• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105 pada Bank BNI Syariah.

D. Manfaaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Pada hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan referensi megenai hal-hal yang melatar belakangi Sistem Mudharabah terhadap

pembiayaan-pembiayaan dan juga kendala dalam mengaplikasikan pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syariah di Kota Makassar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Bank BNI Syariah dalam melakukan pengembangan pembiayaan Mudharabah. Sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan langkah pengembangan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem

Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Pengertian sistem menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Mulyadi (2014: 2), sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu,

Menurut Isa, (2014:6) menyatakan bahwa sistem merupakan rangkaian komponen-komponen yang memiliki kaitan-kaitan satu sama lainnya untuk membentuk satu kesatuan yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan yang sama.

Menurut Lani Sidharta (2015: 9), sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan yang sama.

B. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.

21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (25) Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang disampaikan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarahmuntahiyabittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 : Pembiayaan adalah penyediaan kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerja sama permodalan antara Koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad diserta pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau pengguna dana pembiayaan tersebut.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana baik untuk

8

investasi atau kerjasama modal. Kepada pihak yang menerima pembiayaan dana diwajibkan untuk dapat mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu baik dengan imbalan, tanpa imbalan, ataupun dengan bagi hasil.

C. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan kedalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

D. Landasan-landasan Mudharabah Al Hadist

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan sana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun membolehkannya.”

(HR Tabrani)

“Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda, “tiga hal didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.“ (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)

E. Jenis-Jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.

a. Mudharabah muthlaqah

Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh sering kali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan Batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

F. Ketentuan Umum Mudharabah

a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai: dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya

10

dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati Bersama.

b. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhintungkan dengan dua acara: perhitungan dari pendapatan proyek dan perhitungan dari keuntungan proyek.

c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Selaku pemilik modal, bank menanggung seluruh kerugian, kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.

d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha terhadap nasabah. Apabila nasabah cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka dapat dikenakan sanksi administrasi.

G. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105 tentang Akuntansi mudharabah, dijelaskan mengenai acuan akuntansi pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi dimana lembaga keuangan syariah sebagai pemilik dana shahibul maal adalah sebagai berikut :

a. Pengakuan dan Pengukuran

1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non-kas kepada pengelola dana. (PSAK 105 : Paragraf 12)

2. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.

b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pada saat penyerahan:

1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105 : Paragraf 13) 31

3) Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105 : Paragraf 14)

4) Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105 : Paragraf 15)

5) Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105 : Paragraf 16)

6) Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105 : Paragraf 17) 7) Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

a) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi.

12

b) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau 32

c) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (PSAK 105 : Paragraf 18) 8) Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. (PSAK 105 : Paragraf 19)

9) Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. (PSAK 105 : Paragraf 20)

10) Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

a) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan b) Pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau

kerugian. (PSAK 105 : Paragraf 21)

11) Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. (PSAK 105 : Paragraf 22)

12) Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. (PSAK 105 : Paragraf 23) 33

13) Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. (PSAK 105 : Paragraf 24)

b. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat. (PSAK 105 : Paragraf 36 )

c. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas, pada:

1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.

2) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.

3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.

4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. (PSAK 105 : Paragraf 38 )

H. Pengertian Bank

Menurut Taswan (2010:6) bank adalah suatu Lembaga yang beraktivitas sebagai penghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui jasa penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Adapun jenis bank sendiri ada dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Sistem yang digunakan oleh bank ada dua yaitu sistem yang berdasarkan bunga dan sistem non bunga atau Syariah. Bank konvensional adalah bank yang dasar operasionalnya menggunakan sistem bunga, sedangkan bank yang tanpa bunga disebut dengan bank Syariah. Bank Syariah yang menurut Muhamaad

14

(2002:13) adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak mengandalkan bunga. Karena islam menilai bahwa bunga bank adalah riba yang mana riba diharamkan oleh islam.

Menurut kasmir (2004:12) kegiatan bank meliputi tiga kegiatan utama, yaitu :

1) Menghimpun dana

2) Menyalurkan dana

3) Memberi jasa bank lainnya

Tabel 2.1

Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

o Melakukan investasi yang halal saja.

o Berdasarakan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa.

o Profit dan oriented

o Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

o Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa

o Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor.

o Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber : Antonio 2001:34

I. Pengertian Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah menurut UU pasal 2 PBI No.6/24/PBI/2004 memberikan definisi bahwa Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut Rodoni (2008: 14), mengemukakan bahwa pengertian Bank Syariah yang relevan adalah Bank bagi hasil. Secara umum pengoperasian Bank Syariah sama dengan Bank Konvensional tetapi hal yang membedakannya hanyalah bunga karena di dalam Bank Syariah diharamkan karena tidak sesuai dengan syariat islam. Bank Syariah memang tidak menggunakan konsep bunga, tetapi bukan berarti dalam Bank Syariah tidak mengenal beban kepada nasabah yang menikmati jasanya. Beban tetap ada tetapi cara pengenaannya berbeda dengan Bank Konvensional.

J. Prinsip - Prinsip Bank Syariah

Menurut Muhammad (2002:85) Bank syariah memiliki 5 konsep utama yang menjadi dasar operasional yaitu :

1) Prinsip Simpanan Murni ( al-wadi’ah )

Prinsip Al Wadiah atau sering juga disebut titipan merupakan prinsip yang hanya digunakan bank untuk produk simpanan. Simpanan al wadiah tidak mendapatkan keuntungan bagi hasil ataupun margin, al wadiah hanya menerapkan bonus dari Bank.

2) Bagi Hasil ( Syirkah )

16

Konsep ini meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara shahibul maal (penyedia dana) dengan mudharib (pengelola dana). Nisbah bagi hasil ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Prinsip ini memiliki bentuk produk yaitu Mudharabah dan Musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.

3) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan bagaimana penerapan konsep jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip Sewa ( al-Ijarah )

Prinsip ini terbagi menjadi dua jenis : (1) Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli equitment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai’ al takjiri atau Ijarah Al Muntahiya Bit Tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).

5) Prinsip jasa/fee ( al-Ajr walumullah )

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garasi, Kliring,

Inkaso, Jasa, Transfer,dll. Secara syari’ah prinsip ini didasarkan pada konsep konsep Al Ajr Wal Umulah.

K. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah yaitu sebagai berikut:

Ayu Sastika Rani (2015) Penelitian berjudul “Analisis Penerapan Akuntansi Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada BMT Barokah Amanah Syariah Warujayeng” ini berisi penelitian mengenai penerapan akuntansi sistem bagi hasil pembiayaan mudharabah pada BMT Barokah Amanah Syariah Warujayeng. menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan acuan pada SAK syariah yang dituangkan dalam PSAK 105. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam perhitungan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan dan tergantung dengan besarnya keuntungan. BMT telah menggunakan PSAK 105 sebagai standar akuntansi dalam pembiayaan mudharabah. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pembiayaan mudharabah dan menggunakan metode deskriptif. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu lebih berfokus kepada sistem bagi hasil yang diterapkan, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai penerapan akuntansi pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105.

Shela Nursoleha (2015) Penelitian berjudul “Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabahdengan PSAK 105 Studi Kasus di BMT Khalifah Bandung” ini menyebutkan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan di BMT khalifah belum sesuai dengan PSAK 105 karena pada saat penyerahan

18

investasi diakui sebagai pembiayaan dan BMT tidak melakukan penjurnalan apabila telat membayar angsuran. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105 dan metode yang digunakan yakni metode deskriptif. Perbedaan dalam penelitiaan terdahulu yaitu objek yang diteliti adalah BMT Khalifah di Bandung. Sedangkan dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah BMT Amal Muslim Wonogiri.

Rismawati (2014) Penelitian yang berjudul tentang Pengaruh Bagi Hasil Deposito Mudharabah Untuk Menarik Nasabah Berinvestasi Di Bank BNI Syariah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sistem bagi hasil yang digunakan adalah sistem bagi hasil revenue sharing dan produk deposito yang di tawarkan sesuai dengan Fatwa DSN Nomer 3 tahun 2000 yaitu deposito dengan berdasarkan akad mudharabah. Deposito yang ditawarkan BNI Syariah bernama iB Hasanah dengan prinsip mudharabah mutlaqah. Banyak masyarakat yang berminat pada produk ini karena sistem berbankan syariah yang menganut syariat islam dan menggunakan sistem bagi hasil dalam pembagian keuntungan.

menggunakan metode deskriptif. Maka sistem bagi hasil deposito mudharabah ini berpengaruh positif dalam minat nasabah untuk berinvestasi pada deposito iB Hasanah.

Nur (2015) Penelitin yang berjudul tentang Analisis Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Penentuan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Deposito Mudharabah Dan Perlakuan Akuntansi Di BPR Syariah. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan nisbah bagi hasil deposito mudharabah adalah berdasakan kinerja keuangan, hubungan baik antara bank dengan nasabah dan kondisi ekonomi. menggunakan metode deskriptif Pada perlakuan akuntansinya sesuai dengan PSAK 105.

Sriyati (2016) Penelitian yang berjudul tentang Penerapan Bagi Hasil Deposito Mudharabah Yang Berpedoman Pada PSAK 105. Menggunakan metode deskriptif Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan akuntansi atas bagi hasil untuk deposito mudharabah telah sesuai dengan PSAK 105.

Devi (2017) Penelitian yang berjudul tentang Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil dan Perlakuan Sistem Pembiayaan Mudharabah pada BMT Maslahah Capem Pegelang Malang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah menerapkan sistem bagi hasil Revenue Sharing. Dalam PSAK 105 dijelaskan bahwa metode ini menjadikan laba bruto sebagai dasar dalam pendistribusian hasil usaha.

Perlakuan akuntansi untuk pembiayaan BMT Maslahah Pagelarang Malang dengan akad mudharabah mengenai pengakuan akuntansi pembiayaan mudharabah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 105. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengakuan keuntungan, pengakuan kerugian, pengakuan piutang dan pengakuan beban telah sesuai dengan PSAK 105. Namun, terdapat ketidak sesuain dalam pengakuan investasi.

Purwoko (2016) Penelitian yang berjudul tentang Analisis Penerapan Akuntansi Pembiayaan Perlakuan Akuntansi Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 (Studi Kasus Pada BMT Amal Muslim Wonogiri) menyatakan bahwa belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 105. Pengakuan keuntungan, pengakuan kerugian, pengakuan piutang dan pengakuan beban di BMT Amal Muslim telah sesuai mudharabah dengan PSAK 105. Dengan menggunakan metode deskriptif. Didalm penelitian ini terdapat ketidaksesuain dalam hal pengakuan investasi. Pengakuan investasi di BMT Amal Muslim belum sesuai karena pada

20

saat penyerahan dana kepada anggota diakui sebagai pembiayaan mudharabah seharusnya BMT mengakui penyerahan dana mudharabah kepada anggota sebagai pelaku investasi mudharabah. Perlakuan akuntansi mengenai pengukuran, pengakuan dan penyajian akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah yang diterapkan BMT Amal Muslim Wonogiri telah sesuai dengan PSAK 105.

Mudharabahdeng

22

pembiayaan

24

pengakuan beban di BMT Amal Muslim telah sesuai mudharabah dengan PSAK 105 Namun terdapat ketidaksesuai n dalam hal pengakuan investasi.

L. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang dipaparkan diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konsep

PT Bank BNI Syariah

Sistem

Mudharabah PSAK 105

Sistem Pembiayaan

Sesuai atau/

Tidak sesuai

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif komparatif. Metode penelitian ini menguraikan dan menggambarkan sistem pembiayaan mudharabah yang ada di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama yang kemudian di bandingkan dengan PSAK 105.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah yang akan diteliti pada penelitian ini terkait Sistem Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama di Kota Makassar.

C. Pemilihan dan Lokasi

Penelitian dilakukan pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama yaitu bertempat di Jl. Dr. Sam Ratulangi No.140, Kel. Mario, Kec. Mariso Makassar Sulawesi-Selatan 90125. Selama 2 (dua) bulan antara Desember 2019- Januari 2020

D. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dimana data yang langsung diperoleh dari sumbernya melalui wawancara, hasil wawancara (rekaman) dan dokumen-dokumen yang ada hubunganya dengan pembahasan penelitian.

26

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur kepada narasumber, dalam hal ini Manager PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama. Hal ini dimaksudkan agar data yang

diperoleh benar benar asli dan bukan data maupun informasi yang dibuat-buat.

2. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran/ alat berbasis monograph atau fotograph yaitu dokumen-dokumen baik dalam bentuk gambar, data tulisan maupun simbol-simbol yang memiliki hubungan objek penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera,voice recorder, dan kartu wawancara. Tujuannya untuk digunakan dalam pengumpulan data agar menghasilkan informasi yang lebih akurat.

G. Teknik Analisis Data

Sumber data

1. Hasil wawancara yaitu mereduksi data dalam bentuk narasi

2. Dokumen -dokumen dalam bentuk fotograph/ monograph yaitu mereduksi data dalam bentuk display/ gambar.

Melakukan analisis data dengan mencocokkan kedua data dari hasil wawancara dan dari hasil dokumen-dokumen apakah sudah sesuai atau tidak sesuai kemudian hasil kesimpulan.

27 A. PROFIL PERUSAHAAN

1. Sejarah Bank BNI Syariah

Tampaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan Syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan

Tampaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan Syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan

Dokumen terkait