perjuangannya yang telah dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi
pelajaran bagi bangsa Indonesia agar senantiasa meneladani kiprah
perjuangannya yang selalu memperjuangkan kesejahteraan umat.
C. Karya-karya KH Ilyas
Karya-karya KH Ilyas dalam dunia pendidikan relatif banyak,
namun demikian sampai hari ini tidak ada satupun karya beliau yang
dibukukan menjadi sebuah kitab dan hanya berbentuk manuskrip-
manuskrip atau lembaran sederhana. Lembaran aslinya pun sudah tidak
ditemukan lagi (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu
menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Namun
demikian dari salah satu jamaah yang bernama simbah Nafisah berhasil
membuat rangkuman hasil pengajian selapanan yang diisi oleh KH Ilyas.
Berdasarkan dari hasil isi rangkuman pengajian karya-karya beliau berisi
tentang seputar ajaran moral dan fikih bagi manusia yang berlandaskan
AlQuran dan Hadis. Misalnya bagaimana seseorang untuk bersikap arif
ajaran beliau banyak mengambil dari kitab karya iman Al-Ghazali.
Penyajian karya-karya beliau itu biasanya berbentuk syair atau syiiran
yang menyesuaikan dengan kondisi audien (Saifuddin, 2017:57). Metode
ini digunakan agar masyarakat mudah menerima intisari pengajian yang
disampaikan. Fokus dari isi kajian pengajian yang disampaikan lebih
terfokus pada keimanan dan ketaqwaan kepada sang pencipta (Allah) serta
masalah fikih, pada dasarnya kondisi masyarakat lebih membutuhkan
masalah tersebut dibanding dengan masalah lainnya lantaran agama Islam
di wilayah tersebut masih relatif asing. Harapan penyampaian materi
tersebut agar landasan akidah akan lebih kuat sehingga tidak mudah goyah
dengan arus negatif pada masa moderen seperti sekarang ini.
Selain dalam bentuk syair atau syiiran yang tertulis di lembaran,
peninggalan fisik lainnya berupa majelis selapanan yang telah tersebar di
berbagai daerah khususnya di daerah Temanggung. Meski bukan hasil
produk pribadi, namun pembentukannya tidak lepas dari campur tangan
ide beliau. Sampai hari ini kegiatan tersebut masih ada meskipun
pematerinya sudah bukan beliau lagi, dan telah digantikan oleh anak dan
cucu-cucu beliau.
Tidak kalah pentingnya dari peninggalan beliau yang lain adalah
santri. Ratusan santri yang dulu pernah berguru kepada beliau, kini mereka
telah mampu melanjutkan perjuangan beliau dan mampu mengabdi untuk
masyarakat sekitarnya. Mayoritas santri-santri beliau menjadi tokoh
masyarakat sesuai dengan ajaran yang didapat darinya. Aset ini yang
menjadi tanda keluesan ilmu dan karomah yang dimilikinya. Selain
peninggalan berupa pemikiran, bangunan masjid, pondok pesantren juga
masih berdiri kokoh hingga hari ini meskipun telah direnovasi beberapa
kali (wawancara dengan K Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu
KH.Ilyas, 29 Maret 2018).
D. Semangat KH Ilyas dalam Memajukan Pendidikan
Sebagai seorang kiai, KH Ilyas juga memiliki komitmen yang
tinggi terhadap pengembangan pendidikan agama Islam. Argumentasi ini
dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari beliau yang banyak menggunakan
waktunya untuk mengajar, dan mendidik anak-anak. Pada tahun 1935 KH
Ilyas mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Al-Makmur. Sebagai
pondok pesantren rintisan, maka target beliau hanya untuk masyarakat
daerahnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu kealiman dan
keshalikhan dalam berperilaku yang dimilikinya, banyak santri yang mulai
datang untuk belajar di pondok pesantren tersebut. Tercatat ada sekitar 30
anak yang menjadi santri mukim pada masa awal berdirinya pondok
pesantren itu, berawal dari jumlah tersebut, kini jumlah santri yang mukim
mencapai ratusan orang (Saifuddin, 2017:52). Tidak hanya mendirikan
pondok pesantren saja, namun beliau juga mendirikan MWB (Madrasah
Wajib Belajar), yang sekarang ini telah diganti menjadi MI Ma’arif
Sebelum KH Ilyas wafat, beliau memberikan amanat kepada putra
putrinya agar tetap berusaha mengembangkan pola pendidikan yang dulu
pernah dirintisnya, agar pondok tersebut semakin berkembang dalam pola
pendidikannya dan mampu menampung jumlah santri yang banyak
sehingga berdirilah pondok pesantren Fatkhul Mubarok yang diasuh oleh
alm. KH Agus Muslih (wawancara dengan KH Damanhuri sebagai salah
satu menantu dari KH Agus Muslih (cucu KH Ilyas), tanggal 29 Maret
2018). Ciri pondok salaf sampai saat ini masih dipertahankan dengan
alasan agar santri tidak terkontaminasi dengan materi lainnya dan santri
lebih berkonsentrasi pada keilmuan agama Islam semata.
E. KH Ilyas Sebagai Pejuang Kemerdekaan
Negara Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun
dan Jepang selama 3,5 tahun. Waktu itu marak terjadi penindasan yang
dilakukan oleh penjajah kepada pribumi, tidak terhitung lagi berapa
banyak korban yang kehilangan harta maupun nyawanya pada waktu
terjadi perang tersebut. Penindasan dalam bentuk fisik maupun mental
semakin memperparah keadaan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di
daerah Temanggung. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda
ingin kembali menjajah Indonesia, kontak fisik pada masa itu tidak bisa
dihindarkan lagi hal ini sebagai bentuk perlawanan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Di Temanggung sendiri tentara Belanda juga
penduduk Temanggung terjadi di jembatan Kali Progo Kranggan, dan
peristiwa pembantaian ini mmenyebabkan ratusan nyawa terbunuh.
Melihat kondisi seperti ini KH Ilyas tidak tinggal diam, beliau
tampil aktif menjadi penggerak barisan Sabilillah dalam melawan penjajah
Belanda di wilayah Temanggung, dibantu dengan beberapa kiai yang lain,
bahu membahu melakukan perlawanan terhadap penjajah. Semua ini
dilakukan karena kecintaan mereka kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jika para pemudanya berjuang mengangkat senjata secara
langsung, beda halnya dengan kiai. Para kiai tersebut tidak hanya berjuang
dengan mengangkat senjata saja melainkan juga berusaha dengan
perantara doa, karena karomah yang beliau miliki maka dalam sejarah
dikatakan bahwa tentara Belanda belum pernah sekalipun melihat lokasi
desa Kalipaing meskipun jika dilihat dari kasat mata sudah sangat dekat,
yang terlihat oleh tentara Belanda hanya bentangan perkebunan kopi.
Berkat karomah yang dimiliki beliau juga, Belanda yang selalu ingin
menghancurkan desa Kalipaing berkali-kali tidak berhasil, dan di desa
inilah djadikan sebagai tempat pengungsian bagi warga desa lain, karena
desa Kalipaing dianggap desa yang aman dan strategis (wawancara mbah
Nafisah sebagai salah satu murid pengajian selapanan KH Ilyas, 5
Desember 2017).
Perjuangan fisik beliau berlanjut tetapi ancaman ini datang dari
internal. Pada masa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI 1948, posisi
penghalang bagi terbentuknya ideologi “sama rata sama rasa”. KH Ilyas
menjadi salah satu pelopor untuk menumpas pemberontakan PKI di
Temanggung. Tugas beliau adalah memberikan doa asma’ (doa yang
dibacakan bertujuan untuk memohon keselamatan dan memberikan
kekebalan tubuh dengan harapan senjata tajam tidak mampu menembus
tubuhnya) kepada para pemuda untuk berperang mempertahankan
Pancasila (wawancara K. Daldiri sebagai salah satu santri KH.Ilyas yang
sekarang juga meneruskan dakwah beliau, 30 Maret 2018). Perlawanan
yang dilakukannya ini membuat PKI marah, mereka berniat ingin
menghabisi nyawa sang kiai, namun usaha tersebut selalu gagal hal ini
disebabkan karena karomah yang dimiliki KH Ilyas, tidak jarang karena
karomah ini beberapa orang menyatakan keislamannya dengan rela hati.
Seperti yang terjadi di sebuah desa di kabupaten Purworejo. Menurut
cerita yang beredar, barisan pemuda PKI di Purworejo berhasil membunuh
seorang kiai dengan cara memenggal kepalanya, dan menjadi kepalanya
tersebut sebagai permainan sepak bola. Untuk meyakinkan bahwa KH
Ilyas telah terbunuh, salah satu dari mereka mengirim utusan ke
Kalipahing, betapa terkejutnya mereka saat tahu bahwa ada orang yang
berwajah persis dengan orang yang mereka bunuh itu masih berdiri tegap
dan segar bugar. Melihat keanehan ini, para utusan pemuda itu seketika
menyatakan pertobatannya dan memohon ampun kepadaNya. Setelah
semua itu terjadi, KH Ilyas tidak sedikitpun berfikiran untuk membalas
dengan syariat Islam. Tidak terhitung berapa banyak orang yang
menyatakan ingin masuk Islam karena sifat belas asih yang dimiliki KH
Ilyas (wawancara K. Daldiri salah satu santri KH.Ilyas yang sekarang juga
meneruskan dakwah beliau, 30 Maret 2018).
Dari biografi tersebut dapat dikatakan bahwasanya KH Ilyas
memang sejak kecil sudah diperkenalkan pentingnya pendidikan oleh
keluarganya, tidak heran jika menurut beliau pendidikan adalah satu hal
yang penting. Tidak hanya pendidikan agama saja yang menjadi prioritas
namun pendidikan umum juga menjadi prioritas beliau. Sebagai bukti
kecintaannya terhadap dunia pendidikan beliau mendirikan madrasah dan
pondok pesantren. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus bangsa
melanjutkan perjuangan beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia,
tidak hanya pendidikan agama namun pendidikan umum juga harus
dipelajari, jangan sampai negara Indonesia mengalami kemerosotan dalam
hal pendidikan, akhlak, dan moral. Hal yang penting bahwasanya dalam
hidup kita harus seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, tetap harus
beribadah dengan tekun kepada Allah dan harus tetap berusaha untuk terus
belajar dan terus bekerja untuk kehidupan di dunia yang lebih baik sebagai
BAB III
Konsep Pendidikan Islam Menurut KH Ilyas
A. Pengertian Pendidikan Islam
Untuk mengetahui hakikat pendidikan, maka perlu telusuri makna
esensi pendidikan tersebut. Secara bahasa pendidikan diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti
mengasuh, mendidik, memelihara (Darajat, 1996: 25). Dalam buku kamus
besar bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata didik, berarti
”memelihara, memberi latihan atau bimbingan. Pendidikan dalam bahasa
Inggris disebut education, dan dalam bahasa Yunani disebut dengan
paedagogi (Noarapast, 2016: xiii-xiv).
Berawal dari pengertian dasar tersebut, beberapa tokoh pendidikan
mendefinisikan pendidikan secara istilah dengan beraneka ragam sesuai
dengan sudut pandang masing-masing. Menurut Muhammad Athhiyah al-
Abtasyi dalam bukunya Al Tarbiyah Al-Islamiyah, mendefinisikan
pendidikan sebagai upaya mempersiapkan manusia agar hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna
budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikiranya, halus perasaannya, mahir
dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun
dengan tulisan (Abtasyi, tt: 100).
Selanjutnya menurut Drs. Ahmad D. Marimba dalam bukunya
Filsafat Pendidikan Islam, pendidikan Islam memiliki pengertian yaitu
menuju kepada terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam
(Marimba, 1980:23-24).
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam hal ini KH Ilyas menguraikan bahwa pendidikan agama
Islam merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi seperti halnya
papan, sandang, pangan, kebutuhan mendasar yang dimaksudkan agama
atau keyakinan untuk menentukan arah pandangan tentang pendidikan
manusia yang berfungsi sebagai pengemban amanah khalifatullah fil ard
(Saifuddin, 2017:1). Dari apa yang disampaikan KH Ilyas,sesuai dengan
(khalifah)dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqoroh ayat 30).
Berpijak dari pengertian di atas menurut pendidikan agama Islam
KH Ilyas Kalipahing ialah sebuah upaya untuk membimbing anak menuju
kedewasaan dan kemandirian dalam berfikir, serta menjadikan anak
tersebut menjadi yang lebih baik dari sebelumnya guna mencapai derajat
yang mulia di dunia maupun di akhirat.
B. Pendidik
Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang
memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah,
khalifah dimuka bumi ini, dan sebagai makhluk sosial individu yang
mampu berdiri sendiri (Uhbiyati, 2013:113). Di Indonesia pendidik
disebut juga dengan istilah guru yaitu “digugu dan ditiru), kalangan
pondok pesantren menyebut guru dengan istilah kiai/ustadz. Kesemuanya
ini memiliki tugas yang sama yaitu mentransformasikan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada murid/peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Berangkat karena hal ini KH
Ilyas berpandangan bahwa pendidik itu haruslah orang yang memiliki
kesungguhan,keseriusan dan profesionalisme dalam mengabdikan dirinya
sebagai seorang guru, selain itu seorang guru harus memiliki jiwa yang
ikhlas tanpa mengharap imbalan apa yang telah diajarkan kepada
pembelajaran yang sesuai dan mampu menarik perhatian semua murid
dan semua ini harus disiapkan secara matang (Saifuddin, 2017: 138).
Jadi, hal-hal yang harus dimiliki dan diperhatikan sebagai seorang
pendidik adalah harus mampu menjadi guru yang profesional, tidak
mengharap balasan apapun, dan sebagai guru harus kreatif dalam
menciptakan suasana yang nyaman dikelas agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan sesuai. Guru juga harus berperilaku baik, karean apa saja
yang dilakukan guru pasti akan dilihat dan ditiru muridnya.
C. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan Islam,
pembelajaran tidak akan terjadi tanpa adanya seorang peserta didik.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam pendidikan
Islam adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik
maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya. Ia adalah orang
yang belum dewasa dan sedang berada dalam masa perkembangan menuju
kedewasaannya masing-masing (Mahmud,2011:125). Peserta didik
menurut KH Ilyas adalah siapa saja yang mempunyai hati yang ikhlas dan
dalam dirinya sendiri memiliki keinginan yang keras untuk belajar. KH
sekitarnya, dalam hal ini keluarga yang pertama dalam proses pendidikan,
anak akan baik atau tidaknya tergantung dengan lingkungan sekitarnya.
Jadi, peserta didik adalah seorang anak yang sedang tumbuh dan
berkembang baik secara fisik maupun psikologis untuk mencapai tujuan.
Maka agar peserta didik bisa tumbuh dan berkembang dengan baik perlu
adanya bimbingan dan arahan agar mampu menjadi manusia yang diridhoi
Allah.
D. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan sasaran atau sarana yang akan dicapai dan
sekaligus sebagai patokan pemberi arah semua aktifitas yang dilakukan.
Begitu juga pendidikan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Ada
beberapa tokoh juga yang memaparkan makna tujuan ini, dan kesemuanya
itu memiliki suatu perbedaan tersendiri. Disini akan penulis paparkan
secara singkat tentang pandangan-pandangan tersebut.
Pertama, pandangan yang berorientasi pada tujuan semata (target
oriented) mengatakan bahwa guru tidak hanya bertugas memberikan ilmu
pada murid (baca: wacana dan skill) tetapi lebih dari itu guru juga harus
mengantarkan murid hingga kebutuhan yang mendasar setiap manusia
yaitu pekerjaan terpenuhi.
Kedua, pandangan yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah proses penemuan jati diri manusia sesuai dengan fitrahnya. Jadi,
menurut pandangan ini fungsi dari pendidikan itu sendiri sebagai wadah
keberhasilan dalam kehidupan baik itu di dunia maupun kehidupan
selanjutnya (Saifuddun, 2017:61-62). Berpijak dari kedua pandangan
tersebut, dapat diambil beberapa item pokok tentang esensi dari tujuan
pendidikan itu sendiri untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut
beberapa paparan tentang tujuan pendidikan menurut tokoh-tokoh
pendidikan:
Menurut Langgulung (1986:33) tujuan pendidikan adalah tujuan
hidup manusia itu sendiri karena manusia memiliki kedudukan sebagai
khalifatullah, dan karena ini harus dilandasi dengan sikap ketundukan,
kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah. Al Abrasyi
menuturkan tujuan pendidikan ada lima pokok yaitu pembentukan akhlak
mulia manusia, persiapan untuk mengarungi kehidupan dunia dan akhirat
secara seimbang, menyiapkan sarana untuk mencari rizki dan pemanfaatan
hasil rizki tersebut, menumbuhkan semangat ilmiah dalam setiap insan
manusia dan untuk mempersiapkan suatu profesi terhadap manusia guna
memperlancar pencarian rizki (Achmadi, 1992: 24-26). Dalam hal ini yang
bisa didapat yaitu tujuan pendidikan islam itu semuanya berorientasi pada
upaya pencapaian kesejahteraan baik itu di dunia maupun di akhirat.
Berawal dari berbagai macam argumentasi yang terkait dengan
tujuan pendidikan, KH Ilyas mendefinisikan pendidikan Islam dalam
beberapa paradigma. Menurutnya ilmu pengetahuan merupakan hal
penting untuk di cari manusia dalam rangka meningkatkan harkat dan
peta kehidupan dunia maupun akhirat, manakala seseorang itu serius
dalam menimba ilmu pengetahuan (Saifuddin, 2017: 63). Karena
pentingnya dalam mencari ilmu ini, kemudian KH Ilyas membuat syair
akan pentingnya mencari ilmu ini.
Adab Golek Ilmu
Ojo bosen golek ilmu Nganti tekan ajalmu ... sregep ing sliramu
Konco ndonggo njawab ojo keliru
Sebab kosong pikirane
Nganti gampang kebudjuk-budjuk Mulo ayo podo tumindak ngaji Gawe sangu sesuk mati
(KH. Ilyas Kalipahing: 1969, Adab Golek Ilmu, hlm.1).
Ajaan Tholabulilmi lan Pengalaman
Kanjeng nabi dawuhe siro do mulango
Yen ora mulang siro podo ngajiyo
Yen ora mulang ora ngaji ngrungokno
Mumput siro do demeno
Ojo nganti siro dadi wong kalimo
Mundak siro karusakan donyo akhirat
Ora mulang ora ngaji ngrungokno
Ora demen roso demen ing atine
Ikulah artine dadi wong kalimo
... dadi perintang agomo
Ya Allah kulo nyuwun ilmu manfaat
Dohno sangking doso lan maksiat
Kulo nyuwun wilujeng donyo akhirat
Ya Allah mugi ngijabahi
Tujuan lan panyuwun hayat kulo
Bongso lan negeri kito Indonesia
Paringono aman tentrem bahagia
Cekap sandang pangan gemah ripah
Gesang istiqomah lan khusnul khotimah
Allah amin ya Allah robal alamin
Allah amin ya Allah robal alamin.
(KH. Ilyas Kalipahing: 1969,Ajaan Tholabulilmi lan Pengalaman, hlm. 13)
Dua syair di atas dapat diahami bahwa dasar tujuan pendidikan
agama Islam menurut KH. Ilyas untuk meningkatkan harkat martabat
manusia baik itu kehidupan di dunia maupun di akhirat. Menurut beliau
semua orang diwajikan untuk tetap mencari ilmu, dari lahir sampai
meninggal, dari yang muda hingga yang tua, jika tidak mau menjadi guru
maka harus mau menjadi murid, kalau tidak mau menjadi murid harus mau
memberikan ilmu tersebut harus mendengarkan dan mengamalkannya
secara sungguh-sungguh.
Ilmu pengetahuan merupakan sebuah landasan dalam menentukan
arah kehidupan. Tanpa adanya ilmu pengetahuan, maka kehidupan
manusia sama halnya seperti rumah tanpa tiang, tidak akn mampu berdiri
dengan kokoh, dan sewaktu-waktu bisa roboh karena kemajuan zaman,
tanpa ilmu manusia juga seperti hewan, hidup hanya untuk makan saja
tanpa memikirkan tujuan hidup yang sebenarnya. Dengan adanya ilmu ini
bisa menjadi pembeda mana yang buruk dan mana yang baik di hadapan
Allah dan manusia, karena pada dasarnya semua yang ada dalam
kehidupan ini semua milik Allah dan kapan saja akan diambil oleh Allah.
Manusia dengan ilmu diibarkan dua sisi mata uang yang selalu
berkaitan. Orang yang memiliki ilmu diibaratkan sebuah emas, akan tetap
bersinar meskipun dalam situasi dan kondisi apapun. Sebaliknya orang
yang tidak memiliki ilmu digambarkan dengan barang mewah tapi tanpa
tuan. Hal ini mengandung arti manusia itu tidak ada harganya tanpa
adanya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tentunya semua ilmu
pengetahuan itu diperoleh sebagi sarana untuk mencari ridho Allah
(Saifuddin, 2017: 68).
Pada dasarnya pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan
yang bermakna atas tiga aspek, yaitu aspek ilmu, iman, dan amal yang
sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agamanya dan nantinya
diharapkan mampu menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan
RasulNya. Dengan adanya ilmu maka seseorang itu tahu bagaimana
caranya menjadi hamba Allah yaitu dengan beribadah kepada Allah, itu
semua tidak akan bisa dicapai jika manusia itu tidak mau mencari ilmu,
setalah ilmu itu di dapat jangan langsung puas, tetap terus mencari ilmu
hingga Allah telah menakdirkan untuk kembali padaNya jangan sampai
tertinggal oleh zaman yang semakin canggih ini. Secara lebih dalam,
menurut KH. Ilyas tujuan pendidikan Islam adalah Pertama mencari
kebahagiaan dunia. Kebahagiaan akhirat tidak akan bisa dicapai mana kala
kehidupan di dunia belum bahagia (Saifuddin, 2017: 69). Apa yang
disampaikan KH Ilyas jika ditelusuri ada kaitannya dengan ayat AlQuran
yang menjelaskan tentang hal itu, firman Allah: (Q.S Al-Qashash ayat 77).
⧫◆
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.manusia. Hal yang dilakukan KH Ilyas dalam mencapai kebahagiaan dunia
ialah dengan berusaha melakukan cocok tanam dan agar hasilnya sesuai
dengan yang diinginkan beliau tetap berikhtiar juga kepada Allah. Sebagai
contoh sebagai petani menanam kopi yang menjadi komoditas daerah
tempat tinggal KH. Ilyas tersebut dengan cara ikhtiar menggunakan pupuk
yang bagus, alat yang moderen agar bisa menghasilkan tanaman bagus dan
hasilnya sesuai yang diinginkan. Setelah itu kopi yang telah dirawat
dengan penuh kasih sayang itu bisa dijual dan penghasilannya mampu
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan juga untuk bekal beribadah,
karena intinya hati akan tenang dalam beribadah jika kehidupan dunia
sudah dipenuhi.
Kedua, mencari kebahagiaan kehidupan akhirat. Sesuai dengan
fitrahnya, manusia dituntut menjadi hamba Allah yang kelak akan berada
disurga, maka dengan itu keridhoan diperlukan untuk mencari kunci surga
tersebut. Jadi, dalam hal ini fungsi pendidikan sebagai sarana untuk
mencari kebahagiaan di akhirat (Saifuddin, 2017: 70). Imlementasi dengan
tujuan pendidikan Islam yang berorientasi pada kehidupan akhirat yaitu
KH Ilyas berhasil mendirikan forum kajian keagamaan di beberapa desa di
wilayah Temanggung, bisanya kajian ini diisi oleh beliau langsung dan
dilakukan sebulan sekali, Materi yang beliau sampaikan juga bervariasi
kewajiban orang tua (akidah-akhlaq) dan kesemuanya ini ditambahkan
dengan beberapa syair yang beliau buat sendiri, agar masyarakat mampu
menerima materi yang disampaikan dengan mudah dan syair tersebut
mampu menarik minat masyarakat untuk ikut menimba ilmu. Tidak hanya
bidang ilmu agama saja, namun kadang beliau juga menyisipkan keilmuan
tentang bercocok tanam, dan ilmu umum juga beliau sampaikan.
Dari apa yang telah disampaikan oleh KH Ilyas mengenai tujuan
pendidikan, dapat diambil garis besar, bahwasanya dalam hidupnya KH
Ilyas seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, semua berjalan
beriringan, saat pagi hari beliau bercocok tanam, kemudian saat menjelang
malam beliau lakukan untuk mengisi forum pengajian dan beliau gunkan
untuk bekal akhiratnya. Bukti bahwa beliau tidak hanya mengejar
kehidupan akhirat saja yaitu beliau aktif terlibat dalam inovasi budidaya
tanaman seperti kopi, dan beliau juga dinobatkan menjadi petani teladan
yang mampu meningkatkan perkembangan tanaman kopi di daerahnya
tersebut hingga tanaman kopi itu bisa terkenal ke luar daerah.
E. Metode Pendidikan Menurut KH Ilyas
Menurut KH Ilyas pendidikan sangat penting untuk dijadikan
sarana pengembangan diri setiap manusia. Selain faktor-faktor pendidikan,
keberhasilan pendidikan juga dipengaruhi oleh metode pengajarannya.
Agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan maka
memerlukan suatu metode yang tepat. Metode pendidikan yang digunakan
(biasannya beliau menyampaikannya saat ada forum pengajian di berbagai
desa) adalah sebagai berikut:
Pertama, beliau lihat dulu bagaimana kultur dari masyarakat yang
akan beliau beri kajian, melihat masyarakatnya masih minim tentang
pengetahuan agama Islamnya serta lebih menyukai hal-hal yang berbau
kesenian, maka beliau biasanya menggunakan metode yang menyesuaikan
daerah masyarakatnya, beliau biasanya membuat syair-syair, yang isi dari
syair-syair tersebut mengandung berbagai macam pembelajaran, seperti
pembelajaran akidah, akhlak dan syariah, dan syair tersebut biasanya
masyarakat akan lebih mudah menerima, menghafal, bahkan melakukan
apa yang disampaikan KH Ilyas melalui perantara syair tersebut. Beliau
mengadopsi metode yang digunakan oleh walisongo dalam menyebarkan
agama Islam.
Kedua, keberhasilan di dalam dunia pendidikan juga dipengaruhi
metode pengajaran yang biasa diajarkan. Semakin bervariasi dan serius
dalam penyampaiannya maka akan menentukan hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Maka dalam lembaga-lembaga pendidikan baik itu formal
maupun nonformal pasti mempunyai metode pelajaran yang pokok dalam
menyampaikan suatu materi (Saifuddin,2017:80-81). Dipondok pesantren
misalnya, terdapat beberapa metode yang umum digunakan sebagai ciri
khas model pengajian salaf, umumnya diberbagai pondok
digunakan sampai saat ini, karena memang telah terbukti menghasilkan
produk yang baik dan siap mengabdi untuk masyarakat.
Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang
berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu
harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka
mengembangkan sikap mental dan kepribadian murid (Ramayulis,
2002:184). Tokoh ahli ada yang mendefinisikan metode sebagai berikut.
Menurut Arifin dalam bukunya Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
berdasarkan Pendekatan Interdisipliner mendefinisikan bahwa metode
adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan (Arifin, 1991: 197). Ahmad Tafsir
mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan
cepat dalam mengajarkan mata pelajaran (Tafsir, 1996: 9). Berdasarkan
definisi di atas bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik
yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran agar murid dapat
mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa aspek yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan
metode pendidikan antara lain (Mahmud, 2011:164-165):
1. Kemampuan psikologis dalam menerima dan menghayati serta
mengamalkan ajaran agama sesuai dengan kondisi usia, bakat, dan
2. Kemampuan pendidik sendiri harus siap, baik itu dalam ilmu
pengetahuan yang akan diberikan maupun sikap mental dalam waktu
menyampaikan pembelajaran. Kondisi anak didik juga harus
diperhatikan, jangan sampai menganggu proses pembelajaran.
3. Tujuan pendidikan harus benar-benar dipegang sebagai dasar dalam
memilih metode karena metode harus berfungsi untuk mencapai
tujuan. Maka dari pendidik harus menggunakan metode yang sesuai
dengan materi yang ingin disampaikan. Metode merupakan bagian dan
strategi kegiatan. Metode merupakan cara yang dalam realisasi
bekerjannya merupakan alat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
penyampaian proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dapat
menggunakan satu atau beberapa metode yang prinsip dasarnya
AlQuran dan Hadis, yaitu:
Metode Ceramah, metode ceramah adalah suatu cara penyajian
atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik. Metode Tanya Jawab.
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan
pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca,
sedangkan murid meberikan jawaban berdasarkan fakta.
Metode diskusi, metode diskusi adalah suau cara penyajian atau
penyampaian pembelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Metode Pemberian Tugas, metode pemberian tugas adalah suatu
cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu
kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan
murid mempertanggungjawabkannya.
Metode Demonstrasi metode demonstrasi adalah suatu cara
mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau
pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Metode Eksperimen metode eksperimen adalah suatu cara
mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan dan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh murid, sedangkan
guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil membeberkan
arahan.
Metode Kerja Kelompok, metode kerja kelompok adalah suatu
cara mengajar dimana guru membagi murid-muridnya kedalam
kelompok belajar dan setiap kelompok diberi tugas-tugas tertentu
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Metode Kisah Metode kisah adalah suatu cara mengajar dimana
guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita
(Ramayulis, 2006:193-196).
KH Ilyas lebih menekankan menggunakan metode keteladanan
sesuatu hal yang baik maka otomatis orang akan melihat apa yang
dilakukan dan lambat laun jika mereka merasa apa yang dilakukan itu
baik, otomatis mereka akan mencontoh perbuatan baik itu. Lebih baik
langsung memberikan contoh dari pada hanya berbicara tanpa ada
tindakan yang nyata. Apa yang dilakukan KH Ilyas ini sesuai dengan yang
dilakukan Allah untuk menurunkan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan
bagi manusia, hal ini terdapat dalam firman Allah:
⬧
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Q.S Al-Ahzab ayat 21).
Untuk mengimplementasikan beberapa metode belajar yang
dikuasainya tersebut, KH Ilyas merintis berdirinya pondok pesantren.
Awalnya pondok pesantren tersebut memiliki beberapa santri saja, itu pun
hanya dari kalangan masyarakat desa saja atau bisa disebut dengan istilah
santri kalong. Sejalan dengan berjalannya waktu, masyarakat mulai
mengetahui keberadaan pondok pesantren sehingga jumlah santri semakin
meningkat.
Agar tujuan pembelajaran pesantren berjalan secara sistematis
maka KH Ilyas membuat penjenjangan tingkat. Sehingga sistem
tamatnya buku atau kitab yang dipelajari. Penamaan batasan penjenjangan
tersebut seperti halnya madrasah formal yaitu ibtida’i, tsanawy dan ‘aly.
Agar tujuan pembelajaran pesantren dapat dicapai, pondok juga
menggunakan beberapa metode tertentu. Selama kurun waktu yang
panjang, pondok pesantren telah menggunakan dan memperkenalkan
beberapa metode: weton atau bandongan, sorogan dan hafalan atau tahfidz
(Departemen Agama RI, 2003:10).
Metode weton atau bandongan adalah cara penyampaian ajaran
kitab kuning dimana seorang guru, kiai atau ustadz membacakan dan
menjelaskan isi ajaran dalam kitab kuning tersebut, sementara para murid
atau santri hanya mendengarkan, memaknai dan menerima. Dalam metode
ini guru sangat berperan aktif sementara murid bersikap pasif. Metode
sorogan dimana santri yang menyodorkan kitab yang akan dibahas dan
sang guru hanya mendengarkan saja, setelah itu sang guru memberikan
komentar, penjelasa dan bimbingan yang dianggap perlu oleh murid atau
santri. Metode ini telah menjadi ciri khas yang melekat pada sistem
pendidikan tradisional, termasuk pondok pesantren.
Metode diskusi (musyawara/munazharah/mudzakarah), metode ini
berarti penyajian bahan pelajaran dilakukan dengan cara murid atau santri
membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik
atau masalah tertentu yang ada didalam kitab kuning, dalam kegiatan ini