• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF KH ILYAS KALIPAHING SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF KH ILYAS KALIPAHING SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF

KH ILYAS KALIPAHING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Zakiatul Fauziah

NIM: 111-14-003

JURUSAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF

KH ILYASKALIPAHING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Zakiatul Fauziah

NIM: 111-14-003

JURUSAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)

NIP. 19680613 199403 1004

(6)
(7)

MOTTO

ِهِب ُالله ِدِرُي ْنَم : َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق ُهْنَع ُالله َيِضَر ِساَّبَع ُنْبِا ْنَع

ُهْهِِّقَفُ ي اًرْ يَخ

(

ْىِراَخُبْلا ُهاَوَر( ِمُّلَعَّ تلاِبِ ُمْلِعْلا اََّنَِّا َو ِنْيِِّدلا ِْفِ

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang

dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan

sesungguhnya ilmu itu dengan belajar”(HR. Bukhori)

(Diambil dari kitab Riyadhus Shalihin hlm. 316)

⬧

⧫

➔



“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi ini dapat selesai dengan

lancar. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah

membantu mewujudkan mimpiku:

1. Ayahanda Zaenal Musthofa dan ibunda Nuraniyah yang telah memberikan

mahkota kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tidak mengerti apa-

apa hingga kini aku mengerti makna hidup. Semoga kalian selalu diberi

kesehatan, keberkahan rizqi dan keberkahan usia untuk bekal ibadah,

amin.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag., dan Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku

pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

3. Kepada semua keluargaku yang senantiasa mendukung dan memberi

semangat, semoga apa yang kalian berikan padaku akan dibalas kebaikan

juga oleh Allah, amin.

4. Kepada Mas Saiun tercinta dan keluarganya yang selalu memberikan

inspirasi serta menyemangatiku untuk segera menyelesaikan studi ini.

5. Guru-guruku yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepadaku

sehingga aku menjadi manusia pembelajar dan semakin mengerti banyak

hal.

6. Sahabat-sahabat PAI seperjuangan yang sedang berjuang menyelesaikan

skripsi.

7. Sahabatku, Amah, Ririn yang selalu ada memotivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Teman-teman PPL SMPN1 Tengaran, teman-teman KKN Desa Kragilan

Dusun Tempak Candimulyo, terimakasih atas berbagai pengalaman

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin peneliti ucapkan sebagai rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang

tiada henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia, penyempurna akhlak

mulia, dan pemimpin bijaksana bagi seluruh alam semesta.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa

ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang

dibutuhkan.

Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

4. Bapak Prof. H. Dr. Mansur, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama

pengerjaan penyesesaian skripsi.

5. BapakDr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik

(10)
(11)

ABSTRAK

Zakiatul, Fauziah. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif KH Ilyas

Kalipahing. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Prof. H. Dr. Mansur, M.Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Islam, KH Ilyas

Pendidikan dalam Islam harus dipahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ideologi/nilai Islam. Saat ini dikalangan dunia Islam berkembang kesadaran urgensi rekonstruksi peradaban Islam melalui penguasaan sains dan teknologi, maka perlu dirumuskan lagi pendidikan Islam yang sesuai tuntutan di masa sekarang.Peneliti tertarik mengkaji tentang konsep pendidikan Islam perspektif KH Ilyas Kalipahing sebagai alternatif pemikiran intelektual untuk menjawab permasalahan pendidikan Islam. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektifKH Ilyas Kalipahing(2) Sejauh mana relevansi konsep pendidikan Islam perspektif KH Ilyas Kalipahing terhadap pendidikan Islam kontemporer.

Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data dengan wawancara dan library recearchdari buku-buku

tentang konsep pendidikan Islam. Metode ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang subyek penelitian yaitu konsep pendidikan Islam KH Ilyas. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan Islam

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian... 7

G. Sistematika Penulisan... 11

BAB II BIOGRAFI KH ILYAS KALIPAHING ... 12

A. Kelahiran KH Ilyas... 12

(13)

C. Karya-karya KH Ilyas ... 17

D. Semangat KH Ilyas dalam Memajukan Pendidikan ... 19

E. KH Ilyas Sebagai Pejuang Kemerdekaan ... 20

BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH ILYAS ... 24

A. Pengertian Pendidikan Islam ... 24

B. Pendidik ... 26

C. Peserta Didik ... 27

D. Tujuan Pendidikan Islam ... 28

E. Metode Pendidikan Menurut KH Ilyas ... 36

F. Materi Pendidikan Agama Islam ... 43

BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH ILYAS TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER ... 54

A. Pendidikan Islam Kontemporer ... 54

B. Relevensi Konsep Pendidikan Islam Menurut KH Ilyas Terhadap Pendidikan Islam Kontemporer... 55

1. Relevensi Pendidikan Islam ... 55

2. Relevansi Pendidik ... 56

3. Relevensi Peserta Didik ... 57

4. Relevensi Tujuan Pendidikan Islam ... 58

5. Relevansi Materi Pembelajaran ... 59

(14)

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Gambar Dokumentasi

Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Nota Pembimbing Skripsi

Lembar Konsultasi

(15)

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini Temanggung sedang disibukkan oleh minimnya sosok

pejuang, hadir tokoh yang nantinya bisa menjadi inspirator bagi generasi

selanjutnya terkait dengan berbagai bidang, tidak terkecuali bidang

pendidikan. Pendidikan menurut KH Ilyas Kalipahing ialah merupakan

kebutuhan yang mendasar bagi manusia yang harus dipenuhi seperti

halnya dengan kebutuhan pangan,sandang dan lain sebagainya,

kesemuanya ini bertujuan untuk memajukan peradaban umat (Saifuddin,

2017:1). Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang

bertambah dan juga dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja

seseorang. Dalam Alquran surat Ar-Ra’du ayat 11:



...

(16)

maka sebagai manusia harus lebih aktif dan jangan sampai pasif dalam

(17)

sampai mengikuti ide orang lain yang tidak diketahui arah dan tujuannya

(Arifin, 1987: 45-46). Sebaiknya kita mengikuti apa yang menurut kita

baik dan kita saring apa yang menurut kita buruk.

Masyarakat maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya

berbagai peradaban dan kebudayaan, sehingga masyarakat tersebut

mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat. Orientasi pendidikan

disini adalah adalah bagaimana memberikan kontribusi positif di dalam

perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga

pendidikan mampu menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat

(Hamalik, 1982: 4-5).

Pendidikan dalam Islam harus dipahami sebagai upaya mengubah

manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai

dengan ideologi/nilai Islam. Dengan demikian, pendidikan dalam Islam

merupakan proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaan dan

pengembangan kemampuan yang dipandu oleh ideologi/nilai Islam. Secara

pasti, tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkepribadian islami yaitu cara berfikirnya harus didasarkan

dengan nilai-nilai Islam serta sesuai dengan jiwa dan nafas Islam (Darajat,

2011: 29). Jadi, pendidikan Islam ini bukan semata-mata untuk

memberikan sebuah makna tentang suatu pengetahuan kepada anak didik

saja, melainkan dengan melakukan pengetahuan yang diberikan itu bisa

mengubah sikap atau tidak, Pendidikan Islam disini harus mampu

(18)

pengetahuan tanpa diiringi dengan sikap yang baik. Pendidikan Islam

secara umum mengajarkan kesetaraan di antara setiap umat manusia,

kesestaan disini memiliki arti siapapun dengan kondisi keluarga yang

bagaimanapun jika akan mencari ilmu sangat diperbolehkan dan tidak ada

yang mampu menghalanginya, dan pendidikan Islam inilah yang

membedakan dengan konsep pendidikan manusia secara makro. Di dunia

barat pendidikan hanya untuk kepentingan dunia semata, dan kepentingan

akhirat seakan-akan ditinggalkan.

Almarhum KH Ilyas Kalipahing, ialah salah satu tokoh dimana

beliau adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam dunia pendidikan

terlebih lagi dunia pendidikan pesantren di daerah Temanggung, dalam

konteks ini menawarkan bangunan sistem pendidikan yang mengarah pada

penemuan kebenaran hakiki masa datang. Tentunya dalam hal ini

komponen pendidikan disusun secara terstruktur, rapi serta mendalam.

Sehingga bisa menjadi rujukan bagi generasi pendidik sekarang dan akan

datang.

KH Ilyas merupakan ulama karimastik yang memiliki jangkauan

dari berbagai bidang keilmuan. Wajar bila banyak orang mengatakan

bahwa KH Ilyas adalah sosok multidimensi yang memiliki beragam

aktivitas mulai dari pengasuh pondok pesantren Fathul Mubarok,

budayawan, pejuang kemerdekaan dan merupakan salah satu pengurus NU

(19)

Menurut informasi yang bersumber dari keluarga, KH Ilyas

dilahirkan ada tahun 1916 (tanggal dan bulan tidak ditemukan). Sejak kecil

KH Ilyas sudah mulai belajar membaca AlQuran dengan orang tuanya, H.

Abdul Syukur, kemudian setelah remaja beliau mondok di Kyai Kholil

Pondok Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah. Selama di pondok

KH Ilyas selalu menjaga diri dari hal-hal yang buruk, tidak heran jika

beliau selalu mendapat pujian dari banyak orang dan menggangapnya

sebagai sesepuh (wawancara dengan K. Bazari Ilyas sebagai salah satu

putra dari KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Sebagai seorang kiai, beliau

memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan kemajuan pesantren.

Tidak heran bila aktivitas sehari-harinya beliau gunakan untuk mengajar,

dan mendidik di pesantren yang beliau dirikan, tak hanya berkecimpung

dalam dunia pesantren tapi beliau juga mendirikan sekolah formal setara

dengan SD untuk saat ini.

KH Ilyas dikenal sebagai tokoh yang menyukai wayang kulit,

baginya dunia perwayangan sarat dengan nilai agama dan juga sebagai

sarana dakwah yang ampuh. Beliau dikenal sebagai tokoh moderat yang

memandang masalah melalui jangkauan pemikiran yang luas. KH Ilyas

merupakan sosok alim yang menguasai ilmu pengetahuan, baik

pengetahuan agama, penguasaan kitab kuning, penguasaan masalah-

masalah hukum, maupun penguasaan bidang pengetahuan umum. Di

hadapan para kiai lainnya, beliau tidak hanya dikenal sebagai ulama yang

(20)

melainkan juga sebagai ulama yang konsentrasi terhadap model

pendidikan modern sebagaimana yang dilakukannya terhadap pendirian

MWB (Madrasah Wajib Belajar) yang ada di desanya.

Pengorbanan yang dilakukanya melalui pesantren amatlah besar

berguna bagi umat, bangsa, dan negara. Itulah sebabnya jasa-jasa

perjuangannya yang telah dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi

pelajaran bagi bangsa Indonesia agar senantiasa meneladani

perjuangannya untuk kesejahteraan umat. Berangkat dari hal tersebut,

maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana upaya pendidikan

yang dilakukan oleh KH Ilyas tentunya yang berkaitan dengan pendidikan

Islam. Oleh karena itu skripsi ini peneliti beri judul KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSEKTIF KH ILYAS KALIPAHING. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apa konsep pendidikan agama Islam yang ditawarkan oleh KH Ilyas

Kalipahing?

2. Bagaimana relevensi konsep pendidikan agama Islam menurut KH

Ilyas Kalipahing terhadap konsep pendidikan Islam kontemporer?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam yang ditawarkan

(21)

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam menurut KH Ilyas

Kalipahing terhadap konsep pendidikan Islam kontemporer.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah teori tentang konsep pemikiran KH Ilyas untuk

dijadikan referensi dan acuan bagi para peneliti atau pembaca.

b. Memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan di Indonesia

tentang konsep pendidikan dari perspektif pendidikan yang

berbeda.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif

bagi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Salatiga

pada khususnya dan kepada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan

(FTIK) kampus lain pada umumnya mengenai konsep pendidikan

menurut perspektif KH Ilyas.

b. Agar konsep-konsep yang diberikan dapat dipublikasikan dalam

kehidupan yang nyata.

E. Penegasan Istilah

Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kekurang jelasan atau

pemahaman yang berbeda antara pembaca dan peneliti mengenai istilah-

(22)

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:

1. Konsep

Menurut Tan (dalam Koentjaraningrat, 1997:32) mengatakan

bahwa konsep adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian, kalau

masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui

pula fakta mengenai hal yang menjadi pokok perhatian. Konsep adalah

ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI).

Dari uraian di atas dapat dikatakan konsep merupakan serangkaian

pernyataan yang saling berhubungan yang menjelaskan mengenai

sekelompok kejadian/peristiwa dan merupakan suatu dasar atau

petunjuk didalam melakukan suatu penelitian, dimana konsep tersebut

dapat memberikan gambaran secara sistematis dari suatu fenomena.

2. Pendidikan Islam

Menurut Ahmad D Marimba (1989:31) Pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-

ukuran Islam. Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim

yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak

didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan

perkembangannya (Ramayulis, 2006: 13). Jadi, Pendidikan Islam

(23)

berdasarkan syariat Islam untuk menjadi muslim yang sesungguhnya

sesuai dengan fitrahnya.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini adalah termasuk penelitian

kepustakaan, yaitu sebuah studi dengan mengkaji buku-buku yang

bersumber dari kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang

diangkat dalam penelitian. Semua sumber yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian (Hadi, 1980: 3).

2. Sumber Data

Sumber data adalah suatu objek yang menjadi landasan pijak

dalam memperoleh data pada karya tulis (Meleong, 1997: 26). Dalam

memperoleh data penulis mengambil dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan permasalahan terutama buku-buku yang membedah

tentang buku pendidikan menurut KH Ilyas dan juga buku mengenai

pendidikan pesantren. Dengan model seperti ini kemudian disebut

dengan model studi kepusatakaan. Adapun sumber data penulis terbagi

menjadi dua jenis data yaitu:

a. Data primer yaitu manuskrip-manusikrip karya KH Ilyas

Kalipahing dan wawancara dengan keluarga dan santri simbah KH

Ilyas.

b. Data sekunder yaitu data penunjang lainnya yang berasal dari buku

(24)

KH Ilyas Kalipahing (Pejuang Tarbiyah) karya Khamim Saifuddin

(Formac: 2017) dan juga buku yang berjudul Ilmu Pendidikan

Islam karya Ramayulis (Kalam Mulia: 2006).

3. Pengumpulan Data

Untuk memperroleh data yang dibutuhkan, penelitian ini menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan lain

sebagainya.

Dalam menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian

ini penulis menggunakan beberapa karya KH Ilyas sebagai rujukan

dan bukti tertulis.

b. Metode wawancara

Yaitu proses memperoleh informasi dari terwawancara

untuk tujuan penelitian dengan acra tanya jawab sambil bertatap

muka (Nasir, 1998:234). Adapun jenis wawancara yang peneliti

gunakan adalah penelitian tidak terstruktur yaitu wawancara yang

dilakukan secara bebas proses wawancara dimana tidak disengaja

mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus

penelitian dari orang yang diwawancarai. Objek yang

diwawancarai dalam penelitian ini adalah keluarga KH Ilyas, santri

(25)

c. Observasi

Sebagai metode ilmiyah, observasi diartikan sebagai metode

pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1990: 136). Adapun jenis

metode observasi yang peneliti gunakan adalah jenis non partisipan

dimana penulis tidak ambil bagian dalam perikehidupan subyek

yang diobservasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data

tentang kondisi dan situasi lingkungan, baik fisik atau peristiwa

yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian ini. Objek

pengamatan dalam penelitian ini adalah hasil karya beliau (pondok

pesantren dan alumni-alumninya dan juga masyarakat sekitar).

4. Analisis Data

Karena skripsi ini bersifat kualitatif, maka dalam menganalisis data

dengan menggunakan analisis normatif yaitu dengan cara meneropong

dari segi-segi teori pendidikan, peristiwa-peristiwa, dan fenomena-

fenomena yang diteliti. Sedangkan pendekatan kultural atau budaya

digunakan dalam penelitian ini karena kebudayaan merupakan hasil

budi daya manusia yang mewujud dalam tingkah laku atau benda,

bahasa, simbol, pemikiran, dan lainnya. Kebudayaan tersebut meliputi

manusia sehingga berpengaruh pada pola pikir, perilaku, dan tindakan

manusia. Oleh karena itu disini penulis juga mempelajari latar

(26)

metode-metode data, kemudian dianalisa dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.

Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan

abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan

pernyataan-pernyataan yang perlu.

b. Menyusun data atau mengorganisasikan pokok-pokok pikiran

tersebut dengan cangkupan fokus penelitian dan mengujikan

secara deskristif.

c. Memeriksa keabsahan data pada hasil penelitian dengan cara

menghubungkan dengan teori.

d. Mengambil kesimpulan (Meleong, 2002:248).

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis mencoba membagi menjadi beberapa bab

yang antara bab satu dengan bab lainnya saling terkait. Sebelum masuk

pada bab-bab utama, skripsi ini berisi tentang halaman sampul dan judul,

nota pengesahan, moto, persembahan dan kata pengantar.

BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Biografi, yang berisi tentang biografi sejarah dan latar

(27)

BAB III Paparan data dan temuan penelitian, yang berisi tentang

pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam dan konsep-konsep

pendidikan Islam menurut KH Ilyas

bab IV Relevensi konsep pendidikan agama Islam menurut KH

Ilyas terhadap pendidikan Islam kontemporer.

(28)

BAB II

Biografi KH Ilyas Kalipahing

A. Kelahiran KH Ilyas

KH Ilyas merupakan salah satu praktisi pendidikan Islam di

Temanggung pada generasi awal yang merupakan ulama kharismastik

yang memiliki jangkauan luas dari berbagai bidang kehidupan. Wajar bila

banyak orang mengatakan bahwa KH Ilyas adalah sosok multitalenta yang

memiliki beragam aktivitas mulai dari pengasuh pondok pesantren Al-

Makmur, budayawan, petani yang mumpuni, pejuang kemerdekaan, dan

salah satu pejuang awal dalam pembentukan Jam’iyah Nahdhatul Ulama

(NU) Temanggung (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah

satu menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Beliau

selain sering mengisi berbagai forum pengajian, beliau juga sering

menerima tamu dari berbagai kalangan masyarakat yang berkunjung ke

rumahnya untuk berbagai kepentingan. Semua kegiatan itu berhubungan

dengan masalah keduniaan dan keakhiratan beliau lakukan secara

beriringan tanpa ada kegiatan yang terlalaikan.

Menurut informasi yang bersumber dari Kiai Agus Basari Ilyas

sebagai putra bungsu KH Ilyas dari istri kedua, tempat kelahiran KH Ilyas

di Temanggung, dilahirkan pada tahun 1916 (tanggal dan bulan tidak

ditemukan) dan wafat pada tanggal 22 Robiul Awwal 1401 H atau 1983

M. Ayahnya bernama H Abdul Syukur yang berasal dari Yogyakarta dan

(29)

bungsu dari enam bersaudara. Nama kecil beliau adalah Kliman

(wawancara dengan Kiai Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu KH Ilyas

dari istri kedua 29 Maret 2018). Sebagian orang mengatakan bahwa orang

tua KH Ilyas masih memiliki darah keraton Yogyakarta dan sebagian

orang lagi mengatakan masih memiliki darah seorang sayyid dari Jakarta.

KH Ilyas dilahirkan dengan kondisi keluarga yang serba terbatas dalam

bidang ekonomi, namun hal ini tidak menyurutkan semangat dalam

menimba ilmu (Saifuddin, 2017:30).

Semasa mudanya, beliau dikenal sebagai pemuda yang tangguh.

Beliau pernah menjadi penggerak barisan Sabilillah dalam melawan

penjajah Belanda. Saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia

(PKI) pada tahun 1965, beliau menjadi pelopor untuk menumpas

pemberontakan PKI. Menginjak usia dewasa, beliau menjalankan rukun

Islam kelima yaitu haji ke tanah suci bersama ayahnya. Selama berada di

Makkah beliau belajar dengan para syekh yang notabennya ulama-ulama

terbaik yang berasal dari Indonesia yaitu syekh Katib Minangkabau dan

Syaikh Nawawi al-Bantani. Tidak ketinggalan beliau juga mendatangi

ulama besar di daerah tersebut untuk menimba ilmu yaitu Syeh Syatho

seorang ulama besar mursyid tarekat Satariyah (Saifuddin, 2017:34).

B. Latar Belakang Pendidikan KH Ilyas

Sebagai seorang kiai, beliau memiliki komitmen yang tinggi

terhadap pengembangan dunia pendidikan khususnya pesantren. Tidak

(30)

dan mendidik anak-anak di pesantren. Untuk menunjang perekonomian

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, KH Ilyas menggarap lahan

pertanian orang tuanya. Atas ketekunan dan kegigihan beliau dalam dunia

pertanian, beliau mendapatkan gelar sebagai petani teladan (wawancara

dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari keluarga KH

Ilyas, tanggal 29 Maret 2018).

Darah seni sudah mengalir pada diri KH Ilyas, khususnya kesenian

dalam bidang mendalang dan juga bersyair. Beliau juga dikenal sebagai

tokoh yang menyukai wayang kulit, tak ayal bila banyak lakon wayang

yang dikuasainya seperti semar, gareng, semar dan bagong. Baginya dunia

perwayangan sarat dengan nilai dan juga sebagai sarana dakwah yang

sangat ampuh pada masa itu, dikarenakan pada masa itu kondisi

masyarakat masih tergolong kental dengan adat istiadat dan budaya Jawa

dan wayang bisa menjadi tontonan yang menarik untuk mereka

(wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari

keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018).

Aktivitas pendidikan KH Ilyas dimulai dengan belajar membaca

AlQuran dengan ayahnya yaitu H Abdul Syukur. Saat itu model

pembelajaran yang digunakan masih sangat monoton, tidak seperti

sekarang ini yang telah banyak model pembelajaran yang telah

dikembangkan di tengah-tengah masyarakat (iqro’, qiroati, dll). Meski

model pembelajaran saat itu masih sederhana, namun karena kecerdasan

(31)

mengkhatamkan AlQuran dengan baik. Menginjak usia dewasa beliau

memulai kegiatan rihlah ilmiahnya dengan melanglang buana mencari

ilmu dengan satu guru ke guru yang lainnya dan dari pesantren ke

pesantren lainnya.

Kiai Bahrun, ialah kiai kampung yang merupakan teman dekat

sang ayah. Kiai Bahrun adalah guru kedua setelah orang tuanya. Beliau

berasal dari dusun Lekoran, Kalibanger, Gemawang. Darinya KH Ilyas

belajar kitab-kitab fikih dan beberapa kitab lainnya. Meski tidak begitu

lama dan begitu banyak ilmu yang didapat di Kiai Bahrun, namun ilmu

yang didapat menjadi bekal untuk melakukan perjalanan pengembaraan

keilmuan selanjutnya.

Setelah belajar dari Kiai Bahrun, KH Ilyas memutuskan untuk

mencari ilmu ke pesantren di luar daerah. Pesantren yang menjadi tujuan

pertamanya adalah pondok pesantren asuhan Kiai Muhyi yang berada di

dusun Gamelan, desa Karang Tejo, Kedu, Temanggung, kemudian

melanjutkan ke pondok pesantren Kaumun Grabag, Magelang, di bawah

asuhan KH Rahmad dan Kiai Kholil pondok pesantren Kasingan,

Rembang, Jawa Tengah setelah itu KH Ilyas belajar di Makkah sambil

menunaikan ibadah haji (wawancara dengan K.Hadi Masykur sebagai

salah satu santri KH.Ilyas 30 Maret 2018).

Semangat KH Ilyas dalam menuntut ilmu di pondok pesantren

sangat tinggi, walaupun jarak pesantren cukup jauh namun dengan

(32)

bisa mendapatkan ilmu yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran

beliau tidak pernah absen dan rutin setiap harinya. Karena hal ini sudah

pantas jika beliau dijuluki sebagai santri teladan dan karena usahanya ini

beliau dapat menyelesaikan kajian kitab-kitab dengan baik seputar kitab

tafsir AlQuran, kitab-kitab fikih, dan kitab-kitab tasawuf, semua dapat

diselesaikan dengan baik berkat kecerdasannya.

Menginjak dewasa dan dirasa sudah cukup untuk menjalankan

rukun Islam yang kelima, kemudian beliau memutuskan untuk berangkat

haji bersama ayahnya di Makkah. Bagi para ulama, Makkah adalah tempat

yang paling tepat untuk menimba ilmu, Makkah menjadi rujukan utama

ilmu pengetahuan agama. Karena dalam melakukan ibadah haji ini sangat

lama, maka KH Ilyas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk

menimba ilmu. Selama berada di Makkah beliau belajar dengan para

syekh yang notabennya ulama-ulama terbaik yang berasal dari Indonesia

yaitu syekh Katib Minangkabau dan Syaikh Nawawi al-Bantani. Tidak

ketinggalan beliau juga mendatangi ulama besar di daerah tersebut untuk

menimba ilmu yaitu Syeh Syatho seorang ulama besar mursyid tarekat

Satariyah (Saifuddin, 2017:34).

Beliau dikenal sebagai sosok alim yang menguasai ilmu

pengetahuan, baik itu pengetahuan tentang agama, kitab kuning,

penguasaan masalah-masalah hukum, maupun dalam bidang ilmu

pengetahuan umum. Di mata para kiai lain, beliau tidak hanya dikenal

(33)

kitab klasik (kuning), manun juga dikenal sebagai ulama yang

berkonsentrasi terhadap model pendidikan moderen sebagaimana beliau

mendirikan MWB (madrasah wajib belajar) yang ada di desanya. Selain

MWB ini, pondok pesantren Fatkhul Mubarok yang beliau dirikan sampai

sekarang ini masih berjalan lancar di bawah asuhan putra beliau KH Agus

Muslih. Pengorbanan yang dilakukan KH Ilyas melalui pesantren amatlah

besar bagi umat, bangsa, dan negara. Itulah sebabnya, jasa-jasa

perjuangannya yang telah dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi

pelajaran bagi bangsa Indonesia agar senantiasa meneladani kiprah

perjuangannya yang selalu memperjuangkan kesejahteraan umat.

C. Karya-karya KH Ilyas

Karya-karya KH Ilyas dalam dunia pendidikan relatif banyak,

namun demikian sampai hari ini tidak ada satupun karya beliau yang

dibukukan menjadi sebuah kitab dan hanya berbentuk manuskrip-

manuskrip atau lembaran sederhana. Lembaran aslinya pun sudah tidak

ditemukan lagi (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu

menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Namun

demikian dari salah satu jamaah yang bernama simbah Nafisah berhasil

membuat rangkuman hasil pengajian selapanan yang diisi oleh KH Ilyas.

Berdasarkan dari hasil isi rangkuman pengajian karya-karya beliau berisi

tentang seputar ajaran moral dan fikih bagi manusia yang berlandaskan

AlQuran dan Hadis. Misalnya bagaimana seseorang untuk bersikap arif

(34)

ajaran beliau banyak mengambil dari kitab karya iman Al-Ghazali.

Penyajian karya-karya beliau itu biasanya berbentuk syair atau syiiran

yang menyesuaikan dengan kondisi audien (Saifuddin, 2017:57). Metode

ini digunakan agar masyarakat mudah menerima intisari pengajian yang

disampaikan. Fokus dari isi kajian pengajian yang disampaikan lebih

terfokus pada keimanan dan ketaqwaan kepada sang pencipta (Allah) serta

masalah fikih, pada dasarnya kondisi masyarakat lebih membutuhkan

masalah tersebut dibanding dengan masalah lainnya lantaran agama Islam

di wilayah tersebut masih relatif asing. Harapan penyampaian materi

tersebut agar landasan akidah akan lebih kuat sehingga tidak mudah goyah

dengan arus negatif pada masa moderen seperti sekarang ini.

Selain dalam bentuk syair atau syiiran yang tertulis di lembaran,

peninggalan fisik lainnya berupa majelis selapanan yang telah tersebar di

berbagai daerah khususnya di daerah Temanggung. Meski bukan hasil

produk pribadi, namun pembentukannya tidak lepas dari campur tangan

ide beliau. Sampai hari ini kegiatan tersebut masih ada meskipun

pematerinya sudah bukan beliau lagi, dan telah digantikan oleh anak dan

cucu-cucu beliau.

Tidak kalah pentingnya dari peninggalan beliau yang lain adalah

santri. Ratusan santri yang dulu pernah berguru kepada beliau, kini mereka

telah mampu melanjutkan perjuangan beliau dan mampu mengabdi untuk

masyarakat sekitarnya. Mayoritas santri-santri beliau menjadi tokoh

(35)

masyarakat sesuai dengan ajaran yang didapat darinya. Aset ini yang

menjadi tanda keluesan ilmu dan karomah yang dimilikinya. Selain

peninggalan berupa pemikiran, bangunan masjid, pondok pesantren juga

masih berdiri kokoh hingga hari ini meskipun telah direnovasi beberapa

kali (wawancara dengan K Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu

KH.Ilyas, 29 Maret 2018).

D. Semangat KH Ilyas dalam Memajukan Pendidikan

Sebagai seorang kiai, KH Ilyas juga memiliki komitmen yang

tinggi terhadap pengembangan pendidikan agama Islam. Argumentasi ini

dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari beliau yang banyak menggunakan

waktunya untuk mengajar, dan mendidik anak-anak. Pada tahun 1935 KH

Ilyas mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Al-Makmur. Sebagai

pondok pesantren rintisan, maka target beliau hanya untuk masyarakat

daerahnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu kealiman dan

keshalikhan dalam berperilaku yang dimilikinya, banyak santri yang mulai

datang untuk belajar di pondok pesantren tersebut. Tercatat ada sekitar 30

anak yang menjadi santri mukim pada masa awal berdirinya pondok

pesantren itu, berawal dari jumlah tersebut, kini jumlah santri yang mukim

mencapai ratusan orang (Saifuddin, 2017:52). Tidak hanya mendirikan

pondok pesantren saja, namun beliau juga mendirikan MWB (Madrasah

Wajib Belajar), yang sekarang ini telah diganti menjadi MI Ma’arif

(36)

Sebelum KH Ilyas wafat, beliau memberikan amanat kepada putra

putrinya agar tetap berusaha mengembangkan pola pendidikan yang dulu

pernah dirintisnya, agar pondok tersebut semakin berkembang dalam pola

pendidikannya dan mampu menampung jumlah santri yang banyak

sehingga berdirilah pondok pesantren Fatkhul Mubarok yang diasuh oleh

alm. KH Agus Muslih (wawancara dengan KH Damanhuri sebagai salah

satu menantu dari KH Agus Muslih (cucu KH Ilyas), tanggal 29 Maret

2018). Ciri pondok salaf sampai saat ini masih dipertahankan dengan

alasan agar santri tidak terkontaminasi dengan materi lainnya dan santri

lebih berkonsentrasi pada keilmuan agama Islam semata.

E. KH Ilyas Sebagai Pejuang Kemerdekaan

Negara Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun

dan Jepang selama 3,5 tahun. Waktu itu marak terjadi penindasan yang

dilakukan oleh penjajah kepada pribumi, tidak terhitung lagi berapa

banyak korban yang kehilangan harta maupun nyawanya pada waktu

terjadi perang tersebut. Penindasan dalam bentuk fisik maupun mental

semakin memperparah keadaan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di

daerah Temanggung. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda

ingin kembali menjajah Indonesia, kontak fisik pada masa itu tidak bisa

dihindarkan lagi hal ini sebagai bentuk perlawanan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Di Temanggung sendiri tentara Belanda juga

(37)

penduduk Temanggung terjadi di jembatan Kali Progo Kranggan, dan

peristiwa pembantaian ini mmenyebabkan ratusan nyawa terbunuh.

Melihat kondisi seperti ini KH Ilyas tidak tinggal diam, beliau

tampil aktif menjadi penggerak barisan Sabilillah dalam melawan penjajah

Belanda di wilayah Temanggung, dibantu dengan beberapa kiai yang lain,

bahu membahu melakukan perlawanan terhadap penjajah. Semua ini

dilakukan karena kecintaan mereka kepada Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Jika para pemudanya berjuang mengangkat senjata secara

langsung, beda halnya dengan kiai. Para kiai tersebut tidak hanya berjuang

dengan mengangkat senjata saja melainkan juga berusaha dengan

perantara doa, karena karomah yang beliau miliki maka dalam sejarah

dikatakan bahwa tentara Belanda belum pernah sekalipun melihat lokasi

desa Kalipaing meskipun jika dilihat dari kasat mata sudah sangat dekat,

yang terlihat oleh tentara Belanda hanya bentangan perkebunan kopi.

Berkat karomah yang dimiliki beliau juga, Belanda yang selalu ingin

menghancurkan desa Kalipaing berkali-kali tidak berhasil, dan di desa

inilah djadikan sebagai tempat pengungsian bagi warga desa lain, karena

desa Kalipaing dianggap desa yang aman dan strategis (wawancara mbah

Nafisah sebagai salah satu murid pengajian selapanan KH Ilyas, 5

Desember 2017).

Perjuangan fisik beliau berlanjut tetapi ancaman ini datang dari

internal. Pada masa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI 1948, posisi

(38)

penghalang bagi terbentuknya ideologi “sama rata sama rasa”. KH Ilyas

menjadi salah satu pelopor untuk menumpas pemberontakan PKI di

Temanggung. Tugas beliau adalah memberikan doa asma’ (doa yang

dibacakan bertujuan untuk memohon keselamatan dan memberikan

kekebalan tubuh dengan harapan senjata tajam tidak mampu menembus

tubuhnya) kepada para pemuda untuk berperang mempertahankan

Pancasila (wawancara K. Daldiri sebagai salah satu santri KH.Ilyas yang

sekarang juga meneruskan dakwah beliau, 30 Maret 2018). Perlawanan

yang dilakukannya ini membuat PKI marah, mereka berniat ingin

menghabisi nyawa sang kiai, namun usaha tersebut selalu gagal hal ini

disebabkan karena karomah yang dimiliki KH Ilyas, tidak jarang karena

karomah ini beberapa orang menyatakan keislamannya dengan rela hati.

Seperti yang terjadi di sebuah desa di kabupaten Purworejo. Menurut

cerita yang beredar, barisan pemuda PKI di Purworejo berhasil membunuh

seorang kiai dengan cara memenggal kepalanya, dan menjadi kepalanya

tersebut sebagai permainan sepak bola. Untuk meyakinkan bahwa KH

Ilyas telah terbunuh, salah satu dari mereka mengirim utusan ke

Kalipahing, betapa terkejutnya mereka saat tahu bahwa ada orang yang

berwajah persis dengan orang yang mereka bunuh itu masih berdiri tegap

dan segar bugar. Melihat keanehan ini, para utusan pemuda itu seketika

menyatakan pertobatannya dan memohon ampun kepadaNya. Setelah

semua itu terjadi, KH Ilyas tidak sedikitpun berfikiran untuk membalas

(39)

dengan syariat Islam. Tidak terhitung berapa banyak orang yang

menyatakan ingin masuk Islam karena sifat belas asih yang dimiliki KH

Ilyas (wawancara K. Daldiri salah satu santri KH.Ilyas yang sekarang juga

meneruskan dakwah beliau, 30 Maret 2018).

Dari biografi tersebut dapat dikatakan bahwasanya KH Ilyas

memang sejak kecil sudah diperkenalkan pentingnya pendidikan oleh

keluarganya, tidak heran jika menurut beliau pendidikan adalah satu hal

yang penting. Tidak hanya pendidikan agama saja yang menjadi prioritas

namun pendidikan umum juga menjadi prioritas beliau. Sebagai bukti

kecintaannya terhadap dunia pendidikan beliau mendirikan madrasah dan

pondok pesantren. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus bangsa

melanjutkan perjuangan beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia,

tidak hanya pendidikan agama namun pendidikan umum juga harus

dipelajari, jangan sampai negara Indonesia mengalami kemerosotan dalam

hal pendidikan, akhlak, dan moral. Hal yang penting bahwasanya dalam

hidup kita harus seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, tetap harus

beribadah dengan tekun kepada Allah dan harus tetap berusaha untuk terus

belajar dan terus bekerja untuk kehidupan di dunia yang lebih baik sebagai

(40)

BAB III

Konsep Pendidikan Islam Menurut KH Ilyas

A. Pengertian Pendidikan Islam

Untuk mengetahui hakikat pendidikan, maka perlu telusuri makna

esensi pendidikan tersebut. Secara bahasa pendidikan diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti

mengasuh, mendidik, memelihara (Darajat, 1996: 25). Dalam buku kamus

besar bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata didik, berarti

”memelihara, memberi latihan atau bimbingan. Pendidikan dalam bahasa

Inggris disebut education, dan dalam bahasa Yunani disebut dengan

paedagogi (Noarapast, 2016: xiii-xiv).

Berawal dari pengertian dasar tersebut, beberapa tokoh pendidikan

mendefinisikan pendidikan secara istilah dengan beraneka ragam sesuai

dengan sudut pandang masing-masing. Menurut Muhammad Athhiyah al-

Abtasyi dalam bukunya Al Tarbiyah Al-Islamiyah, mendefinisikan

pendidikan sebagai upaya mempersiapkan manusia agar hidup dengan

sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna

budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikiranya, halus perasaannya, mahir

dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun

dengan tulisan (Abtasyi, tt: 100).

Selanjutnya menurut Drs. Ahmad D. Marimba dalam bukunya

Filsafat Pendidikan Islam, pendidikan Islam memiliki pengertian yaitu

(41)

menuju kepada terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam

(Marimba, 1980:23-24).

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam hal ini KH Ilyas menguraikan bahwa pendidikan agama

Islam merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi seperti halnya

papan, sandang, pangan, kebutuhan mendasar yang dimaksudkan agama

atau keyakinan untuk menentukan arah pandangan tentang pendidikan

manusia yang berfungsi sebagai pengemban amanah khalifatullah fil ard

(Saifuddin, 2017:1). Dari apa yang disampaikan KH Ilyas,sesuai dengan

(42)

(khalifah)dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqoroh ayat 30).

Berpijak dari pengertian di atas menurut pendidikan agama Islam

KH Ilyas Kalipahing ialah sebuah upaya untuk membimbing anak menuju

kedewasaan dan kemandirian dalam berfikir, serta menjadikan anak

tersebut menjadi yang lebih baik dari sebelumnya guna mencapai derajat

yang mulia di dunia maupun di akhirat.

B. Pendidik

Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang

memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada

anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai

kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah,

khalifah dimuka bumi ini, dan sebagai makhluk sosial individu yang

mampu berdiri sendiri (Uhbiyati, 2013:113). Di Indonesia pendidik

disebut juga dengan istilah guru yaitu “digugu dan ditiru), kalangan

pondok pesantren menyebut guru dengan istilah kiai/ustadz. Kesemuanya

ini memiliki tugas yang sama yaitu mentransformasikan ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada murid/peserta didik dalam

rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Berangkat karena hal ini KH

Ilyas berpandangan bahwa pendidik itu haruslah orang yang memiliki

kesungguhan,keseriusan dan profesionalisme dalam mengabdikan dirinya

sebagai seorang guru, selain itu seorang guru harus memiliki jiwa yang

ikhlas tanpa mengharap imbalan apa yang telah diajarkan kepada

(43)

pembelajaran yang sesuai dan mampu menarik perhatian semua murid

dan semua ini harus disiapkan secara matang (Saifuddin, 2017: 138).

Jadi, hal-hal yang harus dimiliki dan diperhatikan sebagai seorang

pendidik adalah harus mampu menjadi guru yang profesional, tidak

mengharap balasan apapun, dan sebagai guru harus kreatif dalam

menciptakan suasana yang nyaman dikelas agar proses pembelajaran dapat

berjalan dengan sesuai. Guru juga harus berperilaku baik, karean apa saja

yang dilakukan guru pasti akan dilihat dan ditiru muridnya.

C. Peserta Didik

Peserta didik merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan Islam,

pembelajaran tidak akan terjadi tanpa adanya seorang peserta didik.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam pendidikan

Islam adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik

maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya. Ia adalah orang

yang belum dewasa dan sedang berada dalam masa perkembangan menuju

kedewasaannya masing-masing (Mahmud,2011:125). Peserta didik

menurut KH Ilyas adalah siapa saja yang mempunyai hati yang ikhlas dan

dalam dirinya sendiri memiliki keinginan yang keras untuk belajar. KH

(44)

sekitarnya, dalam hal ini keluarga yang pertama dalam proses pendidikan,

anak akan baik atau tidaknya tergantung dengan lingkungan sekitarnya.

Jadi, peserta didik adalah seorang anak yang sedang tumbuh dan

berkembang baik secara fisik maupun psikologis untuk mencapai tujuan.

Maka agar peserta didik bisa tumbuh dan berkembang dengan baik perlu

adanya bimbingan dan arahan agar mampu menjadi manusia yang diridhoi

Allah.

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan sasaran atau sarana yang akan dicapai dan

sekaligus sebagai patokan pemberi arah semua aktifitas yang dilakukan.

Begitu juga pendidikan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Ada

beberapa tokoh juga yang memaparkan makna tujuan ini, dan kesemuanya

itu memiliki suatu perbedaan tersendiri. Disini akan penulis paparkan

secara singkat tentang pandangan-pandangan tersebut.

Pertama, pandangan yang berorientasi pada tujuan semata (target

oriented) mengatakan bahwa guru tidak hanya bertugas memberikan ilmu

pada murid (baca: wacana dan skill) tetapi lebih dari itu guru juga harus

mengantarkan murid hingga kebutuhan yang mendasar setiap manusia

yaitu pekerjaan terpenuhi.

Kedua, pandangan yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan

adalah proses penemuan jati diri manusia sesuai dengan fitrahnya. Jadi,

menurut pandangan ini fungsi dari pendidikan itu sendiri sebagai wadah

(45)

keberhasilan dalam kehidupan baik itu di dunia maupun kehidupan

selanjutnya (Saifuddun, 2017:61-62). Berpijak dari kedua pandangan

tersebut, dapat diambil beberapa item pokok tentang esensi dari tujuan

pendidikan itu sendiri untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut

beberapa paparan tentang tujuan pendidikan menurut tokoh-tokoh

pendidikan:

Menurut Langgulung (1986:33) tujuan pendidikan adalah tujuan

hidup manusia itu sendiri karena manusia memiliki kedudukan sebagai

khalifatullah, dan karena ini harus dilandasi dengan sikap ketundukan,

kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah. Al Abrasyi

menuturkan tujuan pendidikan ada lima pokok yaitu pembentukan akhlak

mulia manusia, persiapan untuk mengarungi kehidupan dunia dan akhirat

secara seimbang, menyiapkan sarana untuk mencari rizki dan pemanfaatan

hasil rizki tersebut, menumbuhkan semangat ilmiah dalam setiap insan

manusia dan untuk mempersiapkan suatu profesi terhadap manusia guna

memperlancar pencarian rizki (Achmadi, 1992: 24-26). Dalam hal ini yang

bisa didapat yaitu tujuan pendidikan islam itu semuanya berorientasi pada

upaya pencapaian kesejahteraan baik itu di dunia maupun di akhirat.

Berawal dari berbagai macam argumentasi yang terkait dengan

tujuan pendidikan, KH Ilyas mendefinisikan pendidikan Islam dalam

beberapa paradigma. Menurutnya ilmu pengetahuan merupakan hal

penting untuk di cari manusia dalam rangka meningkatkan harkat dan

(46)

peta kehidupan dunia maupun akhirat, manakala seseorang itu serius

dalam menimba ilmu pengetahuan (Saifuddin, 2017: 63). Karena

pentingnya dalam mencari ilmu ini, kemudian KH Ilyas membuat syair

akan pentingnya mencari ilmu ini.

Adab Golek Ilmu

Ojo bosen golek ilmu Nganti tekan ajalmu ... sregep ing sliramu

Konco ndonggo njawab ojo keliru

(47)

Sebab kosong pikirane

Nganti gampang kebudjuk-budjuk Mulo ayo podo tumindak ngaji Gawe sangu sesuk mati

(KH. Ilyas Kalipahing: 1969, Adab Golek Ilmu, hlm.1).

Ajaan Tholabulilmi lan Pengalaman

Kanjeng nabi dawuhe siro do mulango

Yen ora mulang siro podo ngajiyo

Yen ora mulang ora ngaji ngrungokno

Mumput siro do demeno

Ojo nganti siro dadi wong kalimo

Mundak siro karusakan donyo akhirat

Ora mulang ora ngaji ngrungokno

Ora demen roso demen ing atine

Ikulah artine dadi wong kalimo

... dadi perintang agomo

Ya Allah kulo nyuwun ilmu manfaat

(48)

Dohno sangking doso lan maksiat

Kulo nyuwun wilujeng donyo akhirat

Ya Allah mugi ngijabahi

Tujuan lan panyuwun hayat kulo

Bongso lan negeri kito Indonesia

Paringono aman tentrem bahagia

Cekap sandang pangan gemah ripah

Gesang istiqomah lan khusnul khotimah

Allah amin ya Allah robal alamin

Allah amin ya Allah robal alamin.

(KH. Ilyas Kalipahing: 1969,Ajaan Tholabulilmi lan Pengalaman, hlm. 13)

Dua syair di atas dapat diahami bahwa dasar tujuan pendidikan

agama Islam menurut KH. Ilyas untuk meningkatkan harkat martabat

manusia baik itu kehidupan di dunia maupun di akhirat. Menurut beliau

semua orang diwajikan untuk tetap mencari ilmu, dari lahir sampai

meninggal, dari yang muda hingga yang tua, jika tidak mau menjadi guru

maka harus mau menjadi murid, kalau tidak mau menjadi murid harus mau

(49)

memberikan ilmu tersebut harus mendengarkan dan mengamalkannya

secara sungguh-sungguh.

Ilmu pengetahuan merupakan sebuah landasan dalam menentukan

arah kehidupan. Tanpa adanya ilmu pengetahuan, maka kehidupan

manusia sama halnya seperti rumah tanpa tiang, tidak akn mampu berdiri

dengan kokoh, dan sewaktu-waktu bisa roboh karena kemajuan zaman,

tanpa ilmu manusia juga seperti hewan, hidup hanya untuk makan saja

tanpa memikirkan tujuan hidup yang sebenarnya. Dengan adanya ilmu ini

bisa menjadi pembeda mana yang buruk dan mana yang baik di hadapan

Allah dan manusia, karena pada dasarnya semua yang ada dalam

kehidupan ini semua milik Allah dan kapan saja akan diambil oleh Allah.

Manusia dengan ilmu diibarkan dua sisi mata uang yang selalu

berkaitan. Orang yang memiliki ilmu diibaratkan sebuah emas, akan tetap

bersinar meskipun dalam situasi dan kondisi apapun. Sebaliknya orang

yang tidak memiliki ilmu digambarkan dengan barang mewah tapi tanpa

tuan. Hal ini mengandung arti manusia itu tidak ada harganya tanpa

adanya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tentunya semua ilmu

pengetahuan itu diperoleh sebagi sarana untuk mencari ridho Allah

(Saifuddin, 2017: 68).

Pada dasarnya pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan

yang bermakna atas tiga aspek, yaitu aspek ilmu, iman, dan amal yang

(50)

sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agamanya dan nantinya

diharapkan mampu menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan

RasulNya. Dengan adanya ilmu maka seseorang itu tahu bagaimana

caranya menjadi hamba Allah yaitu dengan beribadah kepada Allah, itu

semua tidak akan bisa dicapai jika manusia itu tidak mau mencari ilmu,

setalah ilmu itu di dapat jangan langsung puas, tetap terus mencari ilmu

hingga Allah telah menakdirkan untuk kembali padaNya jangan sampai

tertinggal oleh zaman yang semakin canggih ini. Secara lebih dalam,

menurut KH. Ilyas tujuan pendidikan Islam adalah Pertama mencari

kebahagiaan dunia. Kebahagiaan akhirat tidak akan bisa dicapai mana kala

kehidupan di dunia belum bahagia (Saifuddin, 2017: 69). Apa yang

disampaikan KH Ilyas jika ditelusuri ada kaitannya dengan ayat AlQuran

yang menjelaskan tentang hal itu, firman Allah: (Q.S Al-Qashash ayat 77).

⧫◆

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

(51)

manusia. Hal yang dilakukan KH Ilyas dalam mencapai kebahagiaan dunia

ialah dengan berusaha melakukan cocok tanam dan agar hasilnya sesuai

dengan yang diinginkan beliau tetap berikhtiar juga kepada Allah. Sebagai

contoh sebagai petani menanam kopi yang menjadi komoditas daerah

tempat tinggal KH. Ilyas tersebut dengan cara ikhtiar menggunakan pupuk

yang bagus, alat yang moderen agar bisa menghasilkan tanaman bagus dan

hasilnya sesuai yang diinginkan. Setelah itu kopi yang telah dirawat

dengan penuh kasih sayang itu bisa dijual dan penghasilannya mampu

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan juga untuk bekal beribadah,

karena intinya hati akan tenang dalam beribadah jika kehidupan dunia

sudah dipenuhi.

Kedua, mencari kebahagiaan kehidupan akhirat. Sesuai dengan

fitrahnya, manusia dituntut menjadi hamba Allah yang kelak akan berada

disurga, maka dengan itu keridhoan diperlukan untuk mencari kunci surga

tersebut. Jadi, dalam hal ini fungsi pendidikan sebagai sarana untuk

mencari kebahagiaan di akhirat (Saifuddin, 2017: 70). Imlementasi dengan

tujuan pendidikan Islam yang berorientasi pada kehidupan akhirat yaitu

KH Ilyas berhasil mendirikan forum kajian keagamaan di beberapa desa di

wilayah Temanggung, bisanya kajian ini diisi oleh beliau langsung dan

dilakukan sebulan sekali, Materi yang beliau sampaikan juga bervariasi

(52)

kewajiban orang tua (akidah-akhlaq) dan kesemuanya ini ditambahkan

dengan beberapa syair yang beliau buat sendiri, agar masyarakat mampu

menerima materi yang disampaikan dengan mudah dan syair tersebut

mampu menarik minat masyarakat untuk ikut menimba ilmu. Tidak hanya

bidang ilmu agama saja, namun kadang beliau juga menyisipkan keilmuan

tentang bercocok tanam, dan ilmu umum juga beliau sampaikan.

Dari apa yang telah disampaikan oleh KH Ilyas mengenai tujuan

pendidikan, dapat diambil garis besar, bahwasanya dalam hidupnya KH

Ilyas seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, semua berjalan

beriringan, saat pagi hari beliau bercocok tanam, kemudian saat menjelang

malam beliau lakukan untuk mengisi forum pengajian dan beliau gunkan

untuk bekal akhiratnya. Bukti bahwa beliau tidak hanya mengejar

kehidupan akhirat saja yaitu beliau aktif terlibat dalam inovasi budidaya

tanaman seperti kopi, dan beliau juga dinobatkan menjadi petani teladan

yang mampu meningkatkan perkembangan tanaman kopi di daerahnya

tersebut hingga tanaman kopi itu bisa terkenal ke luar daerah.

E. Metode Pendidikan Menurut KH Ilyas

Menurut KH Ilyas pendidikan sangat penting untuk dijadikan

sarana pengembangan diri setiap manusia. Selain faktor-faktor pendidikan,

keberhasilan pendidikan juga dipengaruhi oleh metode pengajarannya.

Agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan maka

memerlukan suatu metode yang tepat. Metode pendidikan yang digunakan

(53)

(biasannya beliau menyampaikannya saat ada forum pengajian di berbagai

desa) adalah sebagai berikut:

Pertama, beliau lihat dulu bagaimana kultur dari masyarakat yang

akan beliau beri kajian, melihat masyarakatnya masih minim tentang

pengetahuan agama Islamnya serta lebih menyukai hal-hal yang berbau

kesenian, maka beliau biasanya menggunakan metode yang menyesuaikan

daerah masyarakatnya, beliau biasanya membuat syair-syair, yang isi dari

syair-syair tersebut mengandung berbagai macam pembelajaran, seperti

pembelajaran akidah, akhlak dan syariah, dan syair tersebut biasanya

masyarakat akan lebih mudah menerima, menghafal, bahkan melakukan

apa yang disampaikan KH Ilyas melalui perantara syair tersebut. Beliau

mengadopsi metode yang digunakan oleh walisongo dalam menyebarkan

agama Islam.

Kedua, keberhasilan di dalam dunia pendidikan juga dipengaruhi

metode pengajaran yang biasa diajarkan. Semakin bervariasi dan serius

dalam penyampaiannya maka akan menentukan hasil sesuai dengan yang

diharapkan. Maka dalam lembaga-lembaga pendidikan baik itu formal

maupun nonformal pasti mempunyai metode pelajaran yang pokok dalam

menyampaikan suatu materi (Saifuddin,2017:80-81). Dipondok pesantren

misalnya, terdapat beberapa metode yang umum digunakan sebagai ciri

khas model pengajian salaf, umumnya diberbagai pondok

(54)

digunakan sampai saat ini, karena memang telah terbukti menghasilkan

produk yang baik dan siap mengabdi untuk masyarakat.

Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang

berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan

suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu

harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka

mengembangkan sikap mental dan kepribadian murid (Ramayulis,

2002:184). Tokoh ahli ada yang mendefinisikan metode sebagai berikut.

Menurut Arifin dalam bukunya Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

berdasarkan Pendekatan Interdisipliner mendefinisikan bahwa metode

adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan (Arifin, 1991: 197). Ahmad Tafsir

mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan

cepat dalam mengajarkan mata pelajaran (Tafsir, 1996: 9). Berdasarkan

definisi di atas bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik

yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran agar murid dapat

mencapai tujuan pembelajaran.

Beberapa aspek yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan

metode pendidikan antara lain (Mahmud, 2011:164-165):

1. Kemampuan psikologis dalam menerima dan menghayati serta

mengamalkan ajaran agama sesuai dengan kondisi usia, bakat, dan

(55)

2. Kemampuan pendidik sendiri harus siap, baik itu dalam ilmu

pengetahuan yang akan diberikan maupun sikap mental dalam waktu

menyampaikan pembelajaran. Kondisi anak didik juga harus

diperhatikan, jangan sampai menganggu proses pembelajaran.

3. Tujuan pendidikan harus benar-benar dipegang sebagai dasar dalam

memilih metode karena metode harus berfungsi untuk mencapai

tujuan. Maka dari pendidik harus menggunakan metode yang sesuai

dengan materi yang ingin disampaikan. Metode merupakan bagian dan

strategi kegiatan. Metode merupakan cara yang dalam realisasi

bekerjannya merupakan alat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

penyampaian proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dapat

menggunakan satu atau beberapa metode yang prinsip dasarnya

AlQuran dan Hadis, yaitu:

Metode Ceramah, metode ceramah adalah suatu cara penyajian

atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh

pendidik kepada peserta didik. Metode Tanya Jawab.

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana guru

mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan

pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca,

sedangkan murid meberikan jawaban berdasarkan fakta.

Metode diskusi, metode diskusi adalah suau cara penyajian atau

penyampaian pembelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan

(56)

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun

berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Metode Pemberian Tugas, metode pemberian tugas adalah suatu

cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu

kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan

murid mempertanggungjawabkannya.

Metode Demonstrasi metode demonstrasi adalah suatu cara

mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau

pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.

Metode Eksperimen metode eksperimen adalah suatu cara

mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan dan

setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh murid, sedangkan

guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil membeberkan

arahan.

Metode Kerja Kelompok, metode kerja kelompok adalah suatu

cara mengajar dimana guru membagi murid-muridnya kedalam

kelompok belajar dan setiap kelompok diberi tugas-tugas tertentu

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Metode Kisah Metode kisah adalah suatu cara mengajar dimana

guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita

(Ramayulis, 2006:193-196).

KH Ilyas lebih menekankan menggunakan metode keteladanan

(57)

sesuatu hal yang baik maka otomatis orang akan melihat apa yang

dilakukan dan lambat laun jika mereka merasa apa yang dilakukan itu

baik, otomatis mereka akan mencontoh perbuatan baik itu. Lebih baik

langsung memberikan contoh dari pada hanya berbicara tanpa ada

tindakan yang nyata. Apa yang dilakukan KH Ilyas ini sesuai dengan yang

dilakukan Allah untuk menurunkan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan

bagi manusia, hal ini terdapat dalam firman Allah:

⬧

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Q.S Al-Ahzab ayat 21).

Untuk mengimplementasikan beberapa metode belajar yang

dikuasainya tersebut, KH Ilyas merintis berdirinya pondok pesantren.

Awalnya pondok pesantren tersebut memiliki beberapa santri saja, itu pun

hanya dari kalangan masyarakat desa saja atau bisa disebut dengan istilah

santri kalong. Sejalan dengan berjalannya waktu, masyarakat mulai

mengetahui keberadaan pondok pesantren sehingga jumlah santri semakin

meningkat.

Agar tujuan pembelajaran pesantren berjalan secara sistematis

maka KH Ilyas membuat penjenjangan tingkat. Sehingga sistem

(58)

tamatnya buku atau kitab yang dipelajari. Penamaan batasan penjenjangan

tersebut seperti halnya madrasah formal yaitu ibtida’i, tsanawy dan ‘aly.

Agar tujuan pembelajaran pesantren dapat dicapai, pondok juga

menggunakan beberapa metode tertentu. Selama kurun waktu yang

panjang, pondok pesantren telah menggunakan dan memperkenalkan

beberapa metode: weton atau bandongan, sorogan dan hafalan atau tahfidz

(Departemen Agama RI, 2003:10).

Metode weton atau bandongan adalah cara penyampaian ajaran

kitab kuning dimana seorang guru, kiai atau ustadz membacakan dan

menjelaskan isi ajaran dalam kitab kuning tersebut, sementara para murid

atau santri hanya mendengarkan, memaknai dan menerima. Dalam metode

ini guru sangat berperan aktif sementara murid bersikap pasif. Metode

sorogan dimana santri yang menyodorkan kitab yang akan dibahas dan

sang guru hanya mendengarkan saja, setelah itu sang guru memberikan

komentar, penjelasa dan bimbingan yang dianggap perlu oleh murid atau

santri. Metode ini telah menjadi ciri khas yang melekat pada sistem

pendidikan tradisional, termasuk pondok pesantren.

Metode diskusi (musyawara/munazharah/mudzakarah), metode ini

berarti penyajian bahan pelajaran dilakukan dengan cara murid atau santri

membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik

atau masalah tertentu yang ada didalam kitab kuning, dalam kegiatan ini

Gambar

Gambar Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris dan fakta-fakta yang tepat (sahih, benar

Hasil analisa dengan program HEC RAS dengan debit rancangan untuk periode ulang 25 tahun didapatkan ketinggian air di hilir Sungai Mookervart adalah 4.2 m dan air

Suharsimi Arikunto (2013: 183) menyatakan bahwa “Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah,

Dilihat dari data hasil perhitungan uji, stabilitas pakan, stabilitas atau daya tahan pakan di dalam air dengan menggunakan binder CMC, Tapioka, dan Rumput laut

Setelah kalian mempelajari penyajian data dalam bentuk statistik deskriptif, akan kita pelajari cara penyajian data dengan diagram atau grafik, di antaranya adalah diagram

Gambar 2 menunjukkan bahwa jika terdapat komputer client yang tidak merespon, maka sistem akan langsung mengirimkan sms kepada administrator untuk menginformasikan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan signifikan dari leadership style terhadap learning organization , leadership style terhadap quality

Hal ini juga sejalan dengan yang diungkapkan (Hutagalung, H. P., Setiapermana, D., & Riyono, 1997) bahwa logam berat yang masuk kedalam lingkungan perairan